Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGETIKA KIMIA

TERMOKIMIA – KALORIMETER BOM

Nama : Ni Wayan Devie Anggraeni


NIM : 118270102
Asisten : Muhammad Taufik
NIM Asisten : 11115014

PROGAM STUDI KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Tujuan
 Menentukan kalor pembakaran naftalen dengan menggunakan parr adiabatik
Kalorimeter Bom.
1.2.Latar Belakang

Menurut ilmu termodinamika, diketahui bahwa suatu reaksi kimia dapat berlangsung
secara spontan apabila reaksi tersebut mempunyai energy bebas, dan kesetabilan
energy(eksogernik). Dengan demikian, energy yang dilepaskan dari reaksi tersebut dapat
menaikkan suhu lingkungan disekitar system (dengan kata lain bersifat eksotermik), dan
menurunkan suhu system itu sendiri.

Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas atau
sebaliknya membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada sistem dan lingkungannya. Ada
sistem tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan lingkungan ini saling berinteraksi satu
sama lainnya.

Jika kita membahas termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan entalpi
adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada tekanan tetap. Entalpi
dibedakan menjadi 5 yaitu : entalpi pembentukan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran,
entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.

Kebanyakan reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan
atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap (dimana volume dapat
berubah) dapat berbeda dari perubahan energi dalam (∆E). Untuk menyatakan kalor reaksi
yang berlangsung pada tekanan tetap para ahli mendefinisikan suatu besaran
termodinamika, yaitu entalpi (H). Entalpi menyatakkan kandungan kalor zat atau sistem.
Perubahan entalpi (∆H) dari suatu reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau
dibebaskan oleh reaksi itu (Chang, 2004).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kalorimeter

Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu
tempat ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi
kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter. Dengan
menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan
berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara
eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada
energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987).

Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0C pada air
dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987). Dalam proses ini
berlaku azas Black yaitu:

q lepas = q terima

q air panas = q air dingin + q calorimeter

m1 c (Tp – Tc) = m2 c (Tc – Td) + C(Tc – Td)

keterangan:

m1 = massa air panas

m2 = massa air dingin

c = kalor jenis air

C = kapasitas kalorimeter

Tp = suhu air panas

Tc = suhu air campuran


Td = suhu air dingin

.Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan
kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam
perubahan keadaan (Keenan, 1980).

Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu


proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah
kalor yang dipindahkan ke sistem (Petrucci, 1987).

Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak
spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan
reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.

Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari kristal sempurna


murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol mutlak
menunjukkan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem termodinamika.
Jika suhu ditingkatkan sedikit diatas 00 K, entropi meningkat. Entropi mutlak selalu
mempunyai nilai positif (Petrucci, 1987).

Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan
perubahan suhu (∆T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut

q = m . c . ∆T (Petrucci, 1987).

Keterangan :

q = jumlah kalor (Joule)

m = massa zat (gram)

t = perubahan suhu (t akhir - tawal) c = kalor jenis


2.2 Kalorimetri

Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau
perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata kalorimetri berasal
dari bahasa Latin yaitu calor, yang berarti panas.

Kalorimetri tidak langsung (indirect calorimetry) menghitung panas pada


makhluk hidup yang memproduksi karbondioksida dan buangan nitrogen (ammonia,
untuk organisme perairan, urea, untuk organisme darat) atau konsumsi oksigen.
Lavosier (1780) mengatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi
oksigen dengan menggunakan regresi acak. Hal itu membenarkan teori energi dinamik.
Pengeluaran panas oleh makhluk hidup juga dapat dihitung oleh perhitungan kalorimetri
langsung (direct calorymetry), dimana makhluk hidup ditempatkan didalam kalorimeter
untuk dilakukan pengukuran.

Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap konstan.
Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya yang disebut dengan panas dan kalorimetri mengukur
perubahan suhu tersebut, bersamaan dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung
perpindahan panas.

Kalorimetri adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama


proses kimia. Kalorimeter adalah alat untuk mengukur panas dari reaksi yang
dikeluarkan. Berikut adalah gambar kalorimeter yang kompleks dan yang sederhana.
Kalorimetri adalah pengukuran kuantitas perubahan panas. Sebagai contoh, jika energi
dari reaksi kimia eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur
jumlah panas yang ditambahkan. Kalorimeter digunakan untuk menghitung energi dari
makanan dengan membakar makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah energi
yang meningkat dalam suhu kalorimeter.

Bahan yang masuk kedalam kalorimetri digambarkan sebagai volume air,


sumber panas yang dicirikan sebagai massa air dan wadah atau kalorimeter dengan
massanya dan panas spesifik. Keseimbangan panas diasumsikan setelah percobaan
perubahan suhu digunakan untuk menghitung energi tercapai.
2.3.Kalorimeter bom

Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api
listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Oleh karena tidak ada kalor yang
terbuang ke lingkungan, maka :

qreaksi = – (qair + qbom )

Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :

qair = m x c x DT

dengan :

m = massa air dalam kalorimeter ( g )

c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g. oC ) atau ( J / g. K )

Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :

qbom = Cbom x DT

dengan :

Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )

DT = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (
DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem sama
dengan perubahan energi dalamnya.

DE = q + w dimana w = - P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )

Maka:

DE = qv
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

 Alat
1. Buret dan klem buret 1 pasang
2. Stop Watch 1 buah
3. Botol semprot 1 buah
4. Termometera 1 buah
 Bahan
1. Air
2. Asam benzoat 2 gram
3. Naftalen 2 gram
4. Gas Oksigen
5. Larutan baku Na2CO3 0,0725 M 25 mL
6. Indikator metal merah

3.2. Diagram Alir

3.3.1 Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter

Tablet asam benzoat


Di dalam cawan ditimbang 1g
porselen
Tablet asam benzoat 1g

dimasukkan kedalam bom


dihubungkan dengan kawat pemanas pada kedua elektroda
(kawat harus menyentuh asam benzoat)
siapkan bom dan tambahkan gas O2 hingga tekanan 20atm
isi ember kalorimeter dengan air 2L dan atur suhu air hinga ± 1,5⁰C
dibawah suhu kamar
masukkan ember kedalam kalorimeter,dan bom kedalam ember
(diamkan 5 menit)
hubungkan sumber arus listrik,amati perubahan suhu yang terjadi
catat suhu air setelah 6menit pembakaran dan perubahan suhu tiap
menit hingga mencapai nilai maksimum (suhu konstan selama 2menit)
keluarkan bom dan buang gas hasil reaksi
cuci bom & tampung ke dalam erlenmeyer

Air cucian bom


didalam ditambahkan ind metal merah
erlenmeyer dititrasi dengan N2CO3
catat hasil volume N2CO3 yang digunakan
lepaskan kawat pemanas dan ukur panjangnya
catat hasil dan hitung kapasitas kalor kalorimeter
Selesai

3.3.2 Penentuan Kalor Reaksi

Tablet Naftalen
Di dalam cawan ditimbang 1g
porselen
Tablet Naftalen 1g

dimasukkan kedalam bom


dihubungkan dengan kawat pemanas pada kedua elektroda
(kawat harus menyentuh naftalen)
siapkan bom dan tambahkan gas O2 hingga tekanan 20atm
isi ember kalorimeter dengan air 2L dan atur suhu air hinga ± 1,5⁰C
dibawah suhu kamar
masukkan ember kedalam kalorimeter,dan bom kedalam ember
(diamkan 5 menit)
hubungkan sumber arus listrik,amati perubahan suhu yang terjadi
catat suhu air setelah 6menit pembakaran dan perubahan suhu tiap
menit hingga mencapai nilai maksimum (suhu konstan selama 2menit)
keluarkan bom dan buang gas hasil reaksi
cuci bom & tampung ke dalam erlenmeyer

Air cucian bom


didalam ditambahkan ind metal merah
erlenmeyer dititrasi dengan N2CO3
catat hasil volume N2CO3 yang digunakan
lepaskan kawat pemanas dan ukur panjangnya
catat hasil dan hitung kapasitas kalor kalorimeter
Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data Hasil Pengamatan


4.1.1. Data
 Asam Benzoat
Massa = 1.00 gram
Panjang kawat awal = 12 cm
Panjang kawat akhir = 4.5 cm
Volume titran = 5.5 mL
Suhu awal = 24.92
Suhu akhir= 27.71
 Naftalen
Massa = 0.79 gram
Panjang kawat awal = 15 cm
Panjang kawat akhir = 8 cm
Volume titran = 6.12 mL
Suhu awal = 24.79
Suhu akhir= 28.4
4.1.2. perhitungan
 Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter
1. Penentuan Perubahan Suhu
∆T = T1 – T0
= 27.71 -24.92
= 2.79⁰C
2. Faktor Koreksi Asam Nitrat (U1)
U1 = Vtitrasi x (-1) kal/ml
U1 = 5.5 ml x (-1) kal/ml
= -5.5 kal
3. Faktor Koreksi Pembakaran Kawat (U2)
U2 = ∆l x (-2.3) kal/cm
= (12 - 4.5 cm) x (-2.3) kal/cm
= 7.5 cm x (-2.3) kal/cm
= -17.25 kal
∆UT = ∆Hc asam benzoate
= -6318 kal/gram
4. Kapasitas Kalor Kalorimeter
( ) ( )

( )–( )
( )

= 2256,36 kal/K
 Penentuan Kalor Reaksi
1. Penentuan Perubahan Suhu
∆T = T1 – T0
= 28,40 -24,79
= 3,61⁰C
2. Perhitungan Faktor koreksi asam nitrat (U1) dan Faktor koreksi pembakaran kawat
(U2)
U1 = Vtitrasi x (-1) kal/ml
= 6,12 ml x (-1) kal/ml
= -6,12 kal
U2 = ∆l x (-2,3) kal/cm
= (15-8 cm) x (-2,3) kal/cm
= -16,1 kal
3. Perhitungan ∆UT Naftalena
( )–( )
∆UT

( ( )–( )
=

= -10338,83 kal/g
= -10338,83 kal/g . 128,1705g/mol
= -10325133,011 kal/mol = -1325,13 kkal/mol
4. Penentuan Entalpi Naftalen
∆H = ∆UT + ∆nRT’
Reaksi :
C10H8 (s) + 12O2 (g) → 10CO2 (g) + 4H2O (l)
∆HC = -1325133,011 kal/mol + [(10-12) x (1,98kal/mol.K) x (300.71K)]
∆HC = -1326325,207kal/mol
∆HC= -1326,33 kkal/mol atau -5549,36 kj/mol
5. Penentuan Persen Kesalahan
= -9628,0099 kal/g = -1234026,843 kal/mol

% Galat = %
–( )
= x 100 %

= 7,0747%

4.2.Pembahasan

Pada percobaan kali ini yaitu penentuan perubahan entalpi pembakaran menggunakan
kalorimeter bom. Bertujuan untuk menentukan perubahan entalpi pembakaran senyawa
nafatlena dengan menggunakan kalorimeter bom.

Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang digunakan untuk menentukan kalor


suatu zat yang disertai dengan reaksi pembakaran. Jika selain reaksi pembakaran,
misalnya kalor pelarutan, biasanya dalam penentuan kalor reaksinya menggunakan
kalorimeter klasik. Prinsip kerja kalorimeter bom adalah sistem tersekat, sehingga jika
kalorimeter beserta isinya dianggap sebagai sistem, maka tidak akan terjadi pertukaran
energi dan materi dengan lingkungan. Akan tetapi, jika alat bom yang dianggap suatu
sistem, maka sistem yang terjadia adalah sistem tertutup, yakni dapat terjadi pertukaran
energi dari sistem ke lingkungan, dan yang menjadi lingkungannya adalah air dan
kalorimeter bom.

Dalam penentuan kapasitas kalorimeter ini, zat atau sampel yang digunakan adalah
asam benzoat, asam benzoat dipilih karena memliki kalor pembakaran yang diketahui
secara tepat yaitu sebesar 6318 kal/gram. Sehingga kapasitas kalor kalorimeter dapat
ditentukan secara tepat, selain itu asam benzoat juga dapat terbakar pada suhu yang tidak
terlalu tinggi. Kapasitas kalor kalorimeter dapat ditentukan dengan menghubungkan
perubahan suhu yang terukur pada termometer dengan jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan selama proses keadaan berlangsung.
Reaksi yang terjadi pada kalorimeter ini merupakan reaksi yang berlangsung pada
volum tetap ( ), maka perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem akan sama
dengan perubahan energi dalamnya.

Percobaan dimulai dengan membuat pelet asam benzoat dan naftalena. Tujuan dibuat
pelet karena pelet agar memudahkan dalam melubangi sampel dengan jarum untuk
dimasukkan kawat agar dapat digantungkan pada elektrodanya. Jika tidak dibentuk
peletnya maka tidak bisa digantung di kawat penyulut. Ini bertujuan agar pada saat
penempelan ke elektroda dapat menempel dengan baik dan tidak jatuh saat reaksi
pembakaran berlangsung. Kemudian fungsi dari kawat itu sendiri adalah sebagai pemicu
proses pembakaran agar reaksinya dapat berlangsung. Kawat yang dikaitkan juga tidak
boleh kendur dan harus tepat diatas mangkuk bom.

Setelah pelet sudah siap, selanjutnya alat bom dimasukkan dalam ember. Sebelum
dimasukkan ke ember, pastikan alat bom tertutup rapat, setelah itu dimasukkan gas
oksigen. Gas oksigen yang dimasukkan sebanyak 20 atm. Karena pengukuran kalorimeter
bom dilakukan pada kondisi volume konstan tanpa aliran atau dengan kata lain reaksi
pembakaran dilakukan tanpa menggunakan nyala api melainkan menggunakan gas
oksigen sebagai pembakar dengan volume konstan atau tekanan tinggi. Badan kalorimeter
diisi air 2L. Hal ini bertujuan agar alat bom terendam oleh air, dan supaya kalor yang
dilepaskan alat bom diserap oleh air. Sehingga suhunya akan terukur pada kalorimeter
yang yang dicelupkan ke dalam air.

Setelah kalorimeter dan komponenya telah di set, alat bom telah terhubung dengan
elektroda dan sumber listrik maka percobaan dimulai, diamkan 5 menit agar
mendapatkan suhu kesetimbangannya. Suhu kestimbangan ini tercapai jika suhunya telah
konstan tidak berubah-ubah. Selain untuk mencapai suhu kesetimbangan, juga untuk
menghomogenkan air agar suhu di semua ruang sama. Dan suhu awal konstan yang
teramati adalah 24.92 °C. Kemudian diamati untuk 6 menit. Dan suhu yang teramati
yaitu 27.71 °C. Terjadi kenaikan suhu, hai ini membuktikan bahwa reaksi pembakaran
asam benzoat terjadi reaksi eksoterm atau melepaskan kalor dari alat bom menuju air.
Dan disini air bertindak sebagai lingkungan atau sebagai penyerap kalor.

Setelah proses pembakaran selesai, selanjutnya tutup kalorimeter dibuka secara hati-
hati agar udara yang tertahan dalam alat bom dapat keluar secara perlahan. Setelah
perubahan suhu didapat, selanjutnya menentukan kapasitas kalor kalorimeter dengan asas
black. Dengan konsep tersebut, didapatkan kapasitas kalor kalorimeter sebesar 2272.67
kal/ºC. Setelah kapasitas kalor kalorimeter diketahui, percobaan selanjutnya yaitu
menentukan perubahan entalpi pembakaran naftalena. Sama seperti langkah kerja
percobaan dalam menentukan kapasitas kalor kalorimeter dengan pembakaran asam
benzoat.

Analisis faktor kesalahan dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh kurang
cermat dalam pembacaan suhu termometer, sehingga dapat mempengaruhi nilai Ck
maupun ( ). Selain itu, pemasukan gas oksigen yang kurang pas akan menyebabkan
reaksi pembakaran berlangsung tidak sempurna. Serta faktor selanjutnya yaitu
pengukuran panjang sisa kawat yang terbakar, karena panjang kawat sudahh tidak lurus
lagi, sehingga pengukuran panjang kawat kurang akurat.

Reaksi pembakaran untuk asam benzoat

C6H5COOH (s) + 7 ½ O2 (g)  7 CO2 (g)


Reaksi pembakaran untuk naftalena
C10H8 (s) + 12 O2 (g)  10 CO2 (g)
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan penentuan perubahan entalpi pembakaran naftalena dengan


menggunakan kalorimeter bom, diperoleh ( ) naftalena sebesar -5549,36 Kj/mol dan
harga Ck sebesar 2256,36 kal/K dengan persen galat/kesalahan 7,0747%.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond.(2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti jilid I. Jakarta: Erlangga.


Imamkhasani,dkk. (1998). Lembar Data Keselamatan Bahan. Bandung : Puslitbang
Kimia Terapan-UPI
Oxtoby.(2001). Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Tim Praktikum Kimia Fisik.(2014). Pedoman Paraktikum Kimia Fisika. Bandung :
FPMIPA UPI.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai