Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI JENIS EKTOPARASIT PADA SIRIP DAN INSANG IKAN

NILA (Oreochromis niloticus) DI TEMPAT PENJUALAN IKAN


DESA DEHUALOLO KECAMATAN LIMBOTO

PROPOSAL

(Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memenuhi Nilai Akhir untuk Mata Kuliah
Parasitologi)

OLEH

KHAIRUNNISA R. ISMAIL
NIM. 432418005

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang banyak di budidayakan di Kabupaten Gorontalo, karena mengandung gizi
yang sangat tinggi, memiliki rasa lezat, disukai konsumen, sehingga nilai
ekonominya relatif cukup tinggi. Budidaya ikan nila cukup mudah dipelihara,
pertumbuhannya sangat cepat dan daya adaptasi terhadap lingkungan cukup baik.
Budidaya ikan nila, tidak luput dari permasalahannya yang dihadapi, para
pedagang ikan nila kebanyak banyak mengeluh karena adanya penyakit yang
sering menyerang ikan ini. Penyakit tersebut kebanyakan di akibatkan oleh parasit
yang menginfeksi ikan nila. Tidak hanya menyebabkan penyakit akan tetapi
parasite ini juga dapat menyebabkan ikan nila mati.
Parasit merupakan organisme yang dapat menyebabkan kematian pada
ikan. Perkembangbiakan parasit dapat terjadi pada kolam, jika kolam tersebut
kurang perawatannya, pakan yang berlebihan, perubahan lingkungan yang dapat
menurunkan resistensi ikan tersebut. Parasit yang menyerang ikan budidaya akan
mempengaruhi kelangsungan hidup seperti terhambatnya pertumbuhan ikan.
Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem metabolisme tubuh
hospes sampai merusak organ (seperti insang, lambung dan usus), sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian
(Manurung & Fatmawati, 2016).
Jenis parasit yang paling banyak dijumpai pada ikan yaitu ektoparasit.
Kebanyakan ektoparasit ini menginfeksi bagian luar ikan seperti sirip dan insang
ikan nila. Menurut penelitian Putra dkk. (2017) bahwa jenis ektoparasit yang
dijumpai dari hasil identifikasinya yaitu Argulus sp., sedangkan dalam penelitian
Ali dkk. (2013), terdapat jenis ektoparasit spesies Trichodina sp., Chichlidogyrus
sp., dan Argulus sp., selain itu pada penelitian Rahmi (2012) terdapat spesies
Trichodina sp., dan Vorticella sp. yang masing-masing didapatkan pada insang,
mucus, kulit, dan sisik dari ikan nila.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis ektoparasit pada sirip dan insang ikan nila (Oreochromis
niloticus) di tempat penjualan ikan Desa Dehualolo, Kecamatan Limboto,
Kabupaten Gorontalo.
I.2 Rumusan Masalah
Jenis ektoparasit apa saja yang menginfeksi sirip dan insang Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di tempat penjualan ikan Desa Dehualolo Kecamatan
Limboto?
I.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis ektoparasit yang menginfeksi sirip dan insang Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) di tempat penjualan ikan Desa Dehualolo
Kecamatan Limboto.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai jenis-jenis ektoparasit yang menginfeksi sirip dan insang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di tempat penjualan ikan Desa Dehualolo
Kecamatan Limboto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini
merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400 gram, sifat
omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan
(Amri & Khairuman, 2003).
2.1.1 Klasifikasi Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Adapun klasifikasi ikan nila menurut Amri & Khairuman (2007), yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Adapun morfologi ikan nila menurut Amri & Khairuman (2007), yaitu
lebar badan ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk
tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya
menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima
buah sirip yang berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip
dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip
ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari
sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jari-jari sirip keras dan
13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1
jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin)
memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki
sisik cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek
dibandingkan dengan nila betina. Warna ikan nila jantan umumnya lebih
cerah dibandingkan dengan betina. Pada bagian anus ikan nila jantan
terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin ini
semakin cerah ketika telah dewasa atau matang gonad dan siap membuahi
telur (Lukman dkk., 2014).
Sementara itu, warna sisik ikan nila betina sedikit kusam dan bentuk
tubuh agak memanjang. Pada bagian anus ikan nila betina terdapat dua
tonjolan membulat. Satu merupakan saluran keluarnya telur dan yang
satunya lagi saluran pembuangan kotoran. Ikan nila mencapai masa dewasa
pada umur 4 sampai 5 bulan. Induk betina bertelur 1.000 sampai 2.000 butir.
Setelah telur dibuahi oleh induk, telur akan dierami dimulut induk betina
hingga menjadi larva (Lukman dkk., 2014).

Gambar morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus)


(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2013)
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila tergolong herbivora cenderung karnivora berdasarkan hasil
analisis makanan dalam lambung yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton
dan serasah. Fitoplankton didominasi oleh kelompok Cholorophyceace,
Myxophyceace, dan Desmid. Zooplankton didominasi oleh Rotifera,
Crustacea dan Protozoa. Jenis makanan dalam lambung ikan nila terdiri
dari Chlorophyceace, Myxophyceace, Desmid, Protozoa. Rotifera, dan
Crustacea (Satia dkk., 2011).
2.1.4 Habitat Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di
kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di danau, waduk,
rawa, sawah, tambak air payau, dan karamba umum. Nilai pH optimal air
untuk memelihara ikan nila adalah 6,5–8,5. Sedangkan, kadar oksigen
terlarutnya minimal 3 ppm. Salinitas optimal untuk budidaya nila merah
adalah 0–10 ppt. Suhu kolam atau perairan yang bisa ditolerir ikan nila
adalah 150–370C. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 250–300C.
Oleh karena itu, ikan nila dapat dipelihara di dataran rendah hingga
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (Wiryanta dkk., 2010).
2.2 Ektoparasit Pada Ikan Nila(Oreochromis niloticus)
2.2.1 Trichodina sp.
Menurut Mahatma dkk. (2012), menyatakan bahwa Parasit Trichodina
sp. ditemukan hampir pada semua bagian tubuh ikan nila. Organisme ini dapat
menempel secara adhesi (dengan tekanan dari luar), dan memakan cairan sel
pada mucus atau yang terdapat pada epidermis. Parasit ini tidak dapat hidup
jika diluar inang. Penempelan Trichodina sp., pada tubuh ikan sebenarya
hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil
partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi karena
pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan
seringkali timbul gatal-gatal pada ikan sehingga ikan akan menggosok-
gosokkan badan ke dasar kolam atau pinggir kolam, sehingga dapat
menyebabkan luka.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Trichodina sp. termasuk dalam jenis
parasit Ciliata, yaitu parasit yang bergerak dengan menggunakan bulu-bulu
getar (cilia) dan memiliki susunan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritrichida
Subordo : Mobilina
Famili : Trichodinidae
Genus : Trichodina
Spesies : Trichodina sp.

Gambar Parasit Trichodina sp. (Ali dkk., 2013).

Zainun (2008) dalam Mahatma dkk (2012), menyatakan bahwa


Trichodina sp. merupakan ektoparasit yang menyerang / menginfeksi kulit
dan insang, biasanya menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Populasi
Trichodina sp. di air meningkat pada saat peralihan musim, dari musim panas
ke musim dingin. Berkembang biak dengan cara pembelahan yang
berlangsung di tubuh inang, mudah berenang secara bebas, dapat melepaskan
diri dari inang dan mampu hidup lebih dari dua hari tanpa inang. Parasit ini
berukuran ± 50nm, berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng,
memiliki cincin dentikel sebagai alat penempel dan memiliki silia di
sekeliling tubuhnya. Ikan yang terinfeksi mengalami iritasi pada kulit,
produksi lendir berlebih, insang pucat, megap-megap sehingga ikan sering
menggantung di permukaan air atau di pinggir kolam, nafsu makan menurun,
gerakan ikan lemah, sirip ekor rusak dan berawama kemerahan akibat
pembuluh darah kapiler pada sirip pecah.
Parasit ini berbentuk seperti flat disc atau bulat, dan saat berenang
nampak seperti piring terbang. Pada bagian disk terdapat organel yang dsebut
dentikel ring. Parasit yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Trichodina,
Trichodinella, dan Tripartiella. Trichodina ditemukan pada bagian insang dan
permukaan tubuh, Trichodinella dan Tripartiella hanya ditemukan pada
bagian insang, meskipun pada larva ikan yang baru menetas kedua parasit ini
juga dapat ditemukan pada bagian kulit (Anshary, 2008).
2.2.2 Cichlidogyrus sp.
Monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang bagian
luar tubuh ikan (ektoparasit) yakni menyerang kulit dan insang. Monogenea
merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya
fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan
sejumlah kait marginal. Salah satu contoh kelas monogenea yaitu
Chichlidogyrus sp. (Yuliarti, 2011).
Klasifikasi Cichlidogyrus sp. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelmintes
Class : Trematoda
Family : Ancyrocephalidae
Genus : Cichlidogyrus
Species :Cichlidogyrus longicornis
Chichlidogyrus sp, merupakan parasit yang biasa menyerang ikan nila.
Hidup diinsang, tergolong monogenea, mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, pipih dorsoventral, dan meruncing ke arah posterior. Pada bagian
posterior terdapat alat untuk menempel (opisthaptor). Pada bagian kepala
terdapat 2 pasang bintik mata atau sepasang (tergantung spesies). Parasit ini
ditemukan menginfeksi ikan nila pada bagian insang (Hadiroseyani dkk.,
2009).

Gambar Parasit Chichlidogyrus sp. (Ali dkk., 2013).

Chichlidogyrus sp, termasuk dalam golongan monogenea yang memiliki


siklus hidup langsung. Parasit ini mengeluarkan telur dan setelah menetas
akan menjadi larva berenang bebas yang disebut oncomiracidia dan
menginfeksi inang dalam beberapa jam. Setelah mencapai inang parasit ini
bermigrasi ke target organ dan berkembang menjadi parasit dewasa. Salah
satu genus dalam golongan monogenea yang tidak mengeluarkan telur adalah
Gyrodactylus. Parasit ini mengeluarkan larva dari uterus parasit (viviparus)
dan menginfeksi inang melalui kontak fisik (Anshary, 2008).
2.2.3 Argulus sp.
Argulus sp. merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan
keluarga Branchiura. Parasit ini masuk ke dalam akuarium biasanya melalu
pakan hidup. Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yang
erat kaitannya dengan akuarium, adalah Argulus foliaclus dan Argulus
japonicus (Puspitasari dkk., 2010). Zulaeha dkk. (2012), menyatakan bahwa
Argulus sp. adalah salah satu jenis parasit terbesar yang dapat dilihat dengan
mata telanjang karena ukurannya antara 5 sampai 10 mm. Parasit jenis ini
biasa ditemukan di belakang sirip atau sekitar kepala, atau di lokasi
terlindung. Argulus atau biasa disebut kutu ikan adalah kelompok parasit dari
sub filum crustasea dan masuk dalam kelas maxillopoda. Parasit ini memiliki
tubuh rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas
lebar, mata majemuk menonjol, dan antenna yang termodifikasi membentuk
mulut, memiliki belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk
mengisap darah ikan sehingga ikan akan menjadi kurus. Mereka memiliki dua
pasang toraks, yang digunakan untuk berenang antara inang yang berbeda.
Puspitasari dkk., (2010), menyatakan bahwa klasifikasi Argulus sp.
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Sub Phylum : Crustacea
Class : Maxillopoda
Sub Class : Branchiura
Ordo : Arguloida
Family : Argulidae
Genus : Argulus
Spesies : Argulus sp.

Gambar Parasit Argulus sp. (Ali dkk., 2013).


Argulus sp. Memiliki 2 mata majemuk untuk mendeteksi inang. Warna
terang pada betina untuk perilaku penyerangan pada waktu gelap sehingga
bisa berenang dan mencari makan sampai 4 kali lebih jauh. Pada waktu gelap,
ikan tidak bisa berenang cepat hal ini memudahkan Argulus sp. Betina secara
umum meletakan telur pada benda yang mengapung, secara tunggal, dobel
maupun tripel, setelah itu kembali menyerang.
Siklus hidupnya Argulus sp. menggunakan ikan sebagai inangnya,
Argulus sp. menginfeksi jenis ikan air tawar dan ikan laut. Argulus sp.
menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya dengan berenang di sekitar
inangnya dan pada saat itulah terjadi perkawinan antara jantan dan betina.
Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan terendam secara aman dalam sisik
ikan dan setelah menetas Argulus sp. tersebut akan bermetamorfosis menuju
dewasa. Seluruh siklus memakan waktu antara 3-10 hari tergantung pada
suhu. Setelah menetas mereka harus menemukan inang baru dalam sekitar 4
hari atau mereka akan mati (Zulaeha dkk., 2012).
2.3 Penyakit yang Disebabkan Oleh Ektoparasit Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
2.3.1 Trichodina sp.
Ikan nila yang terserang parasit Trichodina sp., menjadi lemah dengan
warna tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), produksi lendir yang
berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus.
Penurunan daya tahan tubuh ikan dan rendahnya sistem kekebalan tubuh
maka akan terjadinya kematian. Kematian pada ikan nila terjadi karena ikan
memproduksi lendir secara berlebihan sehingga mengakibatkan terganggunya
sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang dipenuhi oleh lendir
(Ali dkk., 2013).
Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan
ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas
air pada wadah tempat ikan dipelihara. Menurut Budi Sugianti (2005) dalam
Mahatma (2012), menyatakan bahwa beberapa penelitian membuktikan bahwa
ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan
daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder.
Hasil pengamatan secara visual terhadap parasit trichodina sp. yang
menyerang ikan nila yaitu terdapat perubahan warna tubuh serta ikan nila
menunjukkan gejala yang abnormal seperti produksi lendir meningkat,
pergerakan lamban, ikan berenang terbalik dan melompat – lmpat pada
pemukaan. Riko dkk., (2012), menyatakan bahwa ikan yang terserang parasit
Trichodinid dapat menyebabkan tingkah laku atau warna tubuh abnormal,
pergerakan yang lamban, adanya iritasi pada kulit, hiperlasia, degenerasi dan
necrosis pada sel epitel yang terjadi secara berdampingan dan disertai dengan
proliferasi sel mucus dan terdapat bintik – bintik putih keabuan yang
2.3.2 Chichlidogyrus sp.

Ciri-ciri atau gejala yang muncul bila ikan nila terkena parasit
Cichlidogyrus sp. yakni ikan akan kesulitan bernapas, berenang dengan
tersentak sentak, ikan terus berada di permukaan untuk mencari udara, dan
dalam keadaan stres akan membentur-benturkan kepalanya. Cichlidogyrus sp.
Organ yang paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini disebabkan
karena insang merupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan
dengan lingkungan sekitarnya yang menyaring bahan-bahan yang terlarut,
menyaring partikel – partikel pakan dan mengikat oksigen. Yuliartati (2011),
yang menyatakan bahwa letak insang, struktur dan mekanisme kontak dengan
lingkungan menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan kondisi
lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi oleh
organisme pathogen penyebab penyakit seperti parasit.
Ikan yang terinfeksi parasit Cichlidogyrus sp, insang dan kulitnya
nampak pucat, terjadi produksi mukus berlebihan, sirip berjumbai dan cornea
mata menjadi buram. Infeksi berat menyebabkan hyperflasia pada epithel
insang dan kulit, kerusakan serius pada insang menyebabkan ikan sulit
bernafas dan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen rendah dalam
perairan dapat mempengaruhi kondisi ikan (Anshary, 2008).

2.3.3 Argulus sp.


Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit
argulosis. Parasit ini masuk ke dalam tempat pemeliharaan dan menginfeksi
ikan biasanya melalui pergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp.
(Rahmanto dkk., 2012).
Argulus sp. menempel pada ikan dengan menggunakan alat pengisap
khusus. Tingkat serangan Argulus sp. Sangat tergantung pada ukuran ikan dan
jumlah individu parasit yang menyerang. Meskipun demikian Argulus sp.
tidak menimbulkan ancaman kematian pada ikan bersangkutan. Akan tetapi
luka yang ditimbulkannya dapat menjadi rentan terhadap jamur dan bakteri.
Pada serangan yang sangat parah ikan dapat kehilangan banyak darah atau
juga mengalami stress osmotik akibat luka –luka yang tidak tertutup dapat
berakibat pada kematian. Ikan yang terjangkit Argulus sp. akan menjadi
gelisah, meluncur kesana kemari atau terkadang melompat keluar permukaan
air serta menggosokan badannya. Serangan yang parah bisa menyebabkan
ikan menjadi malas, kehilangan nafsu makan, dan warna berubah karena
produksi lendir yang berlebihan (Ali dkkk., 2013).
2.4 Hipotesis
Terdapat jenis ektoparasit yang menginfeksi sirip dan insang ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di tempat penjualan ikan Desa Dehualolo Kecamatan
Limboto
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo, dan
dilaksanankan pada bulan April 2021.
3.2 Jenis Dan Metode Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu tipe penelitian kualitatif
3.2.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode survey
dengan teknik pengambilan sampel secara acak
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: mikroskop, gelas
objek, pipet tetes, jarum, mistar, kantong plastik, pisau
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang berukuran 10-15 cm, larutan fisiologis,
aquadest.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi tempat penjualan ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Dimana sampel yang diambil dimasukan ke
dalam kantong plastik yang diberikan oksigen, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan di laboratorium.

3.4.2 Identifikasi Ektoparasit


Pengamatan ektoparasit pada sampel meliputi bagian luar tubuh ikan
yang terdiri dari sirip dan insang. Mengambil satu persatu dari wadah,
selanjutnya meletakkannya diatas nampan, lalu mengukur panjang tubuh
ikan menggunakan mistar. Mematikan saraf otaknya dengan menusuk
kepala ikan menggunakan jarum sampai ikan sampel benar- benar mati.
Memotong sirip ikan dan meletakkannya di gelas objek yang telah diberi
larutan fisiologis dan mengamatinya di bawah mikroskop. Mengeluarkan
Insang dan memotongnya kemudian meletakkan di gelas objek yang telah
diberi larutan fisiologis kemudian mengamati dibawah mikroskop.
3.5 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
data deskriptif kulitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. Sufriyanto., Yuniarti Koniyo., Mulis. 2013. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan
Nila (Oreochromis nilotica) di Danau Limboto Provinsi Gorontalo. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (3) : Hal 114-125
Amri K dan Khairuman. 2007. Budidaya ikan nila secara intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Anshary,H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL)
Mata Kuliah Parasitologi Ikan .PDF. Modul Pembelajaran. Universitas
Hasanudin.

Boyd CE. 2004. Water Quality In Warmwater Fish Ponds. New York: Auburn
University
Khairuman dan Amri, K., 2003. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta:
PT Agro Media Pustaka
Lukman., Mulyana., dan FS Mumpuni. 2014. Efektivitas Pemberian Akar Tuba
(Derris Elliptica) Terhadap Lama Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Pertanian 5 (1): Hal 22–31.
Mahatma. Radit, Yusfiati., Roza Elvira., dan Titrawani. 2012. Beberapa Aspek
Biologi Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) Dari Perairan Sungai Siak.. Riau:
Universitas Riau.
Manurung, Usy Nora., Fatmawati Gaghenggang. 2016. Identifikasi dan prevalensi
ektoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) di kolam budidaya
Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Jurnal Budidaya Perairan. 4 (2) : Hal 26-30
Rahmi. 2012. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang
Dibudidayakan Pada Tambak Kabupaten Maros. Journal of Muhamadiyah
Makassar. 1 (1) : Hal 19-23
Riko Yazid Alfa, Rosidah., Titin Herawati. 2012. Intensitas dan Prevalasi Ektoparasit
Pada Ikan Bandeng (Chanos – chanos) Dalam Keramba Jaring Apung (KJA)
Di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 3 (4) : Hal 231 -241.
Setiawan. R. 2012. Potensi Penggunaan Acepromazine Sebagai Bahan Alternatif
Anestesi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bandung: Institut Pertanian
Bogor
Yuliartati. Eka. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius
djambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan Di Kota Makassar. SKRIPSI.
Makassar: Universitas Hassanudin.
Zhulmarham. 2011. Intensitas Parasit Trichodina sp. Yang Menginfeksi Ikan Nila
(Oreochromis nilotica) Pada Ukuran Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Ilmu –
Ilmu Pertanian.
Zulaeha. Hildawati., Risnawati., Ahmad Hidayat. 2012. Jenis-Jenis Parasit Yang
Terdapat Pada Ikan Payau. Makalah. Jurusan Budidaya Perairan. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar

Anda mungkin juga menyukai