Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal, fungsi serta struktur yang
sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya,  ada dua macam jaringan yang menyusun tubuh
tumbuhan, yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat membelah,
sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar maupun batang, karena biasanya terdapat
pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan-jaringan yang letaknya di bagian ujung
dikenal sebagai pertumbuhan primer, dan semua jaringan yang terbentuk jaringan primer.
Tumbuhan monokotil melengkapi daur hidupnya hanya dengan pertumbuhan pimer saja, tetapi
tumbuhan dikotil batang dan akar dapat mempertebal diri melalui proses yang disebut
pertumbuhan sekunder (Sumardi,Pudjoarinto, 2002).

Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel rumit,
namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang
menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat
ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan
membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sugiharto, 1989).

Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan
preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis
dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan
dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam
pembuatan preparat mikroskopistumbuhan (Arimurti, 2001). Berdasarkan hal ini, maka dilakukanlah
percobaan pembuatan preparat dengan menggunakan metode parafin.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu untukmengetahui cara pembuatan preparat


pada akartanaman jagung Zea mays  dengan metode parafin.

1.3 Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan mengenai pembuatan preparat dengan metode parafin, dilaksanakan pada hari
Rabu, 04 Maret 2015, pukul 14.00 - 17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bentuk kehidupan yang paling sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel.
Setiap organisme hidup ataupun hasil pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting
sebagai bahan mikroteknik. Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh
tingkat pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan (lignifikasinya).
Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu hal penting yaitu bahwa setiap sel
tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut
berasal dari sel, sedangkan membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada
sel hewan berada sedikit di sebelah dalam  (Sugiharto, 1989).

Tubuh tumbuhan secara morfologi terdiri atas unit sel yang dilindungi oleh dinding, dan
masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Sel-sel dalam
tubuh tumbuhan terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan
kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan (Sugiharto,
1989).

Preparat berdasarkan sifat ketahanannyadapat dibedakan menjadi preparat sementara


(preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat permanen (awetan).Preparat
sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini
menggunakan medium air atau bahan kimia yang mudah menguap. Preparat
semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu bertahan untuk sekitar seminggu
penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan merupakan preparat yang diawetkan
menggunakan balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai agen mountingnya.
Sehingga preparat permanen dapat bertahan beberapa lama (Arimurti, 2001).

Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk mempersiapkan
organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada
umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena
struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata
telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari
struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi
dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang tembus
pandangan yang direkatkan di atas specimen  (Sugiharto, 1989).

Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua
jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan
dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat
permanen yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah
metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan
ataupun pada hewan (Sugiharto, 1989).

Metode parafin saat ini banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat
dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan
yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan
metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila
menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin.
Namun metode parafin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah
patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian
besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Imron, 2008).

Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan adanya
preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu
preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu
dapat diamati kembali.  Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap
yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta
pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan
digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Imron, 2008).

Metode parafin merupakan cara pembuatan sediaan dengan menggunakan paraffin sebagai
media penanaman (embedding). Langkah-langkah dalam pembuatan sediaan tersebut adalah (Rindi,
2011) :

1.        Pematian dan fiksasi

Banyak larutan yang dapat digunakan untuk fiksasi, diantaranya adalah larutan FAA
(Formaldehyde Acetic-acid Alcohol), dengan komposisi sebagai berikut: 50% atau 70% etilalkohol 90
cc, Asam asetat glacial 5 cc Formalin 40 % 5 cc. Setelah bahan dipotong kira-kira 0,5 cm segera
dimasukkan ke dalam larutan FAA dengan perbandingan 1: 20 (bahan 1/20 volume FAA), tidak boleh
lebih delapan potong didalam vial. Lama fiksasi dalam FAA bagi bahan yang kecil atau tipis minimum
12 jam sedangkan untuk bahan yang besar atau tebal 24 jam.

2.        Pencucian

Pencucian dilakukan 2 kali dalam waktu 3 jam dengan akohol 50%. Jumlah larutan dipakai
hannya tepat menutupi bahan. 

3.        Penanaman (Embedding)

Buat kotak keras yang agak tebal dengan ukuran kira-kira 5 X 2,5 X 2 cm (panjang X lebar X
tinggi), lalu isi dengan paraffin keras yang cair dalam vial tadi, kemudian sebelum parafin membeku
masukkan bahan. Atur bahan tersebut dalam kotak kertas dengan menggunakan jarum yang
dipanaskan dengan lampu alcohol atau spritus dan beri label. Setelah parafin membeku dan bahan
tidak bergoyang, letakkan kotak kertas dalam air dingin. Biarkan permukaan parafin membeku,
kemudian tekanlah seluruh kotak kedalam air sampai parafin membeku, atau dapat juga dimasukkan
kedalam freezer sampai seluruh parafin sama sekali membeku. Baru setelah itu parafin dapat
dikeluarkan dari kotaknya.

4.        Penyayatan

Potong balok parafin menjadi balok-balok kecil yang masing-masing mengandung sebuah
bahan. Balok-balok parafin itu ditempelkan pada balok kayu menurut arah sayatan yang
dikehendaki. Penempelan dilakukan dengan mencairkan sebagian balok parafin dengan jarum yang
telah dipanasi, kemudian meletakkan balok parafin pada kayu. Lakukan hal itu beberapa kali
sehingga balok parafin menempel dengan kuat pada balok kayu. Permukaan dari balok parafin yang
telah ditempelkan sebaiknya empat persegi atu bujur sangkar. Perhatikan bahwa sisi horizontal
harus benar-benar sejajar. Bahan yang ada dalam balok parafin disayat dengan mikrotom putar
(rotary microtome). Sebelum dipotong balok yang telah ditempeli bahan dan pisau didinginkan
dahulu dengan air dingin (kulkas), sehingga suhu parafin sama dengan suhu pisau. Balok kayu yang
telah ditempel dengan balok parafin dipasang pada pemegang yang terdapat pada mikrotom.
Aturlah tebal sayatan (biasanya antara 6-15 mikron) dengan memutar skrup pada sisi kanan
mikrotom. Pasang pisau pada mikrotom. Pada waktu pemutar mikrotom dijalankan, bahan dalam
parafin yang telah diletakkan pada pemegang bergerak naik turun dan maju kedepan. Peganglah
sayatan-sayatan parafin yang berbentuk pita itu dengan kuas halus. Pita parafin hasil sayatan
disimpan pada kotak karton atau baki preparat. Sebaiknya pemotongan dilakukan di ruangan ber-AC.

            Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pembuatan preparat dengan menggunakan


metode parafin diantaranya, yaitu(Imron, 2008) :

A.    Kelebihan

            Metode parafin sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat
dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini, kelebihan dari metode ini adalah :

·         Irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin.
Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron.

·         Tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.

·         Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.

·         Prosedurnya  jauh  lebih  cepat biladibandingkan dengan metode lainnya.

B.     Kekurangan
Metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu :

·         Jaringan tumbuhan menjadi keras mengerut dan mudah patah.

·          Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini.

·         Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

            Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pipet tetes, botol sampel, gelas ukur, objek
glass, deck glass, silet, dan pinset.
3.2 Bahan Percobaan

            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Jagung Zea


mays, aquadest, alkohol,formalin, asam asetat glasial, parafin, dan xylol.

3.3 Prosedur Kerja

1.      Fiksasi FAA selama 30 menit, fiksasi ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga
sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup.

2.      Pencucian dengan aquadest sebanyak 3 kali selama beberapa menit.

3.      Dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, dan 96% masing-masing 5 menit.
Dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar dari jaringan dan akan digantikan dengan alkohol

4.      Dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing 10


menit. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik alkohol        keluar dari jaringan dan digantikan
dengan xylol.

5.      Dilakukan penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan


inidilakukan sebanyak 2 kali yaitu xylol murni I 5 menit dan xylol murni II 5 menit. Penjernihan ini
dilakukan untuk menarik sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan.

6.      Infiltrasi terbagi atas infiltrasi I dan II. Infiltrasi I dilakukan dengan menggunakan xylol-parafin dengan
perbandingan 1:9 kemudian dilakukan infiltrasi II yaitu dengan menggunakan parafin murni selama
30 detik. Infiltrasi   ini bertujuan untuk mengganti campuran xylol/parafin denganparafin murni.

7.      Setelah itu dilakukan penanaman/embedding menggunakan parafin yang padat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a.       Gambar Penampang melintang Pada AkarJagung Zea mays

GAMBAR
KETERANGAN
(Penampang melintang Pada Akar Jagung Zea mays)
5 1.      Epidermis

4 2.      Kortex
3
3.      Floem
2
1 4.      Endodermis

5.      Xylem

b.      Gambar tahapan kerja pada pembuatan preparat dengan metode parafin

4.1.2        Rumus Perhitungan Jumlah Larutan        

1.      Rumus Pengenceran : V1.M1 = V2.M2

      Pengenceran 70 %

V1.M1 = V2.M2

V1 x 96  = 100 x 70

96V1 = 7000

V1   =  7000/96
       = 72,91 mL

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 72,91

                                                        = 27,09 mL

      Pengenceran 80 %

V1.M1 = V2.M2=

V1 x 96 = 100 x 80

96V1 = 8000

V1   = 8000/96

       = 83,33 mL

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 83,33

                                                        = 16,67 mL

      Pengenceran 90 %

V1 x 96 = 100 x 90

96V1 = 9000

V1 = 9000/96 = 93,75 mL

Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 93,75= 16,25 mL

Perbandingan alkohol xylol

      Alkohol-xylol 3:1

Alkohol yang digunakan 7,5 ml dan xylol yang digunakan 2,5 ml

      Alkohol-xylol 1:1

Alkohol yang digunakan 5 ml dan xylol yang digunakan 5 ml

     Alkohol-xylol  1:3
     Alkohol yang digunakan 2,5 ml dan xylol yang digunakan 7,5 m
4.2        Pembahasan

Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan
preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan. Metode parafin merupakan cara
pembuatan sediaan dengan menggunakan paraffin sebagai media penanaman (embedding). Metode
parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat
dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai
kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang
dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang
paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada
hewan.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan


preparat akar jagung Zea mays dengan menggunakan metode parafin. Akar jagung Zea mays terlebih
dahulu dipotong secara melintang dengan ukuran 2 mm. Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi
selama 20 menit. Sebenarnya berdasarkan literatur fiksasi pada akar jagungZea mays dilakukan
minimal 24 jam tetapi karena waktu yang tidak memadai dan tujuan awal hanya ingin mengetahui
tahapan dalam pembuatan preparat dengan metode parafin ini maka waktu yang digunakan yaiutu
30 menit. Fiksasi pada tahapan ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga
sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup.

Setelah akar jagung Zea mays difiksasi, tahapan selanjutnya yaitu pencucian dan dehisdrasi.


Pada tahapan dehidrasi ini diberikan alkohol bertingkat dari 70 %, 80 %, 90 %, hingga 96 %, yang
dimana tiap tingkatan alkohol dilakukan dehidrasi selama 5 menit. Pemberian alkohol bertingkat dari
konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi bertujuan agar selnya tidak lisis atau rusak. Alkohol
bertingkat didapatkan melalui pengenceran dengan rumus V 1.M1 = V2.M2. Seperti halnya pada fiksasi
tadi, berdasarkan literatur dehidrasi ini minimal dilakukan 30 menit tipa tingkatan alkohol. Tahapan
dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar yang berada dalam jaringan untuk digantikan
dengan alkohol.

Tahapan selanjutnya yaitu dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan


3:1, 1:1, 1:3. Tiap perbandingan alkoho-xylol dilakukan selama 10 menit tetapi berdasarkan literatur
minimal dilakukan 30 menit. Sama halnya dengan dehidrasi pada tahapan dealkoholisasi ini
dilakukan dari volume alkohol yang terbanyak. Hal tersebut bertujuan agar sel atau jaringan tidak
rusak. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik keluar alkohol yang berada dalam jaringan untuk
digantikan oleh xylol. Hal tersebut dilakukan karena xylol yang mampu berikatan dengan parafin
sedangkan alkohol tidak.

Selanjutnya yaitu penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini dilakukan
2x yaitu xylol 1 dan 2 selama 5 menit. Sama halnya dengan tahapan sebelumnya, lama penjerihan
menggunakan xylol murni berdasarkan literatur yaitu 30 menit. Penjernihan bertujuan untuk
memebersihkan sisa-sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan. Selain itu penjernihan
dilakukan dengan menggunakan xylol murni karena alkohol tidak dapat berikatan atau bercampur
dengan parafin maka digantikan dengan xylol yang dapat berikatan dengan parafain melalui proses
dealkoholisasi dan penjernihan

Tahapan selanjutnya yaitu infiltrasi. Infiltrasi ini terbagi atas 2 yaitu dengan menggunakan
xylox-parafin dengan 1:9 dan dengan menggunakan parafin murni. Infiltrasi ini dlakukan untuk
menggantikan xylol dengan parafin murni. Infiltrasi berdasarkan literatur dilakukan selama 24 jam.
Setelah infiltrasi dilakukan penanaman atau biasa juga disebut dengan embedding. Embedding
dilakukan dengan menggunakan parafin yang padat.

Dalam percobaan ini tahapan yang dilakukan hanya sampai embedding/penanaman karena
tidak terdapatnya mikrotom yang dapat digunakan pada tahap pengirisan. Tetapi, berdasarkan
literatur tahapan pembuatan preparat dengan metode parafin ini setelah embedding yaitu
pengirisan dengan mikrotom dilanjutkan dengan perekatan menggunakan campuran gliseri/albumin
ayng ditambahkan dengan air kemudian setelah itu dilakukan pewarnaan menggunakan safranin 1%
dalam aquades.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan mengenai pembuatan preparat melintang dengan
menggunakan metode parafin dapat diketahui cara pembuatan preparat yaitu dimulai dengan
pemotongan akar jagung Zea mays, fiksasi, pencucian dan dehidrasi, dealkoholisasi, penjernihan,
infiltrasi, dan penanaman/embedding.

5.2 Saran

            Sebaiknya disediakan alat-alat laboratorium yang lebih memadai dan lengkap serta tahapan
yang ada di dalam percobaan ini dilakukan dengan maksimal agar praktikum dapat berjalan dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arimurti, 2001. Laporan Praktikum Mikroteknik. Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta.


Imron, Tamyis, A., 2008. Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan dengan Metode Parafin. Lap.prak
mikroteknik Universitas Brawijaya. http://cyber-biology.blogspot.com. Diakses pada tanggal7
Maret 2015, pukul 17.00 WITA. 

Rindi, Daniswara, 2011. Membuat Preparat Organ.  http://wararindi.blogspot.com

. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015, pukul17.00 WITA.


Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat            Jendral Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut              Pertanian Bogor. Bogor.

Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2004. Struktur Perkembangan Tumbuhan.           Universitas Hasanuddin.


Makassar.

Anda mungkin juga menyukai