Anda di halaman 1dari 48

TITRASI REDOKS

Dosen Pengampu :
Septiani Mangiwa, S.Si., M.Si.

Prodi Farmasi FMIPA Uncen


2020
Tujuan

1. Menjelaskan konsep dan prinsip titrasi


Redoks
2. Menggambar kurva titrasi redoks
3. Memilih indikator redoks yang sesuai
4. Membedakan jenis – jenis titrasi redoks
5. Menjelaskan penerapan titrasi redoks dan
perhitungan secara kuantitatif.
Prinsip Titrasi Redoks

• Titrasi redoks adalah titrasi terhadap analit berupa


reduktor atau oksidator dengan titran berupa larutan
standar oksidator atau reduktor.
• Proses reduksi – oksidasi terjadi secara bersama-
sama pada pelaksanaan titrasi.
• Prinsip titrasi redoks adalah reaksi redoks.
• Reaksi redoks merupakan reaksi yang melibatkan
transfer elektoron dari reduktor ke oksidator sehingga
terjadi perubahan bilangan oksidasi.
• Reduktor : zat yang mengalami oksidasi (pelepasan
elektron)
Oksidator : zat yang mengalami reduksi
(penangkapan elektron.
• Contoh reaksi redoks :
Sn2+(aq) + I2+(aq)  Sn4+(aq) + 2 I-(aq)
Cu(s) + 4 HNO3(aq)  Cu (NO3)2(aq) + 2 NO2(g) + 2H2O(l)
• Syarat titrasi redoks yang dapat digunakan dalam
titrasi redoks :
a. Hanya ada satu reaksi yang terjadi pada keadaan
tertentu.
b. Reaksi harus berkesudahan pada titik ekuivalen.
c. Harus ada indikator yang digunakana untuk
menunjukkan titik akhir titrasi.
Kurva Titrasi Redoks
• Kurva titrasi redoks
dinyatakan melalui
hubungan antara volume
titran (zat
oksidator/reduktor) yang
ditambahkankan dengan
potensial sel yang terukur
selama titrasi.
• Konsentrasi zat yang
terlibat dalam reaksi akan
berubah secara kontinu
sehingga akan
mempengaruhi perubahan
potensial larutan.
• Potensial sel dapat ditentukan dengan persamaan
Nernst :
a Oks + n e  b Red
𝐑𝐓 𝐑𝐞𝐝 𝐛
E = E0 - 2,3 𝐥𝐨𝐠 𝐎𝐤𝐬 𝐚
𝐧𝐅
E : potensial sel, E0 : potensial sel standar, R = tetapan
gas = 8,31 J mol-1 K-1 , T : temperatur (K), n : jumlah
mol elektron yang terlibat dalam reaksi, F : tetapan
Faraday = 96.500 C mol-1 .]
𝐑𝐓 𝟎,𝟎𝟓𝟗
• Pada 250 C  2,3 𝐧𝐅 = maka persamaan di atas
𝐧
dapat ditulis sbb :
𝟎,𝟎𝟓𝟗 𝐑𝐞𝐝 𝐛
E = E0 - 𝐥𝐨𝐠
𝐧 𝐎𝐤𝐬 𝐚
• Contoh : Reaksi antara ion besi (II) dengan ion
serium (IV).
Fe2+ + Ce4+ ⇄ Fe3+ + Ce3+
Reaksi setengah sel oksidasi :
Fe2+ ⇄ Fe3+ + e
𝟎,𝟎𝟓𝟗 𝑭𝒆𝟐+
E = E0 Fe3+ / Fe2+ - 𝐥𝐨𝐠
𝟏 𝑭𝒆𝟑+
Reaksi setengah sel reduksi :
Ce4+ + e ⇄ Ce3+
𝟎,𝟎𝟓𝟗 𝑪𝒆𝟑+
E = E0 Ce4+ / Ce3+ - 𝐥𝐨𝐠
𝟏 𝑪𝒆𝟒+
• Potensial sel pada titik ekivalen dapat dihitung sbb :
𝟎,𝟎𝟓𝟗 𝑭𝒆𝟐+ 𝑪𝒆𝟑+
2Eek = (E0 Fe3+ / Fe2+ + E0 Ce4+ / Ce3+ )- 𝐥𝐨𝐠
𝟏 𝑭𝒆𝟑+ 𝑪𝒆𝟒+

• Pada saat TE, [Fe2+ ] = [Ce4+ ] dan [Fe3+ ] = [Ce3+ ]


sehingga :
2Eek = E0 Fe3+ / Fe2+ + E0 Ce4+ / Ce3+
Eek = (E0 Fe3+ / Fe2+ + E0 Ce4+ / Ce3+ ) / 2
• Secara umum dapat ditulis :
𝒏𝟏 𝑬𝟏𝟎 : 𝒏𝟐 𝑬𝟐𝟎
E= 𝒏𝟏 : 𝒏𝟐
Indeks 1  reduksi ; indeks 2  oksidasi
Potensial Sel Standar

SETENGAH REAKSI (REAKSI REDUKSI) Eo Volt

H2O2 + 2H+ + 2e-  2 H2O 1,77


MnO4- + 4H+ + 3e-  MnO2 + 2H2O 1,695
Ce4+ + e-  Ce3+ 1,6 1

MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4 H2O 1,51


Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O 1,3 3
MnO2 + 4H+ 2e-  Mn2+ + 2H2O 1,23
2IO3- + 12H+ + 10e-  I2 + 6H2O 1,20

H2O2 + 2e-  2OH- 0,88


Cu2+ + I- + e-  CuI 0,86
Fe3+ + e-  Fe2+ 0,771
O2 + 2H+ + 2e-  H2O2 0,682
I2(aq) + e-  2I- 0,6197
H3AsO4 + 2H+ + 2e-  HAsO2 + 2H2O 0,559
SETENGAH REAKSI (REAKSI REDUKSI) Eo Volt
I3- + 2e-  3I- 0,5355

Sn4+ + 2e-  Sn2+ 0.154


S4O62- + 2e-  S2O3 2- 0,08
2H+ + 2e-  H2 0,0000 **
Zn2+ + 2e-  Zn -0,763
2H2O + 2e-  H2 + 2OH- -0,828

** Normal Hidrogen Elektrode (NHE) atau Standard Hydrogen Elektrode (SHE)


• Contoh Pembuatan Kurva Titrasi Fe2+ dengan Ce4+ .
Sebanyak 50 mL larutan Fe2+ 0,1 M dititrasi dengan larutan Ce4+ 0,1
M. Gambarkan kurva titrasinya !
(E0 Fe3+ / Fe2+ = 0,77 V dan E0 Ce4+ / Ce3+ = 1,7 V)

1. Awal titrasi , Fe3+ belum diketahui  asumsi : [Fe3+ ] 0,1 %.


[Fe2+ ] / [Fe3+] = 1000 : 1
E = 0,77 V – 0,059 log 1000 = 0,59 V
2. Sebelum TE  Penambahan 5 mL larutan Ce2+ 0,1 M
Fe2+ + Ce4+ ⇄ Fe3+ + Ce3+
Awal 5 0,5 - -
Reaksi -0,5 -0,5 +0,5 + 0,5
Akhir 4,5 - 0,5 0,5
[Fe2+ ] = 4,5 mmol / 55 mL
[Fe3+ ] = 0,5 mmol / 55 mmL
4,5
E = 0,77 V - 0,059 log 0,5
55
= 0,77 – 0,059 log 9 = 0,71 V
55
3. TE  Penambahan 50 mL Ce4+
Pada Te [Fe2+ ] = [Ce4+ ] dan [Fe3+ ] = [Ce3+ ]
𝟑+ 𝟒+
𝒏𝟏 𝑬𝟏𝟎 : 𝒏𝟐 𝑬𝟐𝟎 𝑬𝟎 𝑭𝒆 𝟐+ :𝑬𝟎 𝑪𝒆
𝑭𝒆 𝑪𝒆𝟑+
E= 𝒏𝟏 : 𝒏𝟐
= E= 𝟐
𝟎,𝟕𝟕:𝟏,𝟕𝟎
= 𝟐
= 1,23 V
4. Setelah TE  penambahan 60 ml Ce4+ 0,1 M
Fe2+ + Ce4+ ⇄ Fe3+ + Ce3+
Awal 5 6 - -
Reaksi -5 -5 +5 +5
Akhir - 1 5 5
[Ce4+ ] = 1 mmol / 110 mL
[Ce3+ ] = 5 mmol / 110 mmL
1
E = 1,70 V - 0,059 log 5
110
= 1,70 – 0,059 log 0,2 = 1,66 V
110
• Data titrasi 50 mL larutan Fe2+ 0,1 M dengan larutan Ce4+
0,1 M

Volume Ce4+ , mL E (V) Volume Ce4+ , mL E (V)


5 0.71 55 1.64
10 0.73 60 1.66
15 0.74 65 1.67
20 0.76 70 1.68
25 0.77 75 1.68
30 0.78 80 1.69
35 0.79 85 1.69
40 0.8 90 1.69
45 0.82 95 1.7
50 1.23 100 1.7
• Dari data di atas diperoleh kurva titrasi larutan Fe2+
dengan larutan Ce4+ sebagai berikut :

1.8
1.6
1.4
1.2
E (Volt)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
Volume Ce4+ , mL
Indikator Titrasi Redoks

• TE titrasi redoks dapat dilakukan dengan/tanpa Indikator.


• Tanpa indikator bisa dilakukan jika semua zat pereduksi teroksidasi
oleh oksidator dan memberikan perubahan fisik (warna/tidak
berwarna ) yang bisa teramati dengan jelas.
- MnO4- dlm suasana H+ warna ungu lembayung ion MnO4- hilang
karena tereduksi  Mn2+  larutan menjadi merah muda.
- Titrasi zat pereduksi dengan larutan Iod, perubahan warna coklat
gelap  tak berwarna dari Iod I2  I- , karena warna Iod kurang
tajam maka untuk mempertajam digunakan indikator amilum  biru
kuat (I 2 <<).
 Indikator redoks merupakan zat atau senyawa yang dapat berubah
warnanya karena terjadi reaksi redoks.
 Warna indikator redoks berbeda dalam keadaan teroksidasi dan
tereduksi.
Jenis Indikator
1 . Indikator Redoks Reversible
• Tidak tergantung pada salah satu zat, tetapi
tergantung pada perubahan potensial larutan selama
titrasi.
• Dapat dioksidasi dan direduksi secara reversible.
Ind oks + ne ⇄ Ind red
warna A warna B
Indikator, Perubahan Warna, Nilai Potensial
dan Kondisi Larutan

Indikator Warna Warna E0 Kondisi


Reduktor Oksidator ,volt Larutan
Metilen biru tak berwarna biru 0,53 1 M asam
Difenilamin tak berwarna ungu 0,76 1 M H2SO4
Difenilbenzidin tak berwarna ungu 0,76 1 M H2SO4
Asam difenilamin tak berwarna merah - 0,85 asam encer
sulfonat ungu
Ferroin merah biru muda 1,11 1 M H2SO4
Nitroferroin merah biru muda 1,25 1 M H2SO4

Indikator yang sesuai untuk titrasi 50 mL larutan Fe2+ 0,1 M


dengan Ce4+ 0,1 M ( E = 1,23 ) ???
2. Indikator redoks khusus
 Indikator yang dapat bereaksi dengan salah satu
komponen pereaksi dan tidak dipengaruhi olh
potensial redoks. Misalnya : amilum
 Amilum dapat membentuk kompleks berwarna
biru tua dengan iodium.

I2 + amilum  Iod-amilum (biru)


Iod-amilum (biru) + S2O32-  warna biru hilang (tak
berwarna)

Titrasi dihentikan tepat ketika warna biru hilang.


Jenis Titrasi Redoks

1. Titrasi Permanganometri
 Titrasi redoks yang menggunakan larutan standar KMnO4 (sekunder)
 KMnO4  oksidator
 Tidak memerlukan indikator untuk menunjukkan perubahan warna
yang terjadi.
 Reaksi larutan KMnO4 suatu reduktor menghasilkan senyawa
mangan dengan beberapa jenis bilangan oksidasi (tergantung pH).

MnO4- + 8H+ + 5 e- ⇄ Mn2+ + 4 H2O E0 = 1,51 V (asam kuat)


MnO4- + 8H+ + 4 e- ⇄ Mn3+ + 4 H2O E0 = 1,50 V (asam )
MnO4- + 4H+ + 3 e- ⇄ MnO2 + 2 H2O E0 = 1,70 V (pH 2-12)
MnO4- + e- ⇄ MnO42- E0 = 0,56 V (basa kuat )
Asam yang digunakana adalah H2SO4 dan bukan HCl, karena dengan HCl
akan terjadi reaksi:

10Cl- + 2 MnO4- + 16H+  2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2

Klor yang terbentuk dalam reaksi harus mengoksidasi Fe2+ mengikuti reaksi
:

2Fe2+ + Cl2  2 Fe3+ + 2 Cl-

Jika semua klor ada di larutan, banyaknya besi yang teroksidasi ekivalen
dengan banyaknya permanganat yang diperlukan dalam pembentukan
reaksi samping Cl2.

Namun dalam praktek beberapa klor menguap dan ini mengakibatkan


penggunaan permanganat menjadi lebih banyak.
Standarisasi Larutan KMnO4
 Larutan KMnO4 distandarisasi dengan larutan standar primer : As2O3
dan Na2C2O4.
 Standarisasi dengan As2O3
Senyawa As2O3 dilarutkan dalam NaOH kemudian diasamkan dengan
HCl dan dititrasi dengan larutan KMnO4.
5 HAsO2 + 2MnO4- + 6H+ + 2H2O  2 Mn2+ + 5H3AsO4
(reaksi berjalan lambat sehingga ditambah katalis (KI, KIO3 dan ICl).
 Standarisasi dengan Na2C2O4.
5 C2O42- + 2MnO4- + 16H+  2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
(reaksi berjalan lambat sehingga perlu dipanaskan pada suhu 600 C).
Penerapan Titrasi Permanganometri
 Penentuan peroksida
5H2O2 + 2MnO4- + 6H+  5O2 + 2Mn2+ + 8H2O
 Penentuan Fe dalam bijih besi
5Fe2+ + MnO4- + 8H+  5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
 Penentuan As (III), H2O2 , Mo (III), NO2- , C2O42- ,
Sn2+ , dll.
2. Titrasi Bikromatometri
 Titrasi redoks yang menggunakan larutan standar Cr2O72-
.
 Cr2O72-  oksidator (namun lebih lemah dari KMnO4 )

Cr2O72- + 14H+ + 6 e- ⇄ 2Cr3+ + 7 H2O E0 = 1,33 V


 Indikator yang sesuai  asam difenil sulfonat, natrium
difenil benzidin.
Digunakan untuk penentuan Fe (II) dalam larutan HCl (<
2 M), NO3-, ClO3- dan H2O2 (titrasi balik).
Cr2O72- + 6 Fe2+ + 14H+ ⇄ 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7 H2O
3. Titrasi Bromatometri
 Titrasi redoks yang menggunakan larutan standar bromat,
BrO3-.
 BrO3 -  oksidator kuat
BrO3 - + 6H+ + 6 e- ⇄ Br- + 3 H2O E0 = 1,44 V
 Digunakan untuk penentuan : As (III), Sb (III), Fe(II) atau
sulfida organik (titrasi langsung)
 Reaksi antara ion bromat dengan As (III) :
BrO3- + 3 HAsO2  Br- + 3 HAsO3
(berlangsung dalam larutan HCl 1 M)
 Titik akhir titrasi ditandai dengan munculnya brom :
BrO3 - + 5 Br- + 6H+  3Br2 + 3H2O
 Digunakan untuk penentuan sulfanilamida dalam bedak
antibiotik.
4. Titrasi Iodimetri
- Iodimetri adalah titrasi yang melibatkan Iodin.
- Iodin (I2) merupakan zat sukar larut dalam air namun
mudah larut dalam larutan yang mengandung ion
iodida membentuk ion triiodida.
I2 + I-  I3-
- Iodin (dalam bentuk I3- ) merupakan oksidator (lebih
lemah dari KMnO4 dan K2 Cr2 O7 )
I2 + 2e  2I- E0 = 0,54 V
- Deteksi titik akhir pada Iodimetri dilakukan dengan
menggunakan indikator amilum yang memberikan
warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
- Titrasi iodimetri terdiri dari titrasi iodometri langsung
(iodimetri) dan iodometri tidak langsung (iodometri)
a. Titrasi Iodometri langsung (Iodimetri)
- Iodometri langsung (Iodimetri) merupakan
titrasi terhadap larutan analit dengan larutan
Iodin (I2 ) sebagai larutan standar (titran)
menggunakan indikator amilum.
- Larutan I2  larutan standar sekunder
sehingga harus distandarisasi.
Standarisasi I2 dengan As2O3
As2O3 dilarutkan dalam NaOH dan dinetralkan
dengan asam, kemudian dititrasi dengan larutan
I2.
As2O3 + NaOH  2NaAsO2 + H2O
2NaAsO2 + HNO3  HAsO2 + NaNO3
HAsO2 + I2 + 2 H2O  H3AsO4 + 3 H+ + 2 I-
Penerapan titrasi Iodimetri
 Dilakukan dalam suasana netral, jika pH
tinggi (basa kuat) maka larutan I2 mengalami
disproporsionasi menjadi hipoiodat.
I2 + 2 OH-  IO- + I- + H2O
Jika pH rendah (asam kuat) maka indikator
amilum akan terhidrolisis.
Selain itu, dalam suasana asam I- akan
teroksidasi oleh O2 (dari udara bebas)
menjadi I2
4 I - + O 2 + 4 H+  2 I 2 + 2 H2 O
 Digunakan untuk penentuan senyawa : S2O32- ,
As3+, Sb3+, Sn2+ , S2- , SO32-, [Fe(CN)6]4-
 Reaksi yang terjadi :
a. S2O32- + I2  2I- + S4O42-
b. HAsO2 + I2 + H2O  H3AsO4 + 3H+ + 2I-
c. Sn2+ + I2  Sn4+ + 2I-
d. H2S + I2  S + 2I- + 2H+
e. SO32- + I2 + H2O  SO42- + 2I- + 2H+
f. 2 [Fe(CN)6]4- + I2 + H2O  2 [Fe (CN)6 ]3- + 2 I-
b. Titrasi Iodometri tidak langsung (Iodometri)
- Iodometri tak langsung (Iodometri) merupakan titrasi
terhadap larutan analit dengan natrium tiosulfat
(Na2S2O3) sebagai larutan standar (titran)
menggunakan indikator amilum.
- Digunakan untuk analisis senyawa-senyawa
oksidator kuat dengan menambahkan larutan KI
berlebih untuk membebaskan I2 . I2 yang dibebaskan
kemudian dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3.
Iodin akan mengokdisasi ion tiosulfat menjadi ion
tertationat :
Oksidator + 2 I-  I2 + reduktor
I2 + 2 S2O32-  2I- + S4O62-
- Indikator amilum ditambahkan sesaat
sebelum TAT tercapai.
- TAT ditandai dengan hilangnya warna biru
gelap dari kompleks iodin –amilum.
 Larutan standar Na2S2O3  lar. standar sekunder dan
dapat dibakukan dengan larutan standar primer : larutan
standar K2Cr2O7 dalam larutan asam encer (0,2 – 0, 4
M), larutan standar KIO3 dan KBrO4.
 Reaksi yang terjadi :
a. Cr2O72- + 14 H+ + 6 S2O32-  3S4O62- + 2Cr3+ + 7H2O
b. IO3- + 6 H+ + 6 S2O32-  3S4O62- + I- + 3H2O
c. BrO4 + 6 H+ + 6 S2O32-  3S4O62- + Br- + 3H2O
Penerapan titrasi Iodometri
1. Penentuan Fe dari bijih besi maupun
paduannya.
2. Penentuan DO dalam air (metode Winkler)
3. Penentuan asam askorbat (Vit C).
4. Penentuan As5+, Br2, BrO3-, Cl2, ClO4-, Cu2+,
Cr2O72- , H2O2 , IO3- , NO2- , Ozon, IO4- ,
MnO4- .
Perhitungan Kuantitatif
Dalam Titrasi Redoks
Contoh :
1. Seorang analis melakukan penetapan kadar besi (II)
secara iodometri. Sebanyak 10 mL sampel besi (II) 0,1
M dalam suasana asam dititrasi dengan larutan Iodium
0,025 M menggunakan indikator Thionine.
Diketahui Eo Fe3+/Fe2+ = 0,77 V dan E0 I2/I- = 0,53 V.
a. Berapa harga E sistem jika titran yang ditambahkan
sebanyak 8 mL ?
b. Berapa harga E pada titik ekuivalen ?
Penyelesaian :
a. Mol Fe2+ = 10 mL x 0,1 M = 1 mmol
Mol I2 = 8 mL x 0,025 M = 0,2 mmol

Fe2+ + I2  Fe3+ + 2I-


M : 1 0,2 - -
R : -0,2 -0,2 + 0,2 + 0,4
S : 0,8 - 0,2 0,4

0,8 𝑚𝑚𝑜𝑙 0,2 𝑚𝑚𝑜𝑙


[Fe2+ ] = = 0,044 M dan [Fe3+ ] = = 0,011 M
18 𝑚𝐿 18 𝑚𝐿

0,059 [𝐹𝑒 2+ ]
E= E0 Fe3+/Fe2+ - log
𝑛 𝐹𝑒 3+
0,059 0,044
E = 0,77 V - log 0,011 = 0,735 V
1
b. Pada titik ekuivalen :
𝒏𝟏 𝑬𝟏𝟎 : 𝒏𝟐 𝑬𝟐𝟎
E=
𝒏𝟏 : 𝒏𝟐
𝟑+ 𝟎 𝑰𝟐
1𝒙 𝑬 𝟎 𝑭𝒆
𝑭𝒆𝟐+
: 𝟐 𝒙 𝑬 𝑰−
E= 𝟏:𝟐
𝟏 𝒙 𝟎,𝟕𝟕 : 𝟐 𝒙 𝟎,𝟓𝟑 𝑽
=
𝟑
= 0,61 V
2. Suatu larutan mengandung 3,2 % (w/w) H2O2 dijual di
toko obat sebagai desinfektan. Peroksida dalam larutan
tersebut ditentukan dengan metode Titrasi
permanganometri (dalam suasana asam). Berapa
volume larutan KMnO4 0,1 M yang diperlukan untuk
titrasi 5 mL larutan sampel H2O2 yang memiliki kerapan
1, 01 g/mL ?

Penyelesaian :
𝑚
𝜌 =  m = 𝜌 x v = 1,01 g/mL x 5 mL = 5,05 g
𝑉
3,2
Massa = 100 x 5,05 g = 0,1616 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,1616 𝑔
Mol H2O2 = = = 34 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 4,753 x 10-3 mol = 4,753 mmol
𝑀𝑟
Reaksi yang terjadi :
5H2O2 + 2MnO4- + 6H+  5O2 + 2Mn2+ + 8H2O
5H2O2 ∼ 2MnO4-
2
mol MnO4- = mol H2O2
5
2
V.M MnO4- = x 4,753 mmol
5
V MnO4- x 0,05 M = 1,9012 mmol
1,9012 𝑚𝑚𝑜𝑙
V MnO4- = = 38 mL
0,05 𝑀
3. Sebanyak 0,5 g sampel bubuk antibiotik yang
mengandung sulfanilamida dilarutkan dalam larutan HCl
dan diencerkan dengan akuades hingga 100 mL.
Sejumlah 20 mL aliquot dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 25 mL larutan KBrO3 0,02
M untuk membebaskan Br2. Ke dalam larutan tersebut
ditambahkan KI berlebih untuk membebaskan I2. I2 yang
dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan 12,92 mL
larutan Na2S2O3 0,12 M.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi !
b. Hitung persen kadar sulfanilamida dalam sampel
antibiotik tersebut ! (Mr sulfanilamida = 172, 21 g/mol).
Penyelesaian :
a. Reaksi yang terjadi
BrO3- + 5 Br- + 6 H+  3 Br2 + 3 H2O

Br2 + 2 I-  2Br- + I2 (KI berlebih)


I2 + 2 S2O32-  S4O62- + 2 I-
b. Dari reaksi di atas diketahui :
1 mol sulfanilamida ~ 2 mol Br2 rx
mol Br2 rx = mol Br2 dibebaskan - mol Br2 lebih
3 mol Br2 dibebaskan ~ 1 mol BrO3-
mol Br2 dibebaskan = 3 x mol BrO3-
= 3 x (25 mL x 0,02 M)
= 1,500 mmol
1 mol Br2 lebih ~ 1 mol I2 ~ 2 mol S2O32-
mol Br2 lebih = ½ (V.M S2O32- )
= ½ (12,92 ml x 0,12 M )
= 0,7752 mmol
mol Br2 rx = mol Br2 dibebaskan - mol Br2 lebih
= (1,500 - 0,7752) mmol
= 0,7248 mmol
1 mol sulfanilamida ~ 2 mol Br2 rx
mol sulfanilamida = ½ mol Br2 rx
= ½ x 0,7248 mmol
= 0,3624 mmol
Massa sulfanilamida = 0,3624 mmol x 172,21 mg/mmol
= 62,4089 mg = 0,0624 g

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑛𝑖𝑙𝑎𝑚𝑖𝑑𝑎
% sulfanilamida = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x Fp x 100
0,0624 𝑔 100
= x x 100 = 62, 4 %
0,5 𝑔 20
4. Jumlah asam askorbat, C6H8O6 (Mr C6H8O6 = 176,13
mg/mmol) dalam 5 mL jus jeruk dapat ditentukan
dengan mengoksidasi asam askorbat menjadi asam
dehidroaskorbat dengan menambahkan 50 mL larutan
I2 0,01 M. Kelebihan I2 dititrasi dengan larutan Na2S2O3
0,07 M menggunakan indikator amilum. Titik akhir
titrasi tercapai setelah penambahan 13,82 mL larutan
Na2S2O3 .
a. Tuliskan reaksi yang terjadi
b. Hitung kadar asam askorbat dalam :
 mg/ 100 mL
 % w/v
Penyelesaian :
a. Reaksi yang terjadi :
C6H8O6(aq) + I2(aq)  C6H6O6(aq) + 2HI
I2(aq) + 2S2O32- (aq)  2 I- (aq) + S4O62- (aq)

b. Dari reaksi di atas diketahui :


mol C6H8O6 ~ mol I2 rx
mol I2 rx = mol I2 berlebih – mol I2sisa
mol I2 lebih/sisa ~ mol 2S2O32-
mol I2 lebih/sisa = ½ mol S2O32-
= ½ (V.M Na2S2O3 )
= ½ (13,82 ml x 0,07 M )
= 0,4837 mmol
mol I2 rx = mol I2 berlebih - mol I2 lebih
= (50 mL x 0,01 M) – 0,4837 mmol
= 0,5 – 0,4837 mmol = 0,0163 mmol
mol C6H8O6 ~ mol I2 rx = 0,0163 mmol
massa C6H8O6 = mol x Mr
= 0,0163 mmol x 176,13 mg/mmol
= 2,87 mg (dalam 5 mL)
Kadar C6H8O6 dalam mg /100 mL :
100 𝑚𝐿
= mg C6H8O6 x = 2,87 mg x 20 = 5,74 mg
5 𝑚𝐿
Konsentrasi C6H8O6 dalam sampel tersebut adalah 57,4 mg/100 mL

b. Kadar C6H8O6 dalam % w/v :


𝑚𝑔 C6H8O6 2,87 𝑚𝑔
= x 100 % = x 100 % = 57,40 %
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 5 𝑚𝑙
Latihan Soal

1. Seorang analis melakukan penetapan kadar timah (II) secara iodimetri.


Sebanyak 25 mL sampel yang mengandung timah (II) 0,1 M dalam suasana
asam dititrasi dengan larutan Iodium 0,02 M menggunakan indikator yang
sesuai.
Diketahui Eo Sn4+/Sn2+ = 0,154 V dan E0 I2/I- = 0,53 V.
a. Berapa harga E sistem jika titran yang ditambahkan sebanyak 10 mL dan
60 mL ?
b. Berapa harga E pada titik ekuivalen ?
2. Sejumlah Fe ((Ar = 56 g/mol) dalam 0,5 g sampel bijih besi ditentukan dengan
titrasi redoks menggunakan K2Cr2O7. Sampel dilarutkan dalam HCl dan Fe
diubah menjadi Fe2+ dengan reduktor Jones, Zn(Hg). Selanjutnya Fe2+ dititrasi
dengan larutan K2Cr2O7 0,02 M menggunakan indikator asam
difenilaminsulfonat. Jika kadar Fe dalam sampel tersebut adalah 2,06 %,
a. Tuliskan reaksi yang terjadi !
b. Hitung volume larutan K2Cr2O7 yang diperlukan dalam titrasi tersebut !
3. Sebanyak 25 mL sampel cairan pemutih diencerkan menjadi 1000 ml.
Sejumlah 25 mL alikuot dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direaksikan
dengan Ki berlebih untuk mengoksidasi OCl- menjadi Cl-. I2 yang dihasilkan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 menggunakan indikator amilum.Untuk
mencapai titik akhir titrasi dibutuhkan 8,96 ml larutan Na2S2O3 0,1 M.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi !
b. Berapakah persen kadar NaOCl (Mr = 74, 44 g/mol) dalam cairan pemutih
tersebut ?
4. Kadar Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) dalam tablet vitamin C dapat
ditentukan metode titrasi menggunakan larutan I2. menurut reaksi berikut :
C6H8O6 + I2  C6H6O6 + 2HI
Sebanyak 1 g tablet dilarutkan dalam 100 mL akuades. Dari larutan tersebut
diambil 10 mL dan dititrasi dengan larutan I2 0,1 M menggunakan indikator
amilum. Volume larutan I2 yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi
adalah 5,45 mL.
a. Hitung jumlah mol asam askorbat yang bereaksi dengan larutan I2
b. Tentukan persen kadar asam askorbat dalam tablet tersebut ? (Mr C6H8O6
= 176 mg/mmol).
5. Sebanyak 200 mg sampel yang mengandung asam salisilat dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 30 mL larutan baku KBrO3 0,1 M dan 5
mL larutan HCl pekat.. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan KI
berlebih untuk membebaskan I2. I2 yang dibebaskan selanjutnya dititrasi
dengan 21, 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M menggunakan indikator amilum.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi !
b. Hitung persen kadar asam salisilat dalam sampel tersebut !

Anda mungkin juga menyukai