Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

MEMBUAT SEDIAAN POLEN Ixora paludosa


DENGAN METODE ASETOLISIS

Disusun oleh :

Nama Kelompok : Dewinta Putri Purba


NPM : F1D017047
Kelompok : IA
Dosen Pengampu : Dra. R.R. Sri Astuti, MS
Dedi Satriawan, S.Si., M.Si
Dra. Novia Duya, M.Si
Hari/Tanggal : Senin, 25 Februari 2019
Asisten : Maria Veronika (F1D015040)
Okta Ediyo Surayadi (F1D015042)
Dea Putri Ananda (F1D015062)
Rahmawati (F1D015070)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar, dan
lain lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang
tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan
hasil interaksi berbagai faktor lingkungan (Hidayat, 2010).
Pollen atau serbuk sari pada bunga mempunyai perbedaan bentuk butir sari,
besar/volume, serta warna butir sarinya. Variasi morfologi polen dan spora pada eksin
juga bersifat spesifik untuk kelompok tumbuhan tertentu. Morfologi yang khas ini
dapat diidentifikasi, sehingga secara taksonomi diketahui tumbuhan penghasilnya.
Serbuk sari pada umumnya memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga tidak
memungkinkan untuk dapat dilihat jika hanya dengan menggunakan mata telanjang
(Ulfah, 2016).
Metode asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari
dengan menggunakan prinsip melisiskan sel serbuk sari dengan AAG dan H 2SO4
sehingga mendapatkan hasil informasi berupa morfologi dinding serbuk sari dan
ornamenasi dari serbuk sari tersebut. Asetolisis merupakan reaksi kimia untuk
menurunkan polomer selulosa dan bahan organik melalui pergantian grup hidroksil
dengan grup asetil (Winantris, et all., 2012).
Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan tentang pembuatan
sediaan polen terhadap Ixora paludosa dengan menggunakan metode Asetolisis.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum membuat sediaan polen Ixora
paludosa dengan metode asetolisi ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pembuatan sediaan polen dengan metode asetolisis
2. Untuk mengetahui bentuk dan bagian pollen pada bunga Ixora paludosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Tanaman
berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif
adalah tanaman yang berkembang biak secara kawin seperti pada tanaman dikotil.
Pada tumbuhan berbiji alat perkembangbiakan generatifnya dikenal sebagai bunga.
Dimana pada bunga terdapat stamen yang merupakan alat kelamin jantan yang
berfungsi menghasilkan serbuk sari atau pollen (Tjitrosoepomo, 2011).
Pollen atau serbuk sari pada bunga mempunyai perbedaan bentuk butir sari,
besar/volume, serta warna butir sarinya. Variasi morfologi polen dan spora pada eksin
juga bersifat spesifik untuk kelompok tumbuhan tertentu. Morfologi yang khas ini
dapat diidentifikasi, sehingga secara taksonomi diketahui tumbuhan penghasilnya.
Serbuk sari pada umumnya memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga tidak
memungkinkan untuk dapat dilihat jika hanya dengan menggunakan mata telanjang
dan tanpa dilakukan perlakuan-perlakuan yang khusus. Untuk itu, maka perlu
dipahami cara-cara dan teknik pembuatan dan penyiapan preparat pollen ini salah
satunya dengan metode asetolisis (Ulfah, 2016).
Polen dan spora itu sendiri memiliki definisi, dimana polen atau serbuk sari
adalah alat perkembangbiakan jantan yang dihasilkan oleh tumbuhan Spermatophyta,
baik yang berasal dari tumbuhan Gymnospermae maupun Angiospermae,sedangkan
spora biasanya dihasilkan olehtumbuhan non vaskuler seperti alga, jamur, lumutserta
tumbuhan vaskuler tingkat rendah yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta) dan paku
(Pteridophyta). Polen dan spora dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanaman
karena pada polen dan spora terdapat lapisan eksin yang mempunyai struktur dan
ornamentasi yang khas serta dapat terawetkan karena mengandung senyawa
sporopolenin yang resisten terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. Eksin ini
memberikan keistimewaan dalam studi palinologi, sehingga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tumbuhan. Variasi morfologi polen dan spora pada eksin juga
bersifat spesifik untuk kelompok tumbuhan tertentu. Morfologi yang khas ini dapat
diidentifikasi, sehingga secara taksonomi diketahui tumbuhan penghasilnya (Azizah,
2016).
Serbuk sari tidak tahan hidup lama di alam bebas. Serbuk sari (pollen) hanya
ada pada sel di sebagian besar tumbuhan berbunga tetapi beberapa tumbuhan lain
tidak dan generatif (reproduktif) sel yang mengandung dua nukleus yaitu tabung inti
(yang memproduksi tabung serbuk sari) dan inti generatif (yang membagi untuk
membentuk dua sel sperma). Sekelompok sel yang dikelilingi oleh selulosa dinding
sel yang kaya disebut intine, dan tahan dinding luar sebagian besar terdiri dari
sporopollenin disebut exine (Hidayat, 2010).
Metode yang biasa digunakan dalam mengamati preparat pollen ialah dengan
metode asetolisis. Asetolisis adalah salah satu metode pembuatan preparat serbuk sari
yang menggunakan prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan asam asetat
glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan tambahan.Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil amatan morfologi dinding serbuk sari ornamentasi dari serbuk sari
tersebut. Serbuk sari yang digunakan dalam pembuatan preparat haruslah merupakan
serbuk sari yang matang. Serbuk sari yang matang ini dapat ditandai dengan sudah
tidak ada air dalam serbuk sari tersebut, jika serbuk sari dipatahkan maka hanya akan
seperti tepung saja (Widiastuti, 2010).
Langkah-langkah dari proses asetolisis ini antara lain adalah fiksasi,
pemanasan, pencucian, pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan labelling.
Langkah pertama yaitu fiksasi serbuk sari. Fiksasi adalah suatu usaha untuk
mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan, dalam hal ini serbuk sari agar
tetap pada tempatnya, dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran dengan
media kimia sebagai fiksatif. Fiksasi umumnya memiliki kemampuan untuk
mengubah indeks bias bagian-bagian sel, sehingga bagian-bagian dalam sel tersebut
mudah terlihat di bawah mikroskop. Tetapi tidaklah berarti banyak, karena tanpa
diwarnai bagian-bagian jaringan tidak akan dapat jelas dibedakan satu sama lain, dan
untungnya fiksatif mempunyai kemampuan untuk membuat jaringan mudah menerap
zat warna (Septina, 2014).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Mikroteknik dengan judul “Membuat Sediaan Polen” dilaksanakan
pada hari Senin, 25 Februari 2019 pukul 14.00-17.30 WIB di Laboratorium Biologi
Umum, Basic Science, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pinset, botol
vial, pipet tetes, sentrifugasi, waterbath, kaca benda, dan kaca penutup.
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah asam asetat
glasial, asam sulfat pekat, aquadest, natrium klorida, HCL, safranin, gliserin, gelatin,
fenol dan parafin.

3.3 Prosedur Kerja


Polen bunga Ixora paludosa disiapkan, lalu diambil dengan cara disapu
dengan kuas kecil dan dimasukkan ke dalam tabung vial yang berisi asam asetat
glasial. Lalu dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge, disentrifugasi dengan
kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Diganti larutan pada tabung sentrifuge dengan
campuran GAA 45% : H2SO4 (9:1). Lalu dipanaskan didalam waterbath dengan suhu
65oC hingga mendidih. Lalu didinginkan, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan
1500rpm selama 15 menit. Dicuci dengan aquades, dan disentrifugasi kembali dengan
kecepatan 3000rpm selama 3 menit sebanyak 3x. Dilakukan pewarnaan dengan
safranin. Dipipet sediaan polen, diteteskan ke kaca objek, Kemudian diteteskan
entelan keatas polen, ditutup dengan kaca penutup. Kemudian diamati bentuk polen
di bawah mikroskop. Dan dibuat labelling pada kaca objek yang terdapat polen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum membuat sediaan polen Ixora
paludosa dengan metode Asetolisis ini adalah sebagai berikut:

Gambar Klasifikasi

1
Regnum : Plantae
2
Unranked : Angiosperm
3 Unranked : Eudicots
4 Unranked : Rosids
Order : Gentianales
Familia : Rubiaceae
Keterangan : Genus : Ixora
1. Ornamen Species : Ixora paludosa
2. Exine
3. Intine
4. Sitoplasma
Gambar Pembanding

Sumber: Jurnal IlmiahMahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


UnsyiahVol 2, No 1; Februari 2017
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh data
berupa tabel seperti diatas. Pada praktikum ini menggunakan metode asetolisis untuk
mengamati sediaan polen. Jenis tanaman yang diambil polennya yaitu Ixora paludosa
karena tanaman ini banyak tersebar. Bunganya ringan, berupa spike warna merah.
Polen sendiri terdapat di kepala sari yang di dalamnya terdapat ruang sari yang
merupakan tempat terbentuknya polen. Pada praktikum membuat sediaan polen Ixora
paludosa dengan metode asetolisis didapat hasil bahwa polen berbentuk polar dengan
dan dilengkapi spina atau duri-duri disekelilingnya. Polen bunga Ixora paludosa
tersusun atas ornamen, dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan berupa exine
(lapisan luar) dan intine (lapisan dalam) dan juga sitoplasma.
Praktikum ini bertujuan agar dapat mengerti dan memahami pembuatan
sediaan polen dengan menggunakan metode asetolisis dan dapat mengenal suatu
tumbuhan berdasarkan polennya. Menurut Winatris, Et.al (2012), Metode asetolisis
yaitu metode pembuatan preparat serbuk sari dengan menggunakan prinsip
melisiskan sel serbuk sari dengan asam asetat glasial dan H 2SO4 sehingga
mendapatkan hasil informasi berupa morfologi dinding serbuk sari dan ornamenasi
dari serbuk sari tersebut.
Pada praktikum ini digunakan asam asetat glasial dan H2SO4 untuk melisiskan
sel serbuk sari. Perlu dilakukan pencucian untuk mendapatkan serbuk sari yang bersih
tanpa ada sisa zat kimia seperti fiksatif dalam serbuk sari yang akan dibuat preparat.
Pewarna yang digunakan yaitu safranin untuk memperjelas bentuk ornamen dinding
sel serbuk sari serta mempermudah mengetahui bentuk serbuk sari. Hasil polen yang
didapat pada praktikum ini yaitu bentuk polen dari bunga Ixora paludosa yaitu
berbentuk polar dengan dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan yaitu eksin dan
intin, serta terdapat ornament dan sitoplasma.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari praktikum membuat sediaan polen
dari bunga Ixora paludosa ini, yaitu antara lain:
1. Metode asetolisis memiliki prinsip melisiskan dinding sel serbuk sari dengan
asam asetat glasial serta asam sulfat pekat sebagai bahan fiksatif, asetolisis,
pemanasan dengan waterbath, pencucian aquades, pewarnaan dengan
safranin, penutupan dengan Canada-balsem dan labeling sehingga
mendapatkan hasil informasi berupa morfologi dinding serbuk sari dan
ornamenasi dari serbuk sari tersebut.
2. Hasil yang didapat yaitu bentuk polen dari bunga Ixora paludosa yaitu
berbentuk polar dengan dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan yaitu eksin
dan intin, serta terdapat ornament dan sitoplasma.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya menggunakan
polen dari bunga seperti polen bunga Hibiscus rosa-sinensis, Magnifera indica dan
lain sebagainya agar didapat bentuk polen yang lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Nurrahma., Agung, Suedy .S.W., & Prihastanti, Erma. 2016.
Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Morfologi Polen dan Spora dari
Sedimen Telaga Warna Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol.24. No.1.
Septina, S., 2014. Studi variasi ukuran serbuk sari kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.) dengan warna bunga berbeda. Jurnal Biologi. Vol 12 (1):14-18
Tjitrosoepomo, Gemong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Ulfah, Siti M., Dorly., & Rahayu, Sri. 2016. Perkembangan Bunga dan Uji Viabilitas
Serbuk Sari Bunga Lipstik Aeschynanthus radicans var. 'Monalisa'
Dikebun Raya Bogor. Jurnal Buletin Kebun Raya. Vol. 19 No.1.
Widiastuti, Alfin. 2010. Vibilitas Serbuk Sari dan Pengaruhnya terhadap
Keberhasilan Pembentukan Buah Kelapa Sawit (Elaeis guinensis). Jurnal
Penelitian. Vol.9. Hal:1-2.
Winantris., I., dan Rahardjo, A. 2012. Oncosperma Tigillarium Merupakan Bagian
Palino Karakter Delta Plain Delta Plain di Delta Mahakam, Kalimantan.
Bionatura. Vol (3): No 1.
LAMPIRAN

Bunga Ixora paludosa Polen Yang sudah difiksasi

Saat sentrifugasi Hasil sentrifugasi

Hasil sedia polen di mikroskop binokuler


Hasil pewarnaan
perbesaran 10 X100

Anda mungkin juga menyukai