PEMBAHASAN
endokrin keseluruh bagian tubuh. Selain itu, darah juga membantu dalam regulasi
temperatur tubuh, menjaga kestabilan, konsentrasi air dan elektrolit di dalam sel
Bagian darah yang padat meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan
keeping darah. Darah terdiri atas cairan berupa plasma (55%) dan padatan (45%).
Bagiam darah padatan terdiri atas eritrosit, leukosit, trombosit. Plasma darah
mengandung protein, air, zat lain seperti ion, gas, dan sisa metabolisme.
Kandungan air dalam plasma darah sebesar 91%. Air tersebut berfungsi sebagai
seperti genotif, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin, pakan, kondisi iklim mikro
dan makro, metode pemeliharaan dan faktor patologi (Mohamed et al., 2012).
Nilai eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit yang normal menandakan ayam tidak
mengalami gangguan fisiologis atau infeksi akut. Nilai eritrosit, hemoglobin,
dari sel darah merah (Eritrosit), Hb atau keduanya dalam suatu sirkulasi darah
dibawah nilai normal (Salasia dan Hariono, 2010). Dalam kasus ini, ayam buras
dengan nomor protokol A – 04 menderita anemia makrositik hipokromik yang
volume eritrosit. Volume atau ukuran eritrosit yang besar akan memengaruhi
darah. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Guyton dan Hall,
2006). Selain itu nilai MCV meningkat yang berarti menunjukan bahwa tingkat
sel darah merah tersebut meningkat, sel darah merah yang dimaksud terdiri atas
eritrosit. Dikarenakan adanya suatu reaksi terhadap suatu agen yang dapat
setiap sel darah merah. Haemoglobin bertugas untuk memberikan warna pada
eritrosit, dan merupakan komponen pengikat oksigen yang berada pada eritrosit.
darah mengindikasikan eritrosit tersebut berwarna pucat dan akhirnya tidak akan
mampu untuk berikatan dengan oksigen (Weiss and Wardrop, 2010), selain itu
juga menurut Pandian et al (2012) Nilai MCH adalah refleksi kandungan Hb dari
yang dihasilkan oleh hepar dan merupakan parameter yang baik pada kasus
signifikan (Salasia dan Hariono, 2010), selain itu fibrinogen berfungi sebagai
protein homeostatis dan reaktan positif pada fase akut, peningkatan fibrinogen
juga dapat disebabkan karena adanya suatu infeksi bakteri. (Weiss and Wardrop,
besar dari diameter eritosit bervariasi di antara eritrosit yang berukuran normal.
(Harvey dan Mayer, 1998). Keadaan anisositosis pada kasus ini dikarenakan
D
C
Gambar. Pemeriksaan apus darah. Monosit (A) ; Limfosit (B) ; Tear drop (C) ;
Anisocytosis (D) ; Eosinofil (E) ; Heterofil (F) ; Retikulosit (G)
Sumber. (Dokumentasi pribadi)
kesatuan dari sel darah putih yang terdiri dari dua kelompok yaitu granulosit yang
terdiri atas heterofil, eusinofil, dan basophil, dan kelompok agranulosit yang
terdiri dari limfosit dan monosit (Cahyaningsih dkk., 2007). Tingkat kenaikan dan
humoral dan seluler dalam melawan agen patogen penyebab penyakit dalam
antara lain kondisi lingkungan, umur dan kandungan nutrisi pakan. Diantara
faktor-faktor tersebut, faktor nutrisi (protein) memiliki peran yang sangat penting
melebihi batas total nilai maksimal, kasus leukositosis terlihat adanya lesi
keradangan yang berjalan akut maupun kronis. Pada pemeriksaan ayam buras
infeksi local maupun infeksi sistemik yang disebabkan oleh adanya berbagai agen
granulosit dan berada pada garis depan (first line) yang berfungsi sebagai
(lisozom, enzim proteolitik dan protein kationik) dan oksigen dependen. He et al.
(2005) dan Redmond et al. (2011) melaporkan bahwa heterofil mengandung zat
stress pada ternak, genetik dan kecukupan nutrien pakan (Puvadolpirod and
Thaxton, 2000). Dalam kasus ini pada pemeriksaan ayam buras dengan nomor
protokol A – 04 mengalami peningkatan pada nilai heterofil (Heterofilia) yang
terjadi karena adanya kontak antara jaringan hospes dengan bakteri Pasteurella
memfagositosis 100 sel bakteri patogen dan menjadi sistem pengatur ketika terjadi
penyakit hemolitik, serta radang (Salsa dan Hariono. 2010). Dalam kasus ini pada
organ yang disebabkan oleh adannya agen penyakit yang menyerang ayam
tersebut.
sumsum tulang belakang yang berfungsi sebagai respon parasitik, peradangan dan
serta mampu menghasilkan enzim yang dapat menetralkan faktor radang. Dalam
mencegah masuknya infeksi pada tubuh, eosinofil bekerja dengan fungsi kimiawi
secara enzimatik. Hal ini sesuai pendapat Moyes and Schute (2008) serta Isroli
dkk. (2009) yang menyatakan bahwa eosinofil melakukan fungsi imun melawan
misalnya karena parasit dan alergi yang diakibatkan faktor lingkungan yang bising
dan berdebu (Dharmawan, 2002). Dalam kasus ini pada pemeriksaan ayam buras
caponis yang merupakan kutu penggigit dan penghisap, sehingga timbul reaksi
terjadi karena adanya infeksi agen bakteri yang masuk kedalam tubuh ayam
tersebut. Karena limfosit merupakan sel darah putih yang termasuk kedalam
jumlah limfosit yaitu cekaman panas atau lingkungan dan stress, karena cekaman
panas mengakibatkan berkurangnya bobot organ limfoid timus dan bursa fabrisius
yang berdampak pada penurunan jumlah limfosit. Dalam kasus ini pada
Bahan Pemeriksaan :
Darah dengan Antikoagulan Ethylendiaminetetraacetic Acid (EDTA), dan
preparat apusan darah dengan pewarnaan Giemsa.
C
E
D
Gambar. Pemeriksaan apus darah. Monosit (A) ; Limfosit (B) ; Tear drop
(C) ; Anisocytosis (D) ; Eosinofil (E) ; Heterofil (F) ; Retikulosit (G)
Sumber. (Dokumentasi pribadi)
Referensi :
Weis, D.J. and Wardrop K.J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology, 6th Ed.
Blackwell Publishing : USA. Pp. 155,287,351,352
Kesimpulan :
eusonifilia.
Surabaya,