Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PREPARAT APUS (SMEAR PREPARATION) DARI DARAH

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3

NAMA : ABD HAIR A. HUSAIN ( 2320191021 )

: KARMITA HAMZAH ( 2320191011 )

: DINA RAHMATIKA ( 2320191032)

: PUTRI REGITAKATILI (2320191004 )

: SRI TINSIA HUSAIN (2320191023 )

: JUNELAN NINGSIH PANDJU (2320191013 )

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2020

1
LEMBAR ASISTENSI

Laporan praktikum SITOHISTOTEKNOLOGI dengan judul PREPARAT APUS (SMEAR


PREPARATION) DARI DARAH yang disusun oleh :
Nama :KELOMPOK III

N HARI/TANGGAL PERBAIKAN PARAF


O

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sembari
mengangkat tangan, bermohon kiranya memberikan rahmat dan kasih karunia-Nya
serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan laporan praktikum ini. Dengan judul “Pemeriksaan apusan darah”
Laporan ini  disusun sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah
SITOHISTOTEKNOLOGI (P) ”.
Diharapkan pembuatan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca dan dapat dijadikan salah satu ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari
masih banyaknya kekurangan dari penulisan hasil laporan ini, kritik dan saran yang
membangun sangat membantu penulis untuk mengurangi segala kekurangan tersebut
kedepannya. Dengan kerendahan hati, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi pembaca. Amin.

Gorontalo, November 2020

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup, karena darah
mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem transportasi. Darah
mengedarkan sari-sari makanan, cairan endokrin mengikat oksigen dan CO 2.
Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk
plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat dalam arti
menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan
integritas. Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan menggunakan mikroskop
cahaya pada umumnya dibuat praparat sedian apusan.
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu
menjadi tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diwaetkan
untuk penelitian dan pemeriksaan. Sedian apus darah ini tidak saja untuk
mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk
menghitung perbandingan antar masing-masing jenis sel darah.
Selain itu dengan pembuatan apusan maka darah yang kita gunakan akan dapat
bertahan lebih lama dibandingkan apabila kita menggunakann preparat basah.
Karena darah mempunyai kemampuan cepat membeku apabila terkena udara
sehingga komponen-komponen darah menjadi rusak. Dengan pembuatan sediaan
apusan komponen darah mempunyai komponen darah akan dapat dipertahankan
mendekati keadaan awal saat masih segar. Hal ini disebabkan pada pembuatan
sediaan apus mengalami beberapa perlakuan. Hal-hal tersebut dapat diketahui

1
dengan melakukan praktikum mengenai pembuatan preparat apusan sel darah
manusia.

1.2 Tujuan

Mahasiswa terampil membuat apusan darah yang dapat memberi gambaran


mengenai bentuk-bentuk sel darah.

1.3 Manfaat

Memberikan infromasi mengenai pembuatan apusan darah yang dapat


memberi gambaran mengenai bentuk-bentuk sel darah.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
Adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen
yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Dalam keadaan fisiologik, darah
selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai
pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme
hemostatis. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah adalah komponen yang sangat penting bagi makhluk hidup, karena
mempunyai peran yang sangat banyak, terutama dalam pengangkutan zat-zat
yang penting bagi proses metabolisme tubuh. Jika darah mengalami gangguan,
maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula. Begitu banyak
fungsi darah sehingga darah merupakan cairan tubuh yang penting dan fungsinya
tidak dapat digantikan oleh anggota tubuh yang lain (Nurhayati. 2012).

2.2Sel Darah Manusia


Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit).

a. Sel Darah Merah


Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45%
darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang.
Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah
yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya
hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan
ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mula-mula. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah

1
cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah
mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbon dioksida. Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah
menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel
yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut
oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan
sekali.
Ciri-ciri sel darah merah :
1. Tidak berinti.
2. Mengandung Hb (hemoglobin), yaitu suatu protein yang mengandung
senyawa hemin dan Fe.
3. Hb mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2.
4. Pada laki-laki dewasa, dalam 1 mm3 darahnya terkandung 5 juta
eritrosit. Sedangkan pada wanita dewasa dalam 1 mm3 darahnya
terkandung 4 juta eritrosit. Kekurangan eritrosit, Hb, dan Fe akan
mengakibatkan anemia.
b. Sel Darah Putih
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk
setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang
bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan
infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki
granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut
agranulosit.

a. Granulosit
1) Neutrofil

1
Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung
granul-granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu
melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna
benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu
neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil
bersegmen (matur, matang).
Menurut Sloane (2003), neutrofil memiliki granula kecil berwarna
merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai
lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm samapai 12 µm.
2) Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua,
dan berdiameter 12 µm sampai 15 µm. Berfungsi sebagai fagositik
lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit
parasit, tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan. Selain
itu eosinofil juga membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan
berperan dalam respon alergi.
3) Basofil
Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 µm
sampai 15 µm. Basofil juga berperan dalam respon alergi. Sel ini
mengandung histamin.
b. Agranulosit
1) Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang
berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada
makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 µm,
20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat

1
sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan
basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat
digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang
berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi
(Efendi, 2003).
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan
tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke
kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan
pematangan.

Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana


benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa
meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan
kekebalan.

2) Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan
yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan
pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom
sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi berkembang dengan
baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi
inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh.
Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan

1
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya.
Untuk imunoglobulin dan komplemen (Efendi, 2003).

c. Sel Darah Pembeku (Trombosit)


Ketika kita mengalami luka pada permukaan tubuh, maka tubuh akan
mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya
pembuluh darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah
akan berhenti mengalir. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh,
komponen darah, yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni
bagian yang terluka dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan
menutupi luka. Di dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam
plasma darah yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang.
Fibrin ini akan membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga
mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah bisa membeku. Jumlah sel
darah pembeku ± 250 ribu sel/mm3 darah normal dan hanya dapat bertahan
hidup dengan usia 8-10 hari. Trombosit adalah bagian sel darah yang
berperan dalam pembekuan darah. Jika jaringan tubuh terluka, trombosit
pada permukaan akan pecah dam mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim
trombokinase akan mengubah protobin menjadi trombin dengan bantuan ion
Ca2+. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen
(protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein
yang tidak dapat larut dalam plasma darah). Pembentukkan benang-benang
fibrin menyebabkan luka akan tertutup. Tubuh mengatur banyaknya sel
darah putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan
darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika
kita mengalami infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah
putih untuk memeranginya (Inong. 2016).

2.3 Sediaan Apus Darah

1
Sediaan apus darah adalah sarana yang digunakan untuk menilai berbagaii unsure
sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit dan trombosit, dan dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti malaria, microfilaria dll.Untuk
melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat
sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk
mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan
jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini
menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear)
yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput
(film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda
yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup
dengan gelas penutup. Film darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai
macam metode termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan
Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini
banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel
sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal
Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan protozoa. Hasil pewarnaan
dengan giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna
merah muda, nukleolus lekosit berwarna ungu keniru-biruan, sitoplasma lekosit
berwarna sangat ungu muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua,
granula dari lekosit netrofil dan lekosit basofil berwarna ungu (Nurhayati. 2012).

2.4 Penyakit Sel Darah

1. Anemia
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak
dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit
tersebut dapat disebabkan dari pendarahan hebat, seperti akibat kecelakaan,
berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan meningkatnya penghancuran

1
sel darah merah. Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal
ini disebabkan karena setiap satu bulan sekali perempuan mengalami
pendarahan yang lumayan banyak yaitu saat menstruasi. Anemia dapat
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa
melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi
darah. Salah satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya bayam, atau bisa juga
dengan mengonsumsi suplemen penambah darah. (Satri Efendi.2014)
2. Leukemia
Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali. Leukemia terjadi jika
proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih dalam sumsum
tulang menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Pengobatan yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan kemoterapi, kemoterapi berguna untuk
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain kemoterapi, penderita
leukimia bisa juga melakukan transplantasi sumsum tulang, namun
transplantasi sumsum tulang adalah proses yang cukup rumit karena
memerlukan pendonor sumsum tulang dengan tingkat kecocokan yang cukup
tinggi. (Satri Efendi.2014)
3. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya dapat
diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat
menghentikan pendarahan akibat luka karena darahnya sukar membeku.
Untuk pengobatan penderita hemofilia sepertinya agak sulit dilakukan, karena
penyakit ini adalah penyakit keturunan. Pada pendarahan yang cukup serius,
misalnya saja mengalami kecelakaan, maka penderita hemofilia bisa saja
mengalami kematian karena darahnya sukar membeku. Sebaiknya para
penderita hemofilia berhati-hati dengan benda-benda tajam ataupun sesuatu
yang bisa menyebabkan mereka mengeluarkan darah. Hemofilia hanya

1
diderita oleh kaum laki-laki, tetapi gen ini dibawa oleh perempuan. (Satri
Efendi.2014)
4. Polisitemia
Polisitemia di tandai dgn meningkatnya eritrosit melebihi normal,sehingga
darah menjadi kental.menaikan viskonsitas, dan menurunkan kecepatan aliran
darah (Wildan Archibald.2012)

5. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)


Hipertensi terjadi jika sistol darah lebih tinggi dari 120 mmHg dan tekanan
diastolnya lebih tinggi dari 80 mmHg. Pada hipertensi otot jantung bekerja
lebih keras yg akhir nya membesar khususnya bilik kiri dan dapat
mengakibatkan gagal jantung,pendarahan otak (stroke),pecahnya pembuluh
kapiler jantung dan pecah nya pembuluh darah retina (Wildan
Archibald.2012).
6. Tekanan Darah Rendah (hipotensi)
Hipotensi terjadi jika sistol darah kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastol
kurang dari 80 mmHg. Penderita hipotensi dapat mengalami pingsan (Wildan
Archibald.2012).
7. Varises
Varises merupakan pelebaran/pembesaran vena akibat tidak lancar nya aliran
darah menuju jantung,akibat nya darah terkumpul di vena (Wildan
Archibald.2012).
8. Atherosklerosis dan Arteriosklerosis
Atherosklerosis  merupakan penimbunan lemak pada arteri sedangkan
arteriosklerosis adalah penimbunan zat kapur/kalsium di dinding arteri
sehingga mengeras (Wildan Archibald.2012).

1
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pipet
tetes, objek gelas, deck glass, blood lancet, mikroskop, lampu bunsent.

3.2 Bahan

Adapun bahan yang doigunakan pada praktikum kali ini yaitu darah, methilen
blue, my-grundwald, giemsa, pappenhem, alkohol 70%, kapas.

3.3 Prosedur Kerja

a. Pembuatan Apusan
1) Mengambil darah pada homo biasanya dari jari tangan 2, 3, atau 4,
sebaiknya jagan jari nomor 1 dan 5. Adapun caranya paling sedikit alat-
alat penusuk haruslah telah disterilkan dengan mendidihkan selama
minimal 15 menit dan sebelum dipakai gosoklah dengan alkohol 70%
tempat yang akan ditusukpun harus digosok alkohol. Penusukan
sebaikknya darahnya secukupnya hingga darah menetes.
2) Tetes pertama darah dihapus dengan menggunakan tissu. Kemudian tetes
berikutnya diteteskan diatas objek glass.
3) Meletakkan deck glass pada sisi muka tetes darah tersebut, lalu menarik
kebelakang sedikit sampai kira-kira ditengah lingkaran darah, supaya
timbul kapiler yang menyebabkan darah dengan sendirinya merata ke
kiri dan ke kanan.
4) Mendorong deck glass dengan kekuatan dan kecepatan yang sama rata
supaya mendapatkan film darah yang tipis sama rata. Arah mendorong
itu menentukan hasil apusan disamping bersih dan beban lemaknya objek
glass serta kekuatan dan kecepatan mendorong dan sudut antara benda
tadi.

1
5) Mengeringkan diudara dan memfixir dengan methyl alkohol 3-5 menit
bilamana akan diwarnai degan giemsa.
b. Metode giemsa
1) Sediaan apusan yang telah dikeringkan diudara, difixir delu dengan
methyl alkohol selama 3-5 menit atau alkohol absolut 30 menit atau
alkohol eter 30 menit.
2) Mewarnai sediaan apusan dengan zat warna yang diencerkan 3% tersebut
diatas itu selama 30-40 menit
3) Memeriksa dibawah mikroskop lalu menggambar bagian sel darah putih
yang terlihat.
c. Metode methylen blue
1) Meneteskan methylen blue dan dibiarkan selama 10 menit.
2) Dengan menggunakan pembakar spritus, menghangatkan objek glass
pada permukaan yang tidak ada apusan darahnya hingga menguap, jangan
sampai kering
3) Mencuci apusan darah dengan merendamnya dalam aquadest selama
kurang lebih 2 menit, kemudian keringkan diudara.
4) Mengamati dibawah mikroskop lalu dilakukan penutup.

1
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Gambar Keterangan


1.
1

Pembesaran 100x menggunakan


oil emersi
Keterangan:
2 1. Monosit
2. Neutrofil

Pewarnaan Methylen Blue


2.
1 Pembesaran 100x menggunakan
oil emersi
Keterangan:
2
1. Neutrofil
2. Eosinofil
3
3. Monosit

Pewarnaan Giemsa

4.2 Pembahasan

Praktikum mengenai sediaan apus darah kali ini bertujuan untuk mengamati dan
menilai berbagai unsur sel darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Berdasarkan Murtiati,
dkk (2010), sediaan apus darah juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya parasit seperti malaria, microfilaria, dan lain-lain. Namun pada praktikum

1
kali ini hanya dilakukan pengamatan untuk mengetahui deskripsi bentuk dari
berbagai sel darah dan menilai persentase sel darah yang teramati.

Pada praktikum ini menggunakan darah kapiler untuk pembuatan apusan


darah, apusan darah tidak boleh terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena jika
terlalu tebal karena pada saat pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat tidak
jelas karena sel darah bertumpuk. Selanjutnya apusan darah dilakukan pewarnaan
menggunakan metanol dan larutan giemsa. Fungsi metanol adalah untuk
memfiksasi darah sehingga darah tidak hilang saat diamati. Sedangkan fungsi
giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan dan dapat
terlihat jelas saat diamati. Waktu perendaman ini sebaiknya jangan terlalu lama
karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu pekat.

Bedasarkan hasil diperoleh didapatkan leukosit ditunjukkan dengan sel yang


memiliki inti yang berwarna ungu. Warna biru pada leukosit disebabkan karena
pewarnaan yang diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti leukosit akan
menyerap warna yang bersifat basa.Pada praktikum ini di dapatkan leukosit
dengan jenis monosit, eosinofil, dan neutrofil. Sel neutrofil memiliki granula
kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga
sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm samapai 12 µm. Sel Eosinofil sendiri memiliki
granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan.
Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 12 µm sampai 15 µm.
Berfungsi sebagai fagositik lemah.Sedangkan monosit merupakan sel leukosit
yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada
sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya
eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Menurut referensi
yang kami peroleh, jenis sel darah putih yang paling banyak adalah netrofil
dengan presentase sebesar 50-70 %, sedangkan yang paling sedikit adalah
basofil, yaitu 0,1-0,4 %. Monosit berfungsi untuk membunuh bakteri, fungsi
monosit ini sama dengan neutrofil, hanya jumlahnya saja yang berbeda. Jumlah

1
monosit yang tinggi menunujukkan disel sedang terjadi infeksi. Berdasarkan
pengamatan, jumlah monsit sedikit, sehingga neutrofilpun kurang aktif dalam
merespon perusakan jaringan. Dengan kata lain, jumlah neutrofil dalam darah
yang seharusnya mempunyai kadar/jumlah yang tinggi dalam darah menjadi
menurun jumlahnya. Limfosit berfungsi sebagai elemen kunci dalam respon
kekebalan tubuh. Kadar limfosit yang banyak diduga karena sedikitnya jumlah
neutofil dalam darah. Sehingga untuk mempertahankan kekebalan tubuh, maka
limfositlah yang bekerja secara aktif. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan
tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta
biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri;
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya
nanah. Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian
meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. Basofil terutama
bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Pada preparat yang buat tidak menunjukkan hasil yang baik untuk dijadikan
preparat. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

1. Kesalahan prosedur yang dilakukan pada saat membuat apusan, sehingga


sel-selnya adayang rusak karena tertekan dan banyak sel-sel yang
bertumpuk-tumpuk akibat apusandarah kurang rata
2. Kekurang terampilan praktikan dalam menggunakan mikroskop, sehingga
sulit untukmenemukan bagian yang tipis dari fim darah yang dibuat
preparat.
3. Lensa mikroskop yang kotor.

1
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pratikum yang telah di lakukan diperoleh sel leukosit dengan jenis
monosit, eosinofil, dan neutrofil. Sel neutrofil memiliki granula kecil berwarna
merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus
yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm
samapai 12 µm. Sel Eosinofil sendiri memiliki granula sitoplasma yang kasar dan
besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus
dua, dan berdiameter 12 µm sampai 15 µm. Sedangkan monosit memiliki
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm atau
lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.

5.2 Saran

Sebaiknya pada pembuatan apusan darah dilakukan secara tipis agar sel-sel
darah lebih mudah diamati.

1
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Nurhayati. 2012. Sediaan Apus Darah. http://nurhayatihamzahbiologi.blogs


pot.com/2012/05/sediaan-apus-darah.html. Diakses Pada tanggal 29 Oktober
2018.

Inong. 2016. Preparat Apusan Darah. https://www.academia.edu/12162680/


PREPARAT_ APUSAN_DARAH. Diakses Pada tanggal 29 Oktober 2018.

Murtiati, Tri dkk. 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.Di akses tanggal 21 oktober
2016

Meyer DJ, Harvey JW.  2004. Veterinary Laboratory Medicine: Interpretation and
Diagnosis.  St. Louis: Saunders.Di akses tanggal 21 Oktober 2016

Satri, Efendi. 2014. Makalah Tentang Darah. (online) https://fendygoo.blogspot.


com/2014/07/makalah-tentang-darah.html. Diakses Pada tanggal 29 Oktober
2018.

Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku


kedokteran EGC. Jakarta.Di akses tanggal 21 2016

Wildan, Archibald. 2012. Makalah Sistem Peredaran Darah. (online) http://wildan-


archibald.blogspot.com/2012/05/makalah-sistem-peredaran darah.html. Diakses
Pada tanggal 29 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai