1
BAB I
PENDAHULUAN
2
menderita serta derajat radang yang dideritanya. Hewan muda biasanya yang paling
sering menderita enteritis akibat makanan atau infeksi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian enteritis kronis
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
melalui mukosa intestinal yang rusak sehingga menyebabkan shock septik atau
endotoksik.
Radang yang terbentuk bervariasi sifatnya mulai dari radang kataral, radang
berdarah sampai nekrotik. Hal tersebut tersebut tergantung pada sifat penyebab dan
intensitas kejadian. Infeksi yang bersifat multiple akan menyebabkan radang yang
berat. Rasa nyeri pada radang akan mengakibatkan rangsangan pada ujung-ujung saraf
sensoris, yang selanjutnya akan menaikkan frekuensi usus dan intensitas peristaltik
usus. Adanya peningkatan peristaltik kesempatan penyerapan didalam usus menjadi
berkurang sehingga sel-sel selaput lebdir usus banyak yang mengalami kematian dan
kelenjar pencernaan lebih meningkatkan sekresi getah pencernaan. Jumlah air yang
tidak terserap menjadi lebih banyak sehingga konsistensi feses menjadi lebih encer dan
pasasinya melebihi normal sehingga terjadi diare. Kehilangan cairan tubuh dalam
jumlah yang besar juga dapat menyebabkan dehidrasi (Moore, 2015).
Radang usus yang disertai dengan perdarahan menghasilkan tinja yang
bercampur darah atau melena. Radang usus nekrotik menghasilkan feses yang berbau
tajam karena dekomposisi reruntuhan sel mukosa usus. Pada radang kataral feses tidak
berbentuk, bercampur lendir dan terdiri dari makanan yang tidak tercerna secara
sempurna. Pada enteritis yang bersifat kronis dapat terjadi berulang dan berlangsung
beberapa minggu bahkan bulan. Sehingga kondisi tubuh menurun secara bertahap,
contohnya adalah John disease (Subronto, 2007).
2.4 Gejala Klinis
Pada hewan yang terkena enteritis kronis ditandai dengan gejala diare
mengandung darah dan sisa mukosa serta berlendir, adanya reruntuhan mukosa yang
mencolok. Nafsu makan normal tetapi rasa haus meningkat dan rasa sakit pada
abdomen jarang ditemukan. Gejala lain yang ditemukan pada enteritis kronis yaitu
terdapat feses yang masih menempel pada daerah sekitar anus, ekor sampai ke paha.
Pemeriksaan auskultasi abdomen menghasilkan suara pindahnya isi usus, cairan dan
gas dikenal sebagai borborygmi menandakan peningkatan motilitas dan fluiditas dari
usus. Pada kasus yang berat terjadi shock dengan pulsus tidak beraturan, kadang terjadi
demam, terjadi dehidrasi pada diare yang parah, intususepsio usus atau prolapsus
5
rektum dapat terjadi pada kasus diare yang sangat berat (Bhat, 2013). Akibat
pengeluaran cairan yang berlebihan maka penderita akan mengalami tanda dehidrasi
yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebih dari 10% dapat mengancam hewan
(Subronto, 2007).
2.5 Diagnosa
Diagnosa enteritis umumnya berdasarkan penilaian anamnesa yang teliti dan
detail dari pemilik. Pemeriksaan fisik guna identifikasi lokasi anatomi berasal dari usus
halus atau usus besar, abnormalitas usus halus frekuensi diare dengan jumlah feses
lebih banyak, flatus dan borborygmi. Identifikasi kelainan yang terjadi faktor penyebab
lain seperti systemic problem contoh hepatic failure, pancreatic insuffiency,
pancreatitis, hypoadrenocortism.
Penegakan diagnosa juga dapat dari pemeriksaan penunjang lain. Dapat
dilakukan dengan kultur sel untuk pathogen pada feses seperti Clostridium sp,
Salmonella sp, Yersinia sp, Campylobacter sp, Enterotoxigenic E.Coli dan evaluasi
enterotoxin Clostridium sp menggunakan ELISA feses. Pemeriksaan hematologi dan
kimia darah. Radiografi dan USG menunjukkan adanya difus pada ileus dan usus penuh
cairan. Diagnosa banding enteritis yakni bakteri, virus (parvovirus, coronavirus) dan
parasit (Trichurisvulpis, Ancylostomasp, Uncinariasp,), gastroenteritis, koagulopati,
ulserasi pada gastrointestinal, FIV, FeLV, motility disorder dan neoplasia. (Greene,
2013)
2.6 Prognosa
Prognosa pada kasus ini baik (fausta) dan banyak pasien yang sembuh tanpa
mengalami komplikasi. Kematian secara tiba-tiba tidak umum terjadi namun pernah
dilaporkan.
2.7 Terapi dan Pengobatan
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengatasi penyebab primer.
Pertimbangan pemberian adsorbensia seperti kaolin, pectin. Adstringensia contoh
tannin dan tanalbumin. Antibiotika broad spectrum seperti metronidazole, sulfa dan
tetracyclin. Spasmolitika contoh atropine sulfat, glikopirolat dan papaverin HCl untuk
menurunkan gerakan peristaltik usus.
6
Pada kasus eosinofilik dapat diberikan methylprednisolone dan plasmacytic
pada lymfocytuc enteritis. Rasa sakit yang terus menerus kadang perlu untuk dikurangi
dengan pemberian analgesika atau dapat juga diberikan transquilezer (Klorpromazine).
Pada enteritis diduga disebabkan karena keracunan dilakukan dengan menghentikan
kerja racun dengan segera, yaitu dengan memberi banyak minum. Pemberian vitamin
untuk memperbaiki kondisi tubuh. Mutlak untuk penggantian cairan tubuh yang hilang
dengan cairan elektrolit (Bonagura, 2013).
7
BAB III
METODE KEGIATAN
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
LEMBAR KONSULTATIF/AMBULATOIR
No:
Tanggal : 26 Agustus 2019
Nama dan Alamat : Rahmad Hariawan. Taman Waru Permai A131 Waru
No telp pemilik : 08123393229
Dokter Hewan : drh Retno Prayudoyanti K.
Macam Hewan : Kucing Peaknose
Nama Hewan : Moza
Signalemen : Redtabby, jantan, usia 7 bulan
Perlengkapan : Pet carrier
Anamnesa :
Hewan mencret (lembek) sekitar 2-3 minggu. Terdapat bercak darah pada feses. Makan
dan minum mau. Tidak ada muntah. Belum diberi vaksin, tapi sudah diberi obat cacing.
Status presens :
1. Keadaan umum : KT: sedang EM: sayu
2. Frekuensi nafas : /menit Frek.pulsus: /menit Temp: 39,1̊ C
3. Kulit dan Rambut : Sedikit kusam. Kotor pada bagian anus
4. Selaput Lendir : Normal
5. Kelenjar-kelenjar limfe : Normal, sedikit bengkak
6. Pernapasan : Normal
7. Peredaran Darah : Normal
8. Pencernaan : Feses lembek dan ada darah
9. Kelamin dan Perkencingan : Normal
10. Syaraf : Normal
9
11. Anggota Gerak : Normal. Berdiri dengan baik dan tegak
12 Lain-lain :- Berat Badan: 2,34 kg
13. Pemeriksaan Lab : -
14. Diagnosa : Enteritis kronis
15. Prognosis : Fausta
16. Terapi/Pengobatan:
T/ Injek B-complex + Vetadryll @ 0,234 ml
Injek Ranitidin 0,234 ml
Injek Asam Traneksamat 0,234 ml
Injek Colibact 0,234 ml
1
R/ Sanprima tab
10
1
Metronidazole tab
10
1
Lodia tab
10
1
Neurosanbe plus 10 tab
Mfla cap dtd No X
S 2 dd cap I
4.2 Pembahasan
Pada tanggal 26 Agustus 2019, kucing bernama Moza datang ke Rumah Sakit
Hewan Surabaya dengan keluhan mencret selama 2-3 mingguan. Terdapat bercak
darah pada feses. Makan dan minum mau. Tidak ada muntah. Belum diberi vaksin, tapi
sudah diberi obat cacing. Pada saat anamnesa kucing Moza sudah pernah diperiksa
dengan keluhan yang sama pada sebulan sebelumnya. Berdasarkan dari anamnesa dan
pemeriksaan yang dilakukan kucing Moza menderita enteritis kronis dan prognosis dari
penyakit ini adalah baik atau fausta.
10
Gambar 4.1. Kucing Moza pada saat pemeriksaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan terapi yang diberikan pada kucing yakni
injek B-complex + Vetadryll @ 0,234 ml. Ranitidine 0,234 ml, Asam Traneksamat
0,234 ml dan Colibact 0,234 ml.
a. B-complex terdiri dari gabungan dua atau lebih vitamin B yang dapat meliputi
B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niacin), B5 (Asam pantotenat), B6
(Piridoksin), B9 (Asam folat), dan B12 (Kobalamin). Berfungsi sebagai
kofaktor enzim atau prekursor, pada berbagai proses metabolisme asam amino
dan karbohidrat. Vitamin B complex digunakan oleh klinisi untuk pasien
dengan defisiensi vitamin B. Defisiensi vitamin B dapat disebabkan oleh
malnutrisi, luka bakar serta malabsorpsi yang dapat disebabkan oleh gastritis
atrofi dan tindakan operasi pengangkatan sebagian intestinal (Soetisna dkk.,
2015).
b. Vetradryl adalah obat anti histamin, setiap milliliter mengandung
diphenhydramin HCl 20 miligram. Indikasi untuk mengatasi alergi pada hewan
Diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis pada kucing (2kg BB) 0,1
ml (Soetisna dkk., 2015).
c. Ranitidine HCl memiliki komposisi tiap ml setara dengan ranitidine 25mg.
ranitidine termasuk dalam golongan antihistamin, lebih tepatnya disebut H2-
11
antagonis. Ranitidine digunakan untuk mengurangi produksi asam
lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri ulu hati akibat ulkus atau
tukak lambung, dan masalah asam lambung (Soetisna dkk., 2015).
d. Asam traneksamat adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghentikan perdarahan. Farmakologi aktivitas antiplasminik yaitu
menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan plasmin. Aktivitas
hemostatis yaitu mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan
kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. Indikasi penggunaan
untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, edema angioneurotik herediter,
perdarahan abnormal sesudah operasi secara umum, perdarahan pada penderita
haemofilia.dan menoragia (Soetisna dkk., 2015).
e. Colibact yang digunakan untuk terapi dalam bentuk cairan injeksi. Obat ini
mengandung sulfadiazine dan trimethoprim. Obat ini digunakan untuk
mengobati infeksi terhadap saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan,
infeksi saluran kemih, infeksi sekunder pada penyakit viral, septicemia, radang
persendian, foot rot, mastitis dan MMA sindrom (Soetisna dkk., 2015).
Hewan tidak dilakukan rawat inap dikarenakan masih bisa berdiri tegak, makan
dan minum baik serta turgor kulit juga masih baik. Hanya perlu dilakukan check up
ulang dan diberikan obat rawat jalan. Resep obat racikan rawat jalan meliputi Sanprima
1 1 1 1
tab, Metronidazole 10 tab, Lodia 10 tab dan Neurosanbe plus 10 tab. Fungsi masing-
10
12
negatif. Indikasi pengobatan infeksi saluran nafas, Gl,saluran kemih kelamin,
kulit dan septicemia (Soetisna dkk., 2015).
b. Metronidazole bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan dari bakteri
dan protozoa. Digunakan untuk gejala infeksi bakterial vaginosis,
trikomoniasis, giardiasis, dracunculiasis, Clostridium difficile colitis, dan
infeksi Entamoeba histolytica (Soetisna dkk., 2015).
c. Lodia Merupakan obat antidiare dengan kandungan Loperamid HCl 2 mg.
Loperamide adalah obat untuk diare, yang bekerja dengan memperlambat
gerakan saluran pencernaan, sehingga usus absorbs cairan dan nutrisi dengan
baik. Obat ini digunakan untuk mengobati diare akut dan kronis (Soetisna dkk.,
2015).
d. Neurosanbe plus mengandung methampyron, vitamin B1, vitamin B6,
Vitamin B12. Methampyron digunakan untuk meredakan atau mengobati
berbagai macam nyeri, misalnya nyeri otot, nyeri akibat sakit gigi, neuralgia
dan nyeri ringan lainnya (Soetisna dkk., 2015).
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Enteritis merupakan keradangan mukosa usus yang dapat berlangsung akut
maupun kronis, yang mampu menyebabkan peningkatan peristaltik usus, kenaikan
jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta penurunan proses penyerapan cairan maupun
penyerapan sari-sari makanan sehingga menimbulkan gejala klinis berupa diare.
Penyebab enteritis kronis dapat berasal dari usus halus ataupun usus besar. Dalam
kasus ini penyebab enteritis belum dapat diketahui secara pasti, bisa terjadi akibat
bakteri maupun virus dan parasit. Obat yang diberikan meliputi: B-complex +
Vetadryll @ 0,234 ml, Ranitidine 0,234 ml, Asam Traneksamat 0,234 ml dan Colibact
1
0,234 ml. Sedangkan untuk obat resep racikan meliputi: Sanprima tab,
10
1 1 1
Metronidazole 10 tab, Lodia 10 tab dan Neurosanbe plus 10 tab.
5.2 Saran
Sebaiknya hewan diberikan terapi analgesik dan vitamin. Pemeliharan hewan
yang baik dapat membantu proses penyembuhan, seperti rajin membersihkan kandang
hewan dengan pemberian desinfektan dan membuang feses dari kotak pasir segera.
Setelah sembuh sebaiknya diberikan obat cacing dan pemberian vaksin mampu
meperkuat sistem kekebalan tubuh hewan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bhat, Abid A., and Wadhwa Des R. 2013. Haematological and biochemical analysis
Bonagura, John D. Twedt, David C. 2013. Kirk’s Current Veterinary Therapy XV.
Greene, Craig E. 2013. Infectious Diseases of the Dog and Cat. Elsevier Health
Sciences.
Hariharan, Harry and Shebel Hanley Hariharan. 2017. Zoonotic Bacteria Associated
Janke,B.H, Francis, D.H., Collin, N.C., Neiger, R.D. 1990. Attaching and Effacting
196(6): 897-901.
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak I-a. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wirantika, Ina. 2016. Penanganan dan Pengobatan Kasus Enteritis pada Anjing di
15