Anda di halaman 1dari 39

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan berjudul “Kinetika Kmia”. Tujuan dari


percobaan ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu
menentukan laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah : 1. Pencampuran logam Mg dalam larutan HCl yang berprinsip dapat
menjelaskan mekanisme reaksi serta tanda-tanda reaksi kimia. 2. Pencampuran
H2C204, KMnO4, H2O dengan metode titrasi dengan mengamati berapa waktu
yang diperlukan sampai larutan berubah warna menjadi kuning. Pada percobaan
pertama dihasilkan logam Mg paling cepat habis bereaksi pada konsentrasi 2 M
dengan mendapatkan orde reaksi, m = 2. Sedangkan pada percobaan kedua
didapatkan waktu yang dibutuhkan sampai warna larutan berubah warna menjadi
kuning paling cepat pada erlenmeyer ke 2 karena volume H2C2O4 paling
berpengaruh dengan dihasilkan m = 1 untuk H2C2O4 dan m = 0,4 untuk KMnO4
.

1
PERCOBAAN II

REAKSI KIMIA : KINETIKA KIMIA

I. Tujuan Percobaan
I.1 Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia
I.2 Mampu menetukan laju dan orde reaksi

II. Dasar Teori


II.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme
reaksi kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab dari
pada dalam udara kering, makanan lebih cepat membusuk bila
tidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim
panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh
yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang
beraneka menurut kondisi reaksi.
(Keenan, 1998)

II.2 Reaksi Kimia


Reaksi kimia adalah pembentukan ikatan baru. Reaksi yann
terjadi karena materi awal (reaktan) bersama-sama putus atau
secara bergantian untuk membentuk atau beberapa materi yang
berbeda (produk).
(Miller, 1997)
Reaksi-reaksi kimia, ditandai dengan gejala :
a. Timbulnya gas
Contoh : 2 H2O (e) + Mg (s) Mg(OH)2(aq) + H2 (g)
b. Terbentuknya endapan
Contoh :
Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) CH3COOH(aq)+ PbSO4 (s)
c. Perubahan suhu
Contoh : NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + 2 H2O(aq)
d. Perubahan warna
Contoh : 2 HCl (aq) + CuSO4 (aq) H2SO4 (aq) + CuCl2 (aq)
(Keenan, 1992)

2
II.3 Macam-macam Reaksi Kimia
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, reaksi kimia
dibedakan atas:
II.3.1 Reaksi Netralisasi
Reaksi netralisasi yaitu reaksi antara suatu asam dan
basa yang banyaknya secara kimiawi sama. Reaksi antara asam
dan basa pada umumnya membentuk garam dan air.
(Vogel, 1985)
Reaksi penetralan yaitu reaksi antara asam dan basa.
Menurut Arhenius reaksi penetralan adalah reaksi antara 1 ion
H+ dan 1 ion OH-

H+ + OH- H2O

Menurut teori Bronsted Lowry, reaksi netralisasi dapat


dirumuskan :

H3O+ + OH- H2O + H2O


asam 1 basa 2 basa 1 asam 2
(Rivai, 1995)
II.3.2 Reaksi Pembentukan Endapan
Terjadi jika larutan terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Pada reaksi ini, terjadi penggabungan ion
positif dari basa atau garam pereaksi yang bereaksi dengan
ion negative dari asam atau basa pereaksi. Pada akhir reaksi
terbantuklah endapan pada dasar tabung reaksi, contoh :
NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl
(Vogel, 1985)
II.3.3 Reaksi Pembentukan Gas
Dalam beberapa kasus zat tertentu, dalam suatu
reaksi dapat berupa zat yang tidak larut, yaitu gas atau zat
yang mengurai dan akan menguap sebagai gas. Misalnya.
Jika HCl ditambahkan larutan Na2S menghasilkan H2S
(elektrolit lemah) dan kelarutannya dalam air sangat kecil
sehingga mudah menguap. Reaksi molekulnya adalah
sebagai berikut :
2 HCl (aq) + 2 Na2S (aq) H2S + 2 NaCl
Gejala lain dalam reaksi ialah terbantuknya elektrolit yang
sangat kecil daya analisanya.
(Brady, 1994)

3
II.3.4 Reaksi Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks dalam analisa kuantitatif
sering terlihat dan digunakan untuk pemisahan atau
identifikasi ion kompleks jika ada perubahan warna larutan.
Misalnya :
AgCl (g) + 2 NH3 Ag + [(NH3)2]+ + Cl-
(Vogel, 1985)
Sering dipakai untuk pemisahan atau identifikasi
bila ion kompleks terbentuk maka terjadi karena dalam
larutan pembantukan kompleks merupakan penyebab
pelarutnya endapan dari reagensia yang berlebih.
(Brady, 1994)

II.3.5 Reaksi Pertukaran Muatan


Reaksi yang bersifat asam dengan logam adalah
sifat dari golongan lebih luas yaitu satu unsur akan
menggantikan unsur lain dari suatu senyawa. Misalnya:
Zn (s) + CuSO4 (aq) Cu (s) + ZnSO4 (aq)
Reaksi ini sama dengan reaksi antara senyawa dengan ion
hydrogen yaitu :
Zn (s) + 2 H+ (g) H2 (g) + Zn2+ (aq)
Reaksi tersebut dapat terjadi jika logam yang
dimasukkan kedalam larutan memiliki daya oksidasi yang
besar, sehingga dapat mereduksi ion logam dalam larutan.
(Vogel, 1985)
II.3.6 Reaksi Redoks
Dalam setiap reaksi redoks, perbandingan polar
antara zat yang dioksidasi dan zat yang direduksi didapat
dari persamaan yang memenuhi jumlah electron yang
dilepas sama dengan yang diikat. Contoh :
5 Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + 6Mn2+ + 4H2O
(Underwood, 1990)
II.4 Laju Reaksi
Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi konsentrasi reaktan
atau produk terhadap waktu (m/s). Setiap reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan umum,
Reakta Produk
Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama berlangsungnya
suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk
terbentuk.

4
A B
Menurut jumlah molekul A dan meningkanya jumlah molekul B
sering dengan waktu yang diperlihatkan dalam sebuah grafik.
Secara umum akan lebih mudah apabila dinyatakan laju dalam
perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi diatas
dapat dinyatakan lajunya sebagai :

Laju = - ΔIAJ atau - ΔIAJ


Δt Δt
(Chang, 2004)
II.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
II.5.1 Luas Permukaan Bidang Sentuh
Semakin luas permukaan bidang sentuh, reaksi
semakin cepat. Karena bidang sentuh yang luas akan
memungkinkan molekul bertabrakan dengan molekul lain.
Hal ini menyebabkan zat yang terbantuk serbuk reaksinya
akan semakin lebih cepat dari pada reaksi zat yang
berbantuk kepingan besar.
(Oxtoby, 2001)
II.5.2 Suhu
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu.
Dengan naiknya suhu bukan hanya molekul-molekul lebih
sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan
bantuan yang lebih berat karena mereka bergerak lebih
cepat.
(Keenan, 1990)
II.5.3 Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata, dalam lajunya mereka
mengalami perubahan kimia. Molekul-molekul hydrogen
dan fluorida bereaksi secara spontan bahkan pada
temperature kamar dengan menghasilkan hydrogen
fluoride.
H2 + F2  2 HF (sangat cepat pada suhu kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hydrogen dan oksigen
bereaksi sangat lambat, sehingga tak Nampak pertubahan
kimianya.
H2 + O2  2 H2O (sangat lambat pada suhu kamar)
(Keenan, 1990)

5
II.5.4 Katalis
Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi tanpa
mengalami perubahan kimiayang permanen. Suatu katalis
mempengaruhi kecepatan reaksi dengan jalan:
1. Pembentukan senyawa antara (katalis homogen)
2. Absorbsi (katalis heterogen)
II.5.5 Konsentrasi
Perubahan kimia timbul sebagai akibat dari
tumbukan molekul. Semakin banyak tumbukan yang
terjadi, semakin besar laju reaksinya. Jika konsentrasi
reaktan semakin tinggi maka tumbukan juga akan semakin
besar.
(Keenan, 1990)
II.6 Persamaan Laju Reaksi
Reaksi : 2N2O3  4NO2 + O2
Laju reaksi sebanding dengan konsentrasi N2O5 dan dapat ditulis :
Laju reaksi ∞ [N2O5]
Laju reaksi  k [N2O5]
K disebut konstanta laju reaksi orde pertama. Laju reaksi diatas
dapat diukur baik dengan berdasarkan penurunan [N 2O5] atau
berdasarkan pada [O2] [NO2] [N2O5] akan menghasilkan persamaan
yang berbeda.

Laju reaksi

Laju reaksi

Laju reaksi

Apabila dilakukan pengukuran akan terlihat bahwa laju reaksi’ ≠


laju reaksi” ≠ laju reaksi”’, sehingga k’≠ k” ≠ k”’. Karena itu untuk
memperoleh persamaan laju reaksi yang seragam, maka
berdasarkan perjanjian ditetapkannya laju reaksi yang didasarkan
oleh suatu reaktan atau produk tersebut dalam persamaan reaksi,
jadi :

Laju reaksi
Untuk reaksi umum :

6
aA + bB  cC + Dd
(Keenan, 1990)

2.7 Orde Reaksi

Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu


eksponen yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan
kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat reaksi. Untuk
reaksi umum A+B  C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh
konsentrasi A dan B. Orde reaksi total yang perlu diperhatikan :
1. Data eksperimen harus pada suhu konstan agar harga V tetap.
2. Metode mencari orde reaksi :
a) Metode Logika
Metode logika menggunakan rumus bahwa
ax = b dengan a = perbesaran konsentrasi
ay = b b = perbesaran laju reaksi
Metode ini memiliki kelemahan, yaitu hanya bisa digunakan
jika ada data yang sama.
b) Metode Komparatif (Perbandingan)
Metode ini membandingkan persamaan kecepatan reaksi

Harga K1 dan K2 (tetapan laju reaksi) pada suhu konstan adalah


sama, sehingga dapat dihilangkan. Dengan demikian
perbandingan konsentrasi zat yang berubah dipangkatkan orde
reaksinya masing – masing sama dengan perbandingan
kecepatan reaksinya.
c) Metode Grafik
Bila berupa garis lurus (linear) merupakan orde reaksi satu
garis lengkung (parabola) merupakan orde reaksi dua. Jika
berupa garis lengkung, tetapi bukan bentuk kuadrat orde
reaksinya 3,4 dan seterusnya.

2.7.1 Reaksi Orde Nol (0)


Reaksi orde nol mempunyai laju yang tidak
bergantung pada konsentrasi reaktan. Sebagai contoh,
dekomposisi lebih pada walform panas bertekanan tinggi
mempunyai laju pH 3 terdekomposisi pada laju tetap
sampai habis seluruhnya. Hanya reaksi yang heterogenyang

7
mempunyai hukum laju dengan orde nol secara
keseluruhan.rumus laju reaksi menjadi V.K.

M
(Khopkar,1990)

2.7.2 Reaksi Orde Satu


Jika laju suatu reaksi kimia berlangsung lurus
dengan konsentrasi jika suatu pereaksi V = K [A]. Maka
reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama jika
dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde
pertama berupa garis lurus liniear.

[A] (Khopkar, 1990)

2.7.3 Reaksi Orde Kedua


Jika laju reaksi sebanding dengan pangkat dua suatu
pereaksi atau pangkat satu konsentrasi dua pereaksi V = K
[A]2. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi beranak 2
jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan
orde reaksi dua berupa garis lengkung.

8
[A]
(Khopkar, 1990)
2.8 Hukum Laju dan Kostanta Laju
Laju reaksi terukur seringkali sebanding dengan konsentrasi
reaktan suatu pangkat. Contihnya mungkin saja laju itu sebanding
dengan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga :
V = K [A] [B]
Koefisien K disertai konsentrasinya yang tidak bergantung pada
konsentrasi, tetapi bergantung pada temperature. Persamaan sejenis
ini yang ditentukan secara eksperimen disebut hokum laju reaksi.
Secara formal hukum laju reaksi adalah persamaan yang
menyamakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua
spesien yang ada termasuk produknya.
Hukum laju reaksi memiliki dua penerapan utama,
penerapan praktisnya setelah kita mengetahui hukum laju dan
komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah
hokum laju menerapkan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap
mekanisme yang dilanjutkan harus konstan dengan hukum laju
yang diamati.
(Atkins, 1993)

2.9 Teori Tumbukan


Laju reaksi dapat diperoleh dengantiga faktor berikut :
1) Faktor Energi Tumbukan
Jumlah keseluruhan tumbukan antara partikel reaktan dalam
volume dari waktu yang diberikan.
2) Faktor Energi Tumbukan
Fraksi partikel reaktan yang menumbuk dengan energi aktivasi
yang cukup untuk memulai reaksi.
3) Faktor Geometri Tumbukan
Fraksi partikel yang menumbuk dengan orientasi yang benar
sehingga atom dapat memindahkan atom membagi elektron
valensi secara terarah ketka mereka melakukan kontak satu
sama lain.

(Miller, 1987)
2.10 Kecepatan Reaksi

9
Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi
atau hasil reaksi persatuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau
bertambahnya suatu produk. Dapat ditulis :

V= V=

Dengan V = kecepatan laju reaksi


[A] = konsentrasi A
[B] = konsentrasi B
t = waktu

(Sastrohamidjojo, 2001)

2.11 Energi Aktivasi


Reaksi kimia berlangsung sebagai akibat tumbukan antara
molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi tidak semua
tumbukan menghasilkan reaksi. Dari segi energi ada semacam
energi tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi.
Untuk bereaksi molekul yang bertumbukan harus memiliki energi
kinetic total sama dengan atau lebih besar daripada energy aktivasi,
molekul utuh dan tidak ada perubahan akibat tumbukan. Spes yang
terbentuk sementara oleh molekul reaktan sebagai akibat tumbukan
sebelum membentuk produk dinamakan kompleks teraktifkan
(keadaan transisi).
(Chang, 2004)

2.12 Analisa Bahan


2.12.1 Logam Mg
 Berwarna putih mengkilap

 Pada suhu biasa mudah diserbukkan


o o
 Pada suhu tinggi (450 C – 550 C) amat lunak

 Larut dalam asam encer

 Mudah dioksidasi, mudah terbakar

 Nyala dalam cahaya yang menyilaukan

 2Mg(s) + O2(g)  2MgO(s)

(Basri, 1996)
2.12.2 Asam Klorida (HCl)
 Merupakan asam kuat
 Tidak berwarna
 Mudah larut dalam air

10
 Baunya menusuk hidung hingga berbahaya bagi
pernapasan
 Tidak larut dalam alcohol
 Dapat melarutkan logam-logam mulia
 Bahan baku membuat plastic
Hg(s) + 2HCl(g)  MgCl2(aq) + H2(g)
(Vogel, 1985)
2.12.3 KMnO4
 Berwarna ungu
 Titik dekomposis
 Larut dalam air
 Digunakan dalam volumetrik dan agen oksida

(Bird,1987)

2.12.4 Asam Oksalat (H2C2O4)


 Asam organik dan bersifat toksik
 Merupakan zat padat hablur
 Tidak berwarna
 Titik leleh 100oC
 Dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air

(Basri, 2000)

2.12.5 Aquadest

Sifat fisik :
Berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
titik didih 100oC, titik beku 0oC
Sifat kimia :
Senyawa dengan formula H2O,elektrolit lemah,terionisasi
menjadi H3O+ dan OH- dihasilkan dari pengoksidasian
hidrogen sebagai bahan pelarut dalam kebanyakan senyawa
dan sumber listrik.

(Basri, 2000)

III. Metode Percobaan


3.1 Alat dan Percobaan
3.1.1 Alat

– Tabung reaksi

11
– Erlenmeyer
– Gelas beker
– Gelas ukur
– Pipet tetes
– Stopwatch
– Labu ukur

3.1.2 Bahan

– Pita Mg
– HCl
– H2C2O4
– KMnO4
– Aquadest

3.2 Gambar Alat

Gelas beker tabung reaksi labu ukur stopwatch

Gelas ukur Pipet tetes elenmeyer

12
Buret

3.3 Skema Kerja


3.2.1 Kinetika Reaksi logam Mg dengan HCl

10 mL HCl 2 M

Gelas beker

Penambahan pita Mg

Pencatatan waktu

Pengulanga 2 kali
hasil

13
10 mL HCl 2 M 10 mL HCl 2 M

Labu ukur Labu ukur

Pengenceran menjadi 1,8 M Pengenceran menjadi


1,6 M
Penuangan 10 mL HCl
10 mL HCl 1,8 M Penuangan 10 mL HCl

Gelas beker 10 mL HCl 1,6 M

Gelas beker
Pemasukan pita Mg

Pencatatan waktu sampai Mg Pemasukan pita Mg


habis
Pencatatan waktu sampai
hasil Perulanga 2 kali Mg habis

hasil Perulanga 2 kali

10 mL HCl 2 M 10 mL HCl 2 M

Labu ukur Labu ukur

Pengenceran menjadi 1, 4M Pengenceran menjadi


1,2 M
Penuangan 10 mL HCl
10 mL HCl 1,4 M Penuangan 10 mL HCl

Gelas beker 10 mL HCl 1,2 M

Gelas beker
Pemasukan pita Mg

Pencatatan waktu sampai Mg Pemasukan pita Mg


habis
Pencatatan waktu sampai
hasil Perulanga 2 kali Mg habis

hasil Perulanga 2 kali

14
10 mL HCl 2 M 10 mL HCl 2 M

Labu ukur Labu ukur

Pengenceran menjadi 1,0 M Pengenceran menjadi


0,8 M
Penuangan 10 mL HCl
10 mL HCl 1,0 M Penuangan 10 mL HCl

Gelas beker 10 mL HCl 0,8 M

Gelas beker
Pemasukan pita Mg

Pencatatan waktu sampai Mg Pemasukan pita Mg


habis
Pencatatan waktu sampai
hasil Perulanga 2 kali Mg habis

hasil Perulanga 2 kali

10 mL HCl 2 M

Labu ukur

Pengenceran menjadi 0,6 M

Penuangan 10 mL HCl
10 mL HCl 0,6 M

Gelas beker

Pemasukan pita Mg

Pencatatan waktu sampai Mg


habis

hasil Perulanga 2 kali

3.3.2 Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat

15
 Erlenmeyer 1

10 ml H2C2O4 + 12 ml
aquadest
Erlenmeyer 50 ml
– Penyiapan buret yang berisi KMnO4 0,1 M
– Penggoyangan campuran hingga homogen
– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M
– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
– Pengamatan

hasil

 Erlenmeyer 2

20 ml H2C2O4 + 2 ml
aquadest
Erlenmeyer 50 ml
– Penyiapan buret yang berisi KMnO4 0,7 M
– Penggoyangan campuran hingga homogen
– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M
– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
– Pengamatan

Hasil

 Erlenmeyer 3

10 ml H2C2O4 + 10 ml
aquadest
Erlenmeyer 50 ml
– Penyiapan buret yang berisi aquadest
– Penggoyangan campuran hingga homogen
– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M
– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna

16
– Pengamatan

Hasil
IV. Data Pengamatan
4.1 Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl

[ HCl ] Pita Mg Percobaan 1 Percobaan 2 Keterangan


( cm ) T 1/t t 1/t
2,0 0,5 41 0,024 42 0,024
1,8 0,5 47 0,021 55 0,018
1,6 0,5 70 0,014 82 0,012
1,4 0,5 95 0,010 102 0,009 Timbul
1,2 0,5 112 0,008 131 0,007 gelembung dan
1,0 0,5 193 0,005 209 0,004 gas H2
0,8 0,5 252 0,003 288 0,003
0,6 0,5 427 0,002 553 0,001

4.2 Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat

Percobaan H2C2O4 KMnO4 t Ket


pada
Erlenmeyer t(rata-
Ml M ml M T
ke – rata)
10,00 0,7 2,00 0,1 3,42 Warna
I 10,00 0,7 2,00 0,1 4,09 3,64 larutan
10,00 0,7 2,00 0,1 3,41 kuning

20,00 0,7 2,00 0,1 2,02 Warna


II 20,00 0,7 2,00 0,1 2,11 2,50 larutan
20,00 0,7 2,00 0,1 3,38 kuning

10,00 0,7 4,00 0,1 3,41 Warna


III 10,00 0,7 4,00 0,1 3,38 3,44 larutan
10,00 0,7 4,00 0,1 3,52 kuning

17
Perhitungan

1. Kinetika reaksi logam magnesium dengan asam klorida

M1 . V1 = M2 . V2
2,0 . V1 = 1,8 . 25
1,8  2,5
V1 = 2,0

= 22,5 ml
M1 .V1 = M3 .V3
2,0 . V1 = 1,6 . 25
1,6  2,5
V1 = 2,0

= 20,0 ml
M1 .V1 = M4 . V4
2,0 . V1 = 1,4 . 25
1,4  25
V1 = 2,0

= 17,5 ml
M1 . V1 = M5 . V5
2,0 . V1 = 1,2 . 25
1,2  25
V1 = 2,0

= 15,0 ml
M1 . V1 = M6 . V6
2,0 . V1 = 1,0 . 25
1,0  25
V1 = 2,0

= 12,5 ml
M1 . V1 = M7 .V7
2,0 . V1 = 0,8 . 25

18
0,8  25
V1 = 2,0

= 10,0 ml
M1 . V1 = M8 .V8
2,0 . V1 = 0,6 . 25
0,6  25
V1 = 2,0

= 7,5 ml

Sumbu x = log [HCl] , sumbu y = log 1/t

pengukuran [HCl] 1/t log [HCl] log 1/t x.y x2


(i) (M) (1/s) x  y 

1 2 0,0241 0,301 -1,618 -0,489 0,091

2 1,8 0,01975 0,2553 -1,704 -0,435 0,065

3 1,6 0,0131 0,2041 -1,883 -0,384 0,042

4 1,4 0,01015 0,1461 -1,994 -0,291 0,021

5 1,2 0,00825 0,0792 -2,084 -0,165 0,006

6 1 0,005 0 -2,301 0 0

7 0,8 0,00375 -0,0970 -2,426 0,235 0,009

8 0,6 0,00205 -0,2218 -2,688 0,596 0,049

∑ 0,6669 -16,70 -0,933 0,283

n x. y   x. y
m =
n x 2  ( x) 2

19
8.(0,933)  (0.6669.  16,7)
=
8.0,283  (0,6669) 2

 7,467  11,14
= 2,264  0,445

3,673
= 1,819

= 2,019
y = mx + c
y = 2,019 x + c
-1,618 = 2,019 ( 0,301 ) + c
c = -1,618 – 0,608
c = -2,226 ; maka persamaannya menjadi y = 2,019 x – 2,226
2. Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat
M0 adalah [H2C2O4] mula-mula yaitu 0,7 M
M0 . V0 = M1 . V1
0,7 . 10 = M1 . 22
7
M1 =
22

= 0,32 M
M0 . V0 = M2 . V2
0,7 . 20 = M2 . 22
14
M2 =
22

= 0,64 M
M0 . V0 = M3 . V3
0,7 . 10 = M3 . 20
7
M3 =
20

= 0,35 M

20
Sumbu log x = [H2C2O4] , sumbu y = log 1/t

pengukuran [H2C2O4] 1/t log [H2C2O4] log 1/t x.y x2


(i) (M) (1/s)  X y 

1 0,32 0,00427 -0,495 -2,340 1,160 0,245

2 0,64 0,00788 -0,194 -2,103 0,408 0,038

3 0,35 0,00447 -0,456 -2,350 1,072 0,208

∑ -1,145 -6,793 2,640 0,491

n x. y   x. y
m =
n  x 2  ( x ) 2

3.2,640  ( 1,145.  6,793)


=
3.0,491  ( 1,145) 2

7,920  7,780
= 1,473  1,311

0,14
= 0,162

= 0,864
y = mx + c
y = 0.864 x + c
-2,340 = 0,864 (-0,495) + c
c = -2,340 + 0,43
c = -1,910 ; maka persaman menjadi y = 0,864 x – 1,910

M0 adalah [KMnO4] mula-mula yaitu 0,1 M


M0 . V0 = M1 . V1
0,1 . 2 = M1 . 14
0,2
M1 =
14

21
= 0,014 M
M0 . V0 = M2 . V2
0,1 . 2 = M2 . 4
0,2
M2 =
4

= 0,05 M
M0 . V0 = M3 . V3
0,1 . 2 = M3 . 14
0,2
M3 =
14

= 0,014 M

pengukuran [KMnO4] 1/t log [KMnO4] log 1/t x.y x2


(i) (M) (1/s)  X y 

1 0,014 0,00427 -1,854 -2,340 4,34 3,44

2 0,05 0,00788 -1,301 -2,103 2,74 1,69

3 0,014 0,00447 -1,854 -2,350 4,36 3,44

∑ -5,009 -6,793 11,44 8,57

n x. y   x. y
m =
n x 2  ( x) 2

3.11,44  (5,009.  6,793)


=
3.8,57  ( 5,009) 2

34,32  34,03
= 25,71  25,09

0,29
= 0,62

= 0,48
y = mx + c
y = 0,48 x + c

22
-2,340 = 0,48 (-1,854) + c
c = -2,340 + 0,89
c = -1,45 ;

maka persaman menjadi y = 0,48 x – 1,45

Grafik Laju reaksi

Grafik log [HCl] vs log 1/t

Grafik log ([HCl])2 vs log 1/t

23
Grafik log [H2C2O4] vs log 1/t

Grafik log [ KMnO4] vs log 1/t

24
ANALISA GRAFIK

Dari grafik dapat dilihat bahwa :

1) Grafik hubungan log HCl dan log 1/t dapat dilihat bahwa konsentrasi
berpengaruh terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi HCl, waktu yang
dibutuhkan untuk logam Mg bereaksi semakin kecil. Grafik mendekati
literatur karena R mendekati 2.
2) Grafik antara log [HCl]2 dengan log 1/t menyatakan hubungan tingkat
reaksi HCl. HCl mempunyai orde reaksi 2 sehingga dapat digambarkan
dalam 2 grafik.
3) Grafik ke 3 hubungan log M campuran dengan log 1/t.
Konsentrasi berpengaruh terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi
larutan, waktu yang dibutuhkan untuk larutan berubah warna menjadi
agak coklat semakin kecil. Grafik mendekati literatur karena menunjukkan
grafik linier.

V. Pembahasan

Telah dilakukan percobaan berjudul “Kinetika Kimia”. Tujuan dari


percobaan ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu

25
menentukan laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode pencampuran, pengenceran, dan titrasi. Prinsip percobaan ini
adalah mekanisme reaksi suatu kimia.

Reaksi kimia adalah suatu proses, dimana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi
terbentuk dari berbagai zat aslinya yang disebut pereaksi. Reaksi kimia biasanya
disertai oleh kejadian-kejadian fisik seperti perubahan warna, timbulnua gas, dan
sebagainya (Petrucci, 1992).

Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

A+B C

Menurut Keenan, orde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen dari
drfftftkonsentrasi dalam persamaan laju. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan
pangkat satu konsentrasi hanya satu pereaksi.

Laju = k [HCl]

Maka reaksi ini dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penentuan orde
reaksi dengan metode diferensial, metode integral (penentuan orde reaksi pertama
dan penentuan orde reaksi kedua).

(Keenan, 1991)

Laju / kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dengan


produk dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol / L, tetapi untuk fase gas,
digunakan satuan atmosfer,millimeter merkurium / pascal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar reaksi,


temperature, katalis, dan konsentrasi.

26
(Keenan,1991)

5.1 Kinetika Reaksi Logam MG dengan HCl

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan persamaan laju antara magnesium


dengan asam klorida. Pada percobaan ini, digunakan konsentrasi HCl 2 M.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran, Tujuannya
adalah agar didapat konsentrasi HCl yang lebih encer. Tujuan digunakannya
konsentrasi yang bervariasi adalah untuk membandingkan laju reaksi Mg pada
masing-masing larutan HCl yang berbeda konsentrasi tersebut terhadap waktu.

Dilakukan pemasukkan logam Mg ke dalam larutan HCl dengan berbagai


konsentrasi. Berikut adalah reaksi antara logam Mg dengan HCl :

Mg (s) + 2 HCl MgCl2 (aq) + H2(g)


0 oksidasi +2
-1 reduksi 0
(Vogel, 1989)

reaksi di atas merupakan reaksi redoks. HCl merupakan oksidator yang mampu
2+
mengoksidasi logam Mg menjadi Mg , sedangkan Mg merupakan logam yang
cukup reaktif untuk bereaksi dengan senyawa lainnya, karena mudah dioksidasi.

Hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi HCl maka
reaksinya semakin cepat. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi,
semakin banyak jumlah partikel zat dalam larutan, sehingga semakin banyak
tumbukan yang terjadi. Semakin banyak tumbukan maka semakin cepat mencapai
Ea reaksi.

Persamaan laju hanya ditentukan oleh konsentrasi HCl, karena Mg berbentuk


padatan dan ukuran Mg yang dipakai sama yaitu 0,5 cm sehingga tidak
mempengaruhi konsentrasi larutan dan akhirnya dari persamaan laju di atas,
logam Mg tidak berpengaruh dalam persamaan laju reaksi.

27
Orde reaksi dari persamaan laju reaksi yang ideal adalah 2, dalam percobaan
diperoleh orde mendekati 2, yaitu 2,019.

Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu :

1. Temperatur
Temperatur dari percobaan pertama dengan percobaan lainnya
kemungkinan tidak sama, sehingga laju yang diperoleh juga berbeda. Apabila
suhunya semakin besar, maka molekul-molekul dapat bergerak semakin cepat dan
tumbukan lebih sering terjadi. hal ini terjadi karena kecepatan molekul akan
semakin meningkat saat suhu dinaikkan, sehingga energi kinetik akan semakin
besar. Tumbukan yang terjadi pun akan semakin banyak terjadi sehingga laju
reaksinya juga semakin cepat.

2. Konsentrasi
Dalam percobaan ini, apabila konsentrasi HCl yang digunakan semakin
kecil maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi.
Begitupun sebaliknya, semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi. Apabila konsentrasi tinggi, maka
molekul-molekul dalam zat-zat pereaksi dapat semakin sering terjadi tumbukan,
sehingga laju reaksinya juga cepat.

3. Luas permukaan logam Mg


Makin besar luas permukaan logam Mg, waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi semakin cepat. Sebagai contoh luas permukaan serbuk lebih besar
daripada padatan, sehingga tumbukan antar partikel akan banyak terjadi. Hal ini
mengakibatkan laju reaksi semakin cepat.

4. Faktor Eksternal
Dalam percobaan ini, cepat lambatnya laju reaksi juga dipengaruhi oleh
faktor penggoyangan larutan HCl, penggoyangan ini dapat mempercepat
terjadinya reaksi.

28
Hasil percobaan diperoleh grafik yang dihasilkan dari reaksi antara Mg
dengan HCl berupa garis linier. Selain itu, grafik log [HCl] versus log 1/t
dihasilkan suatu persamaan garis linier y = 2,019 x – 2,226. Dari persamaan
tersebut didapatkan orde reaksi HCl sebesar 2 dan tetapan laju reaksi sebesar. Jadi
hukum atau persamaan laju reaksi untuk reaksi ini adalah : V= k [HCl]2

5.2 Kinetika Reaksi ion Permanganat dengan Asam Oksalat

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan tingkat reaksi antara asam
osalat dengan KMnO4. Metode yang digunakan adalah titrasi asam basa.

Reak\sinya :

3 H2C2O4 (l) + 2K+ + 2 MnO4-(l)  6 CO2 (g)+ 2K+ + 2 OH-(l) + 2 H2 (g) + 2 MnO2(p)
oksidas
+3 +4
i reduksi
+7 +4

Reaksi di atas merupakan reaksi redoks, di mana ion MnO4- tereduksi


menjadi MnO2. Sedangkan Oksalat tereduksi membentuk gas CO2. Ion
Permanganat (MnO4-) berwarna ungu, umumnya tersedia dalam garam potassium
(KMnO4) yang berwarna ungu kehitaman. Apabila ion permanganat (MnO4-)
tereduksi dalam keadaan netral atau larutan bersifat basa, produknya akan berupa
mangan oksida (MnO2). Jika pada keadaan asam permanganat akan tereduksi
menjadi mangan (II) yang tidak berwarna.

Sebelum asam oksalat direaksikan dengan KMnO4, terlebih dahulu di


tambahan dengan akuades, sampai larutan homogen. Penggoyangan pada saat
penambahan akuades ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya larutan
homogen. Penambahan akuades bertujuan untuk mengencerkan asam oksalat agar
didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda.

Penambahan KMnO4 pada asam oksalat, menjadikan warna larutan


menjadi ungu. Hal ini dikarenakan ion permanganat (MnO4-) berwarna ungu. Pada
saat reaksi berlangsung terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning
kecoklatan, dan warna tersebut semakin lama semakin memudar. Hal ini
dikarenakan ion permanganat (MnO4-) tereduksi menjadi MnO2 yang
menghasilkan perubahan warna menjadi coklat.

29
Pada saat penambahan KMnO4 sebaiknya tidak dilakukan penggoyangan.
Hal ini dikarenakan, penggoyangan dapat mempercepat reaksi dengan cara
mempercepaat tumbukan molekul-molekul zat yang bereaksi sehingga akhirnya
dapat mempengaruhi laju reaksinya. Reaksi ini diharapkan dapat berlangsung
normal tanpa pengaruh dari faktor eksternal seperti penggoyangan.

Dari hasil percobaan didapatkan grafik dari hasil reaksi antara asam
oksalat dengan KMnO4 berupa grafik linier. Persamaan liniernya adalah y =
0,843x – 1,942 dan y = 0,437x – 1,533. Dan reaksi tercepat pada Elenmeyer 2,
karena konsentrasi H2C2O4 lebih besar yang merupakan reduktor dari reaksi
tersebut. Semakin cepat pula mengalami oksidasi.

VI. Penutup

6.1 Kesimpulan

a. Reaksi antara HCl dan Mg merupakan reaksi pembentukan gas dengan


menghasilkan gas H2.
b. Reaksi antara H2C2O4 + KMnO4 merupakan reaksi redoks dimana H2C2O4
teroksidasi menjadi gas CO2, dan KMnO4tereduksi menjadi MnO2 yang
ditandai perubahan warna ungu menjadi kuning kecoklatan.
c. Orde reaksi HCl adalah 2
d. Tingkat reaksi H2C2O4 dengan KMnO4 sebesar 1 dan 0,4
6.2 Saran

a. Teliti dalam mengencerkan HCl berbagai konsentrasi agar tidak terjadi


kekeliruan.
b. Teliti dalam pengamatan perubahan warna yang terjadi antara ion
permanganat dengan asam oksalat.

30
VII. Daftar Pustaka
Atkins,P.W ,1993, “ Kimia Fisik II”, edisi keempat, Erlangga, Jakarta.

Brady, J.,1994, “ Kimia Universitas Asas dan Struktur” ,Jilid I, edisi kelima,

Erlangga , Jakarta.

Bird,T., 1987, “Kimia untuk Universitas”, Gramedia , Jakarta.

Change,R., 1987, “ Chemistry 3rd edition”, Random House , USA.

Keenan,C., 1992, “ Ilmu Kimia untuk Universitas”, edisi keenam,

The University of Tennese Knoxvill, Erlangga , Jakarta.

Khopkar,S.M., 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press, Jakarta.

Mil\ler, 1987, “Chemistry A Basic Introduction 4th edition”,Wadsorth

Publishing Company , California.

Oxtoby,D.W., 1999, “ Prinsip – prinsip Kimia Modern”, edisi keempat,jilid 1,

Erlangga , Jakarta.

Rivai,H.,1995, “ Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press , Jakarta.

Basri, S., 1996, “ Kamus Kimia”, Rinaka Cipta , Jakarta.

Sastrohamijoyo,H., 2001, “ Spektroskopi”, Liberty , Yogyakarta.

Underwood, 1990, “ Analisa Kimia Kualitatif”, Erlangga , Jakarta.

31
Vogel A.I., 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro”, Edisi Kelima, PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta.

VIII. LAMPIRAN

Kelompok 1

a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl

HCl Pita Mg Percobaan I Percobaan 2 t rata-rata 1/t

[M] (cm) t (s) t (s) (s) rata-rata

2,0 0,5 - - - -

1,8 0,5 63 58 60,5 0,016

1,6 0,5 63 55 59 0,017

1,4 0,5 75 86 80,5 0,012

1,2 0,5 111 98 104,5 0,009

1,0 0,5 120 112 116 0,008

0,8 0,5 203 204 203,5 0,004

0,6 0,5 553 501 527 0,002

b. Kinetika Reaksi Asam Oksalat dengan KMnO4

Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t (s) 1/t

32
(ml) (ml) (ml)

1 10 2 12 162 0,006

10 2 12

10 2 12

2 20 2 2 174 0,006

20 2 2

20 2 2

3 10 4 10 300 0,003

10 4 10

10 4 10

Kelompok 3

a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl

HCl Pita Mg Percobaan I Percobaan 2 t rata-rata 1/t

[M] (cm) t (s) t (s) (s) rata-rata

2,0 0,5 32,38 59,61 55,995 0,018

1,8 0,5 62 61 61,6 0,016

1,6 0,5 59 64 61,5 0,016

1,4 0,5 68 67,31 67,775 0,014

1,2 0,5 111,21 112,17 111,69 0,009

1,0 0,5 113,41 153 133,205 0,008

0,8 0,5 210 155 182,5 0,005

0,6 0,5 447 477 462 0,002

33
b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat

Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t (s) t rata- 1/t rata-


rata (s) rata
(ml) (ml) (ml)

1 10 2 12 173 188,67 0,005

10 2 12 191

10 2 12 202

2 20 2 2 179,90 170,4 0,006

20 2 2 171,99

20 2 2 159,69

3 10 4 10 247 247,3 0,004

10 4 10 252

10 4 10 243

Kelompok 4

a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl

HCl Pita Mg Percobaan I Percobaan 2 t rata-rata 1/t

[M] (cm) t (s) t (s) (s) rata-rata

2,0 0,5 27,88 27,43 27,655 0,036

1,8 0,5 42,85 43,63 43,24 0,023

1,6 0,5 51,74 54,45 53,095 0,018

1,4 0,5 64,07 63,07 63,57 0,015

34
1,2 0,5 83,13 79,39 81,26 0,012

1,0 0,5 106,83 105,85 106,34 0,009

0,8 0,5 171,07 163 167,035 0,006

0,6 0,5 357,14 357,14 357,14 0,003

b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat

Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t (s) t rata-rata 1/t rata-


(s) rata
(ml) (ml) (ml)

1 10 2 12 227,85 231,37 0,004

10 2 12 224,41

10 2 12 241,85

2 20 2 2 109,73 125,243 0,008

20 2 2 152,26

20 2 2 113,74

3 10 4 10 209,29 199.99 0,005

10 4 10 185,86

10 4 10 204,82

Kelompok 5

a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl

HCl Pita Mg Percobaan I Percobaan 2 t rata-rata 1/t

35
[M] (cm) t (s) t (s) (s) rata-rata

2,0 0,5 47,8 42,15 44,98 0,022

1,8 0,5 61,12 59,66 60,39 0,016

1,6 0,5 58,6 55,05 56,82 0,017

1,4 0,5 53,5 56,9 55,2 0,018

1,2 0,5 103,7 107,25 105,48 0,009

1,0 0,5 116,9 138,7 127,8 0,008

0,8 0,5 161 159,55 160,28 0,006

0,6 0,5 147,7 243,1 195,4 0,005

b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat

Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t (s) t rata- 1/t


rata (s)
(ml) (ml) (ml)

1 10 2 12 238,8 241.5 0,004

10 2 12 246

10 2 12 239,7

2 20 2 2 165,9 182,7 0,006

20 2 2 244,9

20 2 2 137,3

3 10 4 10 304,4 257,63 0,004

10 4 10 224,5

10 4 10 244

Kelompok 7

36
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
HCl Pita Mg Percobaan I Percobaan 2 t rata-rata 1/t

[M] (cm) t (s) t (s) (s) rata-rata

2,0 0,5 43 34 38,5 0,026

1,8 0,5 56 43 49,5 0,020

1,6 0,5 67 70 68,5 0,015

1,4 0,5 81 90 85,5 0,011

1,2 0,5 105 108 106,5 0,009

1,0 0,5 158 141 149,5 0,007

0,8 0,5 230 238 234 0,004

0,6 0,5 493 491 492 0,002

b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat


Erlenmeyer H2C2O4 KMnO4 H2O t (s) t rata- 1/t rata-
rata (s) rata
(ml) (ml) (ml)

1 10 2 12 261 253,33 0,00039

10 2 12 278

10 2 12 221

2 20 2 2 165 168,67 0,00059

20 2 2 170

20 2 2 171

37
3 10 4 10 220 257,67 0,00038

10 4 10 261

10 4 10 292

LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 19 Mei 2009

Praktikan

Roshinta Anggun R. Rr Dian Pratiwi Sapto Adi Wibowo

J2C 008 060 J2C 008 061 J2C 008 062

38
Sara Agustine Biyang Sari Pratiwi

J2C 008 063 J2C 008 064

Setyo Rini Utomo Siska Yuliana Tristianti

J2C 008 065 J2C 008 066

Mengetahui

Asisten

Fitria Fatichatul Hidayah

J2C 005 116

39

Anda mungkin juga menyukai