Anda di halaman 1dari 22

DARAH

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Fisiologi Hewan dan Manusia
Yang dibina oleh Bapak Abdul Ghofur dan Ibu Nuning Wulandari

Oleh:
Kelompok 1
Aji Pramono
Annisa Marifatul Janah
Elsa Mega Suryani
Evi Setyowati
Nur Hidayatus Sholikah
Saiful Anwar
Silmy Aulia Rufiatin Nisa

(130342615342)
(130342615345)
(130342615336)
(130342615329)
(130342615304)
(130342615340)
(130342615312)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2014

A. TOPIK : darah
B. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan :
1. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih.
2. Menguji kecepatan pembekuan darah.
3. Menguji golongan darah
4. Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah.
C. DASAR TEORI
Darah merupakan cairan kental yang mengangkut sejumlah substansi
penting (oksigen, karbondioksida, nutrisi dari organ pencernaan, hormon, enzim
serta zat sampah dari seluruh sel tubuh) yang berperan dalam menjaga
homeostasis tubuh (Soewolo, 2003). Terdapat 3 macam sel darah yaitu: eritrosit
(berfungsi mengikat oksigen dan sedikit karbondioksida dalam darah), leukosit
(mempertahankan sistem imun) dan trombosit (berfungsi dalam pembekuan
darah). Didalam suatu laboratorium sel darah merah dapat dihitung menggunakan
suatu alat hemasitometer yang terdiri dari 2 pipet (pipet sel darah merah dan
pipet sel darah putih) dan satu keping kaca dengan kamar-kamar penghitung yang
sudah diketahui jumlahnya. Penghitungan sel darah merah dilakukan secara
langsung yaitu dengan mengencerkan darah dalam suatu cairan anti koagulan,
kemudian darah tersebut ditempatkan pada kaca penghitung hemasitometer, dan
menghitung jumlahnya dibawah mikroskop.
Leukosit, atau sel darah putih, adalah unit-unit yang dapat bergerak
(mobile) dalam sistem pertahanan tubuh. Fungsi leukosit yaitu:
(1) menahan invasi oleh patogen (mikroorganisme penyebab penyakit,
misalnya bakteri dan virus) melalui proses fagositosis.
(2) mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker yang muncul di
dalam tubuh.
(3) berfungsi sebagai petugas pembersih yang membersihkan sampah
tubuh dengan memfagosit sampah yang berasal dari sel yang mati atau cedera.
(4) penting dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan (Sherwood,
2010).
Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang dibagian tengah
dikedua sisinya mencengkung, seperti sebuah donat dengan bagian tengah
menggepeng bukan berlubang (eritrosit adalah lempeng bikonkaf dengan garis

tengah 8m, tepi luar tebalnya 2m dan bagian tengah bagiannya 1m). Setiap
milliliter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah)
yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta
per millimeter (mm3) (Sherwood, 2010).
1. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
Penghitungan

jumlah

leukosit

dilakukan

dengan

menggunakan

mikroskop, hemositometer dan reagensia larutan asam asetat 1%. Jumlah leukosit
per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir
15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4
tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih
tergantung pada usia. Waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase
khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
2. Menghitung Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
Penghitungan

jumlah

eritrosit

dilakukan

dengan

menggunakan

mikroskop, hemositometer dan reagensia larutan Hayem. Dalam larutan ini yang
tampak adalah eritrosit sedangkan leukosit mengalami lisis.
Langkah-langkah menghitung jumlah sel darah merah, antara lain:
1. Sampel darah dihisap dengan pipet eritrosit dari Thoma sampai tanda 0,5
dan diencerkan sampai tanda 101 menggunakan larutan Hayem sehingga
pengencerannya 200 kali (1:200). Darah dengan larutan Hayem dicampur
dengan menggerak-gerakkan pipet tegak lurus dengan sumbu pipet.
2. Setelah hemositometer dibersihkan, darah yang telah diencerkan dalam
pipet dibuang 4 tetes, kemudiandiisikan pada hemositometer dan ditutup
gelas penutup lalu dibiarkan 3 menit agar eritrosit mengendap.
3. Hemositometer yang sudah berisi darah diamati dibawah mikroskop,
dengan perbesaran lensa objektif 10sehingga garis batas kamar hitung
terlihat jelas. Setelahtampak jelas, lensa objektif diubah 40, dan
eritrositdihitung dalam 5 kotak bujur sangkar kecil yang beradadi tengah.
eritrosit/mL = eritrosit dalam 5 kotak kecil 1 Volume 5 kotak
pengenceran (Sugiharto, 2004).
Tenzer (1998) menyebutkan bahwa jumlah sel darah merah pada pria
adalah sekitar 5 juta mm3 dan pada wanita sekitar 4,5 juta per mm 3. Pearce (2009)

juga mengatakan bahwa jumlah sel darah merah dalam setiap mm 3 adalah antara
4,5 juta-5,5 juta dan rata-ratanya adalah 5 juta sel.
3. Menguji Pembekuan Darah
MenurutKartolo (1993), pembekuan darah adalah proses untuk mencegah
kehilangan darah dari badan melalui luka. Reaksi utama yang terjadi pada proses
pembekuan darah adalah perubahan fibrinogen (protein yang larut) menjadi fibrin
(protein yang tidak larut). Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dipengaruhi oleh
suatu enzim yang disebut trombin. Proses pengaktifan protrombin dipengaruhi
oleh ion kalsium (Ca++), faktor yang berasal dari jaringan yang luka, trombosit
yang pecah, komponen-komponen darah itu sendiri.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
intrinsik (contohnya fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-lain) dan
ekstrinsik darah (tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka,
permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulan
dan lain-lain). Permukaan kasar, suhu lingkungan panas, dan pengadukan
mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan
dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu
antikoagulan seperti EDTA, heparin, natriumsitrat / oxalate akan menghentikan
proses koagulasi (Siswanto,2008).

Proses koagulasi secara ringkas sebagai

berikut :

4. Menguji Golongan Darah


Golongan darah ABO didasarkan pada dua aglutinogen, yang disimbolkan
dengan huruf A dan B. Seseorang yang eritrositnya membuat aglutinogen A saja,
dimasukkan sebagai golongan darah A. Yang eritrositnya hanya membuat
aglutinogen B, dimasukkan dalam golongan darah B. Seseorang yang eritrositnya

membuat aglutinogen A dan B adalah golongan darah AB. Idividu yang


eritrositnya tidak membuat aglutinogen

adalah golongan darah O (Soewolo,

2003).
5. Memperkirakan Kadar Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (kependekan: Hb) merupakan molekul protein di dalam sel
darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbondioksida untuk diangkut
melalui sistem peredaran darah ke jaringan yang ada di dalam tubuh. Ion besi
dalam bentuk Fe2+ dalam hemoglobin memberikan warna merah pada darah.
Hemoglobin adalah protein yang kaya akanzatbesi. Memiliki daya afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa ke paru-paru ke jaringan.
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran- butiran darah
merah. Dalam keadaan normal 100 ml darah mengandung 15 gram hemoglobin
yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen(Endi, 2011).
Pengukuran hemoglobin menentukan jumlah hemoglobin dalam volume
tertentu dari darah, biasanya dinyatakan sebagai gram hemoglobin per 100 mL
darah. Jumlah yang normal hemoglobin untuk laki-laki adalah 14-18 g/100 ml
darah, dan bagi perempuan adalah 12-16 g/100 mL darah. Hemoglobin abnormal
atau rendah merupakan indikasi anemia, yang merupakan berkurangnya jumlah
sel darah merah per 100 mL darah atau berkurangnya jumlah hemoglobin dalam
setiap sel darah merah. (Seely, 2004).
Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah, dapat dilakukan
pengukuran hemoglobin tersebut dengan melakukan tes. Salah satu tes tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan metode tallquist, yaitu dengan cara
membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat
mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya
mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah =
100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala
warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di tengah-tengah ada bagian
yang sengaja dilubangi dimana darah dibandingkan dapat dilihat menjadi darah
dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan
antara 25-50% (Anonim, 2010).

Apabilakadar hemoglobin dalamdarah yang rendahdikenaldenganistilah


anemia. Anemia adalah kekurangan hemoglobin dalam darah. Hal ini dapat
disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah merah, penurunan jumlah
hemoglobin dalam setiap sel darah merah, atau keduanya. Penurunan hemoglobin
mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Seely, 2004).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Menghitung sel darah merah dan sel darah putih:
a.Hemasitometer
b.
Pipet sel darah merah
c.Pipet sel darah putih
d.
Larutan hayem untuk el darah merah
e.Asam asetat 1 % untuk sel darah putih
f. Mikroskop cahaya
g.
Blood lancet
h.
Alcohol 70 %
i. kapas
2. menguji kecepatan pembekuan darah
a.kaca benda
b.
stopwatch
c.jarum pentul
d.
blood lancet
3. menguji golongan darah
a.serum anti A
b.
serum anti B
c.kaca benda
d.
tusuk gigi
4. Memperkirakan kadar hemoglobin
a.Hb meter scale Tallquist
b.
Blood lancet
c.Alcohol 70 %
d.
Kapas bersih
e.Kain lab yang lembut
E. CARA KERJA
1. Menghitung sel darah putih
Menyiapkan alat dan baha yang diperlukan : kapas, alcohol,
asam asetat 1%, blood lancet, pipet sel darah putih, hemasitometer
yang sudah di pasang pada mikroskop.
Membersihkan salah satu dari 3 unjung jari tengah dengan
kapas yang dbasahi alcohol, kemudian mengayun-ayunkan tangan
supaya alkoholnya kering. Membersihkan blood lancet dengan
alcohol, lalu dikeringkan.

Mengatur panjang lancet sesuai yang dikehendaki (jangan


terlalu panjang / terlalu pendek), kemudian menempelkan ujungnya
pada jari dan dengan cepat pencet tombol blood lancet sehingga
lancet menusuk jari. Hapus tetes drah pertama yang keluar luka
dengan kapas bersih, membiarkan tetes darah membersihkan keluar
luka.
Menempelkan ujung pipet sel putih pada darah diujung jari,
kemudian menghisap darah kedalam pipet sampai batas 0,5 ml.
Memasukkan ujung pipet ke dalam asam asetat 1 %, dengan cepat
dan hati-hati kedalam pipet smpai batas tanda 11,0.
Dengan ujung pipet masing-masing pada ibu jari dan jari
kedua, kocok pipet dengan posisi horizontal selama 2-3 menit.
Kemudian buang 2-3 tetes darah dari dalam pipet.
2. Menghitung sel darah merah
Pipet yang digunakan adalah pipet sel darah
merah, dan larutan pengencernya adalah larutan
hayem.
Dengan

menggunakan

pipet

sel

darah

merah,isap darah ke dalam pipet dari ujung jari


sampai angka 0,5, segera encerkan dengan larutan
hayem sampai angka 101, kemudian kocok selama 23

menit.

Buang2-3

tetes

pertama

dengan

menghisapnya dengan kertashisap.


Memasang kaca penutup pada hemasitometer,
kemudian teteskan darah dari pipet ke batas antara
hemasitometer dan kaca penutup. Menjaga jangan
sampai tetesan darah terlalu banyak. Bila terjadi
demikian maka cepat hisap dengan krtas penghisap.

Memasang
mikroskop

dalam

hemasitometer

pada

posisi

dan

mendatar

meja
dengan

perbesaran 10 X fokusk bidang ke kotak penghitung


sel darah merah.
Menunggu

sampai

darah

dalam

bidang

pandang tenang (tidak ada aliran), kemudian lakukan


penghitungan sel darah merah pada 5 daerah
penghitungan sel darah merah dan catat hasilnya.

3. Menguji kecepatan pembekuan darah


Menyiapkan kaca benda bersih,membersihkan ujung jari
danlancet yang akan digunakan dengan alcohol 70%. Membiarkan
kering sendiri.
Menusukkan ujung jari dengan kapas, kemudan meneteskan
tetes darah berikutnya ke kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya
kedua darah kedua ini bergabung darah berikutnya ke kaca
benda.bersamaan dengan keluarnya darah kedua ini dari ujung jari,
memencet stopwatch.
Menggunakan jarum pentul untuk menusuk-nusuk darah
sampai benang-benang fibril muncul. Bersamaan munculnya benang
fibrin, menghentikan stopwatch. Waktu yang ditunjukkan merupakan
waktu pembekuan drah.
4. Menguji golongan darah
Menyiapkan kaca benda yang bersih, serum anti A, serum
anti B, tusuk gigi, lancet, alcohol 70 %, kapas.
Mengambil satu kaca benda, memberi tanda A di sebelah
kiri, dan B di sebelah kanan. Meneteskan serum anti A di sebelah
kiri, dan serum anti B disebelah kanan.

Membersihkan ujung jari dan lancet yang akan dipakai


dengan alcohol 70%. Tusuklah jari dengan lanset sampai keluar
darah. Menghapus tetes darah pertama dengan kapas, kemudian
tetesn berikutnya meneteskan pada serum anti A dan satu tetes pada
serum anti B.
Dengan cepat mengaduk darah yang telah diteteskan pada
serum tersebut dengan tusuk gigi (masing-masing menggunakan
tusuk gigi baru). Mengamati terjadinya penggumpalan darah
(aglutinasi).
5. Memperkirakan kada hemoglobin
Membersihkan ujung jari dan lanset yang akan dipakai
dengan alcohol 70 %. Menusuk jari dengan lanset sampai keluar
darah. Menghapus tetes pertama dengan kapas.
Mengambil kertas 1 lembar kertas filter dan mendekatkan
dengan jari. Menempelkan tetes darah.
Setelah

warna

mengkilat

darah

menghilang,

membandingkan dengan hemoglobin scala tallquist.


F. HASIL PENGAMATAN
1. Menghitung sel darah putih dan sel darah merah
Jumlah sel darah
No
1
2

Pengamatan
Sel darah
putih
Sel darah

18

31

21

31

25,25

110

130

106,4

102
87
103
merah
* No 2 merupakan data dari kelompok lain
2. Menguji kecepatan pembekuan darah
No
1
2

Rata-

Perlakuan
Tanpa Na Oksalat
Dengan Na Oksalat

Waktu
09.39
04.23

rata

3. Menguji golongan darah


No
1
2

Perlakuan
Serum A
Serum B

Waktu
Mengalami penggumpalan
Tidak terjadi penggumpalan

4. Memperkirakan kadar hemoglobin


No
Perlakuan
1
Kertas Filter
2
Hb scr tall quist
G. ANALISIS DATA
1
a

Perubahan
70
60% (9,4 gms actual anemia)

Menghitung sel darah putih dan sel darah merah


Sel darah putih
Pengenceran:
Volume darah (1ml) x asam asetat (10) ml = 10 ml
Volume darah:
2
2
Volume sel darah putih (1 mm ) x 4 daerah (4 mm ) x tinggi cairan dibawah
kaca penutup (1 mm) = 0,4 mm
Jumlah sel darah putih:

X1
= 18
X2
= 31
X3
= 21
X4
= 31
TOTAL = 101
X.10

= 4/10 mm
3

1mm
X

= 100X/4
= 25.101

X = 2525 butir / mm

Pada percobaan pertama, praktikan diminta untuk menghitung sel darah


putih yang ada pada bidang pandang sel darah putih pada hemasitometer.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah merah yang merupakan
akumulasi dari 4 bidang padang yakni 101 sel darah merah. Berdasarkan
penghitungan yang dilakukan dengan rumus menghitung leukosit, maka
didapatkan hasil bahwa jumlah sel darah putih subyek sebanyak 2525 sel pada
tiap milimeter kubik. Jumlah sel darah putih tersebut dirasa sangat kurang dan

tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada manusia dewasa
memiliki rentangan jumlah sel darah putih antara 5000-9000 sel per mm 3. Hal
ini dimungkinkan terjadinya kesalahan pada saat praktikum yang akan dibahas
pada pembahasan.
b

Sel darah merah


Jumlah sel darah merah = 532 x 2000 x 50
= 5.320.000 butir/mm
Pada percobaan yang kedua, yakni di mana praktikan diminta untuk

menghitung sel darah merah yang ada pada bidang pandang sel darah merah
pada hemasitometer. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh total sel darah
merah yang merupakan akumulasi dari 5 bidang padang yakni 532 sel darah
merah. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan rumus menghitung
eritrosit, maka didapatkan hasil bahwa jumlah sel darah merah subyek
sebanyak 5.320.000 sel pada tiap milimeter kubik.
2

Menguji kecepatan pembekuan darah


Pada percobaan kali ini kami menguji kecepatan pembekuan darah. Kami

membandingkan kecepatan pembekuan darah yang telah diberi anti koagulan dan
darah tanpa antikoagulan. Dari percobaan kami mendapatkan data bahwa darah
tanpa antikoagulan membeku setelah diaduk-aduk setelah 9 menit 39 detik,
sedangkan darah yang diberi antikoagulan beku setelah diaduk selama 4 menit 23
detik. Data tersebut tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa darah
yang tidak diberi antikoagulan lebih cepat membeku dibandingkan darah yang
diberi antikoagulan. Hal ini dimungkinkan terjadinya kesalahan pada saat
praktikum yang akan dibahas pada pembahasan.
3

Menentukan golongan darah

Pada praktikum ketiga, yaitu menguji golongan darah dilakukan dengan


mengambil sampel darah salah satu anggota kelompok yaitu Evi untuk diambil
darahnya. Kemudian darah diteteskan pada serum A dan serum B yang telah
disiapkan sebelumnya. Darah yang diteteskan pada serum A mengalami aglutinasi
atau penggumpalan sedangkan darah yang diteteskan pada serum B tidak
mengalami aglutinasi.
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:

Golongan

aglutinogen (antigen)
pada eritrosit

aglutinin (antibodi)
pada plasma darah

A
B
AB
O

A
B
A dan B
-

b
a
a dan b

1. Jika aglutinin a (anti A) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi


(penggumpalan)
2. Jika aglutinin b (anti B) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
a. Darah + anti A= aglutinasi terdapat aglutinogen A gol A
b. Darah + anti B= aglutinasi terdapat aglutinogen B gol B
(Priadi, 2009).
4

Menentukan kadar hemoglobin

Praktikum keempat yaitu memperkirakan kadar hemoglobin. Dalam


praktikum ini digunakan hemoglobinometer scale tallquist. Pada metode
tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala
warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna
merah tua.
Darah diteteskan pada kertas filter kemudian ditunggu hingga warna
mengkilat darah menghilang. Selanjutnya dibandingkan dengan warna standar
pada hemoglobinometer scale tallquist. Pada skala pertama, warna darah sama
dengan skala yang menunjukkan angka 70. Sedangkan pada skala yang kedua
warna darah sama dengan skala yang menunjukkan persentase 60% dan 9,4
gms. Pada skala, tertera pulabahwa pada angka tersebut berarti mengalami
actual anemia.
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, perhitungan sel darah merah dan sel darah putih
menggunakan hemacytometer. Haemacytometer merupakan alat yang didesain
khusus untuk menghitung sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan
untuk menghitung sel tipe lain yang berukuran mikroskopik. Haemacytometer
ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas gelas kaca mikroskop
dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan lekukan yang membentuk

kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang membentuk garis tegak
lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang yang ahli sehingga batas
area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.
Berupa lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel
dalam lapisan tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratanguratan terdiri darisegiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang
tersusun dalam baris dankolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar
di pusatnya dipisahkan lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah
lempeng lebih rendah daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan
parit dalam memisahkan bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi.
Lapisan penutupnya tebal sehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya
lapisan tipis suspensi seldengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang
terletak di atas segiempat-segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel
diperkirakan dengan menghitung sel dalam bujur-sangkar yang khas. Jenis
pengaturan dalam guratan tidak akan mempengaruhi penentuan. Yang penting
adalah penggunaan yang benar dari lempeng-lempeng penghitung (Michael,
1994).
Perngamatan yang pertama yaitu menghitung jumlah sel darah putih.
Perhitungan Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total
leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti
tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di
dalam sistem pertahanan tubuh. Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal,
leukosit kemudian diangkut dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Leukosit akan
ditanspor secarakhusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius
(Guyton 1997).
Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet
yang berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan
larutan asam asetat sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara
menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut
dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah
dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan

dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer (Nabib dan Pasaribu, 1989).


Dari analisis data didapatkan jumlah leukosit yang terhitung dari
keempat kotak besar sebanyak 101. Dengan menggunakan rumus yang ada,
perhitungan jumlah leukosit didapatkan 25 x 101 = 2525 butir/mm3. Darah dalam
sirkulasi mengandung sekitar 4000 sampai 11.000 sel darah putih per mikroliter.
Hasil menunjukkan bahwa jumlah sel darah tersebut tidak normal, dimana jumlah
sel darah putih normal pada manusia yaitu berkisar 5-10.000/L. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sonjaya (2013), yang menyatakan bahwa jumlah leukosit lebih
besar daripada jumlah eritrosit tetapi jumlahnya di dalam tubuh jauh lebih sedikit,
yaitu berkisar 5-10.000/L.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah putih adalah jenis
kelamin, dimana pria mempunyai jumlah sel darah merah lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah sel darah putih, aktivitas juga mempengaruhi jumlah
sel darah putih, meningkatnya jumlah sel darah putih umumnya merupakan
pertanda adanya infeksi, feukofenia atau berkurangnya jumlah total sel darah
putih dari yang normal biasanya lebih cenderung bersifat patologis. Sel darah
putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang melakukan fagositosis terhadap
virus dan kuman yang masuk.
Dari hasil tersebut, kandungan leukosit praktikan kemungkinan lebih rendah
dari normal. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang.
Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang
mampu melawan infeksi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa subjek kurang
memiliki daya antibody yang kuat. Perhitungan sel darah putih dapat mengalami
kesalahan akibat kekurangtelitian praktikan.
Pengamatan yang kedua yaitu menghitung jumlah sel darah merah. Eritrosit
yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah karena sel-sel
darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil sehingga
dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan
bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan
juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang
ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak
dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung

besi, berperan dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh
karena itu eritrosit sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh.
Dengan mengetahui keadaan eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga
keadaan organ tubuh seseorang (Kimball, 1990).
Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui
jumlah eritrosit pada manusia. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan
dengan alkohol 70%. Larutan alkohol 70% berwarna bening dan bersifat
disinfektan, yaitu mencegah timbulnya mikroorganisme yang tidak dibutuhkan.
Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak infeksi. Jari
yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri hal ini dikarenakan
pada jari tersebut memiliki saraf sedikit. Pada percobaan ini digunakan tangan kiri
karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis dibandingkan tangan kanan
sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan darah lebih cepat keluar. Jari
ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka
(merusak) pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Jarum yang
digunakan pada masing-masing probandus harus baru sehingga tidak terjadi
infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen.
Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini
dilakukan agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah
bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam
hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.
Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak
kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5
mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W
(kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi
16 kotak dengan sisi mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan
eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih
besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena
eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak
W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar
sehingga akan menyulitkan perhitungan.
Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira
7,8 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-

rata sel darah merah adalah 90 samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah
merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler (Guyton, 1997).
Eritrosit (sel darah merah) memiliki fungsi antara lain mentranspor oksigen
melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida melalui
pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah (Hidayati, 2005). Selsel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan
air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat (Guyton, 1997).
Hitung eritrosit atau red blood cell count (RBC) adalah menghitung
jumlah total eritrosit dalam darah. Nilai rujukan normal eritrosit adalah 4-5
juta/mm3. Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang bertugas
mengangkut oksigen. Hematokrit (Ht) adalah jumlah eritrosit dalam 100 ml
darah. Ketiga parameter di atas biasa digunakan untuk menegakkan adanya
anemia (Kimball, 1990).
Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet
yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah
Larutan Hayem sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara
menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut
dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat
dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan
dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer (Nabib dan Pasaribu, 1989).
Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlaheritrositnya. Selain itu, larutan
hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas
bentuknya. Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti
koagulan yang akan mencegah terjadinya aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5 gr
berfungsi untuk melisiskan leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati
eritrosit sja. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit
(Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin 40 % yang berfungsi untuk
mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan

Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat.


Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :
1

Isotonis pada eritrosit

Untuk pengencer eritrosit

Merintangi pembekuan

Memperjelas bentuk eritrosit

Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan


aglutinasi

( Syaifuddin,1997).

Dari praktikum didapatkan jumlah sel darah merah yang terhitung pada 5
kotak sebesar 532 sel. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus yang ada
3

didapatkan total sel darah merah sebesar 5.320.000 butir/mm . Hasil tersebut
menunjukkan bahwa jumlah eritrosit subjek normal. Menurut Soewolo (2003)
menyatakan bahwa konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal, setiap
perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan.
Nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju
produksi dan destruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira
3

5 juta eritrosit dalam setiap mm darah. Wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5
3

juta eritrosit dalam mm darah.


Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyata-kan
bahwa sel darah merah merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana
setiap milimeter kubik pada darah pria dewasa mengandung 5.200.000 mm3 sel
darah merah, sedangkan pada wanita yaitu 4.700.000 mm3 dimana jumlah sel
darah merah ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan juga mempertahankan
suhu tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit seseorang
terdiri atas: jenis kelamin, dimana jumlah eritrosit pada seorang perempuan lebih
sedikit dibandingkan laki-laki, hal ini terkait siklus menstruasi. Usia seseorang,
pembentukan eritrosit pada manusia akan dibentuk sampai pada usia 5 tahun pada
sumsum tulang panjang dan pada usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak lagi
menghasilkan. Ketinggian tempat, pada daerah yang tinggi, kadar oksigen dalam
udara berkurang. Untuk memenuhi keperluan oksigen dalam jaringan, produksi
eritrosit harus dipercepat.
Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui jika jumlah eritrosit subyek

adalah 5.320.000 butir/mm sesuai dengan jumlah eritrosit normal yaitu 4,2
3

5,5 juta sel/mm . Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah eritrosit pada laki
3

laki dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm dan 3,6 juta-5,6 juta sel/mm
wanita sehat.

Pengamatan selanjutnya adalah menguji kecepatan pembekuan darah


Platelets atau yang dikenal dengan trombosit merupakan sel darah yang tidak
memiliki nukleus. Platelets dihasilkan secara terus menerus di dalam sum-sum
tulang belakang oleh sel yang disebut megakariosit (McKinley,2012).
Megakariosit adalah sel-sel besar dengan diameter mencapai 80 m yang dapat
dipecah menjadi beberapa keping. Fragmentasi ini akibat dari beberapa invaginasi
membrane sel yang memecah sel besar menjadi bagian-bagian kecil. Bila bagian
bagian ini memisah, masing-masing adalah keeping darah baru. Keeping darah
hanya berumur pendek, kira-kira 10 hari sebab keeping darah dipergunakan dalam
pembekuan darah dan sangat mudah mengadakan aktivitas metabolik. Pembekuan
darah adalah bagian berguna dari respon homeostatic untuk mencegah kehilangan
darah dalam jumlah besar (Soewolo,2005).
Proses pembekuan darah diawali dari bagian pembuluh darah terluka
(sobek). Darah yang ada di dalam pembuluh darah akan bersentuhan dengan
serabut kolagen dalam dinding pembuluh darah. Lalu keping darah melekat pada
kolagen. Karena jumlah yang melekat semakin banyak menyebabkan daerah yang
sobek tersebut tertutupi oleh keping-keping darah. Trombin muncul dan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Adanya molekul fibrin dalam jumlah banyak
mennyatu membentuk benang yang kuat sehingga memperkuat penumpukan
keeping darah.
Berdasarkan hasil pengujian kecepatan pembekuan darah diperoleh waktu
9 menit 39 detik pada darah yang tidak diberi Natrium oksalat. Sedangkan pada
darah yang diberi Natrium oksalat memiliki waktu pembekuan yaitu 4 menit 32
detik. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa ketika darah
diberi Natrium oksalat maka proses pembekuan darah akan semakin lama
disebabkan adanya Natrium oksalat yang memperlambat proses pembekuan darah
yaitu pada proses perubahan protombin menjadi trombin. Pemberian garam
natrium oksalat atau natrium sitrat bertujuan mengendapkan ion Ca, sehingga
pengubahan protrombin menjadi trombin menjadi terhambat. Adanya perbedaan

data yang didapat dengan literatur dapat disebabkan karena kesalahan dalam
mengamati waktu terjadinya pembekuan darah.
Praktikum menguji golongan darah
Dari praktikum menguji golongan darah, didapatkan hasil bahwa darah
yang diteteskan pada serum A mengalami aglutinasi atau penggumpalan yang
berarti pada darah tersebut mengandung aglutinogen A sehingga terjadi
penggumpalan saat dicampurkan dengan aglutinin a atau serum A.Sedangkan
darah yang diteteskan pada serum B tidak mengalami aglutinasi karena darah
tersebut tidak mengandung aglutinogen B sehingga terjadi penggumpalan saat
dicampurkan dengan aglutinin b atau serum B. Hal ini menunjukkan golongan
darah tersebut adalah golongan darah A. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Kimball (1999).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila
darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan
berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan
orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi,
berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan
darah B atau O (Kimball, 1999).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka
darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang tersebut
bergolongan darah B atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan
darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a maupun b tidak
mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah O (Solomon, 1993).
Praktikum memperkirakan kadar hemoglobin
Praktikum keempat yaitu memperkirakan kadar hemoglobin menggunakan
hb-meter scale tallquist. Pada skala pertama, warna darah sama dengan skala yang
menunjukkan angka 70. Sedangkan pada skala yang kedua warna darah sama
dengan skala yang menunjukkan persentase 60% dan 9,4 gms. Pada skala, tertera
pula bahwa pada angka tersebut berarti mengalami actual anemia. Hal ini
menunjukkan bahwa pemilik darah ini mengalami anemia karena kadar
hemoglobin pada darahnya sekitar 9,4 gram dalam 100 ml darah.
Adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna
merah, karena hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit
(Mutschler, 1991).

Kandungan Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria dan 14 g/dL pada


wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit.Kekurangan kadar Hb dalam darah
dapat menyebabkan anemia (Ganong, 2001).
I. DISKUSI
Kesulitan yang diamati saat praktikum yaitu ketika mengamati
hemasitometer di mikroskop, perhitungan atau bagian perhitungan sel darah putih.
Pada awalnya kelompok kami mengalami kesulitan untuk memfokskan
pengamatan bidang perhitungan sel darah putih, akan tetapi pada akhirnya dapat
ditemukan bagian untuk perhitungan sel darah putih yang terbagi menjadi 4
daerah yaitu daerah 1, 2, 3 dan 4. Hal yang diperoleh dari praktikum kali ini
adalah dapat menghitung sel darah merah dan sel darah putih pada bidang
perhitungan. Mengetahui golongan darah seseorang dengan menggunakan serum
anti A dan serum anti B. Mengetahui kecepatan pembekuan darah, jika normal
berkisar 5-10 menit. Dapat mengetahui menguji kadar Hb dengan mencari
presentase pria yang anemia yang anemia dan wanita yang anemia dapat
dilakukan dengan membagi jumlah pria atau wanita yang anemia dengan jumlah
pria dan wanita dikelas ini kali 100 %. Hal yang tidak sesuai dengan teori pada
kelompok kami adalah hasil perhitungan menguji kecepatan pembekuan darah
dengan Na Oksalat dan tanpa Na oksalat. Seharusnya waktu yang diperoleh
dengan Na Oksalat lebih lama waktunya karena Na Oksalat berfungsi sebagai
antikoagulan. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin
yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan darah. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah
dengan menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Kesalah yang
terjadi disebabkan oleh kurang telitinya pengamatan waktu yang dilakukan.
J. KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum, didapatkan data bahwa sel darah merah
subyek sebesar 5.320.000 sel/mm3 dan sel darah putih subyek
sebesar 2525 sel sel/mm3. Jumlah sel darah merah normal, tetapi
jumlah sel darah putih di bawah normal. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya kesalahan dalam pengamatan.
2. Berdasarkan hasil pengujian kecepatan pembekuan darah diperoleh
waktu 9 menit 39 detik pada darah yang tidak diberi Natrium
oksalat dan pada darah yang diberi Natrium oksalat memiliki
waktu pembekuan yaitu 4 menit 32 detik. Hal ini berbeda dengan
literatur, dan dapat disebabkan karena adanya kesalahan dalam
proses pengamatan.

3.

Dari praktikum menguji golongan darah, didapatkan hasil bahwa


darah yang diuji adalah golongan A.

4.

Dari praktikum memperkirakan kadar Hb, didapatkan hasil bahwa


pemilik darah mengalami anemia dengan kadar Hb dalam
darahnya adalah 9,4 gram dalam 100 ml darah.

Daftar Rujukan
Anonim. 2010. Hemoglobin. (online). (http:/// wikipedia. Org.
wiki/Hemoglobin-html/). Di aksespadatanggal 11 November 2014.
Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik
dalam Tubuh.library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf.
Endi,

Adauchi. 2011. Praktikum Kadar Hemoglobin (online).


(http://www.scribd.com/doc/46845030/Praktikum-Kadar-Hemoglobin).
Diaksestanggal 11 November 2014.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.
Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran EGC
.Jakarta
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati
Setiawan(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.
Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi
FMIPA-ITS, Surabaya
Kartolo, Wulangi S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung:
Depdikbud
Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta
McKinley,Michael. Valerie Dean OLoughlin.2012.Human Anatomy. 3rd
edition. New York: McGraw Hill.
Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. IPB:
Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA XI. Yudhistira. Bogor.

Sadikin, M., 2001, Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta


Seely, Stephens and Tate. 2004. Essentials of Anatomy and Physiology 6th ed.
New York. Mc Graw Hill. Co
Sherwood, Lauralee. 2010. Fundamentals of Human Physiology 4th Edition.
USA: Yolanda Cossio
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Solomon, et. al. 1993. Biology. Savders-Collage Publishing: Fort wort.
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peter-nakan.
Universitas Hasanuddin, Makassar. Sugiharto. 2004. Pengaruh Infus
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap kadar
Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Tikus Putih yang Diberi Larutan Timbal
Nitral [(PbNO3)2]. Berk.Penel.Hayati.No. 10.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Tenzer, Amy. 1998. Struktur Hewan I. malang: Universitas Negeri Malang
FMIPA Jurusan Biologi

Anda mungkin juga menyukai