Anda di halaman 1dari 12

V.

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik


Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk metabolisme ke organ

eksternal, mengalirkan O2 kedalam sel tubuh dan mengeluarkan CO 2 dari sel

tubuh, dan membantu membawa berbagai hormon yang dihasilkan kelenjar

endokrin keseluruh bagian tubuh. Selain itu, darah juga membantu dalam regulasi

temperatur tubuh, menjaga kestabilan, konsentrasi air dan elektrolit di dalam sel

tubuh, membantu regulasi konsentrasi ion hidrogen dan mempertahankan tubuh

dari mikroorganisme (Isroli et al, 2009)

Bagian darah yang padat meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan

keeping darah. Darah terdiri atas cairan berupa plasma (55%) dan padatan (45%).

Bagiam darah padatan terdiri atas eritrosit, leukosit, trombosit. Plasma darah

mengandung protein, air, zat lain seperti ion, gas, dan sisa metabolisme.

Kandungan air dalam plasma darah sebesar 91%. Air tersebut berfungsi sebagai

termoregulator dalam sirkulasi darah. (Isroli et al, 2009)

Secara normal nilai konstituen darah dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti genotif, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin, pakan, kondisi iklim mikro

dan makro, metode pemeliharaan dan faktor patologi (Mohamed et al., 2012).

Nilai eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit yang normal menandakan ayam tidak
mengalami gangguan fisiologis atau infeksi akut. Nilai eritrosit, hemoglobin,

hematokrit yang normal memberikan dampak positif terhadap performans ayam.

Hasil pemeriksaan gambaran darah yang didapatkan pada ayam kampung

dengan nomor protokol A – 04 mengalami anemia makrositik hipokromik,

leukositosis, limfositosis, monositosis, eosinophilia, dan heterofilia.

Tabel. Hasil dari perhitungan pemeriksaan hematologi

Pemeriksaan Unit Hasil Standar Keterangan Interpretasi


Eritrosit 106 / µL 2,41 2,5 – 3,5 Menurun Anemia
Hb g / dL 10,2 7 – 13 Normal
PCV % 34 22 – 35 Normal
MCV fL 141 90 – 140 Meningkat Makrositik
MCH pg 42,32 33 – 47 Normal
MCHC % 30 33 – 47 Menurun Hipokromik
TPP Awal g / dL 3,9 3–6 Normal
TPP Akhir g / dL 3,4 3–6 Normal
Fibrinogen g / dL 0,5 0,1 – 0,4 Meningkat Hiperfibrinogenemia
Leukosit Sel / mm3 30.450 12.000 – 30.000 Meningkat Leukositosis
Heterofil R % 27,8 15 – 50
Meningkat Heterofilia
A Sel / mm3 8.492 3.000 – 6.000
R % 45,2 29 - 84
Limfosit Meningkat Limfositosis
A Sel / mm3 15.786 7.000 – 17.500
Monosit R % 15,4 0–7
Meningkat Monositosis
A Sel / mm3 3.710 0 – 2.000
Eosinofil R % 11,3 0 – 16
Meningkat Eusinofilia
A Sel / mm3 2.462 0 – 1.000
R % 0 0–8
Basofil Normal Normal
A Sel / mm3 0 Rare

Anemia merupakan suatu kondisi dimana terjadinya penurunan jumlah

dari sel darah merah (Eritrosit), Hb atau keduanya dalam suatu sirkulasi darah

dibawah nilai normal (Salasia dan Hariono, 2010). Dalam kasus ini, ayam buras
dengan nomor protokol A – 04 menderita anemia makrositik hipokromik yang

didapatkan dari perhitungan nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) dan

perhitungan dari nilai MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration).

Anemia makrositik hipokromik dapat terjadi karena adanya perdarahan atau

adanya hemolisis dengan ditemukannya banyaknya sel darah merah immature

pada gambaran darah (Stochman and Michael, 2008)

Pada pemeriksaan ayam kampung dengan nomor protokol A – 04

menunjukan adanya peningkatan pada nilai MCV, Nilai MCV menunjukkan

volume eritrosit. Volume atau ukuran eritrosit yang besar akan memengaruhi

viskositas cairan darah, sehingga mengganggu aktivitas dan kelancaran sirkulasi

darah. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Guyton dan Hall,

2006). Selain itu nilai MCV meningkat yang berarti menunjukan bahwa tingkat

sel darah merah tersebut meningkat, sel darah merah yang dimaksud terdiri atas

eritrosit. Dikarenakan adanya suatu reaksi terhadap suatu agen yang dapat

mengakibatkan meningkatnya jumlah dari retikulosit yang dihasilkan sehingga

nilai MCV meningkat dan menunjukan terjadinya makrositik.

Nilai MCHC menunjukan kadar kosentrasi hemoglobin rata-rata dalam

setiap sel darah merah. Haemoglobin bertugas untuk memberikan warna pada

eritrosit, dan merupakan komponen pengikat oksigen yang berada pada eritrosit.

Hasil perhitungan MCHC pada ayam kampung dengan nomor protokol A – 04

menunjukan adanya penurunan konsentrasi haemoglobin dalam darah, fungsi dari

haemoglobin memberikan warna pada eritrosit, dan merupakan komponen


pengikat oksigen yang berada pada eritrosit, menurunya kadar MCHC dalam

darah mengindikasikan eritrosit tersebut berwarna pucat dan akhirnya tidak akan

mampu untuk berikatan dengan oksigen (Weiss and Wardrop, 2010), selain itu

juga menurut Pandian et al (2012) Nilai MCH adalah refleksi kandungan Hb dari

eritrosit, sedangkan nilai MCHC adalah refleksi konsentrasi Hb dari eritrosit

Hiperfibrinogenemia merupakan peningkatan fibrinogen yang dapat

dijadikan indikasi adanya suatu peradangan, fibrinogen adalah protein plasma

yang dihasilkan oleh hepar dan merupakan parameter yang baik pada kasus

peradangan. Dalam kondisi radang, kada fibrinogen akan meningkat secara

signifikan (Salasia dan Hariono, 2010), selain itu fibrinogen berfungi sebagai

protein homeostatis dan reaktan positif pada fase akut, peningkatan fibrinogen

juga dapat disebabkan karena adanya suatu infeksi bakteri. (Weiss and Wardrop,

2010), selain itu hyperfibrinogenemia terjadi karena berkurangnya H2O didalam

plasma atau terjadinya inflamasi sehingga produksi fibrinogen oleh hepar

meningkat. (Stockham and Michael, 2008)

Anisositosis adalah gambaran suatu bentuk kelainan dari eritorosit dimana

besar dari diameter eritosit bervariasi di antara eritrosit yang berukuran normal.

(Harvey dan Mayer, 1998). Keadaan anisositosis pada kasus ini dikarenakan

terjadi defisiensi Fe dan vitamin B6 sehingga dapat mengganggu proses maturasi

dari eritrosit tersebut.


A
E
B

D
C

Gambar. Pemeriksaan apus darah. Monosit (A) ; Limfosit (B) ; Tear drop (C) ;
Anisocytosis (D) ; Eosinofil (E) ; Heterofil (F) ; Retikulosit (G)
Sumber. (Dokumentasi pribadi)

Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh

yang sangat tanggap terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi

melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan

menghasilkan antibodi (Nordenson, 2002). Diferensial leukosit merupakan

kesatuan dari sel darah putih yang terdiri dari dua kelompok yaitu granulosit yang

terdiri atas heterofil, eusinofil, dan basophil, dan kelompok agranulosit yang

terdiri dari limfosit dan monosit (Cahyaningsih dkk., 2007). Tingkat kenaikan dan

penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi menggambarkan ketanggapan sel darah

putih dalam mencegah hadirnya agen penyakit dan peradangan (Nordenson,

2002), dan Peningkatan jumlah leukosit menggambarkan adanya respon secara

humoral dan seluler dalam melawan agen patogen penyebab penyakit dalam

tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit dan diferensialnya

antara lain kondisi lingkungan, umur dan kandungan nutrisi pakan. Diantara
faktor-faktor tersebut, faktor nutrisi (protein) memiliki peran yang sangat penting

dalam proses pembentukan leukosit karena protein merupakan salah satu

komponen darah (Addas et al., 2012; Etim et al., 2014).

Leukositosis merupakan adanya kenaikan total nilai leukosit yang

melebihi batas total nilai maksimal, kasus leukositosis terlihat adanya lesi

keradangan yang berjalan akut maupun kronis. Pada pemeriksaan ayam buras

dengan nomor protokol A – 04 mengalami peningkatan pada nilai leukosit

(leukositosis) diasumsikan sebagai adanya respon keradangan baik pada adanya

infeksi local maupun infeksi sistemik yang disebabkan oleh adanya berbagai agen

seperti bakteri, parasit, fungi, dan virus (Thall, M.A., 2004)

Heterofil adalah bagian dari leukosit yang termasuk kedalam kelompok

granulosit dan berada pada garis depan (first line) yang berfungsi sebagai

pertahanan awal terhadap penyakit yang dapat mengakibatkan infeksi atau

peradangan. Baratawidjaja dan Rengganis (2012) menambahkan bahwa sistem

kerja heterofil yaitu menghancurkan patogen melalui jalur oksigen independen

(lisozom, enzim proteolitik dan protein kationik) dan oksigen dependen. He et al.

(2005) dan Redmond et al. (2011) melaporkan bahwa heterofil mengandung zat

antimikroba yang berhubungan dengan resistensi penyakit pada tubuh dan

dipengaruhi oleh kontrol genetik dari ternak tersebut. Faktor-faktor yang

menentukan tinggi rendahnya heterofil antara lain kondisi lingkungan, tingkat

stress pada ternak, genetik dan kecukupan nutrien pakan (Puvadolpirod and

Thaxton, 2000). Dalam kasus ini pada pemeriksaan ayam buras dengan nomor
protokol A – 04 mengalami peningkatan pada nilai heterofil (Heterofilia) yang

terjadi karena adanya kontak antara jaringan hospes dengan bakteri Pasteurella

multocida yang berlangsung lama yang pada akhirnya akan menimbulkan

timbulnya respon sensitifasi sehingga dapat merangsang terjadinya heterofilia

(Frandson dan Whitten, 1995)

Monosit merupakan diferensial sel darah putih yang termasuk kedalam

kelompok agranulosit yang dibentuk di sumsum tulang dan mengalami

pematangan ketika masuk kedalam sirkulasi sehingga menjadi makrofag dan

masuk ke jaringan. Frandson et al.(2009) mengatakan bahwa monosit mampu

memfagositosis 100 sel bakteri patogen dan menjadi sistem pengatur ketika terjadi

peradangan dan merespon kekebalan. Monosit dimobilisasi bersama dengan

heterofil sehingga disebut sebagai pertahanan kedua terhadap peradangan.

Monositosis merupakan oeningkatan jumlah monosit dalam darah, yang mana

dapat terjadi pada kasus spurasi/penanahan, nekrosis, perdarahan internal,

penyakit hemolitik, serta radang (Salsa dan Hariono. 2010). Dalam kasus ini pada

pemeriksaan ayam buras dengan nomor protokol A – 04 mengalami peningkatan

pada nilai monosit (Monositosis) dikarenakan adanya radang pada sejumlah

organ yang disebabkan oleh adannya agen penyakit yang menyerang ayam

tersebut.

Eosinofil merupakan bagian dari diferensial leukosit yang dibentuk dalam

sumsum tulang belakang yang berfungsi sebagai respon parasitik, peradangan dan

alergi. Lokapirnasari dan Yulianto (2014) menyatakan bahwa eosinofil memiliki


dua fungsi utama yaitu mampu menyerang dan menghancurkan bakteri patogen

serta mampu menghasilkan enzim yang dapat menetralkan faktor radang. Dalam

mencegah masuknya infeksi pada tubuh, eosinofil bekerja dengan fungsi kimiawi

secara enzimatik. Hal ini sesuai pendapat Moyes and Schute (2008) serta Isroli

dkk. (2009) yang menyatakan bahwa eosinofil melakukan fungsi imun melawan

mikroorganisme dengan cara sebagaimana fungsi kimiawi yakni secara enzimatik.

Faktor- faktor peningkatan eosinofil dapat terjadi karena hipersensitivitas

misalnya karena parasit dan alergi yang diakibatkan faktor lingkungan yang bising

dan berdebu (Dharmawan, 2002). Dalam kasus ini pada pemeriksaan ayam buras

dengan nomor protokol A – 04 mengalami peningkatan pada nilai eosinofil

(Eosinofilia) yang disebabkan karena adanmya infestasi ekroparasit Lipeurus

caponis yang merupakan kutu penggigit dan penghisap, sehingga timbul reaksi

hipersensitifitas dan reaksi alergi.

Limfositosis yang terjadi pada ayam buras dengan nomor protokol A – 04

terjadi karena adanya infeksi agen bakteri yang masuk kedalam tubuh ayam

tersebut. Karena limfosit merupakan sel darah putih yang termasuk kedalam

kelompok agranulosit. Salasia dan Hariono (2010) menyatakan bahwa limfosit

bertugas merespon adanya antigen dan stress dengan meningkatkan sirkulasi

antibodi dalam pengembangan sistem imun. Siegel (1995), Puvadolpirod and

Thaxton (2000) melaporkan bahwa faktor-faktor terbesar yang mempengaruhi

jumlah limfosit yaitu cekaman panas atau lingkungan dan stress, karena cekaman

panas mengakibatkan berkurangnya bobot organ limfoid timus dan bursa fabrisius
yang berdampak pada penurunan jumlah limfosit. Dalam kasus ini pada

pemeriksaan ayam buras dengan nomor protokol A – 04 mengalami peningkatan

pada nilai limfosit (Limfositosis)


LAPORAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
Nomor Protokol : A - 04
Jenis Hewan : Ayam Kampung, Betina, Umur ± 5 Bulan
Pemilik : Bp. Narokan
Alamat : Ds. Sudangan, Kec. Glagah, Kab. Lamongan
Tanggal Nekropsi : 9 Juli 2019
Anamnesa : Populasi ± 32 ekor, sakit 5 ekor, dan mati 2 ekor dalam
waktu sebulan, model kandang tertutup¸ belum pernah
divaksin, dinding kandang terbuat dari bambu, pakan dedak
dicampur dengan air dan nasi basi, sumber air berasal dari
PDAM
Gejala Klinis : Anoreksia, lesu, dipsnoe, mengantuk, bagian mata
sebelah kiri sedikit bengkak, keluar eksudat pada lubang
hidung, sayap terkulai

Bahan Pemeriksaan :
Darah dengan Antikoagulan Ethylendiaminetetraacetic Acid (EDTA), dan
preparat apusan darah dengan pewarnaan Giemsa.

Tabel . Hasil pemeriksaan Hematologi


Pemeriksaan Unit Hasil Standar Keterangan Interpretasi
Eritrosit 106 / µL 2,41 2,5 – 3,5 M enurun Anemia
Hb g / dL 10,2 7 – 13 Normal
PCV % 34 22 – 35 Normal
MCV fL 141 90 – 140 Meningkat Makrositik
MCH pg 42,32 33 – 47 Normal
MCHC % 30 33 – 47 Menurun Hipokromik
TPP Awal g / dL 3,9 3–6 Normal
TPP Akhir g / dL 3,4 3–6 Normal
Fibrinogen g / dL 0,5 0,1 – 0,4 Meningkat Hiperfibrinogenemia
Leukosit Sel / mm3 30.450 12.000 – 30.000 Meningkat Leukositosis
Heterofil R % 27,8 15 – 50
Meningkat Heterofilia
A Sel / mm3 8.492 3.000 – 6.000
R % 45,2 29 - 84
Limfosit Meningkat Limfositosis
A Sel / mm3 15.786 7.000 – 17.500
Monosit R % 15,4 0–7
Meningkat Monositosis
A Sel / mm3 3.710 0 – 2.000
Eosinofil R % 11,3 0 – 16
Meningkat Eusinofilia
A Sel / mm 3
2.462 0 – 1.000
Basofil R % 0 0–8 Normal Normal
A Sel / mm3 0 Rare

C
E
D

Gambar. Pemeriksaan apus darah. Monosit (A) ; Limfosit (B) ; Tear drop
(C) ; Anisocytosis (D) ; Eosinofil (E) ; Heterofil (F) ; Retikulosit (G)
Sumber. (Dokumentasi pribadi)

Referensi :
Weis, D.J. and Wardrop K.J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology, 6th Ed.
Blackwell Publishing : USA. Pp. 155,287,351,352

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik, ayam buras

dengan nomor protokol A – 04 mengalami anemia makrositik hipokromik,

Hiperfibrinogenemia, leukositosis, heterofilia, limfositosis, monositosis, dan

eusonifilia.

Surabaya,

Mengetahui Mahasiswa Kodil

drh. Retina Yunani., M.Kes Andi Martono Hadi., S.KH

Anda mungkin juga menyukai