Anda di halaman 1dari 13

KOASISTENSI KLINIK INTERNA KECIL

KASUS FELINE STOMATITIS PADA KUCING KUMI


PRIODE 18 NOVEMBER – 23 NOVEMBER 2019
RUMAH SAKIT HEWAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI
JAWA TIMUR SURABAYA

Disusun oleh :

Khoiri Andrian
18830030

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kucing termasuk hewan mamalia karnivora karena secara garis besar

kucing merupakan hewan bertulang belakang, berdarah panas dan menyusui atau

memiliki kelenjar mamae. Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang

paling banyak dipelihara oleh manusia (Purnomo dkk., 2017). Tingkat kepekaan

kucing yang cukup tinggi dan jenis-jenis kucing yang bervariasi dengan tampilan

yang menarik serta karakter yang unik dari masing-masing jenis kucing, menjadi

faktor pendukung meningkatnya pemeliharaan kucing. Oleh karena itu segala

bentuk perhatian terhadap kebutuhan kucing harus dipenuhi untuk menjaga

kelangsungan hidupnya (Tabitha, 2010).

Sejak lahir sampai dewasa pakan sangat diperhatikan, vaksinasi rutin harus

dilakukan untuk mencegah penyakit yang berbahaya bagi kucing dan kelinci

terutama jenis ras. Kucing akan lebih tahan terhadap penyakit bila sudah diberi

vaksinasi. Perawatan tubuh seperti grooming kini juga sudah menjadi suatu

kewajiban untuk kebersihan kucing. Saat ini mulai banyak fasilitas yang

ditawarkan pet shop, klinik hewan dan Rumah Sakit Hewan (RSH)

(Saraswati,2009).

Stomatitis berarti radang yang terjadi pada selaput mukosa di mulut.

Dalam penerapan klinis istilah ini sebenarnya menggambarkan penyebaran


peradangan oral yang cukup berat dan meluas (di luar gingivitis dan periodontitis)

yang mungkin juga meluas ke dalam jaringan yang lebih dalam (Beebe, 2012).

Pada kasus stomatitis pada kucing penyebabnya tidak hanya satu. Penyakit

gigi (khususnya penyakit periodontal) umumnya berimplikasi sebagai penyebab

stomatitis pada kucing. Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi plak

(bakteri) pada dan di sekitar gigi, yang menyebabkan peradangan yang melibatkan

gusi dan struktur pendukung gigi.

Dalam banyak kasus, penyebabnya diasumsikan juga diperantai oleh

sistem imun, artinya sistem kekebalan kucing menyerang jaringan mulutnya

sendiri sebagai respons abnormal terhadap bakteri di dalam mulut. Kondisi medis

lain yang dapat dikaitkan dengan stomatitis termasuk infeksi virus [seperti virus

leukemia kucing (FeLV), virus imunodefisiensi kucing (FIV), dan calicivirus] dan

bartonellosis (Anonymous, 2011).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab, gejala dan cara mendiagnosa stomatitis pada

kucing

2. Mengetahui terapi yang tepat untuk kasus stomatitis pada kucing

1.3 Manfaat

Dengan adanya laporan ini diharapkan mampu untuk mengetahui

penyebab, gejala klinis dan cara diagnosa untuk kasus stomatitis pada kucing

sehingga dapat memberikan terapi yang tepat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Stomatitis atau yang di kalangan awam disebut sariawan adalah luka yang

terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Pada kucing, istilah stomatitis sering

digunakan untuk menggambarkan peradangan pada gingiva (gusi) dan sampai ke

jaringan bagian belakang mulut dalam waktu yang lama. Daerah yang terkena

biasanya memiliki tampilan berwarna merah cerah, mudah berdarah, dan sering

terlihat membulat seperti batu. Kucing dengan stomatitis memiliki beberapa tanda

sakit yang signifikan. Mereka sering mengalami kesulitan mengunyah. Selain

penurunan makan, pemilik hewan peliharaan mungkin melihat penurunan dalam

kebiasaan menjilat atau kucing yang sebelumnya aktif yang sekarang menjadi

pendiam. Nafas bau tidak enak, penurunan berat badan, dan peningkatan air liur

juga dapat menjadi tanda pada kucing menderita stomatitis (Beebe, 2012).

2.2 Gejala Klinis

Kucing yang di dalam mulunya terdapat stomatitis biasanya memiliki

kondisi, mulut mengeluarkan bau tidak sedap, juga terdapat pembengkakan

kemerahan pada gusi. Mulut selalu terbuka sehingga kucing selalu berliur / air liur

menetes. Pada beberapa kucing, nafsu makan dan minum turun (paling parah
bahkan tidak mau makan dan minum sama sekali) karena sakit saat mengunyah

dan menelan. (Kressin & Honzelka, 2011)

2.3 Penyebab

Penyebab pasti stomatitis tidak diketahui. Peran bakteri, virus, genetik,

nutrisi, lingkungan, dan domestikasi secara umum telah dipertimbangkan menjadi

penyebab stomatitis pada ku (Hale F. A., 2010)cing. Bukti terbaru adanya peran

dari calicivirus dalam terjadinya stomatitis. Apa pun pemicunya, umumnya

dipercaya bahwa kucing dengan stomatitis memiliki keadaan kekebalan tubuh

yang berubah. Awalnya terjadi reaksi berlebihan terhadap bakteri plak; tidak

seperti gingivitis yang khas, kucing-kucing ini mengalami reaksi pembengkakan

yang tidak proporsional. Tanpa intervensi, beberapa kucing ini berkembang dari

kondisi hiperimun menjadi lebih parah penyakit autoimun. Dalam kondisi ini,

sistem kekebalan tubuh diarahkan untuk menyerang jaringan gigi kucing itu

sendiri (Ward, 2012).

2.4 Diagnosis

Tidak ada tes laboratorium yang sederhana untuk mendiagnosis stomatitis.

Penyebab lain dari peradangan oral harus disingkirkan, terutama yang lebih umum

gingivitis dan periodontitis yang mirip dengan stomatitis. Test darah lengkap

dilakukan di awal untuk menyingkirkan berbagai penyakit sistemik. Serologi

untuk mengesampingkan penyakit virus pada kucing seperti leukemia pada kucing

(FeLV) dan FIV sering dilakukan. Biopsi harus dilakukan untuk

mengesampingkan kumpulan kompleks eosinofilik granuloma, penyakit jamur,


atau sel skuamosa karsinoma. Evaluasi awal juga harus mencakup pembersihan

gigi yang teliti pada bagian atas dan bawah gusi. Rontgen gigi harus dilakukan

untuk pemeriksaan penyakit periodontal lanjut, resorpsi gigi, atau akar yang

tertahan yang mungkin menjadi pemicu peradangan. Terakhir, perawatan gigi di

rumah yang teratur dan menyeluruh harus rutin dilakukan (Niemiec, 2014).

2.5 Terapi Pengobatan

Profilaksis atau pembersihan gigi adalah langkah pertama pengobatan

untuk radang gusi. Keberadaan kalkulus dalam jumlah besarharus dibersihkan,

permukaan gigi di scalling dengandental instrument, dan permukaan gigi dipoles.

Pembersihan jaringan di bawah garis gusi harus dibersihkan dengan hati-hati

untuk menghapus akumulasi plak atau kalkulus. Antibiotik, obat kumur oral yang

mengandung chlorhexidine, dan perawatan di rumah lainnya termasuk menyikat

gigi secara teratur merupakan perawatan yang dapat direkomendasikan

berdasarkan kebutuhan kucing Anda. Perawatan di rumah adalah dimaksudkan

untuk mengurangi akumulasi plak yang mengarah ke radang gusi (Hale F. A.,

2011).

Perawatan stomatitis melibatkan perawatan yang mendasari penyebab

masalah. Banyak kucing akan menerima antibiotik broadspectrum, obat kumur

atau gel chlorhexidine dan obat anti-inflamasi. Perawatan kucing Anda akan

ditentukan oleh penyebab dan tingkat keparahan kondisi spesifik kucing tersebut

(Rochette, 2012).

2.6 Pencegahan
Menyikat gigi di rumah dan perawatan gigi lainnya disarankan untuk

mengurangi akumulasi plak dan peradangan terkait di mulut untuk mencegah

terjadinya stomatitis (Hale F. A., 2010).

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Waktu Dan Tempat Kegiatan

Tanggal : 18 November – 23 November 2019

Waktu : 07.00 – 16.00 WIB

Tempat : RSH Dinas Peternakan Prov. Jawa Timur

3.2 Sasaran kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memperoleh kasus hewan sakit di RSH

Dinas Peternakan Prov. Jawa Timur Surabaya untuk memenuhi tugas koasistensi

interna kecil Pendidikan Profesi Dokter Hewan.

3.3 Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan koasistensi interna kecil dilaksanakan di RSH Dinas

Peternakan Prov. Jawa Timur Surabaya. Kegiatan ini dilakukan dengan sistem

praktik kerja lapangan dengan partisipasi secara aktif yaitu secara langsung

melakukan pemeriksaan pada hewan sakit.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Pasien

o Nama Hewan : Kumi

o Jenis               : Kucing

o Ras                   : Anggora

o Warna               : Calico

o Seks                   : Betina

o Umur                 : ± 2 tahun

o Berat badan   : 2,6 Kg

o Pemilik             : Bella / Salsabilla

o Alamat            : Jln. Gadung No. 19 Jagir. Wonokromo. Surabaya

ANAMNESE

• Nafas bau

• Hiper saliva

• Muntah (-)

• Makan minum dan Minum (+)

• Vaksin (-)

• Obat cacing (-)

• Berkutu (+)
KONDISI UMUM

o Perawatan : Baik

o Habitus/tingkah laku : Jinak

o Gizi                         : Baik

o Pertumbuhan badan  : Baik

o Sikap berdiri       : Tegak pada keempat kaki

o Suhu Tubuh           : 39,7ºC

STATUS PRESENT

o Kerontokan bulu : sedikit rontok

o Kebotakan               : Tidak ada

o Turgor kulit           : Kembali dalam 2 detik

o Permukaan kulit   : Halus

o Bau kulit                   : Bau khas kucing

o Mukosa mulut       : Rose

o Lidah                         : Rose, basah, halus, tidak ada kerusakan permukaan

o Mata                           : Tidak ada kelainan

o Telinga                 : Tidak ada kelainan

o Jantung      : Tidak ada kelainan

o Respirasi                   : Tipe pernafasan costalis


4.2 Pembahasan

Berdasarkan anamnesa, saat pemeriksaan mulut kucing langsung dibuka

dan ditemukan adanya ulcer berwarna coklat kekuningan gelap pada bagian

bawah gigi taring atau gusi kucing dengan ukuran yang cukup besar.

Untuk terapinya kucing tersebut di injeksi menggunakan :

T/ inj Tolfedine 0,26 ml

inj Biodin 0,26 ml

inj Dryll 0,26 ml

inj Betamox 0,26 ml

Tolfedine untuk mengurangi peradagan dan rasa nyeri yang berhubungan

dengan osteoarthritis pada anjing dengan displasia pada daerah pinggul, prnyakit
pernafasan atas dan sebagai pengobatan simtomatik demam pada kucing. Boidin

berfungsi memperbaiki proses metabolisme tubuh hewan sehingga meningkatkan

kerja otot menjadi lebih baik dan daya tahan tubuh hewan lebih prima sedangkan

spesifikasi obat antara lain Adenosin triphospat, Gatam aspartarte, Sodium

selenite dan vitamin B 12. Dryl cairan injeksi tiap ml mengandung

Diphenhydramine HCl 20 mg, diindikasikan untuk mengatasi alergi pada hewan.

(Anonim, 2016).

Sedangkan untuk rawat jalan, kucing tersebut diberikan resep berupa

kenalog, dimana kenalog ini berbentuk salep dengan kandungan Triamsinolon

asetonida 0,1%, dengan indikasi untuk stomatitis dengan tukak kecil, berbagai

macam tukak di rongga mulut termasuk karena obat dan liken plakus. (anonim,

2018).
BAB V

KESIMPULAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Stomatitis pada kucing yang bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor

penyebab; infeksi virus, dan infeksi bakteri. Gejala klinis bau mulut, air liur

berlebih, berkurangnya nafsu makan minum bisa menjadi pertanda adanya

kelainan pada rongga mulut.

5.2 Saran

Diperlukan pemeriksaan lebh lanjut untuk mengetahui penyebab pasti dari

stomatitis, sehingga dapat membrikan terapi yang tepat selain terapi yang

diberikan untuk mengobati gejala klinis yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. PT. Tekad Mandiri Citra. Retrieved maret 19, 2019, from
http://www.temanc.com/produk/glucortin-20

Anonim. 2016. PT. Tekad Mandiri Citra. Retrieved maret 19, 2019, from
http://www.temanc.com/produk/vetadryl

Anonim. 2016. PT. Tekad Mandiri Citra. Retrieved maret 19, 2019, from
http://www.temanc.com/produk/roxine

anonim. 2018. Kenalog. Retrieved march 19, 2019, from


https://www.honestdocs.id/kenalog

Anonymous. 2011. Common Conditions Feline Stomatitis. Retrieved March 19,


2019, from Vetstreet, Inc. Site: www.vetsreet.com

Beebe, D. 2012. Feline Stomatitis. Englewood.

Hale, F. A. 2010. The Disease Formerly Known As Lymphocytic/Plasmacytic


Gingivo-Stomatitis. Hale Vetrinary Clinic.

Hale, F. A. 2011. Feline Chronic Gingivi-Stomatitis. DiplAVDC.

Kressin, D., & Honzelka, S. 2011. Feline Stomatitis. Retrieved March 19, 2019,
from Animal Dentistry & Oral Sugery Specialist LLC:
http://www.mypetsdentist.com/feline-stomatitis.pml

Niemiec, B. A. 2014. Feline and Canine Oral Ulcerative Disease. Today's


Veterinary Practice.

Purnomo, Dwi, Beni Irawan dan Yulrio Brianorman. 2017. Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit pada Kucing Menggunakan Metode Dempster-Shafer
Berbasis Android. Jurnal Coding Sistem Komputer Untan.5(1): 45-55

Rochette, J. 2012. Feline Stopmatitis. How I Treat Dentistry.

Tabitha, Grace T. O. S., Made Suma Anthara. 2010. Laporan Kasus : Rhinitis
Unilateral pada Kucing Lokal. Denpasar: Universitas Udayana

Ward, E. 2012. Gingivits and Stomatitis in Cats. Retrieved March 19, 2019, from
Lifelearn. Inc: www.dunkirkanimalclinic.com

Anda mungkin juga menyukai