PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“BIOFILM”
Di Susun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Biofilm
B. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan
metode antibiofilm
C. Dasar Teori
➢ Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh mikroorganisme patogen
yang mampu menyebabkan sakit (Potter et al, 2005). Infeksi
disebabkan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replikasi intra seluler, atau respon antigen-
antibodi (Dorland, 1998).Mikroorganisme penyebab terjadi infeksi
adalah bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dapat
masuk ke tubuh inangnya melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan, kulit dan rongga mulut (Pratiwi, 2008).
➢ Biofilm
Biofilm merupakan bentuk dari pola hidup multiseluler
mikroba dan didefinisikan sebagai komunitas bakteri yang
terorganisir, saling berkomunikasi dan melekat pada permukaan
inert atau hidup. Mikroorganisme dalam biofilm terdapat di dalam
matriks polimer yang diproduksinya sendiri dengan bahan
utamanya eksopolisakarida. Matriks biofilm tersusun atas
polisakarida, protein dan DNA yang berasal dari mikroba (Paraje,
2011).
❖ Mekanisme Pembentukan Biofilm :
1. Perekatan Bakteri ke Permukaan
Bakteri planktonik bebas menuju suatu permukaan dan
melekat. Penempelan awal ini di dasarkan pada daya Tarik
fisik dan gaya elektrostatik tetapi belum ada penempelan
secara kimia (Paraje,2011).
2. Perekatan Bakteri Secara Permanen
Beberapa dari sel reversibel yang teradsorpsi ini mulai
membuat persiapan untuk penempelan yang lebih kuat
dengan membentuk struktur tetap yang kemudian secara
permanen mengikat ke permukaan (Paraje, 2011).
3. Pembentukan Koloni
Sel-sel perintis biofilm akan memproduksi dan membuat sel
anakan yang akan membentuk mikrokoloni di permukaan
beberapa jam kemudian setelah penempelan permanen
(Paraje, 2011).
4. Akumulasi Sel Biofilm
Biofilm yang terbentuk akan semakin banyak dan mulai
menghasilkan matriks polimer di sekitar mikrokoloni sebagai
langkah untuk penempelan yang ireversibel (Paraje, 2011).
5. Pelepasan Biofilm
Pada tahap berikutnya biofilm yang sudah matang akan pecah
dan sel-sel bakteri dibebaskan kemudian dapat menyebar
kelokasi lain untuk membentuk biofilm yang baru
(Paraje,2011).
❖ Resistensi Biofilm Terhadap Antibiotik
Satu aspek terpenting dari pembentukan biofilm bakteri
adalah peningkatan resistensi mikroba terhadap antibiotik dan
stressor lainnya. Sifat struktural dan karakteristik sel biofilm
menghasilkan resistensi terhadap agen mikroba dan stressor
lainnya yang berkaitan dengan mekanisme perlindungan dan
pertahanan dari kondisi lingkungan yang buruk (Keller, 2014).
Faktor intrinsik dari resistensi merupakan bagian dari
perkembangan biofilm yang disebabkan dari struktur biofilm dan
sifat fisiologi hasil dari perubahan pola hidup biofilm. Pengaruh
dari beberapa faktor intrinsik biofilm yang berbeda mempengaruhi
resistensi antibiotik telah diidentifikasi. Berikut ini adalah
mekanisme pertahanan yang menyebabkan resistensi :
1. Matriks biofilm dapat bertindak sebagai penghalang
difusi
❖ Kontrol Biofilm
Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis
organisme hidup yang terdapat pada suatu benda. Proses ini
melibatkan aplikasi Biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan
untuk membunuh atau proses fisik dengan tujuan untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
Strategi yang dilakukan dalam mengkontrol biofilm dapat dengan
menggunakan metode kimia, fisika, dan biologi (Rai, 2013).
a. Fisik : metode dengan steriliasi panas merupakan cara
yang paling dipercaya dan banyak digunakan. Sterilisasi
panas dibagi dua yaitu metode panas kering dan panas
basah (Pratiwi, 2008).
b. Kimia : metode yang dilakukan dengan menggunakan
suatu bahan kimia yang dapat membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Senyawa kimia
antibiofilm ini dapat menghambat quorum sensing
sehingga mengganggu pertukaran sinyal kimia antara sel-
sel dalam sebuah proses dan dapat merusak matriks yang
menyebabkan perlepasan sel dari koloni dan pembebasan
sel ke lingkungan (Pratiwi, 2008 & Rai,2013).
c. Biologi (Bakteriofage) : Strategi dengan memanfaatkan
virus tertentu yang menginfeksi bakteri.Virusakan
menghancurkan bakteri dengan cara masuk ke sel inang
dan melekat pada reseptor spesifik pada permukaan
bakteri, termasuk lipopolisakarida, protein, atau bahkan
flagella. Sehingga bakteri akan mati dan terjadinya
penurunan biofilm.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
HASIL PRAKTIKUM
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa uji antibiofim
adalah suatu teknik untuk mengukur efek suatu senyawa dalam
menghambat planktonik dan mono-spesies biofilm. Pada uji antibiofilm
hasil pengamatan dapat dilihat secara visual maupun melalui hasil
perhitungan. Secara visual pembentukan biofilm dapat dilihat pada dasar
lempeng pelat setelah pemberian kristal violet. Semakin rendah intensitas
pewarnaan kristal violet, semakin sedikit biofilm yang terbentuk. Artinya
senyawa uji yang digunakan efektif menghambat pembentukan biofilm.
Pada perhitungan % penghambatan, jumlah sampel yang dapat
menghambat setidaknya 50% dari pembentukan biofilm dapat dianggap
sebagai konsentrasi penghambatan biofilm minimum (MBIC50) dan
konsentrasi pemberantasan biofilm minimum (MBEC50).
B. Saran
Dalam melakukan praktikum ini diharapkan praktikan berhati-hati
dalam menggunakan alat dan bahan yang ada di laboratorium, serta
memperhatikan ketelitian saat melakukan percobaan agar berjalan
dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Akinduti, P. A., Motayo, B., Idowu, O. M., Isibor, P. O., Olasehinde, G. I.,
Obafemi, Y. D., Ugboko, H. U., Oyewale, J. O., Oluwadun, A., and
Adeyemi, G. A. 2019. Suitability of Spectrophotometric Assay for
Determination of Honey Microbial Inhibition. Journal of Physics:
Conference Series, 1299(1), 1-7.
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal 555.
Keller et al, 2014. Oral Biofilm : Entry and Immune System Response. Inside
Dentistry