Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

DARAH DAN TEKANANNYA


---------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelaksanaan : Senin, 28 Oktober 2019


Dosen : Dra. Nur Kuswanti, M.Sc. St.
Erlix R. Purnama, M.Si.
Firas Khaleyla, S.Si., M.Si.

Kelompok : 6

Rifanissa Eka Pratiwi (17030204001)


Wimawantika Hapsari Nugraha (17030204020)
Dhea Maulidina Rohma (17030204078)
Faradillah Asri (17030204083)

Pendidikan Biologi Unggulan 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
1. JUDUL
Judul Praktikum ini adalah Darah dan Tekanannya.

2. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat untuk pemeriksaan tekanan
darah, Hb, dan denyut nadi.
2. Mahasiswa mampu menentukan tekanan darah, kadar Hb, serta denyut
nadi seseorang.
3. Mahasiswa mampu memperkirakan ada tidaknya penyakit tekanan
darah dan anemia.

3. DASAR TEORI
A. DARAH
Darah terdiri dari atas plasma darah serta sel-sel darah (Eritrosit,
Leukosit, dan Trombosit) (Sherwood, 2001). Darah terdiri dari beberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah dan bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan
darah yang disebut plasma darah (Pearce, 2014).
Fungsi darah menurut Depkes RI (1989) adalah sebagai berikut.
1) Transportasi
Darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel yang berada
di dalam tubuh dan akan digunakan untuk respirasi seluler/metabolisme
seluler. Karbondioksida yang diproduksi saat metabolisme dibawa kembali
ke paru paru oleh darah, kemudian kita hembuskan keluar saat bernapas.
Darah juga menyediakan sel-sel nutrisi, mentransport hormon-hormon,
dan membuang produk buangan.
2) Regulasi
Darah membantu menjaga tubuh dalam keseimbangan. Contohnya
darah membuat suhu tubuh terjaga. Hal ini dilakukan melalui plasma
darah yang bisa mengabsorbsi panas. Ketika pembuluh darah meluas,
darah mengalir lebih lambat dan hal ini menyebabkan panas hilang. Ketika
suhu lingkungan turun, pembuluh darah mengerut agar kehilangan panas
bisa ditekan.
3) Proteksi
Jika pembuluh darah rusak, maka trombosit bertindak sebagai
penyumbat dalam area yang terluka untuk mencegah kehilangan darah
lebih lanjut. Selain itu, sel darah putih dan senyawa messenger lainnya
memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.

B. KOMPONEN DARAH
Menurut Sherwood (2001), darah tersusun atas plasma darah dan
sel-sel darah.
1) Plasma Darah
Plasma darah merupakan cairan di dalam darah yang mengandung
ion (natrium, kalium, magnesium, klorida, dan bikarbonat), protein plasma
(albumin dan fibrinogen), dan air. Fungsi dari Ion dan protein plasma
adalah untuk menjaga keseimbangan osmotik (Silverthorn, 2009).
2) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel
yang terdapat dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut
hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan
mengangkut hemoglobin yang telah terikat karbondioksida untuk kembali
ke paru-paru (Guyton, 2007). Eritrosit merupakan suatu sel yang
kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein, pada bagian dalam
sel terjadi mekanisme untuk mempertahankan sel selama 120 hari masa
hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel tersebut
(Silverthorn, 2009). Pada laki-laki normal jumLah rata-rata sel darah
merah permilimeter kubik adalah 5.200.000 dan wanita 4.700.000.
Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan
tebal 2 μm, namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang
akan dilaluinya. Setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg
hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumLah eritrosit normal
sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dL
(Silverthorn, 2009).

Gambar 1. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Jika tubuh kekurangan sel darah merah, maka akan timbul penyakit
yang disebut anemia. Penderita anemia biasanya akan lebih cepat lelah
dari orang kebanyakan. Hal ini terjadi karena kurangnya suplai oksigen
untuk tubuh akibat berkurangnya sel darah merah sebagai pengangkut.
3) Sel Darah Putih (Leukosit)
Leukosit atau sel darah putih adalah sel darah yang memiliki
nukleus. Dalam darah manusia normal, ditemukan jumlah leukosit berkisar
antara 4500-10.000 sel/mm3 (Indriani, 2014). Sel darah putih/leukosit
berfungsi dalam menjaga kekebalan dan pertahanan tubuh. Leukosit
bertugas untuk menetralkan bakteri dan kuman yang masuk melalui aliran
darah atau dari luka yang terbuka. Leukosit bisa melakukan hal tersebut
karena mempunyai sifat amoeboid yang membuatnya dapat bergerak
bebas dan sifat fagositosis atau memangsa bakteri dan sel-sel yang telah
mati (Effendi, 2009).
Berdasarkan ada atau tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi 2
jenis, yaitu granulosit dan agranulosit. Saat leukosit yang memiliki granula
spesifik (granulosit) dalam keadaan hidup dilihat di bawah mikroskop
cahaya, maka akan terlihat bentuk nukleus yang bervariasi dan granula
yang terlihat berupa tetesan setengah cair dalam sitoplasmanya.
Sedangkan Leukosit yang tidak memiliki granula (agranulosit) memiliki
sitoplasma homogen dengan inti berbentuk bulat atau berbentuk ginjal.
Terdapat 3 jenis leukosit granulosit, yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil
serta 2 jenis leukosit agranuler, yaitu monosit dan limfosit (Effendi, 2009).

Gambar 2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Jika tubuh terkena sebuah penyakit maka sel darah putih akan
diproduksi oleh tubuh secara lebih cepat dan banyak, hal ini dimaksudkan
untuk mencegah agar penyakitnya tidak tambah parah. Tetapi jika tubuh
kelebihan leukosit, maka tubuh berada dalam kondisi yang disebut
leukositosis. Sebaliknya jika terkena penyakit seperti typhus yang
membunuh sel darah putih, maka tubuh berada dalam kondisi leukopenia
tau kekurangan sel darah putih.
4) Keping Darah (Trombosit)
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Kadar normal trombosit dalam tubuh manusia sekitar 150 –
450 x 103/μl. Dalam keadaan inaktif, trombosit memiliki bentuk seperti
cakram bikonveks dengan diameter 2 –4 μm. Trombosit dapat bertahan di
dalam tubuh selama 7-10 hari. Peran trombosit di dalam tubuh adalah
sebagai pembentukan sumbatan selama respon hemostatik normal
terhadap luka (Hoffbrand et al., 2005).
Keping darah atau yang biasa dikenal dengan nama trombosit
adalah komponen terakhir dalam sel-sel darah. Trombosit memiliki bentuk
yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari
eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah.

Gambar 3. Keping Darah (Trombosit)

C. HEMOGLOBIN
Hemoglobin (Hb) adalah suatu molekul yang terdiri dari gabungan
molekul heme dan protein globulin yang merupakan kandungan utama
dalam eritrosit dengan berat molekul 64.450 dalton (Prijanti, 1999).
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah
(Corwin, 2000). Molekul-molekul hemoglobin (Hb) terdiri dari dua pasang
rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung
sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang
sangat sempurna (Price, 1995). Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah. Kekurangan Hemoglobin
menyebabkan terjadinya anemia yang ditandai dengan gejala kelelahan,
sesak napas, pucat, dan pusing. Sedangkan Kelebihan Hemoglobin akan
menyebabkan terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19
gr/mL yang dapat mengakibatkan stroke.

Gambar 4. Hemoglobin dalam Eritrosit


Kadar hemoglobin normal akan berbeda pada setiap kelompok usia
(Wintrobe, 2009) dan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Kadar Hb pada setiap kelompok usia
NO KELOMPOK USIA KADAR Hb (gr/dL)
1. Bayi baru lahir 17-22 gram/dL
2. Umur 1 minggu 15-20 gram/dL
3. Umur 1 bulan 11-15 gram/dL
4. Anak anak 11-13 gram/dL
5. Lelaki dewasa 14-18 gram/dL
6. Perempuan dewasa 12-16 gram/dL
7. Lelaki tua 12.4-14.9 gram/dL
8. Perempuan tua 11.7-13.8 gram/dL

Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu menerima,


menyimpan, dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak ± 80%
besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Almatsier, 2001). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1989), fungsi Hb antara lain :
a) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
b) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
c) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dikeluarkan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR


HEMOGLOBIN
Menurut George (1999), beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar hemoglobin di antaranya yaitu :
1) Umur
Semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kadar
hemoglobinnya.
2) Jenis Kelamin
Pria memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan kadar
hemoglobin pada wanita. Hal ini bersangkutan terhadap kandungan
hormon pada pria maupun wanita (wanita mengalami menstruasi).
Kadar hemoglobin wanita lebih rendah karena faktor aktivitasnya yang
lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas pada pria.
3) Geografi (tinggi rendahnya suatu daerah)
Makhluk hidup yang tinggal di dataran tinggi, tubuhnya cenderung
lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan
suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar oksigen yang lebih rendah
dari pada di dataran rendah. Hemoglobin makhluk hidup yang tinggal
di pesisir cenderung hemoglobinnya lebih rendah sebab tubuh
memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal.
4) Nutrisi
Jika Makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi,
maka sel darah yang diproduksi akan meningkat sehingga hemoglobin
yang terdapat dalam darah meningkat.
5) Faktor Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah. Jika
kesehatan terjaga dengan baik maka kadar hemoglobin akan selalu
dalam keadaan normal.
6) Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi Hb, sehingga anemia karena
kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah
yang lebih kecil dan kandungan Hb yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrient essensial dalam memproduksi Hb yang berfungsi
mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,untuk dieksresikan
ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase.
7) Metabolisme Besi dalam Tubuh
Zat Besi berada di dalam sel-sel darah merah atau Hb (lebih dari 2,5
g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa, dan
sumsum tulang (>200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh,
yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan
bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom,
serta enzim heme dan non heme adalah bentuk besi fungsional dan
berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan
yaitu ferritin dan hemosiderin dibutuhkan untuk fungsi-fungsi
fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Metabolisme besi
dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan, dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

E. STIK (Hb METER)


Prinsip metode menggunakan stik (Hb
meter) yaitu analisis elektrokimia dimana
pendeteksian menggunakan pengukuran arus
listrik yang dihasilkan pada sebuah reaksi
elektrokimia. Reaksi elektrokimia ini didasari
dari reaksi redoks (reaksi reduksi-oksidasi)
yang terjadi pada senyawa yang terkandung
pada logam elektroda (strip), maka elektron
Gambar 5. Stik (Hb meter) yang terbentuk akan ditransfer dari analit (zat
yang akan diketahui) ke logam elektroda atau dari logam elektroda ke
analit. Reaksi redoks adalah reaksi pengikatan maupun pelepasan elektron,
unsur oksigen maupun bilangan oksidasi dengan arah elektron ditentukan
oleh sifat dari analit dan dikontrol oleh potensial listrik pada elektroda
(Ganong, 1995). Perubahan elektrokimia pada elektroda menyebabkan
magnet elektron memancarkan sinyal dan ditampilkan ke monitor dimana
hasil setara dengan kadar analit (zat yang ingin diketahui) (Belluzo, 2008).
Metode yang menggunakan strip kering ini mengandung campuran
yang terdiri dari surfaktan (untuk melisiskan sel darah merah dan
mengeluarkan hemoglobin). Potensial listrik pada alat yang diterapkan
yaitu 0.45 V –0.50 V. Metode ini berdasarkan mendeteksi arus listrik yang
dihasilkan oleh reaksi dari hemoglobin dan mediator elektron dalam
spesimen di bawah kondisi yang stabil (Dahlan, 2010).
Dalam strip kering terdapat 2 lapisan utama yang memiliki peran
penting, lapisan pertama mengandung reagent yang sensitif dengan
hemoglobin seperti kalium ferrysianida dan lapisan kedua mengandung
referensi elektroda seperti Ag (perak) untuk mengoptimalkan reaksi
(Wahed, 2015).

F. HAEMOMETER SAHLI
Pada metode Sahli,
hemoglobin dihidrolisis dengan
HCl menjadi globin Ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang
ada di udara dioksidasi menjadi
Ferriheme dan akan segera
bereaksi dengan ion Cl

Gambar 6. Haemometer Sahli membentuk Ferrihemechlorid


yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat (Dahlan,
2010). Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar
(hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna
standar dibuat konstan, sehingga yang diubah adalah warna hemin yang
terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Tingkat
subjektifitas pada metode ini sangat tinggi karena membandingkan warna
yang terbentuk dengan mata telanjang. Di samping faktor mata, faktor lain
misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi
hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang
belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan,
metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telah terlatih
maka hasilnya dapat diandalkan (Hoffbrand et al., 2005).
Berikut kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin
dengan metode Sahli menurut Wahed (2015) :
a) Tidak tepat pengambilan 20µl darah
b) Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena
tidak dibilas
c) Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca
d) Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang

G. TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi
saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan kisaran
normalnya dari 100/60 sampai 140/90 pada orang dewasa. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di
dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan
penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang
menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang
memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu
Palmer dan Williams (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur
dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Berikut merupakan tabel kategori dalam melihat tekanan darah.
Tabel 2. Kategori Tekanan Darah
TEKANAN DARAH
KATEGORI
SISTOLIK DIASTOLIK
Normal < 130 mmHg < 80 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Hipertensi
- Ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
- Sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
- Berat 180 - 209 mmHg 110 – 109 mmHg
- Sangat Berat >210 mmHg >120 mmHg

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN


DARAH
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisiologis dan
faktor patologis (Sustrani dkk, 2005). Faktor fisiologis ialah faktor yang
berkaitan langsung terhadap kondisi jantung sedangkan faktor patologis
adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi tubuh secara fisik.
Menurut Smith (2002), Faktor fisiologis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya yaitu :
a) Kelenturan dinding arteri
b) Volume darah
Semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah.
c) Kekuatan gerak jantung
d) Viskositas darah
Semakin besar viskositas maka semakin besar pula resistensi terhadap
aliran.
e) Curah jantung
Semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat.
f) Kapasitas pembuluh darah
Semakin besar kapasitas pembuluh darah maka semakin tinggi tekanan
darah.
Miswar (2004) menyatakan bahwa Faktor patologis dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu :
a) Posisi tubuh
Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan akan
berusaha menstabilkan tekanan darah.
b) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih
cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik).
c) Temperatur
Temperatur dapat berkaitan dengan aktivitas. Suhu yang tinggi
diakibatkan karena aktivitas yang banyak sedangkan suhu yang rendah
dikarenakan aktivitas yang cenderung ringan.
d) Usia
Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah yang
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
e) Jenis kelamin
Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi
tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk
pembakaran. Sedangkan pria yang memiliki banyak aktivitas pun
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
f) Emosi
Emosi akan menaikkan tekanan darah karena pusat pengatur emosi
akan mengatur baroresepsor untuk menaikkan tekanan darah. Emosi
akan memicu kerja hormon adrenalin. Hormon adrenalin pria lebih
tinggi karena dipengaruhi oleh saraf parasimpatis.
g) Makanan
Makanan dapat menjadi pemicu tekanan darah yang tinggi, di
antaranya makanan yang mengandung garam (NaCl). Garam akan
mempengaruhi retensi Na+ dalam darah sehingga dapat menyebabkan
penumpukan Na+ dalam darah.
h) Hormon
Hormon renin yang terdapat dalam ginjal memiliki peranan untuk
merangsang pengeluaran angiotensin yang kemudian akan
mempengaruhi rangsangan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh
darah).
I. TENSIMETER AIR RAKSA
Tensimeter adalah alat
pengukuran tekanan darah sering juga
disebut Sphygmomanometer. Sphyg-
momanometer terdiri dari sebuah
pompa, sumbat udara yang dapat
diputar, kantong karet yang
terbungkus kain, dan pembaca
tekanan yang bisa berupa jarum mirip
Gambar 7. Tensimeter Air Raksa
jarum stopwatch atau air raksa.
Berikut adalah tempat dimana pengukuran tekanan darah pada
manusia (Sheps, 2005) yaitu :
1) Arteri brakial ialah arteri yang terletak di siku bagian dalam.
2) Arteri popliteal ialah arteri yang terletak di belakang lutut.
3) Arteri radial ialah arteri yang terletak pada pergelangan tangan yang
sejajar dengan ibu jari.
Kantong karet pada tensimeter yang membesar akan menekan
pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti
sementara. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar
sumbat udara. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua
hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan,
kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat
stetoskop. Saat terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang
ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik. Seiring
dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat
stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik (Ridjab,
2007).

J. DENYUT NADI
Denyut nadi adalah suatu gelombang bertekanan yang berjalan
sepanjang arteri sehingga dapat diraba jika darah dipompa keluar jantung
(Kasenda, Marunduh & Wungouw, 2014). Pada jantung manusia normal,
tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Semakin besar
metabolisme dalam suatu sorgan, maka semakin besar aliran darahnya.
Hal ini menyebabkan kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya
dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung
ke seluruh tubuh (Herru & Priatna, 2015).
Menurut Hermawan, Subiyono & Rahayu (2012), Kerja jantung
dapat dilihat dari denyut nadi yang merupakan rambatan dari denyut
jantung. Denyut tersebut dapat dihitung tiap menitnya dengan hitungan
repetisi (jumlah denyutan/menit) atau dengan denyut nadi maksimal
dikurangi umur.
Menurut Nursalam (2013), letak perabaan denyut nadi yang sering
dilakukan yaitu :
1) Arteri Radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai
secara rutin.
2) Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial dilipat siku
(fossa antekubital) yang biasanya digunakan untuk mengukur tekanan
darah.
3) Arteri Karotid
Terletak di leher bagian bawah lobus telinga, dimana terdapat arteri
karotid berjalan di antara trakea dan otot strenokleidomastoideus.

K. JENIS-JENIS DENYUT NADI


Menurut Aaronson & Ward (2007) terdapat tiga jenis denyut nadi
yaitu :
1) Denyut Nadi Basal, yaitu denyut nadi pada saat bangun tidur sebelum
melakukan aktivitas.
2) Denyut Nadi Istirahat, yaitu denyut nadi pada saat istirahat atau
sedang santai tanpa melakukan pekerjaan dan dalam kondisi rileks
tanpa emosi.
3) Denyut Nadi Latihan, yaitu denyut nadi ketika sedang melakukan
aktivitas kerja atau latihan.

L. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DENYUT NADI


Menurut Sandi (2016), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang yaitu :
1) Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Usia seseorang sangat berpengaruh
terhadap denyut nadi. Denyut nadi maksimum pada orang lanjut usia
sangat menurun (penurunan 50% dari usia remaja pada usia 80 tahun).
Hal ini disebabkan berkurangnya massa otot dan daya maksimum otot
yang dicapai sangat berkurang. Pada anak umur 5 tahun denyut nadi
istirahat antara 96-100 denyut permenit, pada usia 10 tahun mencapai
80-90 denyut permenit, dan pada saat dewasa mencapai 60-100 denyut
permenit (Sandi, 2013).
2) Jenis Kelamin
Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
laki-laki. Pada laki-laki dengan kerja 50%, rata-rata maksimal denyut
nadi kerja mencapai 128 denyut per menit sedangkan pada wanita 138
denyut per menit (Potter & Perry, 2010).
3) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan dengan perbandingan
yang berbanding lurus. Semakin tinggi berat badan seseorang, maka
semakin tinggi pula indeks massa tubuhnya, begitu sebaliknya semakin
rendah berat badan maka indeks massa tubuhnya semakin rendah.
Sehingga semakin tinggi indeks massa tubuhnya maka denyut nadi
istirahat semakin tinggi (Sandi, 2013).
4) Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat
badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin keras dan sering
otot jantung memompa, maka semakin tinggi tekanan yang dibebankan
pada arteri (Naesilla, Argarini & Mukono, 2016).
5) Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu
studi membahas bahwa merokok sebelum bekerja membuat denyut
nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per menit dibandingkan
dengan seseorang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Hal
tersebut dikarenakan, rokok dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada
pembuluh darah (Suwitno, 2015).

4. ALAT DAN BAHAN


1) Kadar Hb
a) Alat : Haemometer, Blood lancet, Pipet, Kantung plastik, Hb
meter
b) Bahan : Alkohol 70%, Kapas, Asam cuka glasial 0,3% atau HCl
0,1 M, Aquades, Strip Hb
2) Tekanan darah arteri
a) Alat : Tensimeter air raksa (manometer terbuka) dan stetoskop

5. CARA KERJA
a. Kadar Hb dengan Metode Sahli
- Isi tabung hemometer dengan asam cuka glasial sebanyak 2 ml.
- Biarkan lengan kiri atau kanan orang coba terjuntai ke bawah.
- Kalau jari masih terlihat pucat, pegang erat pergelangan tangan.
Pilih salah satu dari 3 jari tengah untuk ditusuk.
- Bersihkan bagian samping dari ujung jari dengan kapas yang
telah dibasahi alkohol, lalu keringkan dengan kapas kering.
- Jika blood lancet atau jarum penusuk sudah dalam keadaan
terbuka, bersihkan dengan alkohol, baik sebelum maupun sesudah
dipakai. Keringkan dengan kapas kering. Pakailah untuk menusuk
bagian samping dari ujung jari terpilih tadi sedalam 1,5-2 mm.
Darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas kering,
kemudian tekan pangkal jari agar darah terkumpul dan
menggelembung.
- Ujung pipa hemometer ditempelkan pada dasar gelembung udara
agar darah masuk dalam pipa sampai garis batas.
- Bersihkan ujung pipa dengan kapas yang digerakkan mengarah
ke ujung. Perhatikan darah dalam pipa jangan sampai berkurang.
- Masukkan darah dalam tabung hemometer yang telah diisi asam
cuka glasial, dengan cara meniup pangkal pipa.
- Aduk isi tabung dengan batang kaca selama 15 detik.
- Basahi bagian luar tabung hemometer dengan air kemudian
pasang pada alat hemometer. Tambahkan akuades sedikit demi
sedikit kedalam tabung sambil diaduk, sampai warna cairan
dalam tabung sama dengan warna kedua tabung di kanan kirinya.
- Lihatlah bagian dasar dari permukaan cairan itu mencapai angka
berapa pada tabung hemometer tersebut. Angka ini menunjukkan
kadar Hb dalam satuan g%.
- Pada akhir pemeriksaan buanglah kapas kapas yang telah dipakai
pada kantung plastic, cucilah semua peralatan dengan seksama,
kemudian keringkan. Periksalah kadar Hb dari para anggota
kelompok sdr, dan catat hasil ini pada sebuah tabel.

b. Kadar Hb dengan Metode Digital


- Siapkan stik dan strip Hb.
- Biarkan lengan kiri atau kanan orang coba terjuntai ke bawah.
- Kalau jari masih terlihat pucat, pegang erat pergelangan tangan.
Pilih salah satu dari 3 jari tengah untuk ditusuk.
- Bersihkan bagian samping dari ujung jari dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol, lalu keringkan dengan kapas kering.
- Jika blood lancet atau jarum penusuk sudah dalam keadaan
terbuka, bersihkan dengan alkohol, baik sebelum maupun sesudah
dipakai. Keringkan dengan kapas kering. Pakailah untuk menusuk
bagian samping dari ujung jari terpilih tadi sedalam 1,5-2 mm.
Darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas kering,
kemudian tekan pangkal jari agar darah terkumpul dan
menggelembung.
- Darah yang keluar dimasukkan ke strip Hb, kemudian strip Hb
dimasukkan ke dalam stik (Hb meter) dan hasilnya akan keluar.

c. Tekanan Darah Arteri


- Manusia coba disuruh berbaring atau duduk tenang, istirahat
sejenak.
- Pasang manset pada lengan atas kanan orang coba dengan pas,
tidak terlalu menekan. Perhatikan tanda lingkaran putih berpalang
atau tempat keluarnya selang udara, harus terletak pada
permukaan ventral lengan atas kanan di atas arteri brakhialis,
sedang tepi bawah manset sedikit di atas pelipatan siku
- Buka penutup cadangan air raksa, sebaliknya kecangkan
sambungan selang udara dan putar penutup udara di dekat pompa
karet.
- Tanyakan seberapa tinggi biasanya tekanan darah orang coba
kita. Jika ia belum pernah diukur, kita pompa sampai permukaan
air raksa mencapai angka 150.
- Pangkal stetoskop kita pasang pada muara lubang telinga kita
sedang ujungnya kita letakkan pada pelipatan siku di atas
a.brakhialis.
- Pompalah agar udara masuk kedalam manset, maka permukaan
air raksa dalam tabung tensimeter akan naik.
- Apakah sdr mendengar degup jantung? Kalau sudah, permukaan
air raksa boleh dinaikkan lagi sampai tidak terdengar degup
jantung. Kalau tidak, putar penutup udara sedikit agar udara
perlahan keluar, sambil kita amati penurunan permukaan air raksa
dan berapa kita mulai mendengar degup jantung pertama. Untuk
itu penurunan permukaan air raksa ini dibuat paling cepat satu
garis demi satu garis.
- Angka ketinggian air raksa saat kita mendengar degup jantung
pertama itu menunjukkan besarnya tekanan sistol. Setelah itu
penutup udara kita buka lebih banyak agar udara agak cepat
keluar, sampai angka sekitar 110, kemudian kita putar lagi agar
udara keluar perlahan. Kita dengarkan apakah masih terdengar
degup jantung, kalau tidak, maka kita masukkan udara lagi untuk
meninggikan air raksa. Kalau masih mendengar maka kita amati
penurunan permukaan air raksa sampai bunyi degup jantung
terakhir, kemudian penutup udara kita putar banyak agar udara
cepat keluar. Tinggi permukaan air raksa ini menunjukkan
tekanan diastol. Catatlah hasil pemeriksaan.
- Ingat keseluruhan prosedur pengukuran tekanan darah ini harus
berlangsung cepat, agar darah orang coba dapat mengalir normal
dan ia tidak merasa kesemutan.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum Darah

Tekanan Darah Nadi Hb


Nama Hemo
Strip
Praktikan Duduk Jalan Lari Duduk Jalan Lari Meter
(g/dL)
(g%)
Ary 100/60 100/80 110/80 102 120 128 9 15.2

Yuda 120/80 126/86 130/90 63 75 92 12 15.5


Nadya 100/60 116/70 122/72 93 110 123 12.7 16.2
Listya 100/60 110/68 120/70 70 85 93 14.2 13.4
Hayatin 110/80 125/82 136/86 50 63 74 9 13.4
Faradilla 123/78 144/92 150/121 47 78 87 9 13.9

Analisis :
Berdasarkan data hasil praktikum dapat dianalisis bahwa terjadi
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi setelah diberi perlakuan
duduk, jalan, dan lari. Praktikan keenam memiliki tekanan darah tertinggi
sedangkan praktikan pertama memiliki tekanan darah terendah
dibandingkan praktikan yang lain. Hal ini berbeda dengan dengan denyut
nadi, praktikan pertama memiliki frekuensi denyut nadi dibandingkan
praktikan lainnya.
Pada pengukuran kadar Hb dengan metode sahli dan digital
terdapat perbedaan. Pada metode sahli, praktikan keempat memiliki kadar
Hb tertinggi yaitu 14,2 g% sedangkan praktikan pertama, kelima, dan
keenam memiliki kadar Hb terendah yaitu 9 g% di antara praktikan yang
lainnya. Pada metode digital praktikan ketiga memiliki kadar Hb tertinggi
yaitu 16.2 g/dL sedangkan padapraktikan keempat dan kelima memiliki
kadar Hb terendah yaitu 13,4 g/dL di antara praktikan yang lain.
2) Pembahasan
Berdasarkan praktikum darah dan tekanannya pada beberapa
praktikan dihasilkan tekanan darah yang berbeda-beda yaitu mulai dari
perlakuan duduk,jalan, dan lari . pada perlakuan duduk beberapa praktikan
cenderung memiliki tekanan darah yang stabil yaitu dari yang tertinggi ke
terandah dengan nilai tekanan darah tertinggi saat kondisi duduk yaitu
123/78 dan tekanan darah terendah saat kondisi duduk adalah 100/60.
Selanjutnya dengan perlakuan praktikan yang jalan, hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan darah hingga mencapai 100/80- 144/90 kemudian
semakin meningkat pada perlakuan praktikan lari. Peningkatan tekanan
darah dari perlakuan duduk hingga lari dikarenakan adanya aktivitas fisik
yaitu gerak pada anggota badan, logikannya semakin banyak gerak suatu
makhluk hidup maka semakin banyak membutuhkan energi. Hal ini
berkaitan erat dengan peningkatan tekanan darah. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Miswar (2004) yang menyatakan bahwa hal yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah salah satunya aktivitas
fisik, aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih
cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik).
Pada praktikan faradilla memiliki tekanan darah yang paling tinggi
disegala perlakuan baik duduk,jalan, maupun lari dibandingkan dengan
praktikan lain. Hal ini dikarenakan oleh usia praktikan yang lebih tua
dibandingkan praktikan lain. Seperti halnya dijelaskan oleh Miswar (2004)
yaitu usia dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah. Semakin
bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah yang disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Selain itu juga hormon
dapat mempengaruhi tekanan darah.
Praktikan Yuda memiliki tekanan darah yang relatif tinggi juga
mulai dari perlakuan duduk hingga perlakuan lari. Hal ini pengaruh jenis
kelamin oleh praktikan. Pada jenis kelamin laki-laki tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan kecuali pengaruh lain yaitu usia,
hormon dan faktor internal lain, seperti pernyataan dari Miswar (2004)
bahwa wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi
tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk
pembakaran. Sedangkan pria yang memiliki banyak aktivitas pun
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
Pada praktikum ini mengukur tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter air raksa. Menggunakan tensimeter ini dikarenkan menurut
Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting
dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai
tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki
dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer dan
Williams (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan
milimeter air raksa (mmHg).
Pada praktikum perhitungan jumlah nadi selama 1 menit, praktikan
Ary memiliki jumlah nadi rata-rata terbanyak dibandingkan praktikan
yang lain sedangkan praktikan Hayatin memiliki jumlah nadi rata-rata
paling sedikit di antara praktikan lainnya. Menurut Aaronson & Ward
(2007), Denyut Nadi Istirahat, yaitu denyut nadi pada saat istirahat atau
sedang santai tanpa melakukan pekerjaan dan dalam kondisi rileks tanpa
emosi. Dalam kegiatan praktikum ini, denyut nadi istirahat ditunjukkan
pada saat jumlah nadi dalam kondisi duduk. Denyut Nadi Latihan, yaitu
denyut nadi ketika sedang melakukan aktivitas kerja atau latihan
(Aaronson & Ward, 2007). Dalam kegiatan praktikum ini adalah jumlah
nadi dalam kondisi jalan dan lari.
Tingginya jumlah nadi Ary disebabkan oleh jenis kelaminnya.
Dimana denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
laki-laki. Pada laki-laki dengan kerja 50%, rata-rata maksimal denyut nadi
kerja mencapai 128 denyut per menit sedangkan pada wanita 138 denyut
per menit (Potter & Perry, 2010). Karena praktikan Ary adalah seorang
wanita maka akan memiliki jumlah denyut nadi yang rata-rata lebih
banyak dibandingkan yang lainnya. Selain itu, Indeks Massa Tubuh (IMT)
praktikan Ary lebih tinggi dibanding lainnya karena praktikan Ary
memiliki postur tubuh yang tinggi dan berat badan yang cukup. Hal ini
berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Sandi (2013), yaitu
"Semakin tinggi berat badan seseorang, maka semakin tinggi pula indeks
massa tubuhnya, begitu sebaliknya semakin rendah berat badan maka
indeks massa tubuhnya semakin rendah. Sehingga semakin tinggi indeks
massa tubuhnya maka denyut nadi istirahat semakin tinggi"
Jumlah kadar Hb juga dihitung dalam praktikum ini, dimana
menggunakan 2 metode yang dilakukan yaitu dengan metode sahli dan
metode stik (Hb meter). Jumlah kadar Hb yang berhasil dihitung
menggunakan kedua metode tersebut memiliki perbedaan dengan kisaran
1-6 antara jumlah kadar Hb yang dihasilkan dengan metode Sahli dengan
metode Stik (Hb meter). Kadar Hb tertinggi dimiliki oleh Nadya dengan
kadar Hb sebesar 16,2 g/dL sedangkan kadar Hb terendah dimiliki oleh
Listya dan Hayatin dengan kadar Hb sebesar 13,4 g/dL. Perbedaan jumlah
nadi ini disebabkan oleh faktor umur. Dimana Nadya memiliki umur yang
lebih muda dibanding umur praktikan lainnya sehingga kadar hemoglobin
yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan praktikan yang lainnya. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh George (1999)
Semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kadar
hemoglobinnya. Selain faktor umur, menurut George (1999) terdapat
faktor lainnya yang mempengaruhi seperti nutrisi dan kondisi kesehatan
dimana antar anak yang berbeda sehingga akan mempengaruhi kadar Hb
masing-masing anak. Dari semua kadar Hb yang dimiliki oleh setiap
praktikan masih tergolong kadar Hb yang normal, hal tersebut sesuai
dengan kadar hemoglobin normal pada setiap kelompok usia yang
disampaikan Wintrobe (2009) yaitu pada wanita dewasa berkisar 12-16
g/dL sedangkan pada lelaki 14-18 g/dL.
Jawaban Soal :
Hemoglobin (Hb atau Hgb) adalah protein dalam sel darah merah
yang juga berisi zat besi. Darah berwarna merah karena adanya kandungan
protein hemoglobin. Fungsi Hb adalah mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh, terutama paru-paru. Kadar Hb yang normal bagi pria umumnya
sekitar 13,8 sampai 17,2 g/dL. Sedangkan untuk wanita adalah 12,1
sampai 15,1 g/dL, dan jika lebih dari itu, Anda dinyatakan memiliki
jumlah Hb tinggi. Jadi jumlah Hb setiap orang berbeda-beda dan banyak
faktor yang mempengaruhinya.
Menurut George (1999), beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar hemoglobin di antaranya yaitu :
1) Umur
Semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kadar
hemoglobinnya.
2) Jenis Kelamin
Pria memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan kadar
hemoglobin pada wanita. Hal ini bersangkutan terhadap kandungan
hormon pada pria maupun wanita (wanita mengalami menstruasi).
Kadar hemoglobin wanita lebih rendah karena faktor aktivitasnya yang
lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas pada pria.
3) Geografi (tinggi rendahnya suatu daerah)
Makhluk hidup yang tinggal di dataran tinggi, tubuhnya cenderung
lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan
suhu tubuh dan lebih aktif mengikat kadar oksigen yang lebih rendah
dari pada di dataran rendah. Hemoglobin makhluk hidup yang tinggal
di pesisir cenderung hemoglobinnya lebih rendah sebab tubuh
memproduksi sel darah merah dalam keadaan normal.
4) Nutrisi
Jika Makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi,
maka sel darah yang diproduksi akan meningkat sehingga hemoglobin
yang terdapat dalam darah meningkat.
5) Faktor Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah. Jika
kesehatan terjaga dengan baik maka kadar hemoglobin akan selalu
dalam keadaan normal.
6) Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi Hb, sehingga anemia karena
kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah
yang lebih kecil dan kandungan Hb yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrient essensial dalam memproduksi Hb yang berfungsi
mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,untuk dieksresikan
ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase.
7) Metabolisme Besi dalam Tubuh
Zat Besi berada di dalam sel-sel darah merah atau Hb (lebih dari 2,5
g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa, dan
sumsum tulang (>200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh,
yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan
bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom,
serta enzim heme dan non heme adalah bentuk besi fungsional dan
berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan
yaitu ferritin dan hemosiderindibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis
dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Metabolisme besi dalam tubuh
terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan,
dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
Selain metode sahli, pengukuran kadar Hemoglobin dilakukan
menggunakan pengukuran digital dengan stik (Hb meter) meneteskan
darah dalam tepi strip hemoglobin kemudian dimasukkan dalam Hb meter
dan akan terlihat berapa jumlah kadar Hemoglobin seseorang.
Saat terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang
ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai tekanan sistolik. Seiring
dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat
stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk
tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik (Ridjab,
2007). Sehingga tekanan sistolik merupakan tekanan darah tertinggi dari
jantung seseorang dalam memompa darah sedangkan tekanan diastolik
merupakan tekanan darah terendah dalam memompa darah oleh seorang
individu.
Tekanan darah antar seseorang dari berbagai usia berbeda karena
menurut Miswar (2004) menyatakan bahwa Faktor patologis dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya berupa usia dimana Semakin
bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah yang disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Sehingga tekanan darah
antar individu yang berusia sama cenderung memiliki tekanan darah yang
sama. Namun selain itu juga dipengaruhi Jenis kelamin, wanita cenderung
memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih
banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran. Sedangkan pria
yang memiliki banyak aktivitas pun cenderung memiliki tekanan darah
yang lebih tinggi. Sehingga tekanan darah seseorang yang berumur sama
setiap orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan besarnya tekanan
darah adalah faktor fisiologis dan faktor patologis. Faktor fisiologis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu : Kelenturan dinding
arteri, Volume darah dimana Semakin besar volume darah maka semakin
tinggi tekanan darah, Kekuatan gerak jantung, Viskositas darah dimana
Semakin besar viskositas maka semakin besar pula resistensi terhadap
aliran, Curah jantung dimana Semakin tinggi curah jantung maka tekanan
darah meningkat, Kapasitas pembuluh darah dimana Semakin besar
kapasitas pembuluh darah maka semakin tinggi tekanan darah. Sedangkan
Faktor patologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu :
Posisi tubuh, Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan
akan berusaha menstabilkan tekanan darah; Aktivitas fisik, Aktivitas fisik
membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai
O2 dan nutrisi (tekanan darah naik); Temperatur, dapat berkaitan dengan
aktivitas; Suhu, suhu yang tinggi diakibatkan karena aktivitas yang banyak
sedangkan suhu yang rendah dikarenakan aktivitas yang cenderung ringan;
Usia dimana Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan
darah yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Jenis kelamin, Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena
komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih
untuk pembakaran. Sedangkan pria yang memiliki banyak aktivitas pun
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi; Emosi, Makanan
dapat menjadi pemicu tekanan darah yang tinggi, di antaranya makanan
yang mengandung garam (NaCl). Garam akan mempengaruhi retensi Na+
dalam darah sehingga dapat menyebabkan penumpukan Na+ dalam darah.
dan hormon.
Menset harus dipasang di tengah dari lengan karena untuk akurasi
dalam perhitungan. Pengukuran dengan posisi lengan di atas posisi jantung
akan menghasilkan kesalahan pengukuran yaitu tekanan darah menjadi
lebih kecil dibanding dengan posisi lengan yang sejajar dengan jantung,
begitu juga bila posisi lengan di bawah jantung, maka akan menghasilkan
hasil pengukuran tekanan darah yang lebih tinggi daripada pengukuran
yang dilakukan dengan posisi lengan yang sejajar dengan jantung
(Marhaendra, 2016).
Bisa saja menset dipasang di tempat lain selain di lengan tengah,
namun akan menimbulkan ketidakakurasian dalam perhitungan tekanan.
Hal ini dikarenakan dalam melakukan pengukuran tekanan darah lengan
dan tensimeter harus sejajar dengan jantung. Hal ini dilakukan untuk
menghindari bias pengukuran. Pengukuran yang dilakukan sejajar dengan
jantung akan menghasilkan hasil pengukuran yang hampir menyamai
dengan tekanan darah pada jantung. Jadi dapat kita simpulkan walaupun
letak tensimeter berada di atas jantung, selama lengan berada sejajar
dengan jantung, pengukuran tekanan darah tetap dapat dilakukan
(Marhaendra, 2016).
Tidak ada macam tekanan darah lain selain sistolik dan diastolik.
Tekanan darah hanya 2 yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah
distolik.
Semua mahasiswa dari kelas PBU 2017 memiliki Rh Negatif.
Tidak ada mahasiswa PBU 2017 memiliki Rh positif.
Golongan darah seseorang pada umumnya tidak dapat berubah dan
ditentukan oleh ada tidaknya antigen sel darah merah pada sel darah merah
dan plasma darah.
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tekanan darah
seseorang meningkat seiring bertambahnya aktivitas yang dilakukan. Hal ini
berbanding lurus dengan frekuensi denyut nadinya. Praktikan keenam
memiliki tekanan darah yang tertinggi dibandingkan praktikan lainnya yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor usia, jenis
kelamin, dan aktivitas tubuh yang dapat diukur menggunakan tensimeter air
raksa.
Pengukuran kadar Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Sahli dan metode digital (stik Hb) yang menunjukkan perbedaan hasil secara
signifikan. Dengan menggunakan metode digital diperoleh hasil bahwa kadar
Hb seluruh praktikan yang diuji normal dengan tingkat keakuratan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P.I., & Ward, J.P.T. 2007. At glance sistem kardiovaskular Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Achadi. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss. 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi
4. Jakarta : Kedokteran EGC.
Belluzo MS, Ribone ME, Lagier CM. 2008. Assembling Amperometric
Biosensors for Clinical Diagnostics. Journal Facultad de Ciencas
Bioquimicas y Farmaceuticas Argentina. 8 (1) : 1366-1399.
Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Kedokteran EGC.
Dahlan S. M. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta :
Salemba Medika.
Depkes RI. 1989. Hematologi. Jakarta : Pusdiknes Depkes RI.
Efendi, Zukesti. 2009. Peran Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam
Tubuh. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Ganong, William F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta :
Kedokteran EGC.
George, Fried. 1999. Schaum's Outline of Theory and Problems og Biology.
Jakarta : Universitas Airlangga.
Guyton, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Hayens, B. 2003. Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Hermawan. L , Subiyono & Rahayu. 2012. Pengaruh Pemberian Asupan Cairan
(Air) Terhadap Profil Denyut Jantung Pada Aktivitas Aerobik. Journal of
Sport Sciences and Fitness. Vol 1, No 2.
Herru & Priatna, H. 2015. Penambahan Resistance Exercise Pada Senam
Aerobik Lebih Baik Terhadap Penurunan Denyut Nadi 2 Menit Setelah
Latihan Pada Remaja Putri Usia 17-21 Tahun. Journal fisioterapi. Vol 15,
No 1.
Indriani, Rachma. 2014. Presisi dan Akurasi Hasil Hitung Jumlah Leukosit
Metode Tabung dan Metode Thoma terhadap Hasil Hitung Alat Sysmex.
E-Journal Analis Kesehatan SAINS. Vol 3, No 1.
Kasenda, I., Marunduh, S & Wungouw, H. 2014. Perbandingan Denyut Nadi
antara Penduduk yang Tinggal Di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah.
Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol 2, No 2.
Marhaendra YA. 2016. Pengaruh letak tensimeter terhadap hasil pengukuran
tekanan darah. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Miswar. 2004. Faktor-faktor resiko Terjadinya Hipertensi Pada Esensial di
Kabupaten Klaten. Tesis. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana UGM.
Naesilla, Argarini, R & Mukono, I.S. 2016. Latihan Interval Intensitas Tinggi
Menurunkan Tekanan Darah Sistol Istirahat tetapi Tidak Menurunkan
Tekanan Darah Diastol dan Denyut Nadi Istirahat pada Dewasa Muda
Sehat Normotensif. Sport and Fitness Journal. Vol 4, No 1.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Palmer, A. dan Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Pearce, E. C. 2014. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Potter & Perry. 2010. Fudamental Keperawatan, Buku 2, Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika.
Price., Sylvia, A., Wilson., Lorraine, M. 1995. Hipertensi dalam Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. EGC. Jakarta : Kedokteran
EGC.
Prijanti, A.R. 1999. Penuntun Praktikum Mahasiswi Keperawatan. Jakarta:
Widya Medika.
Ridjab, D.A. 2007. Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol : 57. Nomor : 5.
Sandi, N. I. 2013. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Massa
Tubuh, dan Umur Terhadap Frekuensi Denyut Nadi Istirahat Siswa SMK
Negeri 5 Denpasar. Sport and Fitness Journal. Vol 1, No 1. Hal 38 –44.
Sandi, N. I. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi.
Journal Sport and Fitness. Vol 4, No 2.
Sheps, S. 2005. Mayo Clinic Hipertensi dan Mengatasi Tekanan darah Tinggi.
Jakarta : Duta Prima.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2009. Human physiology : an integrated approach.
San Francisco : Pearson/Benjamin-Cummings.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner &Suddarth. Jakarta : Kedokteran EGC.
Smith, T. 2002. Tekanan Darah Tinggi, Mengapa Terjadi, Bagaimana
Mengatasinya. Jakarta : Arcan.
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. 2005. Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Suwitno, A. 2015. Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Mahasiswa
Perokok dan Bukan Perokok di Fakultas Agama Islam UMY Semester 2.
Yogyakarta : UMY.
Wahed A, Dasgupta A. 2015. Hematology and Coagulation. USA : Elsevier. p32-
52
Wintrobe, M.M. 2009. Wintrobe’s Clinical Hematology. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
Zarianis. 2006. Esensial Anatomi dan Fisiologi Dalam Asuhan Maternitas.
Jakarta : Kedokteran EGC.
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1 Proses pengambilan darah yang
digunakan dalam praktikum
penentuan kadar Hb

2 Darah dihisap dengan alat


hemometer, praktikum penentuan
kadar Hb

3 Menyamakan warna pada sisi


kanan dan kiri alat haemometer
Sahli
4 Orang coba melakukan aktivitas
berjalan untuk menentukan
pengaruh aktivitas terhadap tekanan
darah.

5 Pen yang digunakan dalam


pengambilan darah

6 Pengukuran tekanan darah dengan


alat tensimeter dan stetoskop
7 Proses kenaikan dan penurunan air
raksa

Anda mungkin juga menyukai