Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH

MIKROBIOLOGI

“ BIAKAN MURNI “

Disusun oleh :

SUPARMI ( C41180840)

TRI NINDYA KHOFIFAH ( C41180934 )

AFIF ABDULLAH F. ( C41180868)

DHIA KHOIRON F. ( C41181572 )

ZAINUR ROFIQI ( C41181008 )

PROGRAM STUDI MANAGEMENT BISNIS UNGGAS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2019

PEMBAHASAN

 PENGERTIAN BIAKAN MURNI

Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba


diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini
bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi
dengan bakteri lainnya dan disebut biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang
hanya berisi satu jenis bakteri (Pelczar, 1986).Pemindahan bakteri dari medium
lama ke medium yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi bakteri. Dalam
mengisolasi suatu mikroorganisme, dilakukan dengan cara yang aseptis untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme lain.

Isolasi dan inokulasi merupakan percobaan yang sangat penting, karena melihat
kondisi lingkungan di sekitar kita yang banyak terdapat mikroorganisme baik yang
patogen maupun yang non patogen, sehingga pemisahan dan identifikasi bakteri
yang satu dengan lainnya juga dibutuhkan. Teknik pengenceran suspensi bakteri dari
sampel atau sumber isolat dari lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk
mendapatkan kuantitas bakteri dalam jumlah yang dapat terhitung.

 TEKNIK BIAKAN MURNI

Teknik biakan murni (cara menyendirikan piaraan murni). Di alam bebas tidak ada
mikroba yang hidup tersendiri dan terlepas dari spesies yang lain. Dalam teknik
biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan murni,
tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Teknik
biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan berbagai cara, yaitu:

- Pengenceran

Cara pengenceran adalah dengan mengencerkan suatu suspensi yang berupa


campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung
tersendiri. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial
pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel
semakin besar.

- Penuangan (Pour plate)

Cara penuangan adalah dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang
sudah diencerkan, dan sampel itu kemudian disebarkan dalam suatu medium dari
kaldu dan gelatin encer. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan
bahan yang lama dan banyak, akan tetapi tidak memerlukan keterampilan tinggi.

- Teknik sebar (spread plate)


Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media
yang akan digunakan

- Penggoresan/penggesekan

Keterangan: 1. Goresan T 2. Goresan kuadran 3. Goresan radian 4. Goresan


sinambung . Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu, tetapi memerlukan keterampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan
yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara ini
adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh.

Kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan dalam metode ini antara lain :

(1) Tidak

memanfaatkan permukaan medium untuk digores sehingga pengenceran kurang


optimal.
(2) Penggunaan inokulum yang terlalau banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel
waktu digores.

- Pengucilan suatu sel (Teknik micromanipulator)

Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam


micromanipulator, kemudian dipempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan.

Ada berbagai macam


cara mengisolasi
mikroba. Isolasi harus memperhatikan hal penting, yaitu:

- Sifat spesies mikroba yang akan diisolasi.

- Tempat hidup atau asal mikroba

- Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.

- Cara menanam mikroba tersebut.


- Cara inkubasi mikroba.

- Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai
dengan yang dimaksud.

- Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni.

lingkungan di sekitarnya.

 FAKTOR-FAKTOR PENGARUH ISOLASI

Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor


lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.)

a. Suplai nutrisi

Unsur-unsur dasar nutrisi adalah: karbon, nitrogen, hydrogen, oksigen, sulfur, fosfor,
zat besi, dan seju,lah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-
sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
kahirnya dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah meminimalisir sumber nutrisi
bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.

b. Suhu atau temperature

tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat


tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi bagaimanapun juga
setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh
sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan
berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu :
1. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 0C sampai 20 0C.

2. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 0C sampai 45 0C.

Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. suhu pertumbuhan optimum 20 – 30 0C, termasuk tumbuhan saprofit.

b. suhu pertumbuhan optimum 35 – 40 0C, termasuk organisme yang tumbuh


baik pada tubuh inang berdarah panas.

3. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35 0C atau lebih.
Dibedakan menjadi dua kelompok :

a. Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu 37 0C,
dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 60 0C.

b. Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di atas suhu

50 0C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 60 0C.

Perubahan suhu dapat mempengaruhi :

1. Pertumbuhan : miskin, banyak, atau mati

2. Perubahan karakteristik : pembentukan pigmen, misalnya Serratia marcescens,


pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah dari suhu kamar, pigmen
merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter xylinum pada suhu lebih tinggi dari
suhu kamar akan menurun.

Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.

2. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat


dan optimum disebut juga suhu inkubasi.

3. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka


pertumbuhannya tidak terjadi.

c. Keasaman atau kebasaan (pH)

Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh


temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi
pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih
menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya
4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung kepada
komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan
harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis
mikroorganisme

d. Ketersediaan oksigen

Mikroorganisme memeilki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan


oksigen. Kebutuhan oksigen, oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme
karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen
merupakan racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok
berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang
memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi.
Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2 karena
oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian.
Mikroorganisme anaerob tidak memiliki enzim katalase yang dapat menguraikan
H2O2 menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah
mikroorganisme yang tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob.
Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen
dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat
kerja enzim oksidatif dan menimbulkan kematian.

E. Salinitas

Berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan


menjadi : Non halofil, Halotoleran dan Halofil (NaCl 10-15%) serta Halofil ekstrim

 FASE PERTUMBUHAN BAKTERI

dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu

A. FASE LAG/ADAPTASI

Fase penyesuaian
bakteri dengan
lingkungan yang baru.
Lama fase lag pada
bakteri sangat
bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada
inokulum awal dan sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya. Jika
mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula- mula akan mengalami fase
adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi. Lamanya fase adaptasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya :

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan (nutrient dan kondisi lingkungan berbeda


dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim)

2. Jumlah inokulum (Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase
adaptasi)

Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur
dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya
terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.

B. FASE LOGARITMA/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL

Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium
tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan
termasuk suhu dan kelembaban udara. Selain itu, variasi derajat pertumbuhan
bakteri pada fase eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada
fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir
fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :

1 Nutrien di dalam medium sudah berkurang.


2 Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.

C. FASE STATIONER

Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama
dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel
tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat
nutrisi, dan terjadi akumulasi produk toksik sehingga mengganggu pembelahan sel
dan sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh
pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim
seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

D. FASE KEMATIAN

fase kematian yang ditandai dengan peningkatan laju kematian yang melampaui
laju pertumbuhan (Volk dan Wheeler, 1993). Pada fase ini sebagian populasi
mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu Nutrien di dalam
medium sudah habis dan Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian
bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.

 KONTROL TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara


membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap
pertumbuhan dapat dilakukan secara :

1. Fisik
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas
lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan oven untuk alat-
alat gelas dan bahan yang tidak tembus air

2. Kimia

Secara kimia, menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan pertumbuhan


mikroorganisme , contoh :

HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein

NaOCl

Cl2 + H2 O  HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi protein sel)

HOCl  HCl+ + O n (daya oksidasi kuat)

Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat


dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotic.
Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Desinfektan:substansi kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan
kemoterapetik :substansi kimia yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.

3. Mekanik

Secara mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya
vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa
membran dengan tebal sedang Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu
lebih dari 100 0C, dapat dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi.
 PENTINGNYA BIAKAN MURNI

Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri
cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Hadioetomo, 1993). Sifat organisme
dalam suatu biakan murni dapat dipelajari dengan metode yang amat keras dengan
hasil yang sangat akurat karena pengaruh sel hidup yang lain dapat ditiadakan (Volk,
1993).

DAFTAR PUSTAKA
Referensi Biologi. 2018. "Pertumbuhan, Reproduksi dan Rekombinasi Bakteri",
https://www.referensibiologi.com/2018/08/pertumbuhan-reproduksi-dan-
rekombinasi-bakteri.html?m=1, diakses pada 13 April 2019 pukul 00.20 WIB

Diskusi Kimia. 2014. "Materi Laporan Praktikum Mikrobiologi Isolasi Mikroba",

http://www.kimia.clas.web.id/2014/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-
isolasi.html?m=1, diakses pada 13 April 2019 Pukul 00.28 WIB

Ridwanto, Widi dkk. 2014. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN


INOKULASI, ISOLASI, DAN IDENTIFIKASI MIKROBA. Universitas Padjajaran : Bogor

Sintoyo, Adi. " BAB IV TEKNIK BIAKAN MURNI",


https://www.academia.edu/32278768/BAB_IV_Biakan_murni, diakses pada 13 April
2019 pukul 00.38 WIB

Hamdiyati, Yanti. PERTUMBUHAN DAN PENGENDALIAN MIKROORGANISME II. Di


unduh pada 13 April 2019

Syamsudin, S. 2014. II. TINJAUAN PUSTAKA Bakteri merupakan mikroba. Diunduh


pada 13 April 2019 (digilib.unila.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai