PENDAHULUAN
1.1.Tujuan
Menentukan kalor pembakaran naftalen dengan menggunakan parr adiabatik
Kalorimeter Bom.
1.2.Latar Belakang
Menurut ilmu termodinamika, diketahui bahwa suatu reaksi kimia dapat berlangsung
secara spontan apabila reaksi tersebut mempunyai energy bebas, dan kesetabilan
energy(eksogernik). Dengan demikian, energy yang dilepaskan dari reaksi tersebut dapat
menaikkan suhu lingkungan disekitar system (dengan kata lain bersifat eksotermik), dan
menurunkan suhu system itu sendiri.
Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas atau
sebaliknya membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada sistem dan lingkungannya. Ada
sistem tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan lingkungan ini saling berinteraksi satu
sama lainnya.
Jika kita membahas termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan entalpi
adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada tekanan tetap. Entalpi
dibedakan menjadi 5 yaitu : entalpi pembentukan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran,
entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.
Kebanyakan reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan
atmosfir). Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap (dimana volume dapat
berubah) dapat berbeda dari perubahan energi dalam (∆E). Untuk menyatakan kalor reaksi
yang berlangsung pada tekanan tetap para ahli mendefinisikan suatu besaran
termodinamika, yaitu entalpi (H). Entalpi menyatakkan kandungan kalor zat atau sistem.
Perubahan entalpi (∆H) dari suatu reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau
dibebaskan oleh reaksi itu (Chang, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalorimeter
Energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu
tempat ke tempat lain disebut kalor. (Syukri S, 1999).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi
kimia dengan eksperimen disebut kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan adalah kalorimeter. Dengan
menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan
berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan dan secara
eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada
energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. (Petrucci,1987).
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0C pada air
dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri (Petrucci,1987). Dalam proses ini
berlaku azas Black yaitu:
q lepas = q terima
keterangan:
C = kapasitas kalorimeter
.Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut termodinamika.
Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan
kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam
perubahan keadaan (Keenan, 1980).
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak
spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar. Sedangakan
reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Kalor reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan
perubahan suhu (∆T), yang dinyatakan dengan persamaan berikut
q = m . c . ∆T (Petrucci, 1987).
Keterangan :
Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi kimia atau
perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan kalorimeter. Kata kalorimetri berasal
dari bahasa Latin yaitu calor, yang berarti panas.
Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka temperatur harus tetap konstan.
Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan berubah. Energi akan berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya yang disebut dengan panas dan kalorimetri mengukur
perubahan suhu tersebut, bersamaan dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung
perpindahan panas.
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api
listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Oleh karena tidak ada kalor yang
terbuang ke lingkungan, maka :
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dengan :
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (
DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem sama
dengan perubahan energi dalamnya.
Maka:
DE = qv
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat
1. Buret dan klem buret 1 pasang
2. Stop Watch 1 buah
3. Botol semprot 1 buah
4. Termometera 1 buah
Bahan
1. Air
2. Asam benzoat 2 gram
3. Naftalen 2 gram
4. Gas Oksigen
5. Larutan baku Na2CO3 0,0725 M 25 mL
6. Indikator metal merah
Tablet Naftalen
Di dalam cawan ditimbang 1g
porselen
Tablet Naftalen 1g
( )–( )
( )
= 2256,36 kal/K
Penentuan Kalor Reaksi
1. Penentuan Perubahan Suhu
∆T = T1 – T0
= 28,40 -24,79
= 3,61⁰C
2. Perhitungan Faktor koreksi asam nitrat (U1) dan Faktor koreksi pembakaran kawat
(U2)
U1 = Vtitrasi x (-1) kal/ml
= 6,12 ml x (-1) kal/ml
= -6,12 kal
U2 = ∆l x (-2,3) kal/cm
= (15-8 cm) x (-2,3) kal/cm
= -16,1 kal
3. Perhitungan ∆UT Naftalena
( )–( )
∆UT
( ( )–( )
=
= -10338,83 kal/g
= -10338,83 kal/g . 128,1705g/mol
= -10325133,011 kal/mol = -1325,13 kkal/mol
4. Penentuan Entalpi Naftalen
∆H = ∆UT + ∆nRT’
Reaksi :
C10H8 (s) + 12O2 (g) → 10CO2 (g) + 4H2O (l)
∆HC = -1325133,011 kal/mol + [(10-12) x (1,98kal/mol.K) x (300.71K)]
∆HC = -1326325,207kal/mol
∆HC= -1326,33 kkal/mol atau -5549,36 kj/mol
5. Penentuan Persen Kesalahan
= -9628,0099 kal/g = -1234026,843 kal/mol
% Galat = %
–( )
= x 100 %
= 7,0747%
4.2.Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu penentuan perubahan entalpi pembakaran menggunakan
kalorimeter bom. Bertujuan untuk menentukan perubahan entalpi pembakaran senyawa
nafatlena dengan menggunakan kalorimeter bom.
Dalam penentuan kapasitas kalorimeter ini, zat atau sampel yang digunakan adalah
asam benzoat, asam benzoat dipilih karena memliki kalor pembakaran yang diketahui
secara tepat yaitu sebesar 6318 kal/gram. Sehingga kapasitas kalor kalorimeter dapat
ditentukan secara tepat, selain itu asam benzoat juga dapat terbakar pada suhu yang tidak
terlalu tinggi. Kapasitas kalor kalorimeter dapat ditentukan dengan menghubungkan
perubahan suhu yang terukur pada termometer dengan jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan selama proses keadaan berlangsung.
Reaksi yang terjadi pada kalorimeter ini merupakan reaksi yang berlangsung pada
volum tetap ( ), maka perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem akan sama
dengan perubahan energi dalamnya.
Percobaan dimulai dengan membuat pelet asam benzoat dan naftalena. Tujuan dibuat
pelet karena pelet agar memudahkan dalam melubangi sampel dengan jarum untuk
dimasukkan kawat agar dapat digantungkan pada elektrodanya. Jika tidak dibentuk
peletnya maka tidak bisa digantung di kawat penyulut. Ini bertujuan agar pada saat
penempelan ke elektroda dapat menempel dengan baik dan tidak jatuh saat reaksi
pembakaran berlangsung. Kemudian fungsi dari kawat itu sendiri adalah sebagai pemicu
proses pembakaran agar reaksinya dapat berlangsung. Kawat yang dikaitkan juga tidak
boleh kendur dan harus tepat diatas mangkuk bom.
Setelah pelet sudah siap, selanjutnya alat bom dimasukkan dalam ember. Sebelum
dimasukkan ke ember, pastikan alat bom tertutup rapat, setelah itu dimasukkan gas
oksigen. Gas oksigen yang dimasukkan sebanyak 20 atm. Karena pengukuran kalorimeter
bom dilakukan pada kondisi volume konstan tanpa aliran atau dengan kata lain reaksi
pembakaran dilakukan tanpa menggunakan nyala api melainkan menggunakan gas
oksigen sebagai pembakar dengan volume konstan atau tekanan tinggi. Badan kalorimeter
diisi air 2L. Hal ini bertujuan agar alat bom terendam oleh air, dan supaya kalor yang
dilepaskan alat bom diserap oleh air. Sehingga suhunya akan terukur pada kalorimeter
yang yang dicelupkan ke dalam air.
Setelah kalorimeter dan komponenya telah di set, alat bom telah terhubung dengan
elektroda dan sumber listrik maka percobaan dimulai, diamkan 5 menit agar
mendapatkan suhu kesetimbangannya. Suhu kestimbangan ini tercapai jika suhunya telah
konstan tidak berubah-ubah. Selain untuk mencapai suhu kesetimbangan, juga untuk
menghomogenkan air agar suhu di semua ruang sama. Dan suhu awal konstan yang
teramati adalah 24.92 °C. Kemudian diamati untuk 6 menit. Dan suhu yang teramati
yaitu 27.71 °C. Terjadi kenaikan suhu, hai ini membuktikan bahwa reaksi pembakaran
asam benzoat terjadi reaksi eksoterm atau melepaskan kalor dari alat bom menuju air.
Dan disini air bertindak sebagai lingkungan atau sebagai penyerap kalor.
Setelah proses pembakaran selesai, selanjutnya tutup kalorimeter dibuka secara hati-
hati agar udara yang tertahan dalam alat bom dapat keluar secara perlahan. Setelah
perubahan suhu didapat, selanjutnya menentukan kapasitas kalor kalorimeter dengan asas
black. Dengan konsep tersebut, didapatkan kapasitas kalor kalorimeter sebesar 2272.67
kal/ºC. Setelah kapasitas kalor kalorimeter diketahui, percobaan selanjutnya yaitu
menentukan perubahan entalpi pembakaran naftalena. Sama seperti langkah kerja
percobaan dalam menentukan kapasitas kalor kalorimeter dengan pembakaran asam
benzoat.
Analisis faktor kesalahan dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh kurang
cermat dalam pembacaan suhu termometer, sehingga dapat mempengaruhi nilai Ck
maupun ( ). Selain itu, pemasukan gas oksigen yang kurang pas akan menyebabkan
reaksi pembakaran berlangsung tidak sempurna. Serta faktor selanjutnya yaitu
pengukuran panjang sisa kawat yang terbakar, karena panjang kawat sudahh tidak lurus
lagi, sehingga pengukuran panjang kawat kurang akurat.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan