Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Meneliti suatu organisme, baik dari tingkatan sel, jaringan, organ dan
sebagainya memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut.
Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat
dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode tersebut yang paling
umum adalah mikroteknik.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan
preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau
kaca preparat dengan menggunakan ibu jari. Preparat pejetan biasanya digunakan
untuk melihat proses mitosis pada akar Allium cepa (Budipramana,1992).
Pada mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel
dihasilkan dua buah sel nakan yang masing-masing memiliki safat-sifat genetic
sama. Mitosis berlangsung pada semua sel, kecuali pada sel-sel yang akan
menajdi sel kelamin. Mitosis dibedakan atas 5 fase, ialah interfase, profase,
metaphase, anaphase, dan telofase. Oleh karena itu, untuk mengetahui tentang
pembelahan sel, macam-macam pembelahan sel dan tahapan-tahapan pembelahan
mitosis, maka dilakukanlah pengamatan ini.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan sediaan ujung akar
bawang merah dengan metode squash.
2. Mahasiswa dapat mengamati fase mitosis yang terjadi pada ujung akar
bawang merah.
BAB II
DASAR TEORI
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 April 2017 jam 13.00 sampai
dengan selesai bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Hasil Keterangan
Kelompok 1
Pemotongan jam 9
Perbesaran : 40x10
1 Keterangan:
1. Inti sel
2 2. Epidermis
Kelompok 2
Pemotongan jam 9
2 Perbesaran : 40x10
3
Keterangan:
1. Inti sel
1
2. Epidermis
3. Dinding sel
Kelompok 3
1 Pemotongan jam 9
Perbesaran : 40x10
Keterangan:
1.Tudung akar
2. Epidermis
2
Kelompok 4
Pemotongan jam 10
1 Perbesaran : 40x10
2 Keterangan:
3 1. Dinding sel
2. Inti sel
3. Sitoplasma
Kelompok 5
Pemotongan jam 10
1 Perbesaran : 40x10
2 Keterangan:
1. Dinding sel
2. Inti sel
3 3. Sitoplasma
Kelompok 6
1 Pemotongan jam 10
Perbesaran : 40x10
2 3
Keterangan:
1. Epidermis
2. Dinding sel
3. Sitoplasma
Kelompok 7
Pemotongan jam 11
Perbesaran : 40x10
Keterangan:
1. Inti sel
1
Kelompok 8
Pemotongan jam 12
Perbesaran : 40x10
Keterangan:
1 1. Dinding sel
2 2. Inti sel
3. Epidermis
3
4. Sitoplasma
4
Kelompok 9
Pemotongan jam 12
Perbesaran : 40x10
Keterangan:
1. Inti sel
1 2. Epidermis
Pengamatan kali ini terlihatnya inti selatau nukelus pada sel akar bawang
namun tidak terdapatnya kromosom yang mengalami fase pembelahan, hal ini
dikarenakan pada praktikum kali ini, praktikan menyadari bahwa adanya
kekurangan dalam pelaksanaan prosedur, sehingga hasil pengamatan yang
praktikan lakukan kurang maksimal diantaranya : kesalahan pada proses
pengerjaan dan keterbatasan alat serta bahan yang digunakan. Seperti pada proses
hidrolisis hanya dilakukan sekitar 15 menit, sehingga pemisahan sel tidak terjadi
secara maksimal. Selain itu keterbatasan perbesaran lensa mikroskop yang hanya
mencapai perbesaran 40x10 juga mempengaruhi hasil pengamatan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., J.b. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Ernawiati, Erni. 2008. Efek Mutagenik Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa
Superba Lindl.) Terhadap Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang. Jurnal
Sains MIPA. Vol. 14( 2): 129 132.
Rahayu E. dan Nur Berlian VA, 1999. Bawanh Merah. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Randy, Ernst., I.D. Rahayu., R.S. Bekti. 2017. Analisis Perbandingan Fiksasi
Menggunakan Larutan Formalin Dan Larutan Carnoy Pada Somit, Neural
Tube, Dan Vaskular Embrio Ayam Usia 48 Jam Dengan Pewarnaan
Hematoxylin-Eosin. Jurnal Kesehatan FKUB. Vol. 4(1) : 9-16.
Lampiran
Akar bawang merah Larutan Carnoy Pengambilan larutan
HCL 10%
Disusun Oleh :
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan sediaan ujung akar bawang
merah dengan metode squash
2. Mahasiswa dapat mengamati fase Mitosis yang terjadi pada ujung akar
bawang merah
BAB II
DASAR TEORI
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan
preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau
kaca preparat dengan menggunakan ibu jari. Preparat pejetan biasanya digunakan
untuk melihat proses mitosis pada akar Allium cepa var. Ascolonicum (Coe G. F,
1959).
Langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan
mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting
dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,
mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan
keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga akan
terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma,
jaringan dapat diwarnai sehingga bagian-bagian dari jaringan dapat mudah
dikenali. Secara ringkas fiksasi terdiri dari dua proses yang jelas, yaitu mematikan
dan menetapkan (Sastrosumarjo, 2006).
Suatu fiksatif dikatakan baik jika mempunyai kemampuan untuk
mengendapkan kromatin, mempunyai kemampuan untuk mematikan dengan
segera, mempunyai kemampuan untuk mangautolisis protein, mencegah
terjadinya dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri, dan dapat menciptakan
keadaan pH yang sesuai untuk jaringan yang telah difiksasi (Arisworo, 2000).
Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap: profase (prophase),
prometafase (prometaphase), metaphase (metaphase), anaphase (anaphase), dan
telofase (telophase). Sitokinesis yang bertumpang tindih dengan tahap akhir
mitosis, menyelesaikan fase mitotis :
1. Profase. Kromatin berkondensasi dan nucleolus mulai lenyap. Walaupun
belum terlihat pada mikrograf, gelendong mitotic mulai terbentuk.
2. Prometafase. Kromosom diskert kini terlihat; masing-masing terdiri atas dua
kromatid saudara yang identik dan berjejer. Nantinya dalam prometafase,
selaput nucleus akan terfragmentasi.
3. Metafase. Gelendong telah lengkap, dan semua kromosom, yang melekat di
bagian mikrotubulus di bagian kinetokornya, berada pada lempeng
metaphase.
4. Anafase. Kromatid dari masing-masing kromosom telah terpisah, dan
kromosom anakan bergerak ke ujung-ujung sel saat mikrotubulus kinetokor
memendek.
5. Telofase. Nukleus anakan terbentuk. Sementara itu sitokinesis mulai:
Lempeng sel , yang akan membelah sitoplasma menjadi dua, tumbuh ke arah
tepi sel induk (Campbell, 2010).
Akar berperan penting pada saat tanaman merespons kekurangan air
dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air. Kebutuhan air pada
tanaman dapat terpenuhi dengan adanya penyerapan air oleh akar. Kekurangan air
pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan sel (Rudyatmi, 2014)
Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah
satu karakteristik yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup dan
makhluk mati. Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan ini, seperti
semua fungsi biologis memiliki dasar seluler (Campbell, 2010).
Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana
informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma
yang berarti warna dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua
bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk
bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua
buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan
alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi
menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa
kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk
seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif
kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang memberi kromosom
dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang
(area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain itu,
adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut
satelit, dan sebagainya (Budipramana, 1992).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kel 1 jam 9 Perbesaran 40X10 Kel 2 Jam 9 Perbesaran 40X10
Keterangan :
1
2
3
Keterangan : Keterangan :
1
2
3
1 Keterangan :
Keterangan :
1
2
3
1 Keterangan : Keterangan :
32
1. Dinding Sel 1. Dinding Sel
2. Nukleus 2. Nukleus
3. Sitoplasma 3. Sitoplasma
Keterangan :
1. Dinding Sel
2. Nukleus
3. Sitoplasma
Referensi
Ujung akar terdiri dari sel-sel yang bersifat meristematik, artinya sel-
selnya sangat aktif membelah. Sehingga penggunaan ujung akar pada praktikum
ini diharapkan agar fase-fase mitosis dapat diamati secara lengkap.
Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang
merah merupakan tanaman yang mudah diamati tahapan mitosisnya. Pada
praktikum ini ujung akar diambil pada pukul 09:00, 10:00 , 11:00 dan 12:00 yang
bertujuan untuk mengtahui perbedaan fase pembelahan pada setiap waktu yang
berbeda, larutan carnoy sebagai larutan fiksatif, pemberian larutan carnoy untuk
fiksatif ini adalah untuk mencegah terjadinya plasmolisis terhadap sel dan
menghentikan proses metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Pada tahapan
akar dipindahkan dari larutan fiksatif ke dalam HCL 5-10% bertujuan untuk
melunakkan sel dan agar mudah di tekan apus (Squash) saat pembuatan preparat
nantinya. HCl akan melarutkan pektin dan selulosa yang ada pada dinding sel
sehingga sel menjadi lunak.
Proses diberi tetesan Safranin agar dapat diserap oleh benang-benang
kromatin. Pewarnaan ini bertujuan agar sel-sel yang akan diamati terlihat karena
jika tidak diwarnai maka akan transparan sehingga preparat menjadi tidak jelas
dan susah diamati fase mitosisnya di bawah mikroskop. Penggunaan bahan
pewarna safranin supaya dapat memberi warna pada benang-benang
kromatin.Dengan adanya pewarnaan menggunakan Safranin, bagian ujung akar
yang aktif membelah akan berwarna lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah
terdiferensiasi. Sehingga dapat terlihat jelas fase mitosis yang ada pada preparat
ujung akar bawang merah.
Ketika proses telah selesai baru dapat dilihat dibawah mikroskop bentuk
pembelahan mitosis pada akar bawang. Pada praktikum ini pembelahan mitosis
pada akar bawang tidak terlihat pada preparat yang dipotong dari jam 09.00 samai
jam 12.00 . Fase pembelahan mitosis pada preparat yang ada tidak dapat
dijelaskan karena tidak jelas saat dilihat dengan menggunakan mikroskop
binokuler. Sel yang seharusnya memisah tidak memisahkan dikarenakan proses
hidrolisis yang terlalu cepat, Mikroskop yang digunakan juga kurang mendukung
pengamatan, jadi pengamatan preparat dari jam 09.00 sampai jam 12.00 tidak ada
satupun Preparat yang diamati terdapat pembelahan mitosisnya, selain itu faktor
dari pemencetan yang kurang tepat juga bisa menjadi salah satu faktor gagalnya
pengamatan praktikum ini. Jika dibandingkan dengan referensi yang didapatkan,
Fase pembelahan dari ujung akar ke-sembilan kelompok tidak ada yang
menunjukkan adanya fase pembelahan hanya terlihat bagian-bagian dari sel
seperti Dinding sel, nukleus, dan sitoplasma saja jika dibandingkan referensi yang
fase pembelahannya terlihat begitu jelas dari fase Iterfase, Profase, Metafase dan
Interfase.
BAB V
5.1 Simpulan
1. Preparat akar bawang merah dan bawang putih dapat dibuat
menggunakan metode squash dengan pewarnaan Safranin
dimulai dengan proses Fiksatif, Hidrolisis, Squash,
Dealkoholisasi, Pewarnaan, Pengamatan, dan Pembelahan.
2. Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap:
profase (prophase), prometafase (prometaphase), metaphase
(metaphase), anaphase (anaphase), dan telofase (telophase).
Tetapi, pada praktikum kali ini tidak bisa mengamati dari
masing-masing pembelahan baik dari jam 09.00 sampai jam
12.00 dikarenakan banyak faktor yang memengaruhi.
5.2 Saran
1. Dalam pembuatan preparat harus memperhatikan waktunya untuk hidrolisis
dan pewarnaan.
2. Sebaiknya hidrolisis dilakukan sampai akar bawang benar-benar transparan.
3. Dalam squashing harus ditekan, agar sel-selnya terpisah-pisah dan dapat
diamati fase-fasenya.
4. Dalam Pengamatan harus menggunakan Mikroskop yang baik agar hasil
pengamatan dapat terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA