Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Karbohidrat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami struktur
glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini dengan
menggunakan pereaksi yang ada , diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) dan keton (hemiketal)
C. LANDAN TEORI
Golongan karbohidat merupakan salah satu golongan utama bahan
organik yang terdapat di alam. Karbohidrat didefinisikan secara tepat sebagai
senyawa dengan rumus mlekul CnH2O. namun kata ‘karbohidrat’ umumnya
digunakan dalam pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri
atas polihidroksi aldehida dan keton beserta turunannya (Pine, dkk, 1980: 810).
Glukosa misalnya, mempunyai rumus molekul C6H12O6 yang juga dapat
dinyatakan sebagai C6(H2O)6. Sekalipun rumus ini hamper tak berguna dalam
mempelajari kimia karbohidrat, namanya masih tetap dipertahankan. Kimia
krabohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus hidroksil dan
gugus karbonil. Karbohidra umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa
latin (saccharum: gula) dan mengacupada rasa manis dan banyak seyawa
karbohidrat sederhana (Hart, 983: 332).
Monosakarida jenis aldose maupun ketosa mempunyai pusat atom
karbon stereogenik atau atom c-khiral. Dengan demikian, pada setiap pusat atom
stereogenik tersebut dapat ditentukan konfigurasi absolutnya dengan
menggunakan aturan prioritas cip. Reaksi degradasi Ruff lebih sederhana daripada
reaksi degradasi Wohl, yaitu aldoheksosa dioksidasi terlebih dahulu menjadi asam
aldonat, kemudian diikuti dengan reaksi dikarboksilasi menggunakan Fe2+
/H2O2/H2O maka akan dihasilkan aldopentosa (Riswiyanto, 2009: 367-379).
Oligosakarida yang paling banyak terdapat ialah disakarida. Pada
disakarida, dua monosakarida bergabung melalui ikatan glikosida yang terbentuk
diantara karbon anomerik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil
dari monosakarida lain. Maltose adalah disakarida yang diperoleh sebgai hasil
hidrolisis pati. Selobiosa adalah disakarida yang diperoleh dari hidrolisis parsial
selulosa. Barangkali yang terpenting dari semua disakarida adala sukrosa, yaitu
gula biasa (Hart, 1983: 346-348).
Polisakarida merupakan senyawa polimer yang terdiri dari ratusan
bahkan sampai ribuan molekul (mpnomer/mer) monosakarida. Polisakarida
merupakan polimer yang terbentuk di alam, ada tiga jenis polisakarida yang
paling banyak ditemukan, yaitu selulosa, pati (starch), dan glikogen, selulosa dan
pati dihasilkan dalam tanaman dan terbentuk dari karbondioksida dan air melalui
fotodintesis.sedangkan glukosa terdapat didalam tubuh manusia dan binatang
sebgai cadangan energi (Riswiyanto, 2009: 382).
Proses hidrolisis diharapkan akan mengubaha selulosa menjadi gukosa
sehingga jumlah gula menjadi lebih banyak yang akan diubah lebih lanjut menjadi
bioethanol oleh bakteri yang sengaja ditambahkan. Namun berakibta hanya
bakteri tersebut yang berperan dalam mengubah glukosa menjadi boetanol. Dalam
penelitian ini bantuan enzim-enzim jenis katalase dalam limbah kopi ternyata
amat membantu mempercepat proses fermentasi. Selain karena gula reduksi dari
limbah kulit kopi lanngsung dapat dikonsumsi oleh ragi dan bukan merupakan
gula yang berasal dari hidrolisis selulosa ( Raudah dan Ernawati, 2012: 15-16)
Monosakarida bereaksi dengan fenilhidrazin berlebih akan menghasilkan
halur berwarna kuning yang disebut osazon. Disakarida yang mempunyai
kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas, seperti laktosa
menjalani reaksi sejenis. Titik lebur Kristal dan lama pembentukan osazon adalah
spesifik, berarti dapat digunakan sebagai identifikasi/derivitisasi macam-macam
gula. Hidrolisis oligosakarida menggunakan enzim (Muharram, 2007: 21).
Semakin lama waktu reaksi maka semakin besar kesempatan untuk
bereaksi. Disamping itu, semakin besar suhu suatu reaksi, konversi semakin besar
pula konversinya. Hal ini disebabkan semakin besar suhu maka gerakan molekul-
molekul rekatan semakin kuat sehingga kemungkinan bertumbukannya semakin
besar dan kecepat reaksi pu semakin cepat. Maka dengan diketahuinya kadar
glukosa dalam larutan hasil, maka dengan hokum stoichhiometris jumlah ati yang
bereaksi dapat dihitung (Yuniwati, dkk, 2012: 109).
Pada umumnya karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut
dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali, polisakarida
bersifat tidak larut dalam air. Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida,
disakarida, maupun polisakarida akan berwarna merah ungu bila larutannya
dicampur beberapa tetes larutan α-naftol dalam alkohol dan ditambahkan asam
sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang
atas antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya
karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan uji Molisch. Monosakarida
akan disakarida memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa manis
dari gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Kebanyakan gugus monosakarida
dan disakarida, kecuali sukrosa adalah gula pereduksi. Sifat mereduksi disebabkan
oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekulnya. Larutan gula
bereaksi positif dengan pereaksi fehling, pereaksi tollens, maupun pereaksi
benedict (Yazid dan Lisda, 2006: 3).
Monosakarida adalah suatu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi molekul yang lebih sederhana lagi. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam
golongan monosakarida. Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang terbentuk
dari dua atau lebih monosakarida. Glukosa adalah suatu aldoheksosa (gugus
aldehida beratom karbon enam), dan fruktosa suatu ketoheksosa (gula keton
beratom karbon enam). Monosakarida yang mempunyai gugus aldehida, baik
yang berbentuk rantai terbuka (proyeksi fischer) maupun bentuk struktur Haworth
(berbentuk hemiasetal) akan bersifat sebagai gula pereduksi (reducing sugar).
Dalam bentuk glikosidanya, monosakarida tidak dapat melakukan mutarotasi
dan juga bukan gula pereduksi atau gula nonpereduksi. Mutarotasi merupakan
perubahan sudut putar optis spesifik pada monosakarida yang menyertai adanya
pergeseran kesetimbangan (Riswiyanto, 2009: 366-373).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia 100 mL 4 buah
b. Gelas kimia 250 mL 1 buah
c. Tabung reaksi kecil 23 buah
d. Tabung reaksi sedang 1 buah
e. Tabung reaksi besar 1 buah
f. Gelas kimia 800 mL 1 buah
g. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
h. Rak tabung reaksi 4 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Kaki tiga 1 buah
k. Kasa asbes 1 buah
l. Pembakar spiritus 1 buah
m. Corong biasa 1 buah
n. Gelas ukur 10 mL 3 buah
o. Gelas ukur 50 mL 1 buah
p. Stopwatch 1 buah
q. Pipet tetes 12 buah
r. Lap kasar 1 buah
s. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan alfa naftol 1,5 M (CHO)
b. Larutan natrium hidroksida 10% (NaOH)
c. Larutan asam klorida 10% (HCl)
d. Larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
e. Larutan glukosa (C6H12O6)
f. Larutan fruktosa (C6H12O6)
g. Larutan sukrosa (C12H22O11)
h. Larutan laktosa (C12H22O11)
i. Larutan sampel
j. Pereaksi tollens (Qg(NH3)2)
k. Pereaksi benedict (Cu2+)
l. Fenilhidrazin (C6H8N2)
m. Spiritus
n. Aquades (H2O)
o. Kertas saring
p. Kertas lakmus
q. Tissue
r. Label
s. Kapas
E. PROSEDUR KERJA
1. Uji molisch
a. 5 tabung reaksi disediakan dan dimasukkan sebanyak 2 mL larutan gluksa,
fruktosa, laktosa, sukrosa, dan larutan sampel kedalam masing-masing tabung
reaksi.
b. Sebanyak 2 tetes larutan alfa naftol 1,5 M ditambahkan kedalam masing-
masing tabung reaksi.
c. Sebanyak mL asam sulfat pekat ditambahkan kedalam masing-masing tabung
reaksi.
d. Amati perubahan yang terjadi.
2. Uji tollens
a. 3 tabung reaksi disediakan dan dimasukkan sebanyak 10 tetes pereaksi tollens
kedalam masing-masing tabung reaksi.
b. Sebanyak dua tetes larutan glukosa, sukrosa, dan larutan sample dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang berisis pereaksi tollens.
c. Dicatat apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3. Uji benedict
a. 5 tabung reaksi disediakan dan dimasukkan sebanyak 5 tetes benedict kedalam
masing-masing tabung reaksi.
b. Sebanyak 1 tetes larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan larutan sampel
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisis pereaksi benedict.
c. 5 tabung reaksi dipanaskan hingga terjadi perubahan.
d. Dicatat perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
4. Uji osazon
a. 5 tabung reaksi disediakan dan dimasukkan sebanyak 5 mL larutan glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa dan larutan sampel kedalam masing-masing tabung
reaksi.
b. Sebanyak 2,5 mL fenilhidrazin dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi.
c. 5 tabung reaksi disumbat dengan kapas.
d. 5 tabung reaksi dipanaskan selama 45 menit kemudian didinginkan dengan es
batu.
e. Kristal yang terbentuk disaring dengan corong biasa yang telah dilapisis
dengan kertas saring.
5. Hidrolisis sukrosa oleh asam
a. Dua tabung reaksi disediakan dan dimasukkan ebanyak 5 mL larutan sukrosa
dan larutan sampel kedalam masing-masing tabung reaksi
b. Sebanyak 5 mL HCl 10% ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi.
c. Tabung reaksi dipanaskan selama 50 menit.
d. Larutan dinetralkan denganpenambahan natrium hidroksida 10% sambil diuji
dengan kertas lakmus.
e. Sebanyak 1 mL reagen benedict ditambahkan kedalam masing-masing tabung
reaksi kemudian dipanaskan kembali.
f. Perubahan yang terjadi diamati, kemudian dibandingkan dengan sukrosa pada
uji benedict.
F. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Uji molisch
a. 2 mL glukosa + 2 tetes Larutan berwarna cokelat kehitaman
𝛼-naftol + 2 mL H2SO4
pekat
b. 2 mL fruktosa + 2 tetes Larutan berwarna cokelat kehitaman
𝛼-naftol + 2 mL H2SO4
pekat
c. 2 mL sukrosa + 2 tetes Larutan berwarna cokelat kehitaman
𝛼-naftol + 2 mL H2SO4
pekat
d. 2 mL laktosa + 2 tetes 𝛼- Larutan berwarna cokelat kehitaman
naftol + 2 mL H2SO4
pekat
e. 2 mL sampel + 2 tetes 𝛼- Larutan berwarna cokelat kehitaman
naftol + 2 mL H2SO4
pekat

2. Uji tollens
a. 10 tetes tollen + 2 tetes Larutan tak berwarna
glukosa,
campuran dipanaskan Terbentuk cincin perak
b. 10 tetes tollen + 2 tetes Larutan tak berwarna
sukrosa,
campuran dipanaskan Endapan berwarna abu-abu
c. 10 tetes tollen + 2 tetes Larutan tak berwarna
sampel,
campuran dipanaskan Terbentuk cermin perak

3. Uji benedict
a. 5 tetes benedict + 1 tetes Larutan berwarna biru
glukosa,
Panaskan Larutan berwarna merah bata
b. 5 tetes benedict + 1 tetes Larutan berwarna biru
fruktosa,
Panaskan Larutan berwarna merah bata
c. 5 tetes benedict + 1 tetes
sukrosa, Larutan berwarna biru
Panaskan Larutan tetap berwarna biru
d. 5 tetes benedict + 1 tetes Larutan berwarna biru
laktosa,
Panaskan Larutan berwarna merah bata
e. 5 tetes benedict + 1 tetes Larutan berwarna biru
sampel x,
Panaskan Larutan berwarna merah bata

4. Uji osazon
a. 5 mL glukosa + 2,5 mL 2 lapisan kuning (bawah), tak
fenilhidrazin berwarna (atas)
Larutan ditutup dengan 2 lapisan kuning (bawah), tak
kapas dan dipanaskan berwarna (atas)
selama 45 menit
Didinginkan Terbentuk endapan/kristal
Disaring Terdapat kristal halus
b. 5 mL fruktosa + 2,5 mL 2 lapisan kuning (bawah), tak
fenilhidrazin berwarna (atas)
Larutan ditutup dengan Terbentuk endapan
kapas dan dipanaskan
selama 45 menit
Didinginkan Kuning pekat (bawah), kuning jernih
(atas)
Disaring Terdapat kristal halus
c. 5 mL sukrosa + 2,5 mL 2 lapisan kuning (bawah), tak
fenilhidrazin berwarna (atas)
Larutan ditutup dengan Kuning pekat (bawah), kuning jernih
kapas dan dipanaskan (atas)
selama 45 menit
Didinginkan Terbentuk kristal
Disaring Terdapat kristal halus
d. 5 mL laktosa + 2,5 mL 2 lapisan kuning (bawah), tak
fenilhidrazin berwarna (atas)
Larutan ditutup dengan Kuning pekat (bawah), kuning jernih
kapas dan dipanaskan (atas)
selama 45 menit
Didinginkan Terbentuk kristal
Disaring Terdapat kristal halus
e. 5 mL sampel x + 2,5 mL 2 lapisan kuning (bawah), tak
fenilhidrazin berwarna (atas)
Larutan ditutup dengan Terbentu kristal
kapas dan dipanaskan
selama 45 menit
Didinginkan Kuning pekat (bawah), kuning jernih
(atas)
Disaring Terdapat kristal
5. Hidrolisis sukrosa oleh asam
Tabung I
a. 5 mL sukrosa + 5 mL Larutan tak berwarna
HCl 10%
b. Dipanaskan selama 50 Tak berwarna
menit
c. Didinginkan Tak berwarna
d. Ditambahkan NaOH Larutan tak berwarna
10% hingga netral
(diuji dengan kertas Lakmus merah merah, biru biru
lakmus)
e. Ditambahkan 1 mL Larutan berwarna biru
reagen benedict
f. Dipanaskan Terdapat endapan merah bata
Tabung II
a. 5 mL sampel x + 5 mL Larutan berwarna kuning
HCl 10%
b. Dipanaskan selama 50 Larutan kuning muda
menit
c. Didinginkan Larutan kuning muda
d. Ditambahkan NaOH Larutan kuning muda
10% hingga netral
(diuji dengan kertas Lakmus merah merah, biru biru
lakmus)
e. Ditambahkan 1 mL Larutan berwarna biru
reagen benedict
Dipanaskan Larutan menjadi cokelat
G. PEMBAHASAN
Karbohidrat atau disakarida adalah polihidroksi aldehid dan polihidroksi
keton. Sakarida dibedakan atas tiga kelompok yaitu monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Monosakarida adalah gula yang sederhana yang mudah larut
dalam air. Disakarida dan polisakari, karena bersifat sebagai asetal, maka dapat
dihidrolisis oleh larutan asam menghasilan bagian-bagian monosakarida.
Disakarida sukrosa menghasilkan eqimolar glukosa dan fruktosa pada hidrolisis,
sedangkan pati pada hidrolisis menghasilkan glukosa. Disakarida yang
mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas, seperti
laktosa menjalani reaksi sejenis (Tim dosen kimia, 2014: 11).
Tujuan percobaan ini untuk membedakan antara gula pereduksi dan gula
bukan pereduksi dan membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan
aldehid (hemiasetal) atau keton (hemketal) bebas atau tidak bebas.
1. Uji molisch
Uji molisch bertujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
didalam sample lautan gula. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentose mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat menjadi hidrokmetil furtural. Percoban ini,
digunakan larutan gula yaitu glukosa, sukrosa, fruktosa, dan laktosa. Masing-
masing larutan gula ditambahkan dengan 𝛼-naftol berfungsi untuk
mengidentifikasi karbohidrat didalam larutan gula. Selanjutnya penambahan asam
sulfat pekat. Hal ini disebabkan karena asam sulfat pekat berfungsi untuk
mengidentifikasi karbohidrat didalam gula. Selanjutnya, penambahan asam sulfat
pekat melalui dinding tabung reaksi, yang berfungsi agar karbohidrat tidak rusak
oleh asam sulfat pekat. Hal ini disebabkan karena asam sulfat pekat bersifat
eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung.
Diperoleh larutan berwarna cokelat kehitaman. Asam sulfat berfungsi untuk
mereduksi larutan sample x. Panas yang terjadi karena pada saat reaksi terjadi
reaksi eksoterm yaitu perpindahan kalor dari system ke lingkungan. Hal in tidak
sesuai dengan teori dimana larutan dalam pengujian ini akan terjadi perubahan
warna ungu (cincin ungu) yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat,
karena berdasarkan hasil pengamatan diperoleh larutan berwarna cokelat
kehitaman. Hal ini terjadi pada semua tabung, atau pada semua uji molisch.
Persamaan reaksi secara teori:
a. Reaksi untuk glukosa

b. Reaksi untuk fruktosa


c. Reaksi untuk sukrosa

d. Reaksi untuk laktosa

2. Uji tollens
Pengujian ini berfungsi untuk mengidentifikasi adanya gula perduksi dan
bukan gula pereduksi. Pengujian ini digunakan larutan gula (glukosa dan sukrosa),
digunakan pula larutan sample x. kemudian masing-masing alrutan ditambahkan
dengan reagen tollens. Reagen tollens berfungsi untuk mengoksidasi gula.
Penambahan gula dengan reagen tollens menghasilkan larutan tak berwarna,
kemudian dipanaskan diperoleh hasil terbentuk cermin perak. Hal ini sesuai
dengan teori menurut poedjaji (2015: 27), yang menyatakan bahwa glukosa
merupakan golongan aldose, dimana aldose merupakan gula pereduksi karena
memiliki gugus karbonil aldehid. Edangkan menurut tim dosen kimi (2014: 10);
monosakarida dalam bentuk hemiasetal atau hemiketal mudah direduksi oleh
bahan uji seperti pereaksi tollens. Suatu larutan basa dari Ag(NH3)2+ disebut gula
pereduksi (karena zat organik direduksi dalam reaksi itu). Bentuk-bentuk
hemiasetal siklik dari semua aldose mudah dioksidasi karena berada pada
kesetimbangan dengan bentuk aldehid.
Larutan sukrosa yang ditambahkan dengan pereaksi tollens yang
kemudian dipanaskan, berdasarkan hasil pngamatan diperoleh larutan tak
berwarna dan membentuk endapan berwarna abu-abu, dan tidak terdapat cermin
perak. Hal ini sesuai dengan teori menurut tim dosen kimi (2014: 10) menyatakan
bahwa bila kedua unit monosakarida berikatan melalui atom oksigen pada atom
karbon hemiasetal atau hemiketal, maka tidak lagi mempunyai sifat aldehid.
Meskipun sukrosa tersusun atas glikosa dan fruktosa tapi kedua merupakan
glikosida.
Adapun reaksinya:
AgNO3 + NaOH AgOH + NaNO3
2AgOH Ag2O + H2O
Ag2O + 4NH3 + H2O 2[Ag(NH2)2]OH
a. Glukosa

CH32OH
CH CH32OH
CH
H O H H O H
O
H + 2Ag+ + 4NH3 + H2O
OH
H
H C + 2Ag(HN3)2+ OH H COO-
HO OH H HO OH (Cermin perak)
H OH (Pereaksi Tollens) H OH
(Glukosa)

b. Sukrosa

CH32OH
CH
H O H H O H
H
OH H O + air + 2Ag(NH3)2+
HO OH H HO CH2OH
(Pereaksi Tollens)
H OH
HO H
(Sukrosa)
3. Uji benedict
Bertujuan unuk mengetahui adanya gula-gula pereduksi pada larutan
sampel yang terdiri dari glukosa (monosakarida) serta sukrosa dan laktosa
(disakarida). Keempat gula tersebut direaksikan dengan benedict diperoleh larutan
berwarna biru pada keempat alrutan. Setelah pemanasan, yang berfungsi untuk
mempercepta reaksi, terbentuk endapan merah bata pada semua larutan.
Terbentuknya endapan merah bata pada glukosa, fruktosa, dan
laktosamenunjukkan bahwa ketiga gula tersebut digolongkan sebagai gula
pereduksi. Hal ini terjadi pada glkosa karena glukosa mampu mereduksi ion Cu2+
dalam larutan benedict Cu+ yang mengendap, Cu2O, disebabkan karena glukosa
mengandung gugus aldehid atau aldose bebas, sedngkan fruktosa mengandung
gugus ketosa (hemiketal ) bebas. Begitupun juga dengan laktosa dapat mereduksi
ion Cu2+ menjadi Cu+ karena ikatan karbona anomeriknya terdapat gugus keton
bebas.
Larutan sukrosa yang menghasilkan larutan berwarna biru atau tidak
terbentuk endapan merah bata. Hal ini sesuai dengan teori dalam hal ini menurut
tim dosen kimi (2014: 10), yang menyatakan bahwa walaupun sukrosa tersusun
oleh glukosa dan fruktosa, namun atom numeric keduanya tidak lagi terdapat
gugus aldehid.
Adapun persamaan reaksinya menurut teori:
a. Glukosa
CH32OH
CH CH32OH
CH
H O H H O H
H H
OH H + 2 Cu 2+
+ 5OH -
OH H COO- + CuO + 3H2O
HO OH HO OH (endapan
(Pereaksi Benedict)
H OH merah bata)
H OH
(Glukosa)

b. Sukrosa
CH32OH
CH
H O H H O H
H
OH H O
+ 2 Cu2+ + 5OH-
HO OH H HO CH2OH
(Pereaksi Benedict)
H OH
HO H
(Sukrosa)
c. Fruktosa

O CH32OH
CH
CH2OH H
H O H
2+ - H COO- + CuO + 3H2O
H H HO CH2OH + 2 Cu + 5OH OH H
HO OH (endapan
(Pereaksi Benedict)
HO H merah bata)
H OH
(Fruktosa)

d. Laktosa
CH CH
CH3 OH
CH32OH
CH CH
CH32OH CH3 OH
2 2

O OH O OH H O OH
H
H O H H H H
H H H
H OH H OH H + OH H
OH H O
HO H HO H HO
OH H
OH
HO OH
H OH H OH H OH
H OH
(Laktosa) (D-Glukosa) (D-Glukosa)

CH32OH
CH CH32OH
CH
H O H H O H
O
+ 2 Cu2+ + 5OH- H H C + CuO + 3H2O
OH H COO- + OH H
HO OH
O- (endapan
(Pereaksi Benedict) HO OH
merah bata)
H OH H OH

4. Uji osazon
Bertujuan untuk menguji adanya gugus aldehid atau keton bebas pada
larutan sampel gula (glikosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa). Keempat sampel
gula direaksikan dengan fenilhidrazin yang berwarna kuning. Keempat larutan
tersebut dipanskan untuk mempercepat reaksi. Nerdasarkan teori menurut
Muharram (20017: 21), monosakarida bereaksi dengan fenilhidrazin berlebih akan
menghasilkan hablur warna kunig disebut osazon. Pada gluksa terbentuk hablur
atau Kristal berwarna kuning karena memiliki gugus aldehid bebas. Sedangkan
pada ruktosa juga terbentuk hablur kuning arena terdapat gugus keton bebas pada
strukturnya. Sama halnya dengan laktosa, meskipun termasuk dalam golongan
disakarida, laktosa masih mempunyai gugus aldehid bebas sehingga bias bereaksi
dengan fenilhidrazin membentuk hablur kuning yang disebut osazon. Begitu pula
halnya sama dengan skurosa karena memiliki sifat aldehid bebas.
Percobaan ini, sema tabung ditutupdengan menggunakan kaoas untuk
mengurangi penguapan agar uap larutan tidak keluar dari tabung karena
pemanasan. Pembentukan osazon pada percobaan, selain digunakan untuk
mengidentifikasi juga dapat digunakan untuk menentukan konfigurasi
monosakarida.
Adapun reaksunya berdasarkan teori:
a. Reaksi untuk glukosa

b. Reaksi untuk fruktosa

c. Reaksi untuk laktosa


d. Reaksi untuk sukrosa

5. Hidrolisis sukrosa oleh asam


Pengujian ini, bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa dengan
monoakaridanya yaitu glukosa dan fruktosa dengan bantuan asam kuat yaitu asam
klorida. Perlakuan pertama yaitu dengan mareaksikan sukrosa dengan asam
klorida menghasilkan larutan tak berwarna. Hal ini menandakan bahwa tidak
terjadi reaksi hidrolisis antara skrosa dengan HCl.
Asam sulfat berfungsi sebagai reagen penghodrolisis yang akan
menghidrolisis sukrosa dengan monosakaridanya yaitu glukosa dan fruktosa.
Larutan dipanaskan selama 50 menit untuk mempercepat reaksi terjadinya
hidrolisis pada sukrosa. Setelah larutan didinginkan, larutan kemudian dinetralkan
dengan NaOH 10% agar tidak terjadi hidrolisis asam. Untuk mebuktikan bahwa
larutan netral, maka diuji dengan kertas lakmus yaitu merah tetap merahdan biru
tetap biru.
Selanjutnya dilakuka uji benedict pada larutan yang menghasilkan
larutan berwarna biru terdapat endapan merah bata setelah dipanaskan. Larutan
ini menandakan bahwa sukrosa telah terhidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa
yang masing-masing memiliki gugus aldehid dan keton bebas sehingga dapat
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ denga terbentuknya endapan Cu2O. jika dibandingka
dengan sukrosa yang belum terhidrolisis pada percobaan sebelumnya, tidak
terdapat endapan merah bata karena sukrosa belum terhidrolisis menjadi fruktosa
dan glukosa.
Adapun reaksi yang terjadi:

6. Identifikasi gula
Sampel gula yang tidak diketahui, dilakukan pengujian denga molisch,
ditambahkan alfa naftol kedalam larutan sampel gula dimana pembentukan alfa
naftol berfungsi untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat. Kemudian campuran
ditambahkan denga asam sulfat pekat untuk mempercepat reaksi. Pada uji molisch
sampel gula menghasilkan uji negative yaitu berwarna hitam kecoklatan. Hal ini
menandakan bahwa larutan sampel tidak mangandung karbohidrat.
Pengujian dengan perekasi tollens untuk mengidentifikasi gula
menghasilkan apakah termasuk gula pereduksi atau bukan. Pada uji ini, sapel gula
menghasilkan uji positif yankni membentuk endapan cermin perak yang berarti
sampel gula merupakan gula pereduksi.
Kemudian uji benedict dilakukan untuk menguji apakah termasuk gula
pereduksi atau bukan. Benedict yang direaksikan dengan beberapa tetes latutan
sampel gula, kemudian dipanaskan untuk mepercepat reaksi. Setelah pemanasan
diperoleh larutan berwarna mebentuk endapan merah bata. Hal ini menandakan
bahwa larutan sampel merupakan gula pereduksi.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas.
Contohnya glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sedangkan gula bukan pereduksi
adalah gula yang tidak memiliki aldehid atau keton bebas.
b. Disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid atau keton adalah laktosa
sedangkan disakarida yang mempunyai aldehid atau keton tidak bebas adalh
sukrosa.
2. Saran
Diharapkan agar hati-ahti dalam menambil larutan dilemari asam, dan
mampu memahami prosedur kerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati dan Raudah. 2012. Pemanfaatan Kulit Kopi Arabika Dari Proses
Pupling Untuk Pembuatan Bioetanol. Jurnal Teknik Kimia Politeknik
Negri. Vol. 10. No. 21.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Sutau Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Muharram, 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik Umum. Makassar:


universitas Negri Makassar.

Pine, Stanley H, Hendrickson, James B, Cram, Ronald J, Hammond, George.


1980. Kimia Organik 2. Bandung: ITB

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Tim Dosen Kimia. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar:
Universitas Negri Makassar.

Yuniwati, Murni, Ismiyati, Dian, Kurniasih, Reny. 2011. Kinetika Reaksi


Hidrolisis Pati Pisang Tanduk Dengan Katalisator Asam Klorida. Jurnal
Teknologi. Vol. 4. No. 2.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II berjudul “Reaksi


Karbohidrat” disusun oleh :
Nama : 1. Muh. Fajrul
2. Nurmia
3. Risna Amalia
4. Syarfani Alyaalfatiah
Kelompok : V (Lima)
Kelas : Pendidikan Kimia A
setelah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, November 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Risma Majdiyah Sharnita Dirham HS


NIM. 1413141004 NIM. 1413442004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd


NIP. 19870807 2015 041 004

Anda mungkin juga menyukai