Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangbiakan pada tumbuhan biji terletak pada bunga. Bunga


merupakan alat perkembangbiakan generatif pada tumbuhan biji. Bunga
mempunyai dua bagian utama, yaitu perhiasan bunga dan alat kelamin bunga.
Perhiasan bunga terdiri atas kelopak dan mahkota. Alat kelamin bunga terdiri atas
putik dan benang sari (Nugroho, 2006)

Pollen atau serbuk sari mempunyai perbedaan bentuk butir sari,


besar/volume, serta warna butir sarinya. Banyaknya serbuk sari sangat berkaitan
dengan ukuran sel, dengan demikian jumlah serbuk sari pada setiap anthera adalah
tidak terhingga jumlahnya.

Serbuk sari pada umumnya memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga
tidak memungkinkan untuk dapat dilihat jika hanya dengan menggunakan mata
telanjang dan tanpa dilakukan perlakuan-perlakuan yang khusus. Namun dalam
perlakuan terhadap serbuk sari ini haruslah dengan menggunakan metode tertentu
sehingga serbuk sari yang sangat kecil tidak ikut terbuang pada saat dilakukan
pemfiksasian maupun pencucian dengan aquades. Untuk itu, maka perlu dipahami
cara-cara dan teknik pembuatan dan penyiapan preparat pollen ini. Untuk
mengetahui bagian-bagian serta macam-macam bentuk pollen maka dilakukanlah
percobaan kali ini dengan menggunakan metode asetolisis.

1.2 Tujuan

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembutan preparat
serbuk sari Berbagai macam bunga dengan menggunakan metode asetolisis.
BAB II

DASAR TEORI

Tanaman pepaya banyak ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Sebagai


salah satu negara tropika, hampir seluruh pelosok negeri Indonesia terdapat
pepaya dengan ragam bentuk dan jenis yang berbeda-beda, mulai dari yang
berbentuk lonjong, bulat, dan silindris. Berbagai pepaya berukuran kecil, sedang,
dan besar dengan daging buah berwarna merah, kuning, hingga oranye serta kulit
buah yang berwarna hijau muda, hijau tua, dan kuning. Keanekaragaman ini
merupakan bahan genetik tanaman pepaya yang menjadi bahan dasar untuk
merakit varietas pepaya unggul (Sujiprihati dan Suketi 2009).

Selain sebagai tempat gametofit jantan dan alat penyerbukan pada


tumbuhan berbunga, serbuk sari memiliki fungsi dan penting dalam beberapa
bidang meliputi morfologi serbuk sari dan kaitannya dalam taksonomi, filogeni
dan palinologi fosil. Beberapa karakter dari morfologi serbuk sari adalah: simetri,
ukuran dan bentuk, struktur dinding serbuk sari (pollen wall), stratifikasi exine,
ornamentasi exine, kerutan/alur dan lubang. (Agashe dan Caulton, 2009)

Sel-sel polen berada pada dinding polen yang unik dimana susunan ini
dimulai saat meiosis dengan lapisan permukaan yang mengembang dari waktu ke
waktu. Saat matang, permukaan polen dapat dibedakan menjadi 3 strata utama: (1)
dinding bagian terluar, terdiri dari banyak lapisan, mengandung bahan polimer
kimia sporopollenin dan memiliki lubang yang disebut celah; (2) bagian lebih
dalam, terkadang terdiri dari banyak lapisan dan terbuat dari selulosa; (3) mantel
polen, mengandung lemak, protein, pigmen, dan senyawa aromatik (Edlund et al.
2004).

Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang
menggunkan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial
serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk
sari tersebut. Serbuk sari yang digunakan dalam pembuatan preparat ini haruslah
merupakan serbuk sari yang matang. Serbuk sari yang matang ini dapat ditandai
dengan sudah tidak ada air dalam serbuk sari tersebut, jika serbuk sari dipatahkan
maka hanya akan seperti tepung saja (Suntoro, 1983).

Palinologi adalah ilmu yang mempelajari polen (serbuk sari) tumbuhan


tinggi dan spora tumbuhan rendah. Palinologi juga mempelajari mengenai
struktur, bentuk maupun preservasinya dibawah kondisi tertentu. Palinologi
berasal dari kata palynos yang artinya debu, karena ukuran polen menyerupai
debu. Palinologi merupakan studi polen dan spora, studi ini berkisar pada
morfologi butir polen dan spora tetapi tidak meliputi bagian dalamnya. Kajian
palinologi mencakup tentang sifat atau cirinya, seperti bentuk, struktur dan sifat
morfologis lainnya, maupun cara penyebarannya di bawah kondisi lingkungan
tertentu.Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan tentang pembuatan
preparat pollen dengan menggunakan metode asetolisis. Asetolisis adalah salah
satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang menggunkan prinsip melisiskan
dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai
bahan tambahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan morfologi
dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari tersebut (Hidayat, B 2005).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 3 April sampai 6 April 2017 jam
13.00 sampai dengan selesai bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: Antera Carica
papaya, GAA, H2SO4, akuades, Natrium Klorat, HCl, Safranin, Gliserin, paraffin,
Fenol, Kaca Preparat, kaca penutup, botol vial, kuas, label, tisu, dan sentrifugasi

3.3 Cara Kerja

1 Disiapkan semua alat dan abhan laturan yang digunakan


2 Butir polen yang akan digunakan diambil dari antera dan dikumpulkan
dalam botol vial yang berisi asam asetat glasial, dibiarkanselama 24 jam
untuk pematian dan fiksasi
3 Bahan dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge dan selanjutnya
disentrifugasi pada kecepatan sedang. Diganti larutan dengan campuran
larutasn Asam Asetat glasial : Asam Sulfat pekat (9:1)
4 Tabung dipanaskan dalam waterbath pada suhu 650 0C selama 3 menit,
kemudian didinginkan
5 Jika larutan bewarna gelap dilakukan pemutihan (Bleaching) dengan
kombinasi formula:
Asam asetat glasial 2 ml
Natrium Klorat 2-3 tetes
HCl 2-3 tetes
6 Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 3 menit, pellet
dibuang dan supernatant dicuci dengan aquades. Dilakukan 2-3 kali
pencucian, setiap pencucian dilakukan sentrifugasi kembali
7 Dilakukan pewarnaan menggunakan Safranin
8 Bahan diteteskan diatas kaca benda 1-3 tetes
9 Diletakkan paraffin pada sisi kanan dan kiri objek
10 Dilakukan penutup/pembalut dalam jeli gliserin dengan formula:
Gelatin 5 gram
Akuades 30 ml
Gliserin 35 ml
Fenol 5 gram ( dilarutkan dalam 10 menit)
11 Ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilakukan pemanasan dengan
menggunakan hotplate 6000C
12 Dilakukan labelling (pemberian nama) pada sebelah kiri kaca penutup
diletakkan etiket dan diberi keterangan : nama jenis tanaman, waktu dan
nama kelompok

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

N
Hasil pengamatan Referensi
o.
1 1

2
3
Keterangan : Perbesaran

10X10

1. Exin
2. Indine
3. Nucleoli

2 1

2
Keterangan : Perbesaran

10X10

1. Butir Pollen
2. Sitoplasma

Pewarnaan yang berlebihan


dikarenakan waktu yang
kurang tepat

Dalam Pelaksaan Praktikum ini, metode yang digunakan


adalah metode asetolisis. Metode asetolisis adalah salah satu metode
pembuatan preparat serbuk sari yang menggunkan prinsip melisiskan dinding sel
serbuk sari dengan asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan
tambahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil amatan morfologi dinding
serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari tersebut. Serbuk sari yang digunakan
dalam pembuatan preparat ini haruslah merupakan serbuk sari yang matang agar
didapatkan bentuk polen yang baik.

Fiksasi dilakukan dengan menggunakan asam asetat. Fiksasi


adalah suatu usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel
atau jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar tetap pada
tempatnya, dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
ukuran dengan media kimia sebagai fiksatif. Asam Asetat dapat
mengendapkan nukleoprotein, tetapi melarutkan histon dalam
nukleus, tidak melarutkan lemak, juga bukan pengawet
karbohidrat. Daya penetrasinya cepat, tetapi dapat
membengkakkan jaringan, ini disebabkan oleh bertambahnya
diameter serabut-serabut dalam jaringan tersebut.

Larutan polen disentrifuge bertujuan untuk memisahkan


serbuk sari dan asam asetat glacial, karena serbuk sari
berukuran kecil dan bercampur dengan asam asetat glacial
sehingga serbuk sari susah untuk diambil, maka diperlukan
centrifuge. Dari hasil centrifuge ini akan terbentuk supernatan
asam asetat dan endapan serbuk sari. Lalu dilakukan pemanasan
larutan di dalam waterbath bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan
penambahan H2SO4 dan asam asetat glasial dengan
perbandingan 1:9 ini berfungsi untuk untuk melisiskan selulosa
pada dinding serbuk sari (asetolisis), sehingga setelah dibuat
preparat, morfologi eksin serbuk sari akan terlihat lebih jelas
dibandingkan dengan sebelum asetolisis.

Pencucian dilakukan dengan penambahan aquadesh ke


dalam tabung centrifuge yang berisi serbuk sari kemudian
dilakukan centrifuge untuk mendapatkan serbuk sari yang sudah
bersih. Lalu pewarnaan (staining) dengan menggunakan safranin
1%. bertujuan untuk meningkatkan kontras warna serbuk sari
dengan sekitarnya sehingga memudahkan dalam pengamatan
serbuk sari dari bawah mikroskop. Pewarnaan dapat memperjelas
bentuk ornamen dinding sel serbuk sati serta mempermudah
mengetahui ukuran serbuk sari.

Mounting atau penutupan dilakukan dengan proses


pemanasan. Pemanasan ditujukan untuk mencairkan parafin dan
gliserin jelli agar dapat menutup serbuk sari, sehingga dihasilkan
preparat serbuk sari yang tahan dalam selang beberapa waktu.

Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop yang dilakukan


oleh praktikan, nampak bahwa serbuk sari bunga Carica papaya
ada dua bentuk, yang pertama berbentuk bulat dan yang kedua
berbentuk bulat dengan dinding serbuk sari memiliki spina di
sepanjang permukaannya. Dinding serbuk sari terdiri dari dua
lapisan, yaitu eksin (lapisan luar) tersusun atas sporopolenin,
dan intin (lapisan dalam) yang tersusun atas selulosa. Pollen
terdiri atas; 1. Intin, dari intin inilah dilepas enzim serta prekursor
enzim pada apertura butir pollen. 2. Eksin, merupakan bagian
paling luar yang berdiferensiasi menjadi neksin dan seksin. 3.
Apertura merupakan tempat pertumbuhan serbuk sari pada
masa perkecambahan. 4. Fillus merupakan rambut-ramput halus.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa


metode asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari yang
menggunkan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat glasial
serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan. Proses pembuatan
preparat polen dengan metode asetolisis terdiri dari proses
fiksasi, asetolisis, pemanasan, pencucian, pewarnaan, penutupan
dan labelling. Hasil pengamatan terlihat bentuk pollen dari bunga
Pepaya (Carica papaya) terdapat dua bentuk yaitu bulat dan
kedua bulat dengan bagian-bagiannya yaitu eksin (lapisan duri),
intin (lapisan dalam) dan duri-duri. Dinding serbuk sari terdiri dari
dua lapisan, yaitu Eksin (lapisan luar) tersusun atas
sporopolenin, dan Intin (lapisan dalam) yang tersusun atas
selulosa.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikan memahami langkah pembuatan


preparat metode asetolisis ini sebelum memulai praktikum serta
lebih berhati-hati dalam proses pengambilan polen dan memperhatikan
ketepatan waktu dari masing-masing tahap pembuatan preparat
DAFTAR PUSTAKA

Agashe, S. N. dan E. Caulton. 2009. Pollen And Spores: Applications With


Special Emphasis On Aerobiology And Allergy. United States of
America: Science Publishers.

Edlund AF, Swanson R, Preuss D. 2004. Pollen and stigma structure and fuction:
the role of diversity in pollination. The Plant Cell. 16(2): 8497.

Hidayat, B, Estiti, 2005. Anatomi dari Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.

Nugroho, Hartono, 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar


Swadaya. Depok.

Sujiprihati S, Suketi K. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya.


Depok.

Suntoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai