Anda di halaman 1dari 25

Senin, 24 Desember 2018

LAPORAN PRATIKUM MIKROTEKNIK HEWAN

PEMBUATAN PREPARAT PARAFIN

OLEH

DILLA ASRIZALNI

NIM. 1403113804

DOSEN PENGAMPU

Dra. TITRAWANI, M.Si

Nip.196103311991032001

ASISTEN: JUNAIDAH (1403113884)

M. SHOLEH (1403113539)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2018
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meneliti suatu organisme, baik dari tingkatan sel, jaringan, organ dan

sebagainya memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut.

Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat

dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode tersebut yang paling

umum adalah mikroteknik (Sedjo, 2004).

Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode yang

digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel

hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode

smear ataupun embedding dan seringkali pula dengan metode whole mount.

Sedangkan sel tumbuhan kebanyakandibuat dengan menggunakan metode yang

lebih ringan daripada sel hewan karenastruktur sel hewan dan sel tumbuhan yang

berbeda. Metode yang paling umumdigunakan untuk melihat jaringan dan sel

tumbuhan adalah metode parafin denganbahan utamanya adalah blok parafin

(Sedjo, 2004).

Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan

adalah metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat

permanen dengan menggunakan para fin sebagai media embedding dengan tebal

irisan kurang lebih mencapai 6 µm-8 µm. Alat yang digunakan untuk dapat

mencapai hasil irisan 6 µm-8 µm adalah mikrotom Untuk mengamati dan melihat

preparat secara melintang dari organ hati ayam dengan menggunakan metode

parafin, maka dilakukanlah percobaan ini.


I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengamati dan melihat

preparat secara melintang dari organ hati ayam dengan menggunakan metode

parafin.

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum

Percobaan ini dilakukan pada hari selasa, 4 desember 2018 pukul 14:00-

17:00 WITA di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Pekanbaru.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan

melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan

preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini

dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak.

Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan

mikrotom sebagai alat pemotongnya. Dilakukan infiltrasi agar parafin yang masuk

berfungsi sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu

diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair,

dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan

mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada

umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan

jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah

diwarnai lalu dimounting, dan diberi label nama (Nugroho, 2006).

Gambar 1.MikrotomPutar. Sumber: www.aliexpress.com


Metode parafin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin atau

standar. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan

dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metode ini. Kebaikan-kebaikan

jaringan ini adalah irisan menjadi lebih tipis dibandingkan metode beku atau

metode seloidin. Dengan menggunakan metode beku, tebal irisan rata-rata diatas

10 mikron, tetapi dengan metode parafin irisan dapat mencapai tebal 6 mikron.

Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, bila menggunakan

metode ini. Prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin,

kejelekannya adalah jaringan menjadi keras, mengkerut dan mudah patah.

Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan bila menggunakan metode ini.

Sebagian enzim-enzim akan larut di dalam metode ini (Sugiharto, 1989).

Pembuaatan preparat jaringan tumbuhan yang dilakukan dengan metode

parafin melalui beberapa tahapan, yaitu (Widjajanto, 2001):

a. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)

Diseksi merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari

sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai

bahan dasar dalam mikroteknik. Pada jaringan hewan setelah dilakukan

pengambilan diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian (washing) adalah

suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan.

Pencucian ini perlu dilakukan karena jaringan yang diambil pada hewan sering

kali dalam keadaan kotor oleh darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan.

Selain itu jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan,

sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai

fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan

larutan garam fisiologis.


b. Fiksasi (Fixation)

Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau

jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk

maupun ukuran.Media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif.

Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas

yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan dapat mempertahankan

struktur jaringan.

c. Dehidrasi (dehydration)

Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan dengan

menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk

mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses dehidrasi

merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam larutan

dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan

mengurai konsentrasi air.

Dehidran yang paling umum digunakan pada mikroteknik dengan metode

paraffin adalah alkohol. Jenis dehidran lain adalah dioksan, N-butyl alcohol,

aniline oil dan bergamot oil. Alkohol merupakan dehidran yang umum digunakan,

karena relatif lebih murah dan mudah diperoleh, tapi mampu menghasilkan hasil

yang baik, bahkan untuk jenis-jenis jaringan-jaringan lunak seperti otak, sumsum

tulang belakang, dan embrio. Dalam penggunaan alkohol dipakai serial dengan

konsentrasi yang berbeda, dimulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

Lama perendaman tergantung untuk masing-masing konsetrasi berkisar 1-6 jam.

Alkohol 70% sebagai stoping point, jaringan di malamkan.

Proses dehidrasi dalam berbagai konsentrasi alkohol dilakukan setingkat

demi setingkat. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan
secara tiba-tiba dalam terhadap sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang

terjadi sekecil mungkin. Apabila proses dehidrasi ini tidak sempurna berarti masih

ada molekul air dari dalam jaringan. Ketidaksempurnaan proses dehidrasi ini

dapat diketahui dengan jelas setelah jaringan dimasukan ke dalam zat penjernih,

dimana jaringan tidak menjadi transparan walaupun jaringan telah lama dalam

larutan penjernih. Jika terjadi hal yang demikian, maka jaringan harus

dikembalikan ke dehidran.

d. Penjernihan (Clearing)

Clearing merupakan proses harus segera dilakukan setelah dehidrasi.

Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat alkohol sementara dalam

jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium

penjernih sebelum proses penanaman dalam parafin. Medium penjernih ini akan

menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar kemudian dapat terwarnai

dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya.

e. Infiltrasi (Infiltration)

Infiltrasi adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman

(embeddingmedia) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan

dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Media penanaman yang

digunakan dalam infiltrasi ini adalah paraffin. Proses infiltrasi ini umumnya

dilakukan di dalam oven yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh jenis parafin

yang digunakan. Pada jaringan hewan bisa langsung digunakan parafin keras

dengan titik leleh 56°C-58°C. Dalam proses infiltrasi sebaiknya jaringan jangsn

langsung dimasukan ke dalam parafin murni, tetapi sebelum parafin murni

jaringan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam campuran bahan penjernih dan

parafin murni dengan perbandingkan yang sama. Waktu yang diperlukan jaringan
campuran ini terlalu lama cukup berkisar antara 10-30 menit saja tergantung besar

kecilnya jaringan. Tujuan dari semua ini adalah untuk menghindari jaringan dsri

prubahan lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan-perubahan yang

mendadak ini dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan itu sendiri, seperti

jaringan menjadi sangat mengkerut.

Setelah dalam campuran parafin dan bahan penjernih, jaringan baru

dipindahkan ke parafin murni sebanyak tiga kali ganti yang masing-masingnya

berkisar antara 30-60 menit. Usahakan jaringan jangan terlalu lama ditinggalkan

dalam oven.Tujuan dari tahap infiltrasi ini adalah untuk mengisi jaringan dengan

parafin sebagi pengikat jaringan agar tetap memiliki bentuk dan struktur yang

sama seperti hidup.

f. Penanaman (Embedding)

Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau

penanaman jaringan ke dalam balok-balik parafin (cetakan) sehingga

memudahkan proses penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini

adalah untuk membuat balok parafin yang berisi jaringan yang akan dibuat

preparat permanen.

Parafin yang digunakan untuk menanam jaringan harus memiliki titik leleh

yang sama dengan parafin yang digunakn waktu infiltrasi. Parafin ketiga yang

dipakai pada infiltrasi dapat digunakan langsung untuk penanaman dengan syarat

memang sudah bersih dari bahan penjernih.

g. Penyayatan (Sectioning)

Proses penyayatan adalah pembuatan sayatan atau pita dari balok parafin

yang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan untuk

membuat sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam mikroskop.
Pembuatan irisan dengan metode parafin memiliki beberapa keuntungan,

diantaranya adalah yaitu proses embedding lebih cepat dan lebih simpel.

h. Penempelan dan Afiksasi (Afixing)

Afixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan pada

kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu, dapatberupaparafinpadat yang

dicairkanlaludimasukkankedalam box ukurantertentudandibiarkanmemadat.

Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita parafin yang sudah berisi

sayatan jaringan pada kaca objek.

i. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)

Deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses pewarnaan dengan

menggunakan xilol untuk membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek.

Pengerjaan deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan.

Tujuan dari tahap ini untuk membersihkan jaringan dan kaca objek dari parafin.

Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk memperjelas

berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan

ditelaah dengan mikroskop tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan sehingga

sulit untuk diamati.

j. Penutupan dan Labelling

Langkah terakhir adalah menyimpan sayatan dalam canada balsem serta

menutupnya dengan kaca penutup. Penempatan kaca penutup hendaklah

dilakukan dengan rapi dengan cara menempatkan suatu sisi kaca tersebut samping

sayatan kemudian dengan hati-hati sisi dihadapannya diturunkan dengan jarum.


III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu mistar, silet, pipet tetes,

gelas ukur, erlenmeyer, object glass, dan tabung reaksi.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu organ hati ayam,

aquadest, xylol, alkohol 96%, 90%, 80%, 70 %, formalin, parafin wax, parafin

cair, asam asetat glasial, box kecil dan tissue.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada percobaan ini yaitu :

Cara kerja pratikum mikwan

Tanggal Tahap Waktu Alat/bahan Cara kerja

(WIB)

Pembuatan 13:00 BNF 10% NaH2Po4 = 4 gr

larutan
3 Desember 2018

NH2 = 8,15 gr

Formalin = 100ml

Aquades = 900 ml
Fiksasi 09.00 BNF 10% Sediaan hati ayam yang sudah di

4 Desember 2018 dalam kotak keset kemudian direndam

ke dalam BNF 10% selama 24 jam

Pencucian 09:00 Alcohol 30 % Selanjutnya direndam ke dalam

dan alkohol 30% selama 45 menit

Dehidrasi
09:45 Alcohol 50% Selanjutnya direndam ke dalam
5 Desember 2018

alkohol 50% selama 45 menit

10:30 Alcohol 70% Selanjutnya direndam ke dalam

alkohol 70% selama 45 menit

11:15 Alcohol 90% Selanjutnya direndam ke dalam

alkohol 90% selama 45 menit

Dealkolisasi 12:00 Etanol I Sediaan direndam dalam etanol I

selama 45 menit

12:45 Etanol II Sediaan direndam dalam etanol II

selama 45 menit

13:30 Xylol I Sediaan direndam dalam xylol I selama

45 menit
5 Desember 2018

14:15 Xylol II Sediaan direndam dalam xylol II

selama 45 menit
15:00 Xilol : Sediaan direndam dalam Xylol:

paraffin (9:1) paraffin (9:1) selama 24 menit

Infiltrasi 15:00 Parafin murni Dipindahkan dari Xylol: paraffin (9:1)


6 Desember 2018

ke parafim murni yang sudah di

sediakan. Perendaman ini selama 24

jam

Embedding 15:45 Parafin Paraffin murni pada proses infiltasi

dibuang dan sediaan dikeluarkan dari

dalam keset. Selanjutnya paraffin cair


7 Desember 2018

(baru) di tuangkan ke dalam kotak

kecil dan sediaan dimasukkan ke

dalamnya. Selanjutnya dibekukan di

dalam kulkas.

Pengirisan 11:00 Mikrotom Sediaan yang sudah beku kemudian

diiris tipis dengan mikrotom dan

disusun rapi diatas gelas objek


10 Desember 2018
Pewarnaan 09:00 Xylol I Dicelupkan selama 5 menit

09:05 Xylol II Dicelupkan selama 5 menit

09:08 Alkohol I Dicelupkan selama 3 menit

09:11 Alkohol II Dicelupkan selama 3 menit

09:14 Alkohol 95% Dicelupkan selama 3 menit

09:17 Alkohol 70% Dicelupkan selama 3 menit

09:20 Alkohol 50% Dicelupkan selama 3 menit

09:23 Alkohol 30% Dicelupkan selama 3 menit


13 Desember 2018

09:26 Aquades Dicelupkan selama 3 menit

09:33 Hematoksilin Dicelupkan selama 7 menit

09:36 Aquades Dicelupkan selama 3 menit

09:46 Eosin Dicelupkan selama 10 menit

09:49 Alkohol 30% Dicelupkan selama 3 menit

09:52 Alkohol 50% Dicelupkan selama 3 menit

09:55 Alkohol 70% Dicelupkan selama 3 menit

09:58 Alkohol 95% Dicelupkan selama 3 menit

10:01 Alkohol I Dicelupkan selama 3 menit


10:04 Alkohol II Dicelupkan selama 3 menit

10:09 Xylol I Dicelupkan selama 5 menit

10:14 Xylol II Dicelupkan selama 5 menit

Pelabelan 10:30 Mikroskop Sediaan yang sudah diberi warna

dan label kemudian dilihat hasilnya

menggunakan mikroskop. Kemudian

diberi label
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Gambar Penampang Melintang organ hati ayam

Gambar 4.1 Hasil preparat paraffin organ hati ayam

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini menggunakan jaringan organ hati ayam yang dipotong

melintang dengan panjang 2mm, kemudian dilakukan fiksasi dengan

menggunakan larutan BNF 10% (Buffer Normal Formalin), selama 24 jam .

tujuan dari fiksasi adalah mempertahankan struktur sel dan menghentikn proses

metabolisme sel. Setelah melakukan fiksasi selanjutnya dilakukan tahap

pencucian untuk menghilangkan larutan BNF dari dalam jaringan. Setelah

dilakukan pencucian selanjutnya dilakukan tahap alkoholisasi atau dehidrasi,

tahap ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air dari jaringan organ hati

ayam, dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol bertingkat dengan

konsentrasi mulai dari 70%, 80%, 90%, dan 96% masing-masing selama 45
menit, alkohol bertingkat digunakan agar kandungan air di dalam jaringan dapat

keluar sedikit demi sedikit, dan juga agar sel-sel pada jaringan tidak mengalami

lisis.

Tahap selanjutnya setelah dehidrasi adalah dealkoholisasi, dealkoholisasi

merupakan tahap pengeluaran air dari dalam jaringan. Pada tahap dealkoholisasi

menggunkan alkohol dan xylol dengan perbandingan alkohol : xylol yaitu 3:1,

1:1, dan 1:1 dengan rentang waktu setiap 45 menit, hal ini dilakukan agar alkohol

dapat dikeluarkan secara maksimal dari dalam jaringan, sehingga larutan xylol

yang dapat masuk ke dalam jaringan, dan terikat dengan parafin.

Setelah dilakukan dealkoholisasi, tahap selanjutnya adalah penjernihan,

penjernihan bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa alkohol yang mungkin masih

ada di didalam jaringan, penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol I dan

xylol II secara bertahap selama 5 menit.

Langkah selanjutnya adalah infiltrasi, pada tahap ini infiltrasi dilakukan

sebanyak 2 kali. Pada infiltrasi I digunakan xylol dan parafin dengan

perbandingan 1 : 9, dan infiltrasi II dilakukan perendaman dengan menggunakan

parafin murni selama 24 jam. Setelah proses infiltrasi dilakukan, selanjutnya

dilakukan penanaman jaringan pada parafin yang telah memadat dengan cara

meletakkan jaringan pada permukaan parafin padat dan kemudian meneteskan

parafin cair pada permukaan jaringan, hingga seluruh jaringan tertutupi oleh

parafin cair diam kan selama 24 jam dalam lemari es.

Setelah proses penanaman selesai selanjutnya adalah tahap pengirisan

dengan menggunakan mikrotom hingga tahap labelling, pada saat pemotongan

dengan menggunakan mikrotom ukuran 20 micron. kemudian preparat irisan


organ hati ayam di ambil dengan glass objek dan dikiringkan dalam oven selama

24 jam. Kemudian pada saat pewarnaa ambil preparat hati ayam yang sudah

dikeringkan kemudian masukan kedalam xilol I, xilol II menggunakan waktu

perendaman 5 menit , selanjutnya alkohol I, alkohol II , alkohol 95% , alkohol

70%, alkohol 50%, alkohol 30% waktu perendaman selama 3 menit , aquades 3

menit, kemudian masukan dalam Hematoksilin 7 menit , kemudian celupkan

kembali dalam aquades 3 menit tujuannnya di masukan ke dalam aquades

berulang agar menghilangkan warna , kemudian masukan dalam eosin selama 10

menit dan celupkan kembali kedalam alkohol 30%, alkohol 50%, alkohol 70%,

alkohol 95%, alkohol I , alkohol II setiap masing-masing alkohol menggunakan

waktu 3 menit. Kemudian celupkan kembali ke xilol I dan xilol II selama 5 menit.

Kemudian preparat yang sudah selesai pewarnaan dilihat hasilnya di

mikroskop dengan ukuran 4x10 , namun kami menggunakan ukuran 10x10

karena di lensa mikroskop pada tidak bagus , hanya terlihat di ukuran 10x10 yang

bagus.

Dan hasil yang kami dapat jaringan organ hati ayamnya nampak , namun

kurang bagus di bagian warna , hanya tampak jaringannya dengan warna hitam

biru pudar
V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan ini dapat diketahui tahap-tahap pembuatan preparat

jaringan pada organ hati ayam dengan metode parafin meskipun tidak dapat

dihasilkan preparat permanen karena keterbatasan alat yang digunakan. Tahap-

tahap pembuatan preparat jaringan organ hati ayam dengan metode parafin adalah

melumpuhkan, fiksasi, dehidrasi, dealkoholisasi, penjernihan, infiltrasi,

penanaman (embadding), ukuran mikrotom, penempelan pita, pewarnaan,

penutupan dan labelling.

4.2 Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu diharapkan kepada

semua praktikan ketika ada jadwal praktikum lanjutan agar datang semua, dan

juga biar tidak orang-orang yang tertentu saja yang datang , agar dapat

mengetahui proses pembuatan preparat dengan metode parafin.


DAFTAR PUSTAKA

Joe, 2012, Picture Mikrotom, www.aliexpress.com, diaksespadatanggal 28

februari 2016, pukul 20:47 WITA.

Nugroho, H. L., 2006,Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, PenebarSwadaya,

Depok.

Ramdan, 2010, Penampang melintang jagung, http://bioliciousedu.blogspot.com,

diakses pada tanggal 04 maret 2016, pukul 06:07 WITA.

Setjo, S., 2004, Anatomi Tumbuhan, Universitas Negeri Malang, Malang.

Sugiharto, 1989,Mikroteknik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Widjajanto dan Susetyoadi S., 2001, Mikroteknik Tumbuhan, Universitas Negeri

Malang, Malang.
LAMPIRAN

Lampiran I. Alat dan Bahan

kotak keset
Hati ayam, baki dan pisau bedah

Gelas kimia Mikrotom putar

Xylol 1
etanol
Alkohol 30%, 50%, 70%, dan 90%

kaca objek dan cover glass Kertas label

Wadah pewarnaan

mikroskop
Lampiran II. Prosedur Kerja

hati ayam yang sudah dipotong Sediaan hati ayam yang direndam

dalam larutan BNF 10% selama 24

jam

Pewarnaan dengan xylol 1 selama 5 Pewarnaan dengan xylol 2 selama 5

menit menit

Pewarnaan dengan alkhohol 1 Pewarnaan dengan alkhohol 2

selama 3 menit selama 3 menit


Pewarnaan dengan alkhohol 95% Pewarnaan dengan alkhohol 70%

selama 3 menit selama 3 menit

Pewarnaan dengan alkhohol 50% Pewarnaan dengan alkhohol 30%

selama 3 menit selama 3 menit

Pewarnaan dengan aquades Pewarnaan dengan hematoksilin

selama 3 menit selama 7 menit


Pewarnaan dengan eosin selama

10 menit

Lampiran II. Hasil Pengamatan


Preparat hati ayam

Anda mungkin juga menyukai