Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FARMASI

FISIKA “ UJI STABILITAS

EMULSI “

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR MILA SARI

NIM 2011102415074

KELAS : PRAKTIKUM

D KELOMPOK : 3 (TIGA)

DOSEN PENGAMPU

SYLVAN SEPTIAN RESSANDY, S.Farm.M.Farm.

FAKULTAS S1 FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

- Mengetahui emulsi dan stabilitas sediaan emulsi

- Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam


pembuatan emulsi

- Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan sulfaktan

- Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

- Mahasiswa dapat mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi


bentuk sediaan emulsi

B. Latar Belakang

Sistem emulsi dijumpai di banyak penggunaannya dalam format. Dibedakan


antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak
ikan emulsi parafin) dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir dinyatakan
sebagi linementa (latin linire = menggosok). Dia dalah emulsi kental ( dalam
perraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan suppostoria
dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika.

Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil
secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa


keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak
enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya
untukkulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan
menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu tween 80 dan span 80.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor penting
untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi
oleh emulgator yang digunakan.

C. Tinjauan Pustaka

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil. Terdiri
dari paling sedikit dua fase sebagai globul – globul dalam fase cair lainnya.
Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator. Emulsi, elmusiones, adalah
sistem disperse kasar dari dua aturan lebih cairan yang tidak larut satu sama lain
penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin (emulgere : memerah) dan
berpedoman pada susu sebagi jenis suatu emulsi alam. (Akbari,et.al,2018)

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk terkesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau aliran air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa.
Sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak. (Megawati,eva,ddk.2015)

Emulsi dapat dapat distabilkan dengan penambah bahan pengemulsi yang


mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan beras, dan
akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
(sulfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara
teresan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Sulfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan
antar fase. Sehingga meningkatkan proses emulsikan selama pencampuran.

Dalam bidang farmasi : emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa
air

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi didalam fasa

minyak Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgaot

merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator
yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme
kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak
serta dapat membentuk lapisan film pada permukaan global – globa fasa
terdispersinya. (Kallaka,Intan,etal,2015)

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu : Indayani, Dlsy,2016)

1. Membentuk lapisan non molekul : surfaktan yang dapat menstabilkan


emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak dan air.
Menurut hokum gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting
mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang leih
stabil karena pengurangan sejumlah energy bebas permukaan secara
nyata d\adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal
koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekati.

2. Membentuk lapisan multimolekuler : koloid lifofoid membentuk lapisan


multimolkuler disekitar tetesan dari disperse minyak. Sementara koloid
hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan
penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada
kemampuan membentuk lapisanckuat, lapisan multimolekuler yang
koheren.

3. Pembentukan Kristal partikel – partikel padat : mereka menunjukkan


pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik
polarisasi. Sifat – sifat optis yang sesuai dengan Kristal mengarahkan
pada penandaan “Kristal cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur
spesialnya mesi fase yang khas. Yang banyak dibentuk dalam
ketergantungan dari struktur kimia tensial / air. Suhu dan seni dan cara
penyiapan emulsi.

4. Emulsi yang digunakan farmasi adalah suatu sediaan yang terdiri dari dua
cairan tidak bercampur, dimana yang terdispersi seluruhnya sebagai
globula – globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir
bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat digunakan untuk
sejumlah kepentingan yang berbeda.

Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat permukaan mampu


menampikan kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan
permukaan (antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang
bergabungan tetesan karena zat 0 zat tersebut diabsorbsi pada antar
muka atau lebih tepat pada permukaan tetesan. Tetesan yang tersuspensi
zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3
mekanisme :

1. Mengurangi tegangan antarmuka stabilistas termodinamis

2. Pembentukan suatu lapisan antar muka yang halus pembatas mekani


untuk penggabungan

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap penghalang elektrik untuk


mendekati partikel.

Syarat emulgator adalah molekul – molekulnya mempunyai


afinitar terhadap kedua cairan yang berbentuk emulsi. Daya
afintarnya harus parsial atau tidak sama terhadap kedua cairan
tersebut. Salah satu ujung dasar emulgator larut dalam cairan yang
satu, sedangkan ujung yang lain hanya membentuk lapisan tipis
(selapis molekul) disekeliling atau diatas permukaan cairan yang
lain.
Evaluasi adalah sediaan dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari
suatu sediaan emulsi dalam jangka waktu penyimpanan tertentu.
Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan melalui pengamatan organileptis
(baud an warna), pengamatan secara fisik (viskositas,diameter globul
rata – rata, ph dan volume creaming) serta pengamatan secara kimia .

Stabilitas merupakan suatu kemampuan produk obat atau kosmetik


agar dapat mempertahankan spesifikasi yang diterapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,
kekuatan, kualitas dan kemurnian produk.

Kestabilan dari emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan


fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan,
bau,warna dan sifat – sifat fisik lainnya yang baik. Beberapa fenomena
yang menjadi parameter dalam menentukan ketidak stabilan fisik
dalam emulsi yaitu :

a. Creaming

Merupakan peristiwa pembentukan agregat dari bulatan fase dalam


yang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk naik
permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada
partikel – partikelnya sendiri.

b. Koalesen

Merupakan proses penipisan atau terganggunya lapisan film antar


droplet sehingga menyebabkan adanya fusi dari dua atau lebih
droplet yang ukurannya menjadi lebih besar dari ukuran semula.

c. Cracking

Kerusakan yang paling besar dari emulsi adalah cracking. Pada


fenomena ini emulsi terpisah menjadi dua fase yaitu fase minyak
dan fase air.
D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Batang pengaduk

b. Cawan porselen

c. Gelas kimia

d. Gelas ukur

e. Pengangas air

f. Neraca analitik

g. Lumpang dan ali

h. Pipet tetes

2. Bahan

a. Tween 80

b. Span 80

c. Paraffin cair

d. Aquadest

E. URAIAN BAHAN

1. Twenn80(FiEd.IIIHal.509)

Nama lain : polusorbatum – 80 , polisorbat-80


Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih kuning, bau asam lemak khas.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanl (959),p, dalam etil asetat p
dan dalam methanol p sukar larut dalam parafin cair p dan dalam minyak biji
kecap.

Penyimpanan : dalam wadah terturuo

rapat. Kegunaan : zat tambahan.

2. Span80(FiEd.IIIHal567)

Nama lain : Sorbitan Monoleat

Pemerian : larut berminyak tidak bewarna : bau karakteristrik dari asam


lemak.

Kelarutan : praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat
bercampur dengan alkohol ; sedikit larut dalam minyak biji kapas.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup

rapat. Kegunaan : zat tambahan.

3. Paraffincair(FiEd.IIIHal474)

Nama lain : Paraffinum Liquidum

Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluo resensi, tidak bewarna :


hampir tidak berbau hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dam etanol 95x p, dalam
kloroform p dan dalam eter p.

Penyimpana : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya Kegunaan : laskativum

4. Aquadest(FiEd.IIIHal96)
Nama lain : aquadesttillata, air suling

Pemerian : cairan jernih tidak bewarna, tidak berbau tidak mempunyai

rasa Penyimpanan : dalam wadah tertutuo baik

Kegunaan : zat tambahan.

F. CARA KERJA

a. Timbang span 80 dan tambahkan dengan paraffin cair 30 gram, lalu


dipanaskan sampai suhu 60`c

b. Timbang tween 80 dan tambahkan dengan aquadest 30 ml, lalu dipanaskan


sampai suhu 60`c

c. Masukkan tween terlebih dahulu kedalam lumpang, digerus ad larut.

d. Tambahkan span perlahan – lahan agar emulsi tidak pecah.

e. Tambahkan cairan kedalam gelas ukur, beri label, lalu amati perubahan yang
terjadi

f. Catat perubahan nya pada 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 g jam, dan 21 jam
DAFTAR PUSTAKA

Blessy, M., Ruchi D. Patel prajesh N. Prajapati,


Y.K 2015. Development of forced degradation
and stability inducating studies of
drugs. A revies. Depatermen og
pharmaceutical Analysis
institute pgf researchand development).

Indayanti,Deisy.2016.Ujistabilitasfiskdankomponenkimiapadaminyakbiji
jinten hitam (Nigella Sativa L) dalam bentuk emulsi tipe minyak dalam air
menggunakanGLMS.ProgramstudiFarmasi,UINJakarta.

Kailaku , san intan,et,a.,2015.


Pengaruh kondisi
homogenisasi terhadap
karakteristrik fisik dan mutu santan selama
penyimpanan. Bala besar
penelitiandanpengembanganpascapanenpertanian.Jurnallistrik18(1).

Megawati, eva pratiwi, liza dan wijianto, bambang.2015.


uji efekivitas antioksidanekstrakmethanolbuahpapaya(caricapapaya)dalamformulasi
krimterhadapDPPH.

Broto, wisnu 2015. Hidrophilt – lopohilic balance (hlb). Stabilly mechanism


and rehology: a review international
journal of innovative research and
scientfis.
Kurniawan,D,W.2009.Teknologisediaanfarmasi.Yogyakarta:grahailmy

Suardana, I.M. 2020. Pengaruh variasi nilai hidriphylic - ; lipophylic ba;ance


dansuhuterhadapkarakteristriksediaankrim.Jurnalrekaryadanma
najemen
agroindustro,8(2).

Afoes,G2016.Pengembangansediaanfarmasi,Bandung:PenerbitITB.

Faridha, Y. Et. Al. 2015. Formulasi dan


uji stabilitas fisik krim susu kuda Sumbawa
dengan emulgator non ionic dan
ionic. Universitas islam negerialauddin;Makassar.

Anda mungkin juga menyukai