Anda di halaman 1dari 27

7.

Cairan

7.1 Panas Penguapan dan Gaya Antarmolekul

Gaya Antar molekul

1. Gaya Van der Waals

Gaya Van der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik-menarik di antara

molekul-molekul. Gaya ini timbul dari gaya London dan gaya antar dipol-dipol. Jadi,gaya

Van der Waals dapat terjadi pada molekul nonpolar maupun molekul polar.Gaya ini

diusulkan pertama kalinya oleh Johannes Van der Waals (1837–1923). Konsep gaya

tarik antarmolekul ini digunakan untuk menurunkan persamaan persamaannya tentang

zat-zat yang berada dalam fase gas.Kejadian ini disebabkan adanya gaya taparik-menarik

antara inti atom dengan elektron atom lain yang disebut gaya tarik-menarik elektrostatis

(gaya coulumb). Umumnya terdapat pada senyawa polar.

Untuk molekul nonpolar, gaya Van der Waals timbul karena adanya dipol-dipol sesaat

atau gaya London. Gaya Van der Waals ini bekerja bila jarak antar molekul sudah sangat

dekat, tetapi tidak melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antar atom. Paling sedikit

terdapat tiga gaya antar molekul yang berperan dalam terjadinya gaya Van der Waals,

yaitu gaya orientasi, gaya imbas, dan gaya dispersi.


a. Gaya orientasi ( Gaya Dipol-dipol )

Gaya orientasi terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol permanen atau

molekul polar. Antaraksi antara kutub positif dari satu molekul dengan kutub negatif dari

molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik-menarik yang relatif lemah.Gaya ini

memberi sumbangan yang relatif kecil terhadap gaya Van der Waals, secara keseluruhan.

Kekuatan gaya orientasi ini akan semakin besar bila molekul-molekul tersebut mengalami

penataan dengan ujung positif suatu molekul mengarah ke ujung negatif dari molekul

yang lain. Misalnya, pada molekul molekul HCl.

b. Gaya Imbas

Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen, berinteraksi

dengan molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul polar dengan dipol

permanen akan menyebabkan imbasan dari kutub molekul polar kepada molekul

nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut mengumpul pada

salah satu sisi molekul (terdorong atau tertarik), yang menimbulkan terjadinya dipol

sesaat pada molekul nonpolar tersebut. Terjadinya dipol sesaat akan berakibat adanya

gaya tarik-menarik antar dipol tersebut yang menghasilkan gaya imbas. Gaya imbas juga

memberikan andil yang kecil terhadap keseluruhan gaya Van der Waals.
c. Gaya london

Gaya london adalah gaya tarik-menarik yang sifatnya lemah antara atom atau

molekul yang timbul dari pergerakan elektron yang acak di sekitar atom-atom.Karena

elektron bergerak secara acak di sekitar inti atom,maka suatu saat terjadi

ketidakseimbangan muatan didalam atom. Akibatnya terbentuk dipol yang sesaat.Dipol-

dipol yang berlawanan ini saling berikatan,walau sifatnya lemah. Adanya gaya-gaya ini

terutama terdapat pada molekul-molekul nonpolar yang dikemukakan pertama kalinya

oleh Fritz London.Perhatikan gambar 1.21. Setiap atom helium mempunyai sepasang

elektron. Apabila pasangan elektron tersebut dalam peredarannya berada pada bagian kiri

bola atom, maka bagian kiri atom tersebut menjadi lebih negatif terhadap bagian kanan

yang lebih positif. Akantetapi karena pasangan elektron selalu beredar maka dipol tadi

tidak tetap, selalu berpindah-pindah (bersifat sesaat). Polarisasi pada satu molekul akan

memengaruhi molekul tetangganya. Antara dipol-dipol sesaat tersebut terdapat suatu

gaya tarik-menarik yang mempersatukan molekul-molekul nonpolar dalam zat cair atau

zat padat.
2. Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen adalah gaya tarik-menarik yang cukup kuat antara molekul-

molekul polar (mengandung

atom-atom sangat elektronegatif, misalnya F, O, N) yang mempunyai atom hidrogen.

Ikatan ini dilambangkan dengan titik-titik (...). Contoh: Ikatan hidrogen yang terjadi

dalam molekul air. Di dalam molekul air, atom O bersifat sangat elektronegatif sehingga

pasangan elektron antara atom O dan H lebih tertarik ke arah atom O. Dengan demikian

terbentuk suatu dipol.

Gaya tarik-menarik antardipol ini yang melalui atom hidrogen disebut ikatan hidrogen.
Pengaruh Ikatan Hidrogen pada Titik Didih

Senyawa yang di dalamnya terdapat ikatan hidrogen umumnya memiliki titik

didih yang tinggi. Sebab untuk memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk diperlukan

energi lebih besar dibandingkan senyawa yang sejenis, tetapi tanpa adanya ikatan

hidrogen.H2.Pada molekul HF, ikatan antara atom H dan F termasuk ikatan kovalen.

Sedangkan ikatan antar molekul HF (molekul HF yang satu dengan molekul HF yang

lainnya) termasuk ikatan hidrogen.

Titik didih suatu zat dipengaruhi oleh:

a. Mr, jika Mr besar maka titik didih besar dan Mr kecil maka titik didih kecil.

b. Ikatan antar molekul, jika ikatan kuat maka titik didih besar dan ikatan lemah maka

titik didih kecil.

Perhatikan data Mr dan perbedaan keelektronegatifan senyawa golongan halogen (VIIIA)

berikut.
Seperti kita ketahui, F, O, dan N adalah unsur-unsur yang sangat elektronegatif. Oleh

karena itu, ikatan F–H, O–H, dan N–H adalah ikatan-ikatan yang sangat polar. Dalam

HF, H2O, NH3, dan senyawa-senyawa lain yangmengandung ikatan F–H, O–H, atau N–

H, atom H sangat positif. Dalam senyawa-senyawa seperti itu terdapat suatu ikatan, yang

disebut ikatan hidrogen, yaitu ikatan karena gaya tarik-menarik elektrostatik antara atom

hidrogen yangterikat pada atom berkeelektronegatifan besar (atom F, O, atau N) dengan

atom berkeelektronegatifan besar dari molekul tetangga, baik antar molekul sejenis

maupun yang berlainan jenis.


7.2 Viskositas

Gas dan cairan mempunyai sifat yang disebut viskositas. Viskositas adalah ukuran

yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan

yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat

mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat

seperti contohnya air, alkohol, dan bensin karena memiliki nilai viskositas kecil.

Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak asto, dan madu karena

mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan

mengalirnya suatu cairan. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan

memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir

dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton

menyatakan hubungan antara gaya – gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai :

Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya.

Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara

tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut

dengan viskositas.

Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antar-bagian atau lapisan cairan yang

bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh

gaya kohesi di dalam zat cair. Viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang

terjadi antara molekul-molekul gas.

Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin

sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas

dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas

timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan Sistem

Internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan

CGS (centimeter gram sekon) untuk koefisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P).

Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise

digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie

Poiseuille, 1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2.

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat

kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya

gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang

membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada

zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara

molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara

molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.

Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli,

madu dan lainnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di

atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air mengalir lebih cepat daripada minyak

goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin

tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika menggoreng

bahan makanan, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika

dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas

tersebut.

Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (nyata).

Fluida riil adalah fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup,

oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal
sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang

digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida. Mirip seperti kita

menganggap benda sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya

tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku.

Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari diberikannya

tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas sering diartikan sebagai

kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum

molekuler di antara lapisan-lapisan fluida dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini

terlihat sebagai tegangan tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak.

Akibat adanya gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat

pada plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang

lebih jauh. Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir

didalam pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah. Sebuah benda yang

bergerak dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek

viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang

viskositasnya lebih rendah.

7.3 Pengukuran Viskositas

Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Terdapat berbagai jenis

viscometer yang berbeda, demikianlah cara untuk menentukan µ, yaitu:

a. Dengan viscometer torsi

Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.

b. Dengan viscometer Ostwald

Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh

sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah

tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet

kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari

viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a cairan

kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a,

stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch

dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b

dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U

dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan.

c. Dengan hokum stokes untuk bola jatuh.

Dimana F adalah hambatan yang dialami oleh bola sangat kecil dengan jari-jari r

yang jatuh bebas melalui cairan yang viskositasnya µ dengan keceptan v. Rumus

Stokes hanya berlaku bila Reynolds untuk aliran kurang dari (sekitar) 1.

d. Viscometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan

dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan

viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang

tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan

konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang

ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.

e. Viscometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan,

kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh


motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit

antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.

f. Viscometer Hoppler

Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola

logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya

gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya),

dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.

Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional

resistance medium.

7.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan

turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-

partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun

kekentalannya.

2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan

konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi

larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.

Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan

viskositasnya semakin tinggi pula.


3. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya

solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan

sehingga manaikkan viskositas.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

7.5 Tegangan Permukaan

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus

diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini

tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog

dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada

seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi

seutas tali. (Martin, 1990).

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk

menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,

tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat

cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan

datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk

luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda

kecil di permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit

melengkung ke bawah tampak silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan

zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas

permukaan-nya sekecil mungkin.


Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan

sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di

permukaan fluida.

Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka

dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada

tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar

dari pada adhesi antara cairan dan udara (Hamid.2010).

Tegangan permukaan bervariasi antar berbagai cairan. Air memiliki tegangan

permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk

droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk

suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa seranga dapat berjalan diatasnya

(suminar, 2001).

Macam-macam Metoda yang digunakan dalam Tegangan Permukaan

Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara

lain (Kosman dkk, 2005);

1. Metode cincin de-Nouy

Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar

permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang

dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding dengan

tegangan permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan

cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.
2. Metode kenaikan kapiler

Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan tidak

dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak

bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka zat tersebut akan

naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke

bawah akibat berat zat cair.

 Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan yaitu ;

 Keliling penampang pipa = 2 pr

 Sudut kontak antar permukaan zat dengan dinding kapiler = q maka gaya ke atas total

= 2 prg cos q.

 Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk

menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh

adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar

gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku

sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan

permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa

kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang

dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang

sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi).

(Ansel, 1985)

Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul

cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas

tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang
lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian

dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul

cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat

gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka

cairan yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan

menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan

seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis. (Anief, 1993)

Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair.

Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap

artikel zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka

pada batas sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan

adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak

bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang bias juga

digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak

diletakkan. (Martin, 1990)

Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non

polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah,

maka molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu

lapisan monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini

mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi

nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk agregat yang dikenal sebagai

misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik

(KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi
dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan

dengan metode tegangan permukaan. (Kosman, 2006).

Cara yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan tegangan permukaan

adalah dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan berbenruk huruf U dan kawat

kedua CD dengan panjang l yang dapat digerakkan sepanjang kawat U.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1. Suhu

Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energy

kinetik molekul

2. Zat terlarut (solute)

Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.

Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan

permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan

membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat

tersebut biasa disebut dengan surfaktan.

3. Surfaktan

Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena

cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai

orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu

contoh dari surfaktan.

4. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air,

maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena

gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.

5. Konsentrasi Zat Terlarut

Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-

sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah

diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan

muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam

larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan

muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
8. Gas

Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian

tak terpisahkan dari studi kimia .Sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya

dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai

molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada

struktur mikroskopik.

Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut :

1. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.

2. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.

3. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak

diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya

akan menjadi tak hingga kecilnya.

4. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.

5. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.

6. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas

akan mengembang.

7. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat

pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh Torricelli. Tekanan didefinisikan

gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya / luas. Dalam SI, satuan gaya adalah Newton

(N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan

tekanan 1013 hPa. 1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa

Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering

digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia.


8.1 Tekanan

Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas(A).

P : Tekanan dengan satuan pascal ( Pressure )

F : Gaya dengan satuan newton ( Force )

A : Luas permukaan dengan satuan m2 ( Area )

Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau

gas.Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Semakin

tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin

tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan lebih

rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran rendah tekanan lebih tinggi.

Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali untuk uap air,

uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi perubahan dari gas kembali menjadi

cair. (dikutip dari wikipedia : kondensasi). Rumus dari tekanan dapat juga digunakan

untuk menerangkan mengapa pisau yang diasah dan permukaannya menipis menjadi

tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama akan dapatkan tekanan

yang lebih tinggi.Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer.

Tekanan Hidrostatis

Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini terjadi

karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan

sebuah cairan bergantung pada kedalaman cairan di dalam sebuah ruang

dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut.


Hubungan ini dirumuskan sebagai berikut: "P = ρgh" dimana ρ adalah masa jenis cairan,

g (10 m/s2) adalah gravitasi, dan h adalah kedalaman cairan. h dihitung dari permukaan

air menuju ke kedalaman benda.

Tekanan Udara

Atmosfer adalah lapisan yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas hingga 1000

km ke atas bumi dan memiliki massa 4.5 x 1018 kg. Massa atmosfer yang menekan

permukaan inilah yang disebut dengan tekanan atmosferik. Tekanan atmosferik di

permukaan laut adalah 76 cmHg.

Tekanan diaplikasikan dalam beberapa hal dalam kehidupan, diantaranya:

 Pengukuran tekanan darah

 Pompa Hidrolik yang biasanya dipakai di bengkel-bengkel

8.2 Skala Temperatur

8.3 Hukum-Hukum Gas Ideal

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak

secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena

memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga

dapat dianalisis dengan mekanika statistika.

Persamaan keadaan gas ideal adalah hukum gas ideal.

PV = n R T

Dimana ;

P = tekanan (atm)
V= volume (Liter)

n = jumlah substansi gas (mol)

R = konstanta gas

T = temperatur (Kelvin)

Dalam gas ideal terdapat berbagai hukum :

a. Hukum Boyle

Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert

Boyle. Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada

dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding

terbalik dengan volumenya.

P1V1= P2V2

Dengan ;

p1 :tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)

p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)

V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

b. Hukum Charles

Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques

Charles. Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana

tertutup dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu

mutlaknya.

V1/T1=V2/T2

Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)

V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

C. Hukum GayLussac

Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama

Joseph Gay Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada

dalam bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan

suhu mutlaknya.

PI/T1=P2/T2

Keterangan:

T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)

T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)

p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

d. Hukum Avogadro

V1/V2 = n1/n2

Keterangan:

V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)

V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

n1 : jumlah substansi gas pada keadaan 1 (mol)

n2 : jumlah substansi gas pada keadaan 2 (mol)


8.4 Gas Nyata

Gas yang tidak mematuhi persamaan dan hukum gas lainya di semua kondisi suhu

dan tekanan. Van der Waal menunjukkan asumsi kesalahan yang dibuat dalam

merumuskan model kinetik molekular gas.

Kekuatan tarik antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku

pada tekanan rendah dan suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi

pada tekanan tinggi dan suhu rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik

meskipun sangat kecil.

a b
gas
(atm dm6 mol-2) (atm dm6 mol-2)

He 0,0341 0,0237

Ne 0,2107 0,0171

H2 0,244 0,0266

NH3 4,17 0,0371

N2 1,39 0,0391

C2 H 4,47 0,0571

CO2 3,59 0,0427

H2O 5,46 0,0305

CO 1,49 0,0399

Hg 8,09 0,0170

O2 1,36 0,0318
Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals ini

dapat digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih

besar. Disamping itu juga persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan

penyimpangan gas nyata dari gas ideal. Namun walaupun demikian, persamaan Van der

Waals ini belum dapat secara sempurna menggambarkan sifat0sifat gas sehingga

digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan Virial.

Bunyi hukum tersebut adalah : "Bila di ukur pada suhu dan tekanan yang sama,

volume gas gas yang bereaksi dan volume gas gas hasil reaksi berbanding sebagai

bilangan bulat dan sederhana".

Hukum gay lussac di dasari oleh hasil penemuan ahli kimia inggris yang

bernama Henry Cavendish (1731-1810)bahwa perbandingan volume gas hidrogen yang

bereaksi dengan gas oksigen membentuk air adalah 2:1 dengan syarat harus di ukur

pada suhu dan tekanan yang sama.pada tahun 1808, Joseph Louis Gay Lussac

melakukan percobaan serupa dengan menggunakan berbagai macam gas. Ia menemukan

bahwa perbandingan vo- lume gas-gas dalam reaksi selalu merupakan bilangan bulat

sederhana.

2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen → 2 volume uap air

1 volume gas nitrogen + 3 volume gas hidrogen → 2 volume gas amonia

1 volume gas hidrogen + 1 volume gas klorin → 2 volume gas hidrogen klorida

dari hasil percobaan inilah gay lussac mengemukakan hukumnya.

Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara langsung akan

proporsional jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai

berikut:
atau

Dimana:

V adalah volume gas

n adalah jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)

k adalah konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah konstanta gas universal, T

adalah suhu Kelvin, dan P adalah tekanan. Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P

juga konstan dan disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas ideal.

Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan, dan volume gas

yang sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama. Untuk membandingkan

substansi yang sama di bawah dua set yang kondisinya berbeda, hukum ini dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika jumlah mol gas meningkat, volume gas

juga akan meningkat secara proporsional. Dan sebaliknya, jika jumlah mol gas berkurang,

maka volume juga menurun.

Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari

namakimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa

suatusenyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu

tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-

unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massahidrogen.
Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan

tetap adalah hukum dasar stoikiometri.

Dari hasil eksperimen yang dilakukan Joseph Louis Proust (1807) ditemukan

fakta sebagai berikut:Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa adalah

selalu tetap. Inilah yang menjadi salah satu hukum dassar kimia yang kemudian dikenal

sebagai Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust.

 Energi Dalam Pada Gas Ideal Dan Gas Nyata

Energi dalam ialah jumlah energi kinetik seluruh partikel gas. Rumus energi dalam

pada gas monoatomik dan gas diatomik memiliki persamaan yang berbeda. Bahkan pada

gas diatomik rumus atau persamaan energi dalam dibedakan berdasarkan tingkatan suhu

gas. Tingkatan suhu dibedakan menjadi suhu rendah, yaitu pada suhu kisaran 300 Kelvin,

suhu sedang pada kisaran 500 Kelvin, dan suhu tinggi pada kisaran 1000 Kelvin.

Rumus energi dalam untuk gas monoatomik seperti Helium, Neon, Argon, dan

sebagainya:

U = Ek = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T

Dimana :

U = energi dalam

Ek = energi kinetik gas

N = jumlah partikel gas

k = Konstanta Boltzmann

R = tetapan gas

T = suhu gas
Sedangkan rumus energi dalam untuk gas diatomik seperti Oksigen (O2), Nitrogen

(N2), Hidrogen (H2),dan sebagainya, bisa dihitung dengan persamaan:

a. Pada suhu rendah (+/- 300K)

U = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T

b. Pada suhu sedang (+/- 500K)

U = 5/2 N.k.T atau U = 5/2 n.R.T

c. Pada suhu tinggi (+/- 1000K)

U = 7/2 N.k.T atau U = 7/2 n.R.T

Anda mungkin juga menyukai