PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan
lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop
hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya
memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari
bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki
dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki
warna. Bening dan transparan. Spektrofotometri UV memang lebih simple dan
mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal
ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri ini merupakan gabungan
antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang
lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV
dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna (Khopkar, 1990).
Penentuan konsentrasi komponen dengan matriks kalibrasi bukanlah
suatu matriks bujur sangkar, sehingga tidak akan terdapat matriks kebalikan dari
K. Akibatnya persamaan tidak dapat diterapkan. Penyelesaian terhadap matriks
kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis regresi linier seperti
halnya pada pembentukan kurva kalibrasi biasa (Constantinides, 1988).
Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode
spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing-masing komponen. Ketelitian kemampian cara ini tergantung pada
ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan memberikan perbedaan
kontras pada masing-masing absorbansi dan pemilihan faktor koreksi terhadap
konsentrasi komponen asing yang tidak terukur (Surawidjaja, 1994).
2
Analisis kuantitafif dapat diketahui dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang gelombang maksimum yang
digunakan dalam pengukuran absorbansi larutan standar maupun larutan sampel
ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi maksimum konsentrasi larutan
standar. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum pengukuran
absorbansi dilakukan pada rentang panjang gelombang 265-280 nm. Hasil
pengamatan untuk absorbansi maksimum adalah pada panjang gelombang 280 nm
kemudian dilakukan penentuan nilai absorbansi pada delapan larutan standar
(Sumarauw, dkk, 2013).
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar cahaya yang di
gunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang
sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna
putih, merah, biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka
sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang dapat dianalisa
dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk
sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
2. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible. Pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sinar UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita,
sehingga senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu.
Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar
pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada
partikel koloid (suspensi).
3
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau
sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang
dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat
dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan
hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah
ini adalah persamaan Lamber beer:
A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorban
T = Transmitan
-4 -1
ε = absorvitas molar (Lcm . mol )
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur
adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.
4. Spektrofotometer (IR)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar
pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi
menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai
panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk
mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus spesifik.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian penting yaitu:
4
a) Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk
daerah tamak, ultraviolet dekat dan infrared dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terluar dari wolform (tunsgten). Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (λ) adalah 350-2200 nm. Untuk
sumber pada daerah ultraviloet (UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu
deuterium dengan panjang gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.
b) Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu
prisma dan erating (kisi difraksi). Cahaya monokromatis ini dapat dilihat dengan
anjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah
sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh
lebar celah (slidt width) yang dipakai.
c) Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat contoh
atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: (1) tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya
(2) permukaannnya secara optis harus benar-benar sejajar (3) harus tahan (tidak
bereaksi) terhadap bahan-bahan kimia (4) tidak boleh rapuh (5) mempunyai
bentuk yang sederhana. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca,
plastik dengan bentuk tangan empat persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm.
Pada pengukuran didaerah ini dipakai cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca
tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat
dipakai untuk pengukuran sinar tampak.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan megubah cahaya menjadi sinyal
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor yaitu kepekaan
5
tinggi, perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, respon konstan cepat
dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding
dengan tenaga radiasi.
e) Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar
dapat dibaca oleh indikator yang biasanya berupa recorder analog atau komputer.
6
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mengkalibarasi alat spektrofotometer?
2. Apa yang dimaksud dengan kromofor?
3. Apa saja keuntungan dari spektrofotometer UV-Vis?
4. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi panjang gelombang cahaya?
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (visible)
-7
yaitu dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10 m (400 nm) berupa cahaya
-7
violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10 m (800 nm) atau merah. Panjang
-9
gelombang juga lazim disajikan dalam satuan nm dimana 1 m = 10 nm. Bila
cahaya UV-tampak (UV-Vis) dikenakan pada senyawa maka sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi yang
spesifik. Setiap molekul mempunyai tingkat energi dasar (ground state = GS)
yang spesik. Sinar yang diserap adalah untuk menaikkan elektron ikatan ke
tingkat energy eksitasi (excited state = ES). Karena level energy GS ke ES tiap
molekul spesifik maka E (sinar) yang diserap juga spesifik merupakan dasar
analisa kualitatif (Sitorus, 2009).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah
optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu
trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai
cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko
dan suatu alat
8
untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna
yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang harus diperhatikan.
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai
0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini
berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau
0,5% (kesalahan fotometrik).
(Gandjar & Rohman, 2007).
9
Komponen-komponen peralatan spektrofotometer UV-Vis dijelaskan
secara garis besar sebagai berikut.
1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber radiasi UV digunakan lampu Hidrogen (H) atau lampu
Deutirium (D). Sedangkan sumber radiasi tampak yang juga menghasilkan sinar
Infra Merah (IR) dekat menggunakan lampu filament tungsten yang dapat
menghasilkan tenaga radiasi 350-3500 nm.
2. Monokromator
Radiasi yang diperoleh dari berbagai sumber radiasi adalah sinar polikromatis
(banyak panjang gelombang). Monokromator berfungsi untuk mengurai sinar
tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan. Monokromator terbuat
dari bahan optic yang berbentuk prisma.
3. Tempat Sampel
Dalam bahasa sehari-hari tempat sampel (sel penyerap) dikenal dengan istilah
kuvet. Kuvet ada yang berbentuk tabung (silinder) tapi ada juga yang berbentuk
kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak menyerap sinar yang
dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel dan pelarut.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik atau
peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat (printer). Tenaga
cahaya yang diubah menjadi tenaga listrik akan mencatat secara kuantitatif tenaga
cahaya tersebut.
(Sitorus, 2009).
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat Bahan-Bahan
1. Aseton
11
B. LANGKAH KERJA
a. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis
12
b. menentukan panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi
maximum
13
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. Tabel Pengamatan
No Panjang Absorbansi
Gelombang
Etanol Benzena Aquades Methanol
1. 200 2,251 2,261 0,266 2,237
2. 220 0,0409 1,986 0,153 0,333
3. 240 0,134 0,285 0,102 0,106
4. 260 0,091 0,254 0,082 0,067
5. 280 0,079 0,220 0,073 0,061
6. 300 0,063 0,085 0,065 0,050
7. 320 0,056 0,068 0,060 0,045
8. 340 0,051 0,054 0,056 0,043
9. 360 0,049 0,056 0,053 0,041
10. 380 0,047 0,052 0,051 0,040
11. 400 0,045 0,047 0,049 0,039
14
BAB V
PEMBAHASAN
15
spektroskopi UV-VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi
substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus
memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV
yang luas.
Cara kerja dari spektrofotometer secara singkat dan mudah dipahami
adalah sebagai berikut :
1. Sumber cahaya polikromatis masuk ke dalam monokromator (disini terjadi
penyebaran cahaya).
2. Dari monokromator kemudian keluar menuju ke sel sampel, pada sel sampel ini
terjadi proses penyerapan cahaya oleh zat yang ada dalam sel sampel (dimana
cahaya yang masuk lebih terang dibandingkan cahaya setelah keluar).
3. Selanjutnya cahaya ditangkap oleh detektor dan mengubahnya menjadi arus listrik.
16
Kromofor (chromophore) adalah bagian dari pigmen yang paling sensitif
terhadap rangsangan cahaya. Kromofor berfungsi sebagai antena, alat penangkap
gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu. Suatu panjang
gelombang spektrum tertentu dapat merangsang perubahan struktur molekul
kromofor karena molekul itu "tereksitasi". Perubahan struktur ini mengakibatkan
pelepasan energi/elektron. Energi atau elektron yang terlepas ini lalu ditangkap
oleh sistem pembawa signal (signaling) yang pada akhirnya memicu
dihasilkannya sejumlah enzim bagi suatu proses biokimia tertentu.
Seberkas cahaya sejajar yang mengenai celah sempit yang berada di depan
layar, maka pada layar tidak terdapat bagian yang terang dengan luas yang sama
dengan luas celahnya, melainkan terdapat terang utama yang kiri kanannya
dikelilingi garis/pita gelap dan terang secara berselang-seling. Peristiwa ini
disebut difraksi.
Panjang gelombang dari suatu cahaya tertentu dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut ini:
a. Jarak antar dua celah
Jarak antar dua celah berbanding lurus dengan panjang gelombang, dengan
kata lain semakin besar jarak antar dua celah maka panjang gelombang yang
dihasilkan akan semakin panjang. Karena d=1/N, maka N berbanding terbalik
dengan panjang gelombang. Semakin besar N maka jarak antar dua celah (d) akan
semakin kecil, begitu pula dengan panjang gelombangnya.
b. Jarak terang atau gelap dengan terang pusat (p)
Jarak terang atau gelap dengan terang pusat (p) berbanding lurus dengan
panjang gelombang. Artinya semakin panjang jarak terang atau gelap dengan
terang pusat maka akan semakin panjang pula panjang gelombangnya. (Pada
percobaan ini yang diukur adalah jarak terang dengan terang pusat)
c. Jarak layar ke celah (l)
Jarak layar ke celah berbanding terbalik dengan panjang gelombang.
Artinya semakin panjang jarak layar ke celah maka panjang gelombang yang
dihasilkan akan semakin kecil.
17
d. Orde (k)
Orde berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Dengan kata lain
semakin besar orde maka panjang gelombang akan semakin kecil. Pada percobaan
ini yang diukur/ menjadi patokan adalah jarak terang dengan terang pusat
sehingga penghitungan dimulai dari k=0 untuk terang pusat, k=1 untuk terang
pertama (orde1), dan k=2 untuk terang kedua(orde2),dst. Hubungan-hubungan
tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini:
Pengamatan Kelompok 1
Etanol
Dengan panjang gelombang >< hasil absorbansi cahaya
200 2,251
220 0,0409
240 0,134
260 0,091
280 0,079
300 0,063
320 0,056
340 0,051
360 0,049
380 0,047
18
400 0,045
Pengamatan Kelompok 2
Benzena
Dengan panjang gelombang >< hasil absorbansi cahaya
200 2,261
220 1,986
240 0,285
260 0,254
280 0,220
300 0,085
320 0,068
340 0,054
360 0,056
380 0,052
400 0,047
Pengamatan Kelompok 3
Aquades
Dengan panjang gelombang >< hasil absorbansi cahaya
200 0,266
220 0,153
240 0,102
260 0,082
280 0,073
300 0,065
320 0,060
340 0,056
360 0,053
380 0,051
400 0,049
19
Pengamatan Kelompok 4
Methanol
Dengan panjang gelombang >< hasil absorbansi cahaya
200 2,237
220 0,333
240 0,106
260 0,067
280 0,061
300 0,050
320 0,045
340 0,043
360 0,041
380 0,040
400 0,039
20
Grafik hasil pengamatan
2,5
1,5
0,5
0
200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
Etanol Benzena Aquades Methanol
21
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
22
LAMPIRAN