Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

MEMBUAT SEDIAAN SAYATAN PENANAMAN (SECTION EMBEDDING)


METODE PARAFIN - ALKOHOL

Disusun oleh :

Nama : Citra Ayu Widya Ningrum


NPM : F1D016065
Kelompok : VIII (Delapan)
Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2018
Dosen Pengampu : 1. Dra.R.R. Sri Astuti, MS
2. Dedi Satriawan, S.Si., M.Si
Asisten : 1. Ayu Wulandari (F1D014017)
2. Uci Cahlia (F1D015030)
3. Muhammad Adiguna Rabbuka (F1D015039)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal, fungsi
serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya,  ada dua
macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan
jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat membelah, sehingga
mempunyai fungsi menambah panjang akar maupun batang, karena biasanya
terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan-jaringan
yang letaknya di bagian ujung dikenal sebagai pertumbuhan primer, dan semua
jaringan yang terbentuk jaringan primer. Tumbuhan monokotil melengkapi daur
hidupnya hanya dengan pertumbuhan pimer saja, tetapi tumbuhan dikotil batang
dan akar dapat mempertebal diri melalui proses yang disebut pertumbuhan
sekunder (Sumardi, Pudjoarinto, 2002).
Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi.
Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam
beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari
jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian
akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu
preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sugiharto, 1989).
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan,
menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas
manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan
manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan
preparat mikroskopis tumbuhan (Arimurti, 2001). Berdasarkan hal ini, maka
dilakukanlah percobaan pembuatan preparat dengan menggunakan metode
parafin.
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan ataupun preparat tumbuhan yang tipis. Metode parafin
biasanya digunakan untuk membuat preparat histologi. Metode pembuatan
sediaan dengan penyelubungan parafin disebut metode embedding.Penyelubungan
dibutuhkan jika jaringan merupakan bahan yang lunak. Metode parafin banyak
digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat  dipotong dengan baik
menggunakan metode ini. Sampel jaringan yang akan dibuat menjadi preparat
dimasukkan ke dalam paraffin panas yang menginfiltrasi jaringan. Proses tersebut
berlangsung selama 12-16 jam. Jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras
sehingga lebih mudah dipotong dengan menggunakan mikrotom. Pemotongan
dengan mikrotom akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan yang diinginkan
(Murbawati & Setiyani, 2008).
Metode parafin meliputi beberapa proses yaitu fiksasi dengan
menggunakan larutan fiksatif, embedding dengan menggunakan parafin cair, dan
pewarnaan safranin dan fast green pada tumbuhan. Kebanyakan jaringan tidak
berwarna sehingga sulit dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, oleh karena
itu dibutuhkan pewarnan. Pewarnaan dengan safranin dan fast green adalah jenis
pewarnaan yang paling umum dipakai pada tumbuhan. Fastgreen akan mewarnai
sitoplasma sehingga bewarna kehijauan sedangkan safranin akan mewarnai
sitoplasma menjadi merah muda (Kamaruddin & Salim, 2002).
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum Mikroteknik Tumbuhan tentang Pembuatan Sediaan
Sayatan Penanaman (Section Embedding) Metode Parafin-Alkohol adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tahap pembuatan
sediaan sayatan penanaman (section embedding) dengan metode parafin-
alkohol.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
baik/tidaknya suatu sediaan sayatan (preparat) parafin.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bentuk kehidupan yang paling sederhana suatu organisme dapat
terdiri dari satu sel. Setiap organisme hidup ataupun hasil pertumbuhannya
merupakan suatu sumber yang penting sebagai bahan mikroteknik. Tingkat
kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh tingkat
pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan
(lignifikasinya). Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu
hal penting yaitu bahwa setiap sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang
terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut berasal dari sel, sedangkan
membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada sel hewan
berada sedikit di sebelah dalam  (Sugiharto, 1989).
Tubuh tumbuhan secara morfologi terdiri atas unit sel yang dilindungi oleh
dinding, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan dengan
adanya substansi antar sel. Sel-sel dalam tubuh tumbuhan terdapat dalam
kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel
yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan
(Sugiharto, 1989).
Preparat berdasarkan sifat ketahanannya dapat dibedakan menjadi preparat
sementara (preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat
permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya
hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan
kimia yang mudah menguap. Preparat semipermanen menggunakan media
gliserin dan mampu bertahan untuk sekitar seminggu penyimpanan. Preparat
permanen atau preparat awetan merupakan preparat yang diawetkan
menggunakan balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai agen
mountingnya. Sehingga preparat permanen dapat bertahan beberapa
lama (Arimurti, 2001).
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan
dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini
dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci
pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu
spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari
struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi
umumnya dilindungi dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis
ataupun plastik yang tembus pandangan yang direkatkan di atas
specimen  (Sugiharto, 1989).
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara
mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen
jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan
metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang
paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada
tumbuhan ataupun pada hewan (Sugiharto, 1989).
Metode parafin saat ini banyak digunakan, karena hampir semua macam
jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-
kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada
menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal
irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan
dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode parafin juga memiliki
kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-
jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini.
Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Imron, 2008).
Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran.
Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan
jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh
diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali.
Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang
utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin
serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan
zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Imron,
2008).
Metode parafin merupakan cara pembuatan sediaan dengan menggunakan
paraffin sebagai media penanaman (embedding). Langkah-langkah dalam
pembuatan sediaan tersebut adalah (Rindi, 2011) :
1. Pematian dan fiksasi
Banyak larutan yang dapat digunakan untuk fiksasi, diantaranya adalah
larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alcohol), dengan komposisi sebagai
berikut: 50% atau 70% etilalkohol 90 cc, Asam asetat glacial 5 cc Formalin 40 %
5 cc. Setelah bahan dipotong kira-kira 0,5 cm segera dimasukkan ke dalam larutan
FAA dengan perbandingan 1: 20 (bahan 1/20 volume FAA), tidak boleh lebih
delapan potong didalam vial. Lama fiksasi dalam FAA bagi bahan yang kecil atau
tipis minimum 12 jam sedangkan untuk bahan yang besar atau tebal 24 jam.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan 2 kali dalam waktu 3 jam dengan akohol 50%.
Jumlah larutan dipakai hannya tepat menutupi bahan. 
3. Penanaman (Embedding)
Buat kotak keras yang agak tebal dengan ukuran kira-kira 5 X 2,5 X 2 cm
(panjang X lebar X tinggi), lalu isi dengan paraffin keras yang cair dalam vial
tadi, kemudian sebelum parafin membeku masukkan bahan. Atur bahan tersebut
dalam kotak kertas dengan menggunakan jarum yang dipanaskan dengan lampu
alcohol atau spritus dan beri label. Setelah parafin membeku dan bahan tidak
bergoyang, letakkan kotak kertas dalam air dingin. Biarkan permukaan parafin
membeku, kemudian tekanlah seluruh kotak kedalam air sampai parafin
membeku, atau dapat juga dimasukkan kedalam freezer sampai seluruh parafin
sama sekali membeku. Baru setelah itu parafin dapat dikeluarkan dari kotaknya.
4. Penyayatan dan Penempelan
Potong balok parafin menjadi balok-balok kecil yang masing-masing
mengandung sebuah bahan. Balok-balok parafin itu ditempelkan pada balok kayu
menurut arah sayatan yang dikehendaki. Penempelan dilakukan dengan
mencairkan sebagian balok parafin dengan jarum yang telah dipanasi, kemudian
meletakkan balok parafin pada kayu. Lakukan hal itu beberapa kali sehingga
balok parafin menempel dengan kuat pada balok kayu. Permukaan dari balok
parafin yang telah ditempelkan sebaiknya empat persegi atu bujur sangkar.
Perhatikan bahwa sisi horizontal harus benar-benar sejajar. Bahan yang
ada dalam balok parafin disayat dengan mikrotom putar (rotary microtome).
Sebelum dipotong balok yang telah ditempeli bahan dan pisau didinginkan dahulu
dengan air dingin (kulkas), sehingga suhu parafin sama dengan suhu pisau. Balok
kayu yang telah ditempel dengan balok parafin dipasang pada pemegang yang
terdapat pada mikrotom. Aturlah tebal sayatan (biasanya antara 6-15 mikron)
dengan memutar skrup pada sisi kanan mikrotom. Pasang pisau pada mikrotom.
Pada waktu pemutar mikrotom dijalankan, bahan dalam parafin yang telah
diletakkan pada pemegang bergerak naik turun dan maju kedepan. Peganglah
sayatan-sayatan parafin yang berbentuk pita itu dengan kuas halus. Pita parafin
hasil sayatan disimpan pada kotak karton atau baki preparat. Sebaiknya
pemotongan dilakukan di ruangan ber-AC.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pembuatan preparat dengan
menggunakan metode parafin diantaranya, yaitu (Imron, 2008) :
Metode parafin sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam
jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini, kelebihan dan
kekurangan metode  ini adalah :
A. Kelebihan
1. Irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda
beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata
diatas 10 mikron.
2. Tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
3. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan
mudah bila  menggunakan metode ini.
4. Prosedurnya  jauh  lebih  cepat bila dibandingkan dengan metode lainnya.
B. Kekurangan
Metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu :
1. Jaringan tumbuhan menjadi keras mengerut dan mudah patah.
2. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan
metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Mikroteknik Tumbuhan tentang Pembuatan Sediaan Sayatan
Penanaman (Section Embedding) Metode Parafin-Alkohol dilaksanakan pada hari
Senin, 14 Mei 2018 pukul 13.00-17.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar Gedung Basic Science, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku dan alat tulis, botol
vial, silet, pinset, pipet tetes, objek glass, petridish, kertas label, kotak kecil dr
kalender bekas, balok kayu, kuas kecil, bunsen, oven, hot plate, kawat
aluminium/jarum pentul, kaca benda dan mikrotom putar.
Bahan yang digunakan adalah kuncup bunga Ixora coccinea L., larutan
fiksatif FAA 70, Alkohol 50%, 70%, 96%, Alkohol Absolute, Alkohol Absolute-
Xilol seri bertingkat (3:1) (1:1) (1:3), Xilol I, Xilol II, Xilol : Parafin (9:1), dan
Parafin murni
3.3. Prosedur Kerja
1. Diambil kuncup bunga Ixora coccinea L. kemudian dipotong tangkainya
dan dimasukkan kedalam botol vial berisi larutan fiksatif FAA 70 selama
± 24 jam.
2. Dilakukan pencucian dan dehidrasi larutan. Fiksatif dibuang dan dilakukan
penggantian larutan secara seri bertingkat mulai dari Alkohol
50%,70%,96% sampai Alkohol absolute selama ±30 menit.
3. Dilakukan dealkoholisasi alkohol dalam petridish dengan xilol seri
bertingkat :
 Alkohol absolute : Xilol (3 : 1) selama ± 30 menit.
 Alkohol absolute : Xilol (1 : 1) selama ± 30 menit.
 Alkohol absolute : Xilol (1 : 3) selama ± 30 menit.
 Xilol I selama ± 30 menit.
 Xilol II selama ± 30 menit.
 Xilol – Parafin (1 : 9) selama ± 24 jam.
4. Dilakukan infiltrasi, campuran Xilol – Parafin dibuang dan diganti dengan
Parafin murni kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 57°C
selama ± 24 jam.
5. Dilakukan embedding, paraffin dibuang dan diganti dengan parafin baru
yang telah dicairkan diatas hot plate. 2 buah Kuncup bunga Ixora coccinea
L. diletakkan sejajar dalam kotak kertas kecil kemudian parafin cair
dituangkan kedalam kotak. Jika posisi kuncup miring, dapat disejajarkan
menggunakan kawat aluminium yang telah dipijarkan di atas api bunsen.
Setelah 1 jam dibuat balok parafin dan disimpan didalam kulkas.
6. Setelah beberapa hari, balok parafin dikeluarkan dari kotak kertas
menggunakan kawat aluminium/jarum pentul yang telah dipijarkan di atas
api bunsen. Dilakukan perekatan balok parafin pada sisi atas balok kayu
yang telah ditetesi parafin cair agar melekat kuat dan setelah itu dirapikan
membentuk bangun trapesium.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
Pada praktikum mikroteknik tumbuhan tentang Pembuatan Sediaan
Sayatan Penanaman (Section Embedding) Metode Parafin-Alkohol digunakan
kuncup bunga Ixora coccinea L. yang difiksasi menggunakan larutan fiksatif FAA
70. Tujuan dari fiksasi spesimen adalah untuk mematikan proses metabolism sel
dan mempertahankan struktur sel dan jaringan agar tidak rusak dan tetap pada
bentuknya.
Tahap selanjutnya yaitu dehidrasi dengan menggunakan alkohol
bertingkat dari 50%, 70%, 96% dan alkohol absolute. Tujuan dehidrasi adalah
untuk menghilangkan kandungan air. Menurut (Sudiana 2005), Dehidrasi
dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsetrasi tinggi dimaksudkan agar jaringan
pada organ tidak terkejut akibat perbedaan jenis dan konsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya pengkerutan pada sel maupun jaringan yang
mengakibatkan sel akan rusak. Kemudian melakukan dealkoholisasi
menggunakan perbandingan alcohol : xylol, 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing 30
menit. Tujuan dealkoholisasi yaitu untuk mengeluarkan alkohol dalam jaringan
untuk digantikan dengan xylol. Kemudian tahap penggantian xilol I dan xilol II
bertujuan agar bahan bersih dari alkohol. perbandingan xylol: parafin 1:9 dan
selanjutnya infiltrasi menggunakan parafin murni.
Infiltrasi bertujuan untuk menggantikan xylol dengan parafin murni.
Setelah infiltrasi, tahap selanjutnya yaitu penanaman (embedding). Embedding
dilakukan dengan merendam jaringan ke dalam paraffin cair yang tujuannya
untuk mempermudah dalam proses sectioning (penyayatan). Menurut (Widjajanto
dan Setjo 2001), pengeblokan ini menggunakan kotak atau takir yang dibuat dari
kertas kalender. Pada saat pengeblokan spesimen diletakkan sesuai posisi yang
diinginkan. Setelah itu parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka
dilakukan pengirisan, pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan
ukuran 10 mikron sampai 14 mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita.
karena pihak lab tidak menyediakan mikrotom.
Dalam pengamatan ini kami tidak melakukan pemotongan/penyayatan
sediaan balok parafin menggunakan mesin mikroton, tetapi diamati berdasarkan
ilustrasi penyayatan yang dilakukan oleh asisten praktikum. Setelah diamati
dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi baik/tidaknya sediaan sayatan
parafin yaitu kualitas spesimen dan parafin yang digunakan, proses infiltrasi,
posisi material di dalam blok parafin, penempelan blok parafin ke holder, proses
sectioning karena harus dilakukan secara sabar dan hati-hati, faktor suhu, pisau
yang digunakan, blok parafin dan ruang kerja, kekerasan dan kerapuhan material
yang digunakan, sudut antara pisau dan material serta ukuran balok yang
digunakan. Pita parafin menjadi melengkung diakibatkan karena mata pisau
tumpul, posisi material tidak ditengah dan tidak teratur. Penyedian irisan
tumbuhan menggunakan parafin memiliki prinsip untuk menggantikan air yang
ada dalam jaringan menggunakan medium parafin, sehingga jaringan tetap utuh
dan terlihat sama mendekati aslinya saat dilakukan pengamatan pada
mikroskop. Embedding menggunakan parafin ini akan memudahkan proses
penyayatan bagian jaringan tumbuhan sehingga didapat preparat sayatan yang
tipis dan terlihat jelas anatomi bagian dari jaringan tumbuhan tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan sediaan sayatan penanaman (Section Embedding) dapat
dilakukan dengan metode Parafin-Alkohol dengan prinsip untuk
menggantikan air yang ada dalam jaringan sehingga jaringan tetap utuh
dan terlihat sama mendekati aslinya. Embedding menggunakan parafin
akan memudahkan proses penyayatan sehingga didapat preparat sayatan
yang tipis dan terlihat jelas anatomi bagian dari jaringan tumbuhan
tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik/tidaknya sediaan sayatan parafin
yaitu kualitas spesimen dan parafin yang digunakan, proses infiltrasi,
posisi material di dalam blok parafin, penempelan blok parafin ke holder,
proses sectioning karena harus dilakukan secara sabar dan hati-hati,
faktor suhu, pisau yang digunakan, blok parafin dan ruang kerja,
kekerasan dan kerapuhan material yang digunakan, sudut antara pisau
dan material serta ukuran balok yang digunakan. Pita parafin menjadi
melengkung diakibatkan karena mata pisau tumpul, posisi material tidak
ditengah dan tidak teratur.
5.2. Saran
Untuk pengamatan selanjutnya disarankan agar praktikan memahami
teknik pembuatan sediaan dengan metode parafin terutama saat proses meletakkan
material ke oven dan penuangan parafin cair serta sectoning dengan benar dan
teliti agar hasil pita yang diperoleh baik/bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Arimurti, 2001. Laporan Praktikum Mikroteknik. Yogyakarta: Fakultas Pertanian,
UGM.

Imron & Tamyis, A. 2008. Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan dengan


Metode Parafin. Malang : Universitas Brawijaya. 

Kamaruddin M & Salim, M.N. 2002. Pengaruh pemberian air perasan dau  papaya
pada ayam : III. Respon terhadap patofisiologik ginjal. J. Sain Vet. 20(1) :
5-8.

Marbawati D & Setiyani E. 2008. Teknik biologi molekular dan mikroteknik di


Laboratorium Biologi Molekuler, Histologi dan Biologi Sel, fakulas
Kedokteran UGM. Balaba.7(8) : 11-12.

Rindi & Daniswara. 2011. Membuat Preparat Organ. Jakarta : UI Press.

Sudiana, K.I. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. Jakarta: CV


Sagung Seto.

Sugiharto. 1989. Mikroteknik. IPB: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat .

Sumardi, I. & Pudjoarinto, A.2004. Struktur Perkembangan Tumbuhan.


Makassar: Universitas Hasanuddin.

Widjajanto, S.S. 2001. Mikroteknik Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri


Malang.
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Proses pengambilan kuncup Ixora


coccinea L.

Proses fiksasi dengan larutan fiksatif


FAA 50

Proses penyelubungan/embedding

Proses penempelan blok parafin diatas


balok kayu

Anda mungkin juga menyukai