Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

Membuat Sediaan Ujung Akar Bawang Merah


dengan Metode Squash

Disusun Oleh :

Nama : Nur Fitria Febrianti


Npm : F1D015029
Kelompok : IX (Sembilan)
Dosen Pengampu : Dra. R.R Sri Astuti, M.Si
Hari / Tanggal : Senin / 10 April 2017
Asisten Praktikum : 1. Imelda Cahya Putri (F1D013002)
2. Arie Yaningsih (F1D013020)
3. Feby Lilia Rosa (F1D013030)

LABORATORIUM ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meneliti suatu organisme, baik dari tingkatan sel, jaringan, organ dan
sebagainya memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut.
Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat
dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode tersebut yang paling
umum adalah mikroteknik.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan
preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau
kaca preparat dengan menggunakan ibu jari. Preparat pejetan biasanya digunakan
untuk melihat proses mitosis pada akar Allium cepa (Budipramana,1992).

Pada mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel
dihasilkan dua buah sel nakan yang masing-masing memiliki safat-sifat genetic
sama. Mitosis berlangsung pada semua sel, kecuali pada sel-sel yang akan
menajdi sel kelamin. Mitosis dibedakan atas 5 fase, ialah interfase, profase,
metaphase, anaphase, dan telofase. Oleh karena itu, untuk mengetahui tentang
pembelahan sel, macam-macam pembelahan sel dan tahapan-tahapan pembelahan
mitosis, maka dilakukanlah pengamatan ini.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan sediaan ujung akar
bawang merah dengan metode squash.
2. Mahasiswa dapat mengamati fase mitosis yang terjadi pada ujung akar
bawang merah.

BAB II
DASAR TEORI

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya


berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang
tumbuh di atas tanah. Pada bagian pucuk/ujung akar, terdapat jaringan meristem
apikal. Jaringan meristem merupakan jaringan yang bersifat embrio dalam tubuh
tumbuhan dewasa. Sel-sel meristem pada ujung akar terus menerus membelah dan
menghasilkan sel baru yang menambah ukuran tubuh tumbuhan (Susilowati,
2006).
Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Liliales / Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium ascalonicum atau Allium cepa var. ascalonicum (Rahayu,
1999).
Fase mitosis yang jelas terlihat menjadikan bawang merah ideal digunakan
dalam mempelajari kromosom pada tanaman, selain itu kromosom bawang merah
memiliki sel-sel dengan ukuran yang relatif besar, jumlah kromosom yang tidak
terlalu banyak (2n = 16 ) dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya (Ernawiati,
2008).
Menurut Campbell et al (2002) proses mitosis pada sel tumbuhan,
khususnya yang teramati pada akar bawang adalah sebagai berikut.
1. Profase
Kromatinnya memadat. Nukleolus masih jelas terlihat tetapi akan segera
mulai menghilang. Gelendong mitotik mulai terbentuk.
2. Prometafase
Kromosom mulai terpisah;masing-masing terdiri atas dua kromatid
saudara identik yang saling melekat. Kemudian pada prometafase ini
selubung nukleus akan terfragmentasi dan mikrotubula gelendong akan
melekat pada kinetokor kromosom.
3. Metafase
Gelendong telah lengkap dan kromosom ditarik sama kuat oleh
mikrotubula kinetokor yang datang dari kutub sel yang berlawanan,
berbasis pada pelat metafase.
4. Anafase
Kromatid setiap kromosom telah terpisah dan kromosom anak berpindah
ke kutub-kutub sel begitu mikrotubula kinetokornya memendek.
5. Telofase
Nukleus anak terbentuk. Sementara itu, sitokinesis mulai terjadi; pelat sel
yang akan membagi sitoplasma menjadi dua, sedang tumbuh ke arah
keliling sel induknya.

Metode pencet atau metode squash adalah metode untuk mendapatkan


suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu
organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang
dapat diamati di bawah mikroskop. Dalam pembuatan sediaan ini diusahakan agar
sel-sel terpisah satu sama lain, tetapi tidak kehilangan bentuk aslinya dan tersebar
dalam suatu lapisan di atas gelas benda. Pemejetan dapat dilakukan dengan
menggunakan ibu jari atau benda lain yang tumpul, misalnya pensil. Untuk
mendapat sebaran sel yang bagus, sangat bergantung oleh tingkat kelunakan
obyek yang dibuat preparat. Dengan demikian, apabila obyek yang bersangkutan
tergolong keras, maka perlu dilakukan pelunakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pemejetan (Rudyatmi, 2015).

Penelitian kromosom telah banyak dilakukan dengan menggunakan bahan


fiksatif larutan Carnoy (6 etanol : 3 kloroform : 1 asam asetat glasial). Hal ini
disebabkan karena larutan Carnoy memiliki daya penetrasi yang cepat, akan tetapi
memiliki efek pengerutan yang kuat sehingga menghancurkan sitoplasma dan
berakibat pada penurunan kualitas gambaran sediaan histologi. Selain itu, harga
larutan carnoy cukup mahal serta sulit untuk didapatkan sehingga membatasi
penggunaan larutan Carnoy dalam jumlah besar (Randy,2017).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 April 2017 jam 13.00 sampai
dengan selesai bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: botol vial,
kecambah Allium cepa, Silet, Larutan fiksatif Carnoy, Kaca benda dan penutup,
HCL 10%, alcohol 70%, larutan acetocarmin, Mikroskop.

3.3 Cara Kerja

1. Disiapkan semua alat dan bahan larutan yang digunakan.


2. Ujung akar bawang dipotong 5 mm dari ujung akar dengan pengambilan
waktu yang bervariasi (jam 9, 10,11,dan 12)
3. Ujung akar yang telah terpotong dimasukkan kedalam botol vial yang
berisi larutan fiksatif Carnoy dibiarkan hingga 1-5 jam
4. Bahan dipindahkan dari lauran fiksatif ke dalam larutan alcohol 70 % atau
ke larutan HCL 10 % selama 5-30 menit
5. Botol vial berisi alkohol 70% dan HCL 10% dipanaskan di dalam
waterbath selama 15 menit
6. Dibuang larutan berisi alkohol 70% dan HCL 10% dan diisi kembali
dengan larutan fiksatif Carnoy selama 5 menit
7. Bahan dipindahkan ke pewarna asetocarmin dan dibiarkan selama 8 menit
8. Bahan diletakkan pada kaca benda dan dihisap kelebihan warna dengan
menggunakan tisu
9. Bahan ditutup dengan kaca penutup secara hati-hati
10. Kemudian ditekan menggunakan ibu jari tepat pada bagian tengah kaca
penutup dan dibantu dengan menggunakan tisu agar tidak bergeser
11. Lalu diamati dibawah Mikroskop Binokuler

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

Hasil Keterangan
Kelompok 1
Pemotongan jam 9
Perbesaran : 40x10

1 Keterangan:
1. Inti sel

2 2. Epidermis
Kelompok 2
Pemotongan jam 9

2 Perbesaran : 40x10
3
Keterangan:
1. Inti sel
1
2. Epidermis
3. Dinding sel

Kelompok 3
1 Pemotongan jam 9
Perbesaran : 40x10

Keterangan:
1.Tudung akar
2. Epidermis

2
Kelompok 4
Pemotongan jam 10
1 Perbesaran : 40x10

2 Keterangan:
3 1. Dinding sel
2. Inti sel
3. Sitoplasma
Kelompok 5
Pemotongan jam 10

1 Perbesaran : 40x10

2 Keterangan:
1. Dinding sel
2. Inti sel
3 3. Sitoplasma

Kelompok 6
1 Pemotongan jam 10
Perbesaran : 40x10
2 3
Keterangan:
1. Epidermis
2. Dinding sel
3. Sitoplasma

Kelompok 7
Pemotongan jam 11
Perbesaran : 40x10

Keterangan:
1. Inti sel
1
Kelompok 8
Pemotongan jam 12
Perbesaran : 40x10

Keterangan:
1 1. Dinding sel
2 2. Inti sel
3. Epidermis
3
4. Sitoplasma
4
Kelompok 9
Pemotongan jam 12
Perbesaran : 40x10

Keterangan:
1. Inti sel

1 2. Epidermis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam membuat preparat pejetan


untuk mengamati proses pembelahan mitosis pada akar bawang merah (Alium
cepa) Sekitar 5 mm dari ujung akar dipotong untuk diamati. Bagian yang akan
diamati adalah ujung akar karena pada ujung akar merupakan bagian meristem
yang masih berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk diamati fase
pembelahannya. Pembelahan tersebut dapat diamati dengan membuat preparat
menggunakan metode squash.
Dilakukannya perendaman dengan lauran carnoy berguna sebagai fiksatif
yang mengeraskan kromosom dan mencegah pengerasan jaringan. Daya
penetrasinya cepat sehingga dapat mengakibatkan pembengkakan jaringan.

Hidrolisis dengan menggunakan HCl 10% dan alcohol 70% berfungsi


untuk menghidrolisis dan menghilangkan sisa-sisa zat kimia serta untuk
melunakkan sel agar mudah disquash saat pembuatan preparat nantinya. HCl
akan melarutkan pectin maupun selulose yang ada pada dinding sel sehingga sel
menjadi lunak. Sedangkan fungsi pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi
pelunakan sel dimana suhu yang digunakan selama pemanasan yakni berkisar
antara 60o C yang merupakan suhu optimal terjadinya reaksi. Jika lebih dari 60 o C
maka akan terjadi kerusakan komponen sel sedangkan bila di bawah 55o C maka
reaksi berjalan lambat.

Langkah berikutnya yaitu mewarnai potongan akar yang telah dicuci


dengan acetocarmin. Pewarnaan dimaksudkan agar sel-sel yang akan diamati
terlihat karena jika tidak diwarnai maka akan transparan sehingga sulit diamati di
bawah mikroskop. Perendaman menggunakan asetocarmin selama 8 menit
dimaksudkan agar proses pewarnaan berjalan sempurna. Penggunaan bahan
pewarna acetocarmin supaya dapat memberi warna pada benang-benang kromatin.
Hal ini berhubungan dengan tujuan pembuatan preparat yaitu untuk mengamati
pembelahan mitosis yang terjadi pada ujung akar Bawang Merah Allium cepa.
Dengan adanya pewarnaan menggunakan acetocarmin, bagian ujung akar yang
aktif membelah akan berwarna lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah
terdiferensiasi.

Pengamatan kali ini terlihatnya inti selatau nukelus pada sel akar bawang
namun tidak terdapatnya kromosom yang mengalami fase pembelahan, hal ini
dikarenakan pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya
kekurangan dalam pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang
praktikan lakukan kurang maksimal diantaranya : kesalahan pada proses
pengerjaan dan keterbatasan alat serta bahan yang digunakan. Seperti pada proses
hidrolisis hanya dilakukan sekitar 15 menit, sehingga pemisahan sel tidak terjadi
secara maksimal. Selain itu keterbatasan perbesaran lensa mikroskop yang hanya
mencapai perbesaran 40x10 juga mempengaruhi hasil pengamatan.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Metode pencet atau metode squash adalah metode untuk mendapatkan


suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu
organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang
tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop. Akar bawang merah
digunakan karena memiliki sel-sel dengan ukuran yang relatif besar dan
kromosom yang tampak jelas.
2. Mahasiswa tidak dapat mengamati fase mitosis yang terjadi pada ujung
akar bawang merah dikarenakan faktor dalam pelaksanaan prosedur.

5.2 Saran

1. Dalam pembuatan preparat harus memperhatikan waktunya untuk


hidrolisis dan pewarnaan.

2. Sebaiknya hidrolisis dilakukan sampai akar bawang benar-benar


transparan.
3. Dalam squashing harus ditekan dengan benar, agar sel-selnya terpisah-
pisah dan dapat diamati fase-fasenya.

Daftar Pustaka

Budipramana, Lukas. 1992. Mikroteknik dan Pembuatan Peraga Biologi.


Surabaya : UNESA Press.

Campbell, N.A., J.b. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Ernawiati, Erni. 2008. Efek Mutagenik Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa
Superba Lindl.) Terhadap Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang. Jurnal
Sains MIPA. Vol. 14( 2): 129 132.

Rahayu E. dan Nur Berlian VA, 1999. Bawanh Merah. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Randy, Ernst., I.D. Rahayu., R.S. Bekti. 2017. Analisis Perbandingan Fiksasi
Menggunakan Larutan Formalin Dan Larutan Carnoy Pada Somit, Neural
Tube, Dan Vaskular Embrio Ayam Usia 48 Jam Dengan Pewarnaan
Hematoxylin-Eosin. Jurnal Kesehatan FKUB. Vol. 4(1) : 9-16.

Rudyatmi, E. 2015. Diktat Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi Fmipa Unnes.

Susilowati, S.M.E. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Lampiran
Akar bawang merah Larutan Carnoy Pengambilan larutan
HCL 10%

Pemanasan didalam Pengambilan larutan Pengambilan larutan


waterbath dengan suhu carnoy acetocarmin
60oC

Pengambilan akar Penetesan akar bawang diatas kaca benda


bawang dilarutan
acetocarmin

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK


Membuat Sediaan Ujung Akar Bawang Merah dengan Metode
Squash

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Tresna Amalia Ilmi


Npm : F1D015069
Kelompok : IX (Sembilan)
Dosen Pengampu : Dra. R.R Sri Astuti, M.S
Hari / Tanggal : Senin / 10 April 2017
Asisten Praktikum : 1. Imelda Cahya Putri (F1D013002)
2. Feby Lilia Rosa (F1D013030)
3. Arie Yaningsih (F1D013020)

LABORATORIUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan
preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau
kaca preparat dengan menggunakan karet pensil. Preparat pejetan biasanya
digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar bawang. Mitosis merupakan
pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk
selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah profase, metafase, anafase dan
telofase (Gunarso, 1986).
Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa
jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus.
Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik. Mitosis biasanya
diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis yang mana sel
akan terpisah menjadi dua. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan
praktikum preparat segar mitosis (Arisworo, 2000).
Berdasarkan uraian singkat diatas guna menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai pembuatan preparat dengan metode squash atau pemijatan
pada akar bawang merah maka dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan sediaan ujung akar bawang
merah dengan metode squash
2. Mahasiswa dapat mengamati fase Mitosis yang terjadi pada ujung akar
bawang merah

BAB II
DASAR TEORI
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan
preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau
kaca preparat dengan menggunakan ibu jari. Preparat pejetan biasanya digunakan
untuk melihat proses mitosis pada akar Allium cepa var. Ascolonicum (Coe G. F,
1959).
Langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan
mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting
dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan
keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga akan
terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma,
jaringan dapat diwarnai sehingga bagian-bagian dari jaringan dapat mudah
dikenali. Secara ringkas fiksasi terdiri dari dua proses yang jelas, yaitu mematikan
dan menetapkan (Sastrosumarjo, 2006).
Suatu fiksatif dikatakan baik jika mempunyai kemampuan untuk
mengendapkan kromatin, mempunyai kemampuan untuk mematikan dengan
segera, mempunyai kemampuan untuk mangautolisis protein, mencegah
terjadinya dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri, dan dapat menciptakan
keadaan pH yang sesuai untuk jaringan yang telah difiksasi (Arisworo, 2000).
Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap: profase (prophase),
prometafase (prometaphase), metaphase (metaphase), anaphase (anaphase), dan
telofase (telophase). Sitokinesis yang bertumpang tindih dengan tahap akhir
mitosis, menyelesaikan fase mitotis :
1. Profase. Kromatin berkondensasi dan nucleolus mulai lenyap. Walaupun
belum terlihat pada mikrograf, gelendong mitotic mulai terbentuk.
2. Prometafase. Kromosom diskert kini terlihat; masing-masing terdiri atas dua
kromatid saudara yang identik dan berjejer. Nantinya dalam prometafase,
selaput nucleus akan terfragmentasi.
3. Metafase. Gelendong telah lengkap, dan semua kromosom, yang melekat di
bagian mikrotubulus di bagian kinetokornya, berada pada lempeng
metaphase.
4. Anafase. Kromatid dari masing-masing kromosom telah terpisah, dan
kromosom anakan bergerak ke ujung-ujung sel saat mikrotubulus kinetokor
memendek.
5. Telofase. Nukleus anakan terbentuk. Sementara itu sitokinesis mulai:
Lempeng sel , yang akan membelah sitoplasma menjadi dua, tumbuh ke arah
tepi sel induk (Campbell, 2010).
Akar berperan penting pada saat tanaman merespons kekurangan air
dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air. Kebutuhan air pada
tanaman dapat terpenuhi dengan adanya penyerapan air oleh akar. Kekurangan air
pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sel (Rudyatmi, 2014)
Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah
satu karakteristik yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup dan
makhluk mati. Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan ini, seperti
semua fungsi biologis memiliki dasar seluler (Campbell, 2010).
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua
bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk
bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua
buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan
alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi
menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa
kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk
seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif
kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang memberi kromosom
dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang
(area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu,
adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut
satelit, dan sebagainya (Budipramana, 1992).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Membuat Sediaan Ujung Akar Bawang Merah dengan Metode
Squash dilaksanakan pada hari Senin, 10 April 2017 Pukul 09.00 -17.00 di
Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada Praktikum ini adalah Ujung Akar kecambah bawang
Merah (Allium cepa var. ascalonicum) 5 mm dari ujung (pengambilan siang, jam
09.00, 10.00, 11.00, dan 12.00), larutan Carnoy ( Asam Asetat glasial, Kloroform,
dan Etanol absolut), Pewarna Safranin, Alkohol 70%, Larutan HCL 10%, dan
Akuades, sedangkan alat yang digunakan berupa mikroskop binokuler, kaca
objek, kaca penutup, silet, botol vial, pipet tetes, penjepit kayu, waterbath, dan
tisu.

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan semua alat dan bahan larutan yang digunakan.
2. Larutan Carnoy sebagai larutan fiksatif dimasukkan ke dalam botol vial.
FIKSATIF Larutan Carnoy :
Etanol absolut 60 mL
Asam asetat glasial 10 mL
Chloroform 30 mL
3. Dibiarkan bahan selama 1-2 jam
4. Ujung Akar Kecambah Bawang merah dipotong 5 mm kemudian dimasukkan
ke dalam botol vial yang telah berisi larutan fiksatif selama 3 jam
5. Untuk menyempurnakan pemisahan sel, dipindahkan bahan dari fiksatif atau
alkohol 70 % ke dalam HCl 10 % selama 15 menit
6. Botol vial berisi alkohol 70% dan HCL 10% dipanaskan di dalam waterbath
selama 15 menit
7. Bahan dipindahkan ke pewarna safranin dan dibiarkan selama 8 menit
8. Bahan diletakkan pada kaca benda dan dihisap kelebihan warna dengan
menggunakan tisu
9. Bahan ditutup dengan kaca penutup secara hati-hati
10. Kemudian Diletakkan menggunakan ibu jari tepat pada bagian tengah kaca
penutup dan dibantu dengan menggunakan tisu agar tidak bergeser
11. Lalu diamati dibawah Mikroskop Binokuler
12. Ketika Fase pembelahan nampak maka diberi nama (labelling) pada sebelah
kiri kaca penutup diletakkan etiket dan diberi keterangan: nama jenis
tanaman, stadium pembelahan, pewarnaan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kel 1 jam 9 Perbesaran 40X10 Kel 2 Jam 9 Perbesaran 40X10

Keterangan :

Keterangan : 1. Sel pada akar


2
bawang terdiri dari
3 1. Zona Meristematik dinding sel, nukleus
2. Dinding sel dan sitoplasma
4 3. Nukleus
4. Sitoplasma Fase Pembelahan
1 Mitosis tidak terlihat
Fase Pembelahan
Mitosis tidak terlihat
Kel 3 Jam 9 Perbesaran 40X10 Kel 4 jam 10 Perbesaran 40X10

1
2
3

Keterangan : Keterangan :

1 1. Zona Meristematik pada Ujung 1. Dinding Sel


akar bawang sangat terlihat jelas 2. Nukleus
3. Sitoplasma
Fase Pembelahan Mitosis tidak
terlihat Fase Pembelahan Mitosis tidak terlihat
Kel 5 jam 10 Perbesaran 40X10 Kel 6 Jam 10 Perbesaran 40X10

1
2
3

1 Keterangan :
Keterangan :

1. Dinding Sel 2 1. Dinding Sel


2. Nukleus 2. Nukleus
3
3. Sitoplasma 3. Sitoplasma

Fase Pembelahan Mitosis tidak terlihat Fase Pembelahan Mitosis


tidak terlihat

Kel 7 Jam 11 Perbesaran 40X10 Kel 8 Jam 12 Perbesaran 40X10

1
2
3

1 Keterangan : Keterangan :
32
1. Dinding Sel 1. Dinding Sel
2. Nukleus 2. Nukleus
3. Sitoplasma 3. Sitoplasma

Fase Pembelahan Mitosis Fase Pembelahan Mitosis tidak terlihat


tidak terlihat
Kel 9 jam 12 Perbesaran 40X10
1
2
3

Keterangan :

1. Dinding Sel
2. Nukleus
3. Sitoplasma

Fase Pembelahan Mitosis tidak terlihat


serta pewarnaan yang terlalu pekat

Referensi
Ujung akar terdiri dari sel-sel yang bersifat meristematik, artinya sel-
selnya sangat aktif membelah. Sehingga penggunaan ujung akar pada praktikum
ini diharapkan agar fase-fase mitosis dapat diamati secara lengkap.
Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang
merah merupakan tanaman yang mudah diamati tahapan mitosisnya. Pada
praktikum ini ujung akar diambil pada pukul 09:00, 10:00 , 11:00 dan 12:00 yang
bertujuan untuk mengtahui perbedaan fase pembelahan pada setiap waktu yang
berbeda, larutan carnoy sebagai larutan fiksatif, pemberian larutan carnoy untuk
fiksatif ini adalah untuk mencegah terjadinya plasmolisis terhadap sel dan
menghentikan proses metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Pada tahapan
akar dipindahkan dari larutan fiksatif ke dalam HCL 5-10% bertujuan untuk
melunakkan sel dan agar mudah di tekan apus (Squash) saat pembuatan preparat
nantinya. HCl akan melarutkan pektin dan selulosa yang ada pada dinding sel
sehingga sel menjadi lunak.
Proses diberi tetesan Safranin agar dapat diserap oleh benang-benang
kromatin. Pewarnaan ini bertujuan agar sel-sel yang akan diamati terlihat karena
jika tidak diwarnai maka akan transparan sehingga preparat menjadi tidak jelas
dan susah diamati fase mitosisnya di bawah mikroskop. Penggunaan bahan
pewarna safranin supaya dapat memberi warna pada benang-benang
kromatin.Dengan adanya pewarnaan menggunakan Safranin, bagian ujung akar
yang aktif membelah akan berwarna lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah
terdiferensiasi. Sehingga dapat terlihat jelas fase mitosis yang ada pada preparat
ujung akar bawang merah.
Ketika proses telah selesai baru dapat dilihat dibawah mikroskop bentuk
pembelahan mitosis pada akar bawang. Pada praktikum ini pembelahan mitosis
pada akar bawang tidak terlihat pada preparat yang dipotong dari jam 09.00 samai
jam 12.00 . Fase pembelahan mitosis pada preparat yang ada tidak dapat
dijelaskan karena tidak jelas saat dilihat dengan menggunakan mikroskop
binokuler. Sel yang seharusnya memisah tidak memisahkan dikarenakan proses
hidrolisis yang terlalu cepat, Mikroskop yang digunakan juga kurang mendukung
pengamatan, jadi pengamatan preparat dari jam 09.00 sampai jam 12.00 tidak ada
satupun Preparat yang diamati terdapat pembelahan mitosisnya, selain itu faktor
dari pemencetan yang kurang tepat juga bisa menjadi salah satu faktor gagalnya
pengamatan praktikum ini. Jika dibandingkan dengan referensi yang didapatkan,
Fase pembelahan dari ujung akar ke-sembilan kelompok tidak ada yang
menunjukkan adanya fase pembelahan hanya terlihat bagian-bagian dari sel
seperti Dinding sel, nukleus, dan sitoplasma saja jika dibandingkan referensi yang
fase pembelahannya terlihat begitu jelas dari fase Iterfase, Profase, Metafase dan
Interfase.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Preparat akar bawang merah dan bawang putih dapat dibuat
menggunakan metode squash dengan pewarnaan Safranin
dimulai dengan proses Fiksatif, Hidrolisis, Squash,
Dealkoholisasi, Pewarnaan, Pengamatan, dan Pembelahan.
2. Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap:
profase (prophase), prometafase (prometaphase), metaphase
(metaphase), anaphase (anaphase), dan telofase (telophase).
Tetapi, pada praktikum kali ini tidak bisa mengamati dari
masing-masing pembelahan baik dari jam 09.00 sampai jam
12.00 dikarenakan banyak faktor yang memengaruhi.

5.2 Saran
1. Dalam pembuatan preparat harus memperhatikan waktunya untuk hidrolisis
dan pewarnaan.
2. Sebaiknya hidrolisis dilakukan sampai akar bawang benar-benar transparan.
3. Dalam squashing harus ditekan, agar sel-selnya terpisah-pisah dan dapat
diamati fase-fasenya.
4. Dalam Pengamatan harus menggunakan Mikroskop yang baik agar hasil
pengamatan dapat terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo D. 2000. General Zoologi. PT grafindo media pratama. Jakarta.


Budipramana, Lukas. 1992. Mikroteknik dan Pembuatan Peraga Biologi. UNESA
Press. Surabaya.
Campbell, Neil A. & Jane B. Reece. 2010. Biologi Edisi 8, Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Coe G. F. and K. Klitgaard. 1959. Procedur for squash preparation of somatic
Sugar Beet tissues. Journal of The A. S. S. B. T. 10(7):609-611.
Gunarso W. 1986. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif yang Berbeda pada
Pembuatan Preparat dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik
Parafin.IPB Press. Bogor.
Rudyatmi, Ely. 2014. Mikroteknik. Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Semarang.
Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I. Aisyah, S. Sujiprihati, M. Syukur, R. Yunianti.
2006. Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor .

Anda mungkin juga menyukai