Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT BAKTERIAL DAN MIKAL IKAN

ACARA VIII
PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNG CAWAN

Disusun Oleh :

NAMA : NATASYA FARADHITA


NIM : 141911535004
KELOMPOK :2
ASPRAK : INDA ARSYI NINDI

S-1 AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
di BANYUWANGI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme seperti virus, bakteri atau parasit merupakan penyebab
penyakit yang sering ditemukan dalam pembenihan atau budidaya ikan. Kasus penyakit
bakterial pada ikan kerapu Ephinephelus salmoides disebabkan oleh adanya infeksi bakteri
Vibrio sp. dan dapat bersifat patogen ataupun hanya penyebab sekunder. Sedangkan pada
kerapu Ephinephelus tauuino kasus penyakit dapat disebabkan oleh bakteri Vibrio harueyi
atau Pseudomonos sp. berupa peradangan pada kulit (Koesharyani & Zafran, 2017). Agensia
penyebab penyakit merupakan hal yang penting untuk diteliti dalam rangka memperoleh
kepastian dan terapi yang tepat. Penyebab penyakit bakteri ini tidak selalu dari serangan
organisme, tetapi juga bisa dipicu oleh lingkungan, seperti kualitas air yang kurang baik dan
faktor makanan yang tidak memenuhi syarat. Biasanya bahan kimia diberikan melalui oral,
perendaman, atau penyuntikan secara langsung pada ikan. Namun, pemakaian bahan kimia
dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif, dikhawatirkan resistensi terhadap
obat ± obat beredar tersebut. Resisten dari uji sensitivitas dikategorikan bahwa isolat tersebut
tidak dapat dihambat oleh konsentrasi obat yang sesuai dianjurkan dan atau menunjukkan
spesifikasi zona hambat jenis mikroba yang resisten. Sehingga, diterapkan larangan
menggunakan obat kimia dengan dosis yang tidak tepat pada ikan dalam aplikasi Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Sesuai dengan Undang-Undang no. 31 Tahun 2004 pasal 8
ayat 1, dilarang menggunakan bahan kimia untuk budidaya ikan (Suwarno dkk, 2014).
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila
memenuhi persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen
baik, media steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
mikroorganisme. Unsur-unsur yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na,
K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Adapun jenis media pertumbuhan dapat
berupa media cair, media kental (padat), dan media semi padat (Juariah dkk, 2018)
Media kultur digunakan di laboratorium untuk penanaman mikroorganisme dan
memberi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan mikroorganisme.
Biaya yang sangat tinggi dari media kultur telah mengurangi penggunaan media kultur yang
siap pakai di laboratorium-laboratorium dengan fasilitas yang terbatas. Tingginya biaya
media untuk mengkultur mikroba membuka jalan untuk membuat media alternatif
menggunakan bahan baku lokal dengan harga yang murah (Rizki dkk, 2019).
1.2. Tujuan Praktikum
a. Menentukan jumlah koloni bakteri Vibrio dengan metode hitung cawan
1.3. Pelaksanaan Praktikum
Waktu : Kamis, 29 April 2021, pukul 10.00-12.00 WIB
Tempat : Aula Universitas Airlangga di Banyuwangi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran panjang 0,5-10
µ dan lebar 0,5-2,5 µ. Karakteristik bakteri dilihat dari bentuknya, seperti bulat (cocci),
batang (spirilli), koma (vibrios). Tambahan struktur bakteri yang terpenting diketahui
cambuk (flagella), kapsul (capsule) dan endospora (endospore). Flagella merupakan struktur
tambahan di luar sel yang berbentuk cabuk halus yang tidak terlihat di bawah miskroskop
kecuali menggunakan teknik perwarnaan khusus. Susunan flagella pada sel yang untuk
diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu flagella peitrichous dan
flagella polar. Bakteri memiliki struktur dan organisasi dasar yang sama meskipun dengan
bentuk yang berbeda, sel yang terdiri atas lapisan dinding sebagai luar yang kaku dan di
bawahnya terdapat membran sel semipermiabel. Di dalam membran sel terdapat suatu isi
sitoplasma yang termasuk dalam bahan inti dan berbagai komponen serta enzim yang
dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan, tergantung pada jenisnya. Bakteri
terkadang memiliki struktur tambahan, yaitu diantaranya yang penting adalah cambuk
(flagella), kapsul (capsules) dan endospora(endospores), struktur tersebut berpengaruh
penting untuk pengenalan dan identifikasi bakteri (Arisandi dkk, 2017)

2.2. Vibrio
Bakteri Vibrio spp. bersifat gram negatif dengan bentuk sel tunggal dengan
batang pendek yang lurus, ukuran panjang bakteri Vibrio spp. 1,4-50nm dan lebar 0,3 - 1,3,
motil dan flagela polar (Felix dkk, 2011). Bakteri dari kelompok Vibrionaceae merupakan
patogen utama pada tingkat pembenihan udang. Beberapa spesies Vibrio patogen telah
banyak dilaporkan menyebabkan tingkat kematian benih yang sangat tinggi pada panti
pembenihan di wilayah Asia Tenggara dan Selatan. Chatterjee dan Haldar (2012)
menyatakan beberapa spesies Vibrio yang sering dilaporkan menyebabkan infeksi vibriosis
diantaranya Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus, Vibrio
aguillarum dan Vibrio vulnificus. Infeksi vibriosis menurut Surreshvarr et al. (2011) dapat
terjadi pada semua stadium larva hingga post larva. Shailender (2012) menyatakan infeksi
bakteri Vibrio luminescent pada larva Macrobrachium rosenbergii banyak ditemukan pada
stadium zoea dan post larva. Bakteri Vibrio alginolyticus (MRNL-3) yang diisolasi dari
Rosen Fisheries Kerala, secara signifikan menyebabkan kematian larva Macrobrachium
rosenbergii pada stadium mysis ke-9.
2.3. Metode Hitung Cawan
Metode hitung cawan merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan
banyak digunakan dalam bidang mikrobiologi pangan untuk memperkirakan jumlah
mikroorganisme yang ada pada suatu sampel bahan makan dengan asumsi bahwa
mikroorganisme yang ada terdistribusi secara homogen di dalam makan. Metode hitung
cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah
bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor
pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan ini hanya menghitung bakteri yang layak
dihitung tidak termasuk bakteri mati ataupun puing-puing yang ada pada media
pertumbuhan. Namun, metodi ini juga memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel
bakteri dapat salah dihitung sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL
daripada sel/mL. Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung
cawan ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari. Metode hitung cawan dibedakan menjadi
beberapa cara yaitu metode tuang (pour plate), metode sebaran (spread plate), dan metode
drop plate. Metode hitung cawan termasuk metode yang digunakan untuk penanaman
bakteri dengan menggunakan media padat, yang prinsip kerjanya berdasarkan pembuatan
seri pengenceran (homogenisasi) sampel dengan kelipatan 10. Hasil perhitungan dengan
menggunakan hitung cawan ini dalam bentuk Colony forming unit (CFU). CFU ini
menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh tiap gram atau mililiter sampel yang dihitung dari
jumlah cawan, faktor pengenceran, dan volume yang digunakan (Soesetyaningsih & Azizah,
2020).
BAB III
METODE

3.1. Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi

1 Colony counter Untuk menghitung jumlah koloni pada bakteri

2 Autoclave Untuk preparasi media NA

3 Vortex Untuk menghomogenkan larutan

4 Tabung Reaksi Untuk tempat pengenceran larutan

5 Pipet steril Untuk mengambil larutan

6 Cawan Petri steril Untuk meletakkan atau wadah perhitungan koloni bakteri

7 Rak tabung reaksi Untuk tempat meletakkan tabung reaksi

3.2. Bahan dan Fungsi

No Bahan Fungsi

Sampel bakteri
1 Sebagai sampel pengujian perhitungan bakteri
Vibrio

2 Akuades Sebagai pelarut bubuk media

3 Media NA Sebagai media pertumbuhan agar

3.3. Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum
2. Menambahkan 9 ml aquades ke dalam 7 tabung reaksi
3. Mengambil 1 ml sampel kultur bakteri Vibrio, lalu memindahkan 1 ml menggunakan
pipet steril ke dalam 9 ml aquades untuk mendapatkan pengenceran 10-1 (tabung ke-1),
10-2 (tabung ke-2), 10-3 (tabung ke-3), 10-4 (tabung ke-4), 10-5 (tabung ke-5), 10-6
(tabung ke-6), dan 10-7 (tabung ke-7).
4. Vortex sampe kultur bakteri hingga homogen.
5. Mempreparasi nutrient agar (NA) dengan cara merebus selama 1 menit menggunakan
autoklaf pada suhu 450C
6. Mengambil 4 pengenceran dari 10-4, -10-7 masing-masing sebanyak 690 ml
7. Menuangkan ke dalam cawan petri steril
8. Menuangkan 25 ml media NA cair hingga kedalaman 4 ml pada cawan petri
menggunakan pipet steril
9. Homogenkan dengan cara memutar cawan petri perlahan dengan gerakan seperti
angka 8
10. Menginkubasi cawan petri yang telah ditambahkan 25 ml media NA cair hingga padat
dengan posisi cawan petri terbalik selama 24 jam pada suhu 370C
11. Menghitung jumlah koloni bakteri menggunakan alat colony counter, dengan rumus
sebagai berikut :
CFU/ml = Ʃkoloni
FP x Vsuspensi

Keterangan:
CFU/ml = Total Bakteri
Ʃkoloni = Jumlah koloni tiap pengenceran
FP = Faktor Pengenceram
Vsuspensi = Volume Suspensi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa Prosedur


Prosedur yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum praktikum ialah
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. Sebelum penggunaan
cawan sebar ataupun cawan gores, bakteri sampel diencerkan melalui tahap pengenceran 10-
4
, 10-5, dan 10-6. Pengenceran dilakukan dengan cara memindahakan bakteri dengan
pengenceran 10-3. Pipet serologis yang steril digunakan untuk proses pemindahan bakteri
kelarutan fisiologis sebanyak 9 ml. Biakan bakteri sebanyak 1 ml diambil daricampuran
bakteri dengan pengenceran 10-3 agar mendapatkan bakteri dengan pengenceran 10-4. Bakteri
tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi 1 yang berisi larutan fisiologis. Tabung reaksi
diaduk dengan bantuan mesin Vortex agar biakan tercampur dengan larutan fisiologis.
Tahapan tersebut juga dilakukanuntuk kedua tabung reaksi terakhir yaitu, 2 dan 3 yang
diberi label pengenceran10-5 dan 10-6. Setelah didapatkan koloni yang tumbuh pada suatu
media agar, kemudian kita juga dapat mengetahui jumlah koloni bakteri yang tumbuh
setelah proses inkubasi selama 24 jam. Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu
metode cawan sebar dan cawan tuang. Metode pertama yang dilakukan adalah metode
cawan sebar. Tiga buah tabung reaksi yang telah berisi campuran biakan bakteri 1UB dan
larutan fisiologis yang telah melalui tahap pengenceran 10 -4, 10-5, dan 10-6 disiapkan. Tabung
reaksi di vortex terlebih dahulu sesaat sebelum dilakukan penyebaran. Sebanyak 0,05 ml
sampel dari tabung pengencer 10-5, 10-6 dan 10-7 dipipet dengan mikropipet lalu masing-
masing disebar pada media SWC dengan batang penyebar. Tahapan tersebut juga dilakukan
untuk cawan petri 2 dan 3 yangdiberi label pengenceran 10-5 dan 10-6. Metode kedua yang
dilakukan adalah metode cawan tuang.Tiga buah tabung reaksi yang telah berisi campuran
biakan bakteri 1UB danlarutan fisiologis yang telah melalui tahap pengenceran 10 -4, 10-5,
dan 10-6 disiapkan. Tabung reaksi di vortexterlebih dahulu sesaat sebelum dilakukan
penuangan. Secara aseptik dan dilakukan satu persatu, 0,05 ml sampel darimasing-masing
pengenceran tersebut dipipet dan dimasukkan pada cawan petri kosong. Media SWC cair
hangat dituangkan pada bakteri dalam cawan pertitersebut. Kemudian, pinggiran cawan
dipanaskan kembali dan diaduk denganmengikuti arah angka delapan pada meja praktikum.
Tahapan tersebut jugadilakukan untuk cawan petri 2 dan 3 yang diberi label pengenceran 10 -
5
dan 10-6 (Moosavy et al, 2017).

4.2. Hasil

Metode Hitung Cawan Bakteri Vibrio


Gambar Diketahui Pertanyaan Jawaban

Ʃkoloni = 220 total bakteri CFU/ml = Ʃkoloni


CFU (CFU/ml) FP x Vsuspensi
Vsuspensi = 1 = 220 CFU
ml 10-4 x 1 ml
Faktor = 220

(Nag et al, 2018) pengenceran 10-4


(FP) = 10-4 = 2,2 x 102
10-4
= 2,2 x 102 x 10-4
= 2,2 x 106
Total 2,2 x 106 CFU/ml

3.2. Pembahasan
Metode hitung cawan merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan banyak
digunakan dalam bidang mikrobiologi pangan untuk memperkirakan jumlah
mikroorganisme yang ada pada suatu sampel bahan makan dengan asumsi bahwa
mikroorganisme yang ada terdistribusi secara homogen di dalam makan. Metode hitung
cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah
bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor
pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan ini hanya menghitung bakteri yang layak
dihitung tidak termasuk bakteri mati ataupun puing-puing yang ada pada media
pertumbuhan. Namun, metodi ini juga memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel
bakteri dapat salah dihitung sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL
daripada sel/mL. Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung
cawan ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari. Metode hitung cawan dibedakan menjadi
beberapa cara yaitu metode tuang (pour plate), metode sebaran (spread plate), dan metode
drop plate. Metode hitung cawan termasuk metode yang digunakan untuk penanaman
bakteri dengan menggunakan media padat, yang prinsip kerjanya berdasarkan pembuatan
seri pengenceran (homogenisasi) sampel dengan kelipatan 10. Hasil perhitungan dengan
menggunakan hitung cawan ini dalam bentuk Colony forming unit (CFU). CFU ini
menunjukkan jumlah koloni yang tumbuh tiap gram atau mililiter sampel yang dihitung dari
jumlah cawan, faktor pengenceran, dan volume yang digunakan (Soesetyaningsih & Azizah,
2020).
Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa
mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel
yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati. Metode yang digunakan adalah
perhitungan secara langsung dan perhitungan secara tidak langsung. Perhitungan jumlah
bakteri secara langsung digunakan untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang
mati maupun yang hidup. Sedangkan perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan
untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup saja. Setiap perhitungan jumlah bakteri baik
secara langsung maupun tidak langsung memiliki kelemahan masing-masing. Jumlah bakteri
masih belum mendekati hasil maksimal dikarenakan perhitungan yang melibatkan sel hidup
maupun sel mati bakteri, keterbatasan alat dan bahan saat perhitungan, keperluan persiapan
alat dan bahan yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh peneliti dan lain-lain
(Rohmania& Yanti, 2020).
Penghitungan bakteri menggunakan sistem koloni, hal ini disebabkan koloni
merupakan bagian terkecil yang bisa dihitung secara kasat mata dari bakteri, selain itu
koloni adalah representasi dari bakteri yang melakukan pembelahan dan berkumpul di suatu
tempat. Mendapatkan koloni mikroba dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah
satunya dengan menggunakan metode cawan tuang dan cawan sebar. Metode ini dianggap
lebih baik, dan akurat bila dibandingkan dengan menghitung jumlah bakteri secara langsung
menggunakan mikroskop karena metode hitungan cawan hanya menghitung jumlah bakteri
yang hidup dan yang membentuk koloni saja, sedangkan yang mati tidak ikut terhitung.
Selain itu metode ini lebih mudah dan praktis. Kelemahannya yakni membutuhkan banyak
bahan, media yang digunakan adalah media SWC (Sea Water Complete) yang digunakan
untuk sampel bakteri dengan kode NP5. Metode cawan sebar (spread plate) sebar, 0.1 ml
suspensi bakteri yang telah diencerkan disebar pada media penyubur steril yang telah
disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan diratakan dengan batang penyebari agar
koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan dalam
inkubator (370C) selama 24 jam. Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi
dengan batang penyebar. Oleh karena itu, batang penyebar harus benar-benar steril, yaitu
dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan api
bunsen. Batang penyebar yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen, dapat
merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di
sekitar api bunsen Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang
menjadi satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat
diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap
konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni (Pujiyanto & Ngazizah,
2018).
Berdasarkan hasil perhitungan bakteri Vibrio sp. dengan metode hitung diperoleh
hasil dengan rumus = Ʃkoloni adalah 2,2 x 106 CFU/ml. Hal tersebut dikarenakan

FP x Vsuspensi
sampel bakteri Vibrio sudah melebihi batas cemaran mikroba. Adapun batas maksimal dari
cemaran mikroba ini adalah 104 CFU/ml (Putri dan Kurnia, 2018). Untuk menentukan
jumlah koloni dapat dilakukan melalui perhitungan jumlah koloni yang hidup. Perhitungan
disebut juga sebagai standart plate count, yang di dasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
bakteri yang hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu colony setelah di inkubasi
dalam media biakan dengan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah colony
yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah bakteri dalam
suspensi. Jumlah bakteri merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui, karena dapat
menetukan kinerja dari bakteri tersebut (Tyas dkk, 2018). Perhitungan koloni tidak dapat
dihitung atau tidak termasuk dalam kriteria perhitungan karena jumlah koloni dalam satu
cawan melebihi 300 koloni atau kurang dari 30 koloni. Hal tersebut tidak memenuhi syarat
dari Standar Plate Count (Kiramang dkk, 2016). Untuk memenuhi syarat yaitu satu colony
dihitung 1 colony, dua colony yang bertumpuk dihitung 1 colony, beberapa colony yang
berhubungan dihitung 1 colony, dan dua colony yang berdekatan dan masih dapat dibedakan
dihitung 2 colony (Tyas dkk, 2018).
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah media agar dengan komposisi
20 gr NA, dan 15 gr agar dalam 100 ml akuades. Media agar adalah media yang umum
digunakan untuk menumbuhkan bakteri, dikarenakan sifatnya yang dapat menumbuhkan
banyak bakteri (Musa dkk, 2017). Prinsip dari metode hitungan cawan adalah
menumbuhkan sel-sel mikroba yang masih hidup pada suatu atau beberapa media sehingga
sel tersebut berkembang biak dan membentuk koloni-koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop, dan koloni dapat dihitung
menggunakan colony counter (Yunita dkk, 2015)
Adapun Klasifikasi Vibrio menurut Leggiadro (2018):
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
(Corzett el at, 2018)
Vibrio merupakan bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae. Bakteri ini
ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1884. Vibrio berbentuk batang
bengkok seperti koma, mempunyai panjang 1,4-2,6µm, bergerak sangat aktif menggunakan
satu buah flagella polar yang halus (monotrikh). Pada kultur dijumpai koloni yang cembung
(convex), halus dan bulat yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari (Leggiadro, 2018).
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Simpulan dari praktikum ini adalah perhitungan bakteri Vibrio sp. dengan metode
hitung cawan dapat disimpulkan bahwa diperoleh hasil total bakteri Vibrio sp. 2,2 x 106
CFU/ml. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel bakteri Vibrio sp. melebihi batas cemaran
mikroba dikarenakan batas maksimum cemaran mikroba yaitu 104 CFU/ml. Metode hitung
cawan merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan banyak digunakan dalam bidang
mikrobiologi pangan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu
sampel bahan makan dengan asumsi bahwa mikroorganisme yang ada terdistribusi secara
homogen di dalam makan. Metode hitung cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya
yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu
sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran

4.2. Saran
Alangkah baiknya jika video dapat dijabarkan dengan jelas dimulai dari
metodelogi hingga hasil akhir agr tidak terdapat kesusahan dalam pengerjaan
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, A., Tamam, B., & Yuliandari, R. 2017. Jumlah Koloni Pada Media Kultur Bakteri
Yang Berasal Dari Thallus Dan Perairan Sentra Budidaya Kappaphycus Alvarezii
Di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 9(1): 57-64.
Chatterjee, S., S. Haldar. 2012. Vibrio Related Diseases In Aquaculture And Development Of
Rapid And Accurate Identification Methods. Journal Of Marine Sci Res Dev. 1-7.
Corzett, C. H., Elsherbini, J., Chien, D. M., Hehemann, J. H., Henschel, A., Preheim, S. P., &
Polz, M. F. 2018. Evolution of a vegetarian Vibrio: Metabolic specialization of
Vibrio breoganii To Macroalgal Substrates. Journal Of Bacteriology, 200(15).
Felix F, Nugroho T. T, Silalahi S, Octavia Y. 2011. Screening Of Indonesian Original Bacterial
Vibrio sp. As A Cause Of Shrimp Diseases Based On 16S Ribosomal DNA-
Technique. Trop Mar Sci Technol Journal, 3(2): 85-99.
Juariah, S., & Sari, W. P. 2018 Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai Media
Alternatif Pertumbuhan Bacillus Sp. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains, 6 (1):
24-29
Kiramang, K., Hidayat, M. N., dan Ardiansyah, A. 2016. Pertumbuhan Salmonella sp. dengan
Variasi Konsentrasi Bawang Putih (Alium sativum) pada Telur Asin Jurnal Ilmu
dan Industri Peternakan, 3(1):1-16.

Koesharyani, I. & Zafran. 2017. Studi Tentang Penyakit Bakterial Pada Ikan Kerapu. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 3(4): 35-39
Leggiadro, R. J. 2018. Outbreak of Vibrio cholerae Associated With Attending a Funeral—
Chegutu District, Zimbabwe, 2018. The Pediatric Infectious Disease Journal, 37(9):
938.
Moosavy, M. H., Hassanzadeh, P., Mohammadzadeh, E., Mahmoudi, R., Khatibi, S. A., &
Mardani, K. 2017. Antioxidant And Antimicrobial Activities Of Essential Oil Of
Lemon (Citrus limon) Peel In Vitro And In A Fod Model. Journal Of Food Quality
And Hazards Control, 4(2): 42-48.
Musa, S., Sanger, G., & Dien, H. A. 2017. Komposisi Kimia, Senyawa Bioaktif Dan Ankga
Lempeng Total Pada Rumput Laut Gracillaria edulis. Media Teknologi Hasil
Perikanan, 5(3): 90-95.
Nag, D., Mitchell, K., Breen, P., & Wthey, J. H. 2018. Quantifyang Vibrio cholerae Colonization
And Diarrhea In The Adult Zebrafish Model. Journal Of Visualized Experiment,
137: 57767
Pujianto, A., & Ngazizah, F. N. 2018. Penentuan Jumlah Koloni Bakteri Pada Tahu Putih Yang
Dijual Dipasar Baru Kecamatan Arut Selatan. Jurnal Borneo Cendekia, 2(1): 99-
103.
Putri, A. M., dan Kurnia, P. 2018. Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform dan Total Mikroba
dalam Es Dung-Dung di Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta
[Identification of Coliform Bacteria and The Total Mikrobes in Dung-Dung Ice
around Universitas Muhammadiyah Surakarta Campus]. Media Gizi
Indonesia, 13(1): 41-48.
Rizki, Z., & Syahnita, H. 2019. Utilization Media Bengkuang (Pachyrrhizus Erosus) And Bean
Sprouts (Vigna radiate) As Alternative Media For Escherichia coli And
Staphylococcus aureus Bacterial Growth. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 6(1): 1-9
Rohmania., & Yanti, F. 2020. Perhitungan Jumlah Bakteri di Laboratorium Mikrobiologi
Menggunakan Pengembangan Metode Spektrofotometri. Jurnal Penelitian Sains,
22(2): 76-86
Shailender, M., P.V. Krishna, S.B. Chand., B. Srikanth. 2012. Impact of Disease on the Growth
and Survival of Giant Freshwater Prawn, Macrobrachium rosenbergiii (De Man)
Larvae In the Hatchery Level. World Journal of Fish and Marine Sci, 4(6): 620-
625.
Soesetyaningsih, E., & Azizah. 2020. Akurasi Perhitungan Bakteri Pada Daging Sapi
Menggunakan Metode Hitung Cawan. Berkala Saintek, 8(3): 75-79.
Sureshvarr, K., M. Jayakumar., M. Prakash. 2011. Pretentious Investigation Of Bacterial Flora
Associated With Fresh Water Prawn (Macrobrachium rosenbergii). International
Journal Of Environ. Sci. And Ecotechnology, 1(1): 45-53
Tyas, D. E., WIdyorini, N., & Solichin, A. 2018. Perbedaan Jumlah Bakteri dalam Sedimen pada
Kawasan Bermangrove dan Tidak Bermangrove di Perairan Desa Bedono,
Demak. Journal of Management of Aquatic Resources, 7(2): 189-196.
Yunita, M., Hendrawan, Y., & Yulianingsih, R. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada
Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total
Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Beosistem, 3(3) : 237-248.
LAMPIRAN

No Alat dan bahan Gambar

1 Colony counter

2 Autoclave
3 Vortex

4 Tabung Reaksi

5 Pipet steril

6 Cawan Petri steril


7 Rak tabung reaksi

8 Sampel bakteri

9 Akuades

10 Media NA

Anda mungkin juga menyukai