Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PATOLOGI KLINIK

KASUS & INTERPRETASI HASIL


KASUS 1

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Dita Wahyuning Tyas


Dien Ayu Utami
Paramitha Afi S.
Ovianti Dwi Antari
Arnes Widya Anggita
Renatha Caesar Aprilia
Faradina Kusumasdiyanti
Hendra Setyo Nugroho

125130101111028
125130107111022
135130100111026
135130100111027
135130101111010
135130101111057
135130107111031
135130107111032

KELOMPOK 1
KELAS C

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

Kasus 1
Seekor anjing Golden Retriever warna coklat, berumur 5 bulan, berat badan 6 kg.
Anjing mengalami diare profus sejak 3 hari terakhir, anoreksia, tremor, mukosa mata dan
mulut terlihat pucat dan ikterik.
Hasil pemeriksaan darah adalah sebagai berikut:
Indikator

Hasil

Hematologi
Hemoglobin

7 g/dl

Leukosit

3 x 103/l

Eritrosit

4 x 106/ l

Hematokrit/PCV

22 %

MCV

75 fl

MCH

23 pg

MCHC

30 %

Neutrofil relatif

25 %

Neutrofil absolut
Limfosit relatif

68 %

Limfosit absolut
Monosit relatif

4%

Monosit absolut
Eosinofil relatif

3%

Eosinofil absolut
Basofil relatif

Basofil absolut
LED

65 mm/jam

Kimia Darah
AST

55 IU/L

ALT

100 IU/L

Kreatinin

2 mg/dl

BUN

35 mg/dl

Glukosa

150 mg/dl

Fibrinogen

8 g/dl

Albumin

4,5 g/dl

TPP

6 g/dl

Instruksi:
-

Analisa perubahan masing-masing komponen darah diatas, beserta kemungkinan


penyebabnya !

Jelaskan analisa penyebab kasus diatas berdasarkan perubahan gambaran darah yang
ada!

Menurut Saudara apa diagnose tentative dari kasus diatas?

Pembahasan Kasus 1
Indikator

Hasil

Nilai Normal

Intepretasi

Diagnosa

Hemoglobin

7 g/dl

12-18 g/dl

Rendah

Anemia

Leukosit

3 x 103/l

6-17 x103/l

Rendah

Infeksi virus

Eritrosit

4 x 106/ l

5,5-8,5 x 106/ Rendah


l

Hemoragi

Hematokrit/PCV

22 %

35-55 %

Rendah

Anemia

MCV

75 fl

60-77 fl

Normal

Normocytic

MCH

23 pg

21.026.2 pg

Normal

Normochromic

MCHC

30 %

32-36%

Rendah

Anemia

Neutrofil

25 %

5885 % atau Rendah


2.912.0

3
10 /L

Netrophenia

Limfosit

68 %

821 % atau Tinggi


0.42.9

Limfositosis

Hematologi

103/L
Monosit

4%

210 % atau Normal


0.11.4
x
3
10 /L

Eosinofil

3%

09 % atau 0 Normal
1.3 x 103/L

Basofil

01 % atau 0 Normal
0.1 x 103/L

LED

65 mm/jam

5-25 mm/jam

Tinggi

Adanya
peradangan

AST

55 IU/L

1315 IU/L

Tinggi

Adanya
penyakit hati,
pankreatitis
akut, trauma,
anemia
hemolitik akut,
penyakit ginjal
akut

ALT

100 IU/L

10109 IU/L

Normal

Kreatinin

2 mg/dl

0.51.7 mg/dl

Tinggi

Penurunan
fungsi ginjal

BUN

35 mg/dl

727 mg/dL

Tinggi

Gangguan prerenal

Glukosa

150 mg/dl

76119 mg/dl

Tinggi

Gangguan
filtrasi
glomerulus

Fibrinogen

8 g/dl

0,15 - 0,3 g/dl

Tinggi

Penyumbatan
pembuluh
darah

Albumin

4,5 g/dl

2.53.6 g/dL

Tinggi

Dehidrasi

TPP

6 g/dl

5.17.8 g/dL

Normal

Kimia Darah

Interpretasi Hasil dan Diagnosa

Hemoglobin (rendah)

Nilai hemoglobin normal pada anjing yaitu 12-18 g/dl,sedangkan anjing pada kasus
ini menghasilkan nilai hemoglobin 7 g/dl. Interpretasi dari nilai hemoglobin yang rendah
yaitu ditandai dengan mukosa mata dan mulut terlihat pucat,maka kemungkinan anjing
tersebut menderita anemia, hemoragi, defisiensi zat besi
Menurunnya hemoglobin darah, mengakibatkan metabolisme energi didalam otot
terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar hemoglobin adalah : Kecukupan Besi dalam Tubuh dan Metabolisme Besi dalam
Tubuh (Guyton,1997).

Leukosit (rendah)

Nilai leukosit pada anjing yaitu 6-17 x103/l,sedangkan anjing pada kasus ini
menghasilkan nilai leukosit 3 x 103/l. Leukosit berfungsi sebagai agen tubuh yang melawan
infeksi. Pada hasil menunjukkan nilai leukosit rendah. Pada kasus diatas penurunan nilai
leukosit berkaitan dengan diare profus,yang kemungkinan akibat adanya infeksi/keracunan.
Penurunan nilai dapat mengindikasikan terjadinya:
-

infeksi virus
keracunan obat-obatan/bahan kimia
(Guyton,1997).

Eritrosit (rendah)

Nilai eritrosit pada anjing yaitu 5,5-8,5 x 106/ l, sedangkan anjing pada kasus ini
menghasilkan nilai eritrosit 4 x 106/ l. Dikenal sebagai sel darah merah diketahui
bertanggung jawab sebagai transport/pengangkut oxigen dan karbon dioksida ke seluruh
tubuh atau dari seluruh tubuh. Pada hasil menunjukkan nilai eritrosit rendah. Jika hasil
menunjukan terjadi penurunan sel darah merah maka hal tersebut dapat diindikasikan sebagai
anemia, hemoragi/hemorrhage, adanya parasit/parasites, penyakit sumsum tulang,
kekurangan B-12, defisiensi asam folat (DeNicola, 2006).

Hematokrit

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang
dimiliki oleh anjing. Pada kasus ini didapat nilai hematokrit 22% sedangkan nilai normanya
35-55%. Keadaan hematokrit rendah mengindikasi anemia dimana dapat disebabkan oleh
hemoragi pada penyakit hati atau ginjal. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit
adalah jenis kelamin; spesies; jumlah sel darah merah, dimana jumlah sel darah merah.
apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga
akan mengalami peningkatan; aktivitas dan keadaan patologis; serta ketinggian tempat juga
mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar
oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang,
oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi
sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak (DeNicola, 2006).

MCV

Pengukuran MCV digunakan untuk mengetahui ukuran dari sel darah merah. Hasil
yang diperoleh dapat berupa normocytic (ukuran normal), makrocytic (ukuran lebih besar) ,
dan mikrocytic (ukuran lebih kecil). Pada hasil lab pasien didapatka hasil MCV normal 75fl,
hal ini menunjukkan bahwa ukuran sel darah merah pasien normal/ normocytic ( 60-77 fl)
(DeNicola, 2008).

MCH

Uji ini digunakan untuk memperkirakan jumlah rata-rata hemoglobin pada sel darah
merah. Hemoglobin merupakan substansi dalam darah yang membawa oksigen menuju sel
tubuh dari paru-paru. Pada hasil uji, pasien didapat nilai MCH 23 pg dimana nilai normal
MCH berkisar 21,0-26,2 pg sehingga disimpulkan nilai MCH normal/normochromic
(DeNicola, 2008).

MCHC

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah Konsentrasi


Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gram hemoglobin per dL
eritrosit). Nilai untuk MCHC diperhitungkan dari nilai-nilai ; (a) hemoglobin (Hb), (b)
hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah (E). Kemudian nilai-nilai tersebut
dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, satuan persen (%)
Eritrosit/ sel darah merah berfungsi sebagai tranportasi hemoglobin dengan kata lain
juga mentranportasikan oksigen (O2), maka jumlah oksigen (O2) yang diterima oleh jaringan
bergantung kepada jumlah dan fungsi dari eritrosit/ sel darah merah dan Hemoglobin-nya.
Penetapan Indeks/ nilai rata-rata eritrosit ini digunakan untuk mendiagnosis jenis anemia
yang nantinya dapat dihubungkan dengan penyebab anemia tersebut. MCHC yang dibawah
normal menandakan terjadinya Anemia (DeNicola, 2008).

Neutrofil

Neutrofil merupakan sistem pertahan seluler yang utama dalam tubuh untuk melawan
bakteri dan jamur. Neutrofil juga membantu penyembuhan luka dan memakan sisa-sisa benda
asing. Pematangan neutrofil dalam sumsum tulang memerlukan waktu selama 2 minggu.
Setelah memasuki aliran darah, neutrofil mengikuti sirkulasi selama kurang lebih 6 jam,
mencari organisme penyebab infeksi dan benda asing lainnya (Bijanti, 2010).
Jika menemukannya, neutrofil akan pindah ke dalam jaringan, menempelkan dirinya
kepada benda asing tersebut dan menghasilkan bahan racun yang membunuh dan mencerna
benda asing tersebut. Reaksi ini bisa merusak jaringan sehat di daerah terjadinya infeksi.
Keseluruhan proses ini menghasilkan respon peradangan di daerah yang terinfeksi, yang
tampak sebagai kemerahan, pembengkakan dan panas (Kucer, 2008).
Nilai neutrofil absolut: 25 % x 3 x 10 = 750

Jika jumlah Neutrofil Absolut (neutrofil total) mencapai kurang dari 1.000
sel/mikroL, kemungkinan terjadinya infeksi sedikit meningkat; jika jumlahnya mencapai
kurang dari 500 sel/mikroL, resiko terjadinya infeksi akan sangat meningkat. Tanpa kunci
pertahanan neutrofil, hewan dapat mengalami kematian karena infeksi. Dengan demikian
dapat dilihat bahwa kemungkinan terjadinya infeksi sedikit meningkat (Kucer, 2008).

Limfosit

Jumlah normal limfosit pada anjing adalah 0,4-2,9 x 103/l. Kadar limfosit yang
meningkat di dalam darah dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 40008000/l disebut limfositosis. Perubahan proporsi dapat terjadi karena peningkatan sejati
dalam jumlah sel yang bersangkutan (peningkatan absolut) atau karena terjadi penurunan
jumlah salah satu jenis sel, sehingga sel-sel yang lain tampak seperti meningkat (peningkatan
relatif) (Kucer, 2008).
Limfosit Absolut =

= 3,4 x 103/L

Fungsi utama limfosit adalah sebagai agen fagosit yang bersifat terbatas (hanya dapat
memfagosit partikel yang bersifat mikro) serta berhubungan dengan pembentukan antibodi
humeral dan seluler. Limfositosis terjadi pada semua keadaan yang disertai dengan penurunan
dari jumlah neutrofil. Limfositosis secara fisiologis dapat terjadi pada anjing dan kucing
karena exitasi dan takut. Peningkatan jumlah limfosit sering terjadi pada beberapa penyakit
kronis dan limfositik leukemia (Kucer, 2008).

Monosit absolut

Nilai monosit absolut =

x 3.103 /l = 0,12 x 103 l.

Monosit berasal dari sumsum tulang yang masuk ke sirkulasi darah dan berubah
menjadi makrofag. Fungsi dari monosit sendiri adalah memfagosit partikel besar seperti fungi
dan protozoa serta membuang sel-sel mati. Nilai normal monosit adalah 2-10% atau 0.11.4 x
103/L, sedangkan dari hasil pemeriksaan diperoleh nilai monosit anjing 4%. Nilai ini masih
berada dalam batasan jumlah normal monosit absolut (Bijanti, 2010)
Hasil pemeriksaan menunjukkan nilai monosit absolut adalah normal. Jika terjadi
peningkatan monosit (monositosis) mengindikasikan peningkatan kebutuhan jaringan untuk
proses fagositosis sehingga produksi monosit juga bertambah. Jumlah monosit yang tinggi
umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri. Sedangkan, jumlah rendah monosit dalam
darah (monocytopenia) dapat terjadi sebagai respon terhadap pelepasan racun ke dalam darah
oleh beberapa jenis bakteri (endotoksemia), serta saat dilakukan kemoterapi (Bijanti, 2010)

Eosinofil
Nilai Basofil relatif =

x 3.103 /l = 0/l

Dari hasil pemeriksaan, diperoleh eosinofil anjing sebesar 3%. Sedangkan nilai
normal eosinofil pada anjing yakni 09 % atau 01.3 x 103/L. Eosinofil biasanya terlibat
dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit dengan hasil pemeriksaan jumlah eosinofil yang
meningkat (eosinofilia). Pada hasil pemeriksaan kimia darah diperoleh jumlah eosinofil
adalah normal, kemungkinan penyakit yang terjadi bukan disebabkan oleh parasit (Bijanti,
2010).

Basofil Relatif

Didapatkan nilai basofil 0, yang berarti basofil dalam keadaan normal dan tidak
terjadi reaksi alergi dalam tubuh anjing. Basofil merupakan leukosit bergranula besar, jika
dilakukan pewarnaan akan terwarnai biru tua yang mengisi sitoplasma dan mengaburkan
nucleus. Granula berisi sejumlah besar heparin dan histamine. Jumlah basofil normal adalah
0,5% dari jumlah leukosit total di dalam tubuh. Kenaikan terjadi pada penderita leukemia
mielogenik kronis, colitis ulserative, artritis rematoid, juvenilis, defisiensi besi dan gagal
jantung kronis serta pasca terapi radiasi (Wahab, 2000). Nilai basofil didapatkan normal. Jika
nilai basofil naik (lebih dari nilai normal, >1 %) menyebabkan terjadinya basophilia dan jika
nilai basofil turun maka akan menyebabkan basophenia (Bijanti, 2010).
LED
LED adalah tes untuk mengetahui adanya inflamasi dalam tubuh. Kadar normal pada
anjing adalah 5-25 mm/jam, sedangkan hasil pemeriksaan menunjukkan kadar LED 65
mm/jam yang menunjukkan adanya peningkatan nilai LED dalam tubuh (Saukkonen, 2006).
LED lebih tinggi dari normal : menunjukkan sedang terjadi proses peradangan atau
inflamasi dalam tubuh. Hal itu bisa menandakan infeksi umum akut (misal endocarditis),
penyakit inflamasi (misal peritonitis, perikarditis, dan pleuritis), rheumatoid arthritis,
pyometra kronis, hipoproteinemia, hypothyroidism, hyperadrenocorticism, penyakit
autoimun, infeksi parasit, kanker atau penyakit ginjal dan bisa juga menandakan anemia
(Saukkonen, 2006).

AST

AST mengalami peningkatan dari nilai normal. AST Terlalu Tinggi menandakan
adanya Cedera otot yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas transaminase serum, tapi
AST umumnya lebih tinggi dari ALT ketika keduanya mengalami peningkatan. terjadi di
kebanyakan sel tetapi dianggap diagnostik hati dan penyakit otot. Hal ini kurang spesifik dan
kurang sensitif terhadap kerusakan hati dibandingkan dengan ALT. Enzim lain yang
digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati termasuk gamma glutamyl transferase (GGT)
dan sorbitol dehidrogenase (SDH). ALT dan AST mungkin meningkat karena terjadi pasca
exercise, hemolisis, ataupun kemungkinan cedera otot (Saukkonen, 2006).

ALT

ALT menunjukkan nilai normal. ALT Normal menandakan bahwa tidak adanya
kerusakan hati - kerusakan subletal atau nekrosis pada hati. Selain itu, nilai ALT yang normal
menunjukkan tidak adanya jumlah sel yang telah rusak (Saukkonen, 2006).

Kreatinin

Hasil uji lab 2 mg/dl lebih tinggi dari nilai normal 0.51.7 mg/dl. Kreatinin serum
naik kemungkinan karena :
-

Diet daging yang telah dimasak (pemberian makanan yang dimasak dapat
meningkatkan kadar kreatinin < 1mg/dl)

Penurunan filtrasi glomerulus karena kasus pre-renal, renal atau post-renal

Dehidrasi akibat faktor berkurangnya filtrat ke tubulus ginjal

Metabolisme otot skelet meningkat akibat kerja otot yang tinggi sehingga
menyebabkan kadar kreatinin serum naik

Pre-renal azotemia ringan disebabkan oleh penurunan perfusi ginjal


(Siti, 2010).

BUN

Hasil uji lab 35 mg/dl lebih tinggi dari nilai normal 727 mg/dl. Kadar BUN naik
kemungkinan karena :
-

Diet mengandung protein tinggi (peningkatan dapat hingga 10-50 mg/dl)

Kasus pre-renal seperti perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan dapat


meningkatkan BUN karena peningkatan sintesis ureum yang berkaitan dengan intake
protein ekstra

Katabolisme jaringan tubuh meningkat karena demam, trauma otot, pemberian obat
kortikosteroid, pemberian antibiotik tetracycline
(Siti, 2010).

Glukosa

Hasil uji lab 150 mg/dl lebih tinggi dari nilai normal 76119 mg/dl. Kadar glukosa
darah naik kemungkinan karena :
-

Emosi (takut, eksitasi, dll), dalam kondisi ini dapat terjadi peningkatan epinefrin
sehingga mobilisasi glukosa meningkat lalu terjadi hiperglikemia

Diabetes Mellitus, dalam kondisi ini insulin terganggu sehingga penyimpanan


karbohidrat juga terganggu menyebabkan glukosa dalam plasma darah meningkat
karena tidak bisa masuk ke sel

Nekrosis pankreas akut atau kronis, dalam kondisi ini penghasil insulin rusak
sehingga dapat terjadi hiperglikemia

Tekanan intracranial yang meningkat pada penyakit tumor, ensefalitis, perdarahan


atau patah tulang dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia

Hiperadrenokortismus atau diabetes insipidus dapat menyebabkan terjadinya


hiperglikemia

Hiperpituitari dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Siti, 2010).

Albumin

Albumin adalah protein yang mengalir dalam darah. Karena dibuat oleh hati dan
dikeluarkan pada darah, albumin adalah tanda yang peka dan petunjuk yang baik terhadap
beratnya penyakit hati. Tingkat albumin dalam darah menunjukkan bahwa hati tidak
membuat albumin dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tingkat ini biasanya normal
pada penyakit hati yang kronis, sementara meningkat bila ada sirosis atau kerusakan berat
pada hati. Ada banyak protein lain yang dibuat oleh hati, namun albumin mudah diukur
(Sacher,2004).
Dari peningkatan albumin mengindikasikan bahwa anjing mengalami dehidrasi, demam
atau syok berkepanjangan yang dapat membuat albumin , globulin dan elektrolit darah hewan
peliharaan Anda tampak tinggi. Jika dilihat dari gejala klinis, anjing mengalami diare. Diare
dapat menjadisalah satu penyebab dehidrasi karena cairan tubuh ikut keluar bersama feses
(Sacher,2004).

Fibrinogen

Fibrinogen berlebihan bisa memengaruhi aliran darah sehingga kemampuan penyediaan


oksigen dalam darah bisa menurun. Darah akan menjadi kental dan alirannya menjadi lambat.
Fibrinogen, jika menyatu dengan trombosit, bisa mencetuskan formasi bekuan darah pada
pembuluh darah arteri. Selanjutnya, ia bisa berubah menjadi fibrin dan hasil akhirnya terjadi
pembekuan darah. Fibrinogen bersamaan dengan kolesterol LDL bisa pula membentuk
endapan aterosklerosis yang akhirnya menyumbat pembuluh darah arteri. Misalnya, pada
pembuluh darah koroner jantung. Stroke juga dimungkinkan terjadi terkait bekuan darah
arteri otak yang diakibatkan penurunan aliran darah ke otak. Atas dasar berbagai hal di atas,
sangat penting menurunkan kadar fibrinogen supaya risiko bekuan darah yang tidak normal
pada pembuluh darah arteri berkurang. Fibrinogen yang berlebihan dalam jangka panjang
bisa bertindak sebagai bahan aktif untuk terbentuknya pengapuran pembuluh darah. Atau,
lebih dikenal dengan istilah aterosklerosis. Jika itu terjadi pada pembuluh darah jantung, akan

timbul penyakit jantung koroner. Jika terjadi pada pembuluh darah otak, hal itu bisa
menyebabkan stroke (Sacher,2004).
Total Plasma Protein
Profil darah antara lain adalah protein plasma dan glukosa darah. Dalam plasma darah
terdapat 3 protein utama yakni albumin, globulin dan fibrinogen. Plasma protein hanya 2-3%
dari jumlah total protein dalam tubuh. Protein plasma disintesa di dalam hati, fungsi protein
plasma darah adalah membantu mengatur tekanan osmotik darah, menjaga tekanan darah
normal, dan membantu keseimbangan asam-basa. Protein plasma adalah protein yang
terkandung dalam plasma darah, biasanya terdiri dari fraksi albumin, globulin, dan fibrinogen
(Willard, 2012).
Kisaran nilai standar total protein plasma (TPP) yakni berkisar 4,5 sampai 5,5 gl/dL
Protein Plasma akan meningkat dalam darah ketika tubuh berusaha melawan infeksi melelui
sistem immunoglobulin. Dalam hasil uji kimia darah, total protein plasma didapatkan dalam
jumlah normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada respon tubuh dalam melawan inflamasi
dan tidak terjadi infeksi pada anjing (Willard, 2012).
Diagnosa Tentativ
Dari hasil hematologi yang telah dilakukan, diperoleh kadar hemoglobin yang turun,
diikuti dengan turunnya jumlah eritrosit dan PCV. Hal ini mengindikasikan terjadinya anemia
yang diakibatkan karena kadar hemoglobin dalam darah rendah. Lalu, terjadi peningkatan
nilai MHCH, sedangkan nilai MCV dan MCH dalam keadaan normal, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami anemia yang bersifat Normocytic Normochromic.
Anemia ini disebabkan karena terjadi defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Kemudian hasil
pemeriksaan terhadap leukosit diperoleh hasil leukosit rendah atau kurang dari nilai normal.
Penurunan nilai leukosit berkaitan dengan diare profus,yang kemungkinan akibat adanya
infeksi/keracunan Nilai neutrofil menurun yang mengindikasikan terjadinya
peradangan/inflamasi pada anjing tersebut. Hasil pemeriksaan hematologi terhadap leukosit
yang lainnya (limfosit, monosit, eosinofil dan basofil) juga menunjukkan adanya inflamasi
dan respon autoimun pada tubuh anjing tersebut.
Selain itu dilakukan juga pemeriksaan terhadap kimia darah untuk menunjang diagnosa.
Hasil dari pemeriksaan kimia darah antara lain terjadi peningkatan kadar AST, dimana AST
digunakan sebagai indikasi dari adanya gangguan pada hepar dan utamanya pada ginjal.
Sedangkan kadar ALT normal, hal ini menunjukkan hepar mengalami gangguan namun tidak
signifikan. Kadar BUN, Kreatinin, Fibrinogen, Glukosa dan Albumin meningkat.
Memperkuat pernyataan bahwa ginjal pasien mengalami kerusakan.
Berdasarkan gejala klinis yang tampak dan pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan, anjing tersebut didiagnosa mengalami Infectious Canine Hepatitis.
Infectious Canine Hepatitis

Defenisi

Infectious canine hepatitis adalah suatu penyakit oleh Adenovirus yang menyerang
hepar dan menyebabkan inflamasi pada hepar tersebut. Penyakit ini juga dikenal dengan
nama Adenovirus-1 infection (Murphy, 1990).

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh canine adenovirus tipe I (CAV-1) dari famili
Adenoviridae. Resistensi moderate dapat hidup beberapa hari sampai beberapa bulan
tergantung kelembapan dan temperature. Virus ini bisa rusak dengan pemanasan 60 celcius
(Murphy, 1990).

Morfologi

Morfologi dari adenohipovirus adalah dsDNA dengan capsid ikosahedral berdiameter


70-90 nm terdiri dari 252 kapsomer: 240 heksamer menempati permukaan dan tepi dari 20
segitiga sama sisi dari ikosahedral dan 12 pentamer menempati puncak titik. Banyak
adenovirus yang mengaglutinasi sel darah merah, hemaglutinasi terjadi bila ujung serabut
berikatan dengan reseptor yang pas pada permukaan eritrosit (Murphy, 1990).

Gejala Klinis

Penyakit ini biasanya menyerang anjing muda akan tetapi dapat juga menyerang
anjing dewasa. Masa inkubasi 4-7 hari dengan gejala klinis seperti demam (103-104
celcius.), depresi, letargi. Biasanya setelah 24 - 48 jam suhu tubuh akan turun kembali.
Berdasarkan keparahan gejala klinis dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu kasus
kronis (moderat), kasus akut, dan kasus perakut (Murphy, 1990).
Pada kasus kronis, kesembuhan terjadi setelah 1-2 hari, setelah 1-2 hari temperature
akan naik lagi dan diikuti dengan depresi, efusi abdominal, membran mukosa pucat,
anoreksia, tonsillitis, faringitis, limfoadenopati, polidipsi, dan poliuria.Kekeruhan kornea
mungkin terjadi setelah kesembuhan. Pada kasus akut, waktu pendarahan lama, koagulasi
tidak normal, batuk akibat bronchitis dan pneumonia, diare berdarah tanpa muntah, mungkin
ada gejala saraf. Distensi abdomen akibat acites. Beberapa kasus hepatomegali menyebabkan
terjadi koma kemudian mati karena shock. Selanjutnya pada kasus perakut ditandai dengan
mati mendadak 3-4 jam (Murphy, 1990).

Prognosa
Prognosa penyakit ini adalah infausta yang melibatkan multisistemik sistem (Murphy,

1990).

Diagnosa

Diagnosa klinis dapat dilihat dari gejala klinis, dengan ciri spesifik diare
berdarah. Diagnosa laboratories, terjadi penurunan jumlah neutrofil (neutropenia) dan
penurunan jumlah limfosit (limfopenia), terjadinya leukosistosis merupakan indikasi dari
respon kesembuhan. Trombositopenia, proses pembukuan darah abnormal (lebih lama), pada
kasus kronis sampai akut jumlah ALT meningkat (Murphy, 1990).
Uji serologis menunjukan peningkatan titer antibodi. Pemeriksaan histopat terlihat
benda inklusi intranuklear pada parenkim hati (Murphy, 1990).

Penularan

Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita melalui urin, cairan
yang dikeluarkan dari mata dan hidung (Murphy, 1990).

Differensial diagnosa
Differensial diagnosa dari penyakit ini adalah canine parvovirus (Murphy, 1990).

Terapi

Terapi dengan melakukan pemberian obat yang bersifat terapi simptomatis dan
suportif terapi. Perlu diketahui penyakit ini pengobatan tidak efektif dengan pemberian
antibiotik. Untuk pencegahannya vaksinasi sangat efektif (Murphy, 1990).

DAFTAR PUSTAKA

Bijanti, Retno. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner. Surabaya: Pusat Penerbitan Dan
Percetakan Unair.
DeNicola, D.B. 2006. Hematologic Evaluation of Dog and Cats II : Erythrocyte Morphology
:Clues to the Cause of Disease. IDEXX Laboratories, Inc. Maine

DeNicola, D.B. 2008. Comparison of Reticulocyte Counts to Mean Corpuscular Volume and
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration in Anemic Dogs. IDEXX Laboratories,
USA.
Guyton A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 7. EGC. Penerbit Buku
Kedokteran.Pp. 187-189.
Kucer, N., Venna M., Ivana K., Darko G., Mirna B., Jadranka F., Zdravko Z., and Renata B.
R. 2008. White Blood Cell Count and Neutrophil to Lymphocyte Ratio in
Uncomplicated an Complicated Canine Babesiosis Caused by Babesia Canis Canis.
Veterinarski Arhiv 78 (4), 321-330, 2008
Murphy FA dkk. 1990. Veterinary Virology. Academic Press.America.
Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. EGC. Jakarta.
Saukkonen J, et.all. 2006. An Official ATS Statement: Hepatotoxicity of Antituberculosis
Therapy. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine Vol. 174.
Siti Isrina dan Bambang Hariono. 2010. Patologi Klinik Veteriner : Kasus Patologi Klinis.
Samudra Biru. Yogyakarta.
Willard, 2012. Small Animal Clinical Diagnosis Laboratory Method. USA: Elsevier
Saunders.

Anda mungkin juga menyukai