Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN


KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN LUMUT (Bryophyta)

Disusun oleh:

Fitrah Duinda Ramadhani 21304241012


M. Auliya'urrahman Hanif 21304241039
Nayomi Riski Wardani 21304244034
Tyara Anggita Utami K 21304244039

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
A. TOPIK
Keanekaragaman tumbuhan lumut pada kondisi lingkungan di dataran rendah vs
dataran tinggi.

B. TUJUAN
Setelah melaksanakan kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengenal ciri-ciri tumbuhan lumut.
2. Membedakan lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun.
3. Mengenal habitat tumbuhan lumut.
4. Menemukan adanya keanekaragaman tumbuhan lumut pada kondisi
lingkungan yang berbeda.

C. DASAR TEORI
Kingdom plantae meliputi organisme yang multiseluler, eukariotik dan
memiliki selulosa. Indonesia merupakan negara Tropis, sehingga memiliki banyak
sekali keanekaragaman hayati, termasuk tumbuhan lumut. Lumut dapat dijumpai di
tempat yang lembab dan biasanya menempel pada substrat, yakni batu, kayu maupun
tembok. Lumut juga memiliki banyak jenis, dan untuk mempelajari hal tersebut
diperlukan klasifikasi. Klasifikasi umumnya berdasarkan analisis dasar fenetik dan
filogenetik.
Lumut pada umumnya memiliki tubuh yang berwarna hijau, karena adanya
plastida yang menghasilkan klorofil. Lumut bersifat autotrof dan merupakan tumbuhan
peralihan dari talus ke kormus. Belum mempunyai saluran pengangkut sehingga
distribusi terjadi melalui kapilaritas, difusi dan aliran sitoplasma. Alat reproduksi
berupa Arkegonium (betina) dan Anteridium (jantan), reproduksi terjadi secara
aseksual dengan spora haploid dan seksualnya dengan membentuk gamet-gamet.
Klasifikasi lumut dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Bryophyta (lumut daun), lumut
ini merupakan lumut yang paling banyak dikenal, mempunyai rizoid serta struktur
seperti batang dan daun. Selanjutnya yaitu Hepatophyta (lumut hati), pada lumut ini
struktur tubuhnya berbentuk hati pipih (talus). Yang terakhir yaitu Anthocerophyta
(lumut tanduk), yang mempunyai sporofit kapsul memanjang seperti tanduk.
1. Lumut daun (Bryopsida)

Lumut daun (Bryopsida) tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora


yang termasuk kelas terbesar dalam tumbuhan lumut. Bryopsida lebih dikenal dengan
lumut sejati, karena bentuk tubuhnya yang kecil, memiliki bagian menyerupai akar
(rizoid), batang (semu), dan daun.
Ciri-ciri lumut daun, antara lain:
● Memiliki bagian menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun
● Daun tersusun spiral dengan melingkari batang, Berwarna hijau, mempunyai
daun yang sederhana, mengandung kloroplas.
● Tubuh umumnya tegak, berupa talus, berdaun serupa sisik yang rapat, padat, dan
memipih atau menumpuk.
● Batang dari lumut daun adalah semu yang tegak dengan lembaran daun yang
tersusun spiral, reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang
batang.
● Gametofit tumbuh tegak, dan sporofit tumbuh pada gametofitnya atau pada
tumbuhan lumut itu sendiri, serta bersifat sebagai parasit terhadap gametofit.
● Sporangium mempunyai kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan antara kaki
dari kapsul, bagian bawah kapsul memiliki stomata untuk proses fotosintesis.
● Kapsul memiliki kolumela yang pecah oleh gigi-gigi peristom.
● Tangkai (seta) secara perlahan bertambah panjang seiring perkembangan kapsul.
● Alat perkembangbiakan terdiri dari Anteridium (jantan) dan Arkegonium
(betina).
2. Lumut Hati (Hepaticopsida)

Lumut hati (Hepaticopsida) dibagi menjadi lumut hati bertalus (marchantiales)


dan lumut hati berdaun (jungermaniales) didominasi dengan bentuk tumbuhan
dominan talus yang menempel pada permukaan tanah.
Daun yang ada pada lumut hati bukanlah tipe daun sejati seperti yang biasa
ditemui pada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur daun tersebut tidak memiliki
pelepah dan biasanya hanya terdiri dari susunan sel berjajar yang sederhana dan
menebal. Lumut hati memiliki alat penghasil spora (sporangium) dengan kaki
pendukung yang disebut seta, dan dilindungi oleh struktur yang disebut elater.
Lumut hati juga mungkin memiliki gametofit, tetapi sebagian besar berdaun
dengan daun dalam dua atau tiga baris. Organ seksual bersifat diskrit dan umumnya
berada di permukaan, serta dilindungi oleh struktur yang menyelimuti dengan
rhizoid uniseluler.
Daun sering berlubang dan tidak memiliki pelepah, dan seluruh daun terdiri dari
satu sel yang menebal. Seta berstruktur tegak karena tekanan air di dalam sel-
selnya. Seta biasanya memiliki kutikula dan tidak dapat menyerap air secara
langsung. Spora ditumpahkan ketika sporangium pecah yang berfungsi untuk
mendorong spora dan mencampur dengan sel-sel pelindung (elaters) untuk
mengeringkan udara. Elaters membuka dengan cepat saat kering dan lemparkan
spora ke udara, dan kemudian seta akan gugur/ luruh.
3. Lumut Tanduk

Lumut tanduk (Anthocerotopsida) selalu memiliki struktur yang dicirikan


dengan adanya sporofit yang berbentuk tanduk, dengan organ seksual yang
tertanam dalam bentuk tubuh yang disebut talus. Dalam perkembangbiakannya
lumut tanduk mengeluarkan spora terus menerus dari sporangiumnya untuk
kemudian berkembang menjadi lumut tanduk yang baru.
Pada lumut tanduk, struktur talus, terutama anatomi internal dan isi sel
merupakan hal penting yang dapat diamati untuk klasifikasi. Begitu juga sporofit
(yang mengandung dinding sporangium, spora dan ornamentasinya, dan sel steril
bercampur dengan spora) dan struktur silinder steril (jika ada) di sporangium.
Bagian-bagian tersebut merupakan bentuk spesifik yang ada pada lumut tanduk
sehingga memudahkan untuk klasifikasi.
Lumut memiliki banyak kegunaan dalam keseimbangan ekosistem,
membantu penyerapan air di tanah dan sebagai pengganti kapas. Pada ekosistem
Hutan Hujan Tropis, lumut memiliki peran penting dalam meningkatkan
kemampuan hutan untuk menahan air (water holding capacity). Lumut merupakan
habitat penting bagi organisme lain, pada beberapa organisme, tidak akan dapat
bertahan apabila tidak ada lumut yang sehat. Lumut juga merupakan media yang
baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi. Selain itu tumbuhan lumut
juga menjadi bioindikator pencemaran lingkungan.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi
3. Sekrap
4. Wadah dan kapas basah untuk menyimpan lumut sementara
5. Kaca pembesar (lup)
6. Mikroskop
7. Gelas benda dan penutupnya
8. Silet dan pinset
E. CARA KERJA
1. Tentukan dua tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda misalnya tempat
yang ternaungi dan tempat yang terbuka.
2. Amati tumbuhan lumut yang tumbuh di tempat tersebut.
3. Ambil foto/dokumentasikan tumbuhan lumut beserta tempat tumbuhnya.
4. Ambil tumbuhan menggunakan sekrap bersama sedikit lapisan substrat/tanah
tempat tumbuhnya supaya lumut tidak rusak.
5. Amati tumbuhan lumut menggunakan lup.
6. Gambar morfologi tumbuhan lumut dan beri keterangan bagian yang tampak
7. Identifikasi dan susunlah klasifikasi tumbuhan lumut yang ditemukan.
8. Gambar hasil pengamatan secara mikroskopis dan beri keterangan

F. TABEL PENGAMATAN

No. Jenis Lumut Struktur Habitat

1. Lumut daun Berhabitat di daerah


lembab

2. Lumut hati Habitat lumut hati


umumnya ditanah lembab
yang kaya akan mineral,
seperti lereng gunung.

3. Lumut tanduk Wilayah terbuka dengan


tanah lembab
G. PEMBAHASAN
Praktikum Keanekaragaman Tumbuhan dengan topik tumbuhan lumut
(Bryophyta), dilaksanakan secara online atau daring pada hari Selasa, 19 Oktober 2021.
Tumbuhan lumut (Bryophyta) tergolong ke dalam klasifikasi tanaman tingkat rendah.
Lumut (Bryophyta) berasal dari kata Bryon yang artinya lumut, dan Phyton yang
artinya lembab dan basah. Jadi, tumbuhan lumut (Bryophyta) dapat diartikan sebagai
tumbuhan yang hidup di tempat lembab dan basah. Karakteristik tumbuhan lumut
antara lain, warna dominan hijau, belum memiliki akar sejati, tidak memiliki berkas
pengangkut, serta banyak ditemukan di tempat lembab dan basah.
Beberapa specimen yang kelompok kami dapatkan, yaitu :
1. Lumut Daun (Bryophyta)

Kingdom : Plantae
Divisio : Bryopsida (Musci)
Classis : Sphagnidae
Ordo : Sphagnales
Familia : Sphagnaceae
Genus : Sphagnum
Spesies : Sphagna sp
Lumut daun mempunyai klorofil yang memungkinkan mereka bisa berfotosintesis
sendiri, mereka berhabitat di daerah lembab, biasanya membentuk karpet. Struktur
tubuhnya terdiri atas daun dan tangkai sederhana, karena tidak memiliki akar atau
jaringan pengankut lainnya, lumut daun menyerap nutrisi secara langsung melalui
tangkai dan rhizoidnya. Gametofit pada lumut daun umunya berkisar 1mm hingga 2m,
sedangkan sporofitnya dapat dilihat secara makroskopis kurang lebih 20cm. Siklus
hidup lumut daun sebagai berikut :
2. Lumut Hati (Hepatophyta)

Kingdom : Plantae
Divisio : Hepaticopsida (Liverworts)
Classis : Jungermannidae
Ordo : Calobryales
Famila : Haplomitriaceae
Genus : Haplomitria
Spesies : Haplomitrium sp
Karena gametofitnya yang pipih, lumut hati disebut sebagai taloid. Habitat
lumut hati umumnya ditanah lembab yang kaya akan mineral, seperti lereng gunung.
Oleh karena itu, ubuh lumut hati mempunyai struktur yang hygromorph (dalam
tubuhnya terdapat rongga-rongga udara), xeromorf (dalam tubuhnya terdapat alat
penyimpan air), epifit (hidup di kulit kayu) dan saprofit (Tjirosoepomo, 2005). Siklus
hidup lumut hati sebagai berikut :
H. DISKUSI
1. Dari hasil pengamatan, ciri apakah yang dimiliki oleh tumbuhan lumut?
Jawab:
Pada umumnya lumut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, berwarna hijau
karena sel selnya memiliki kloroplas (plastida), struktur tubuhnya masih sederhana,
belum memiliki jaringan pengangkut, proses pengangkut air dan zat mineral dalam
tubuh berlangsung secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma, hidup di rawa-
rawa atau tempat yang lembab, ukuran tinggi tubuh kurang lebih 20 cm, dinding
sel tersusun dari selulosa, gametangium terdiri dari anteridium dan arkegonium,
daun lumut tersusun atas lapisan sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti
jala, kecuali pada ibu tulang daunya, belum memiliki akar sejati sehingga menyerap
air dan mineral dalam tanah menggunakan rhizoid.

2. Dari berbagai tempat anda menemukan tumbuhan lumut, bisakah anda


menyimpulkan habitat yang paling sesuai untuk tumbuhnya lumut?
Jawab:
Habitat yang paling sesuai untuk tumbuhnya lumut adalah kayu atau batang
pohon lapuk atau tua yang masih hidup. Kayu atau batang lapuk merupakan
substrat yang baik untuk hidupnya tumbuhan lumut. Seperti yang dikemukakan
oleh Windadri (2009) dalam penelitiannya, bahwa kayu lapuk merupakan media
yang baik bagi lumut karena kayu yang telah mengalami pelapukan mampu
menyerap dan menyimpan air cukup banyak di antara sel-sel kayunya. Tumbuhan
lumut mudah hidup pada tempat yang dapat menaunginya. Batang-batang pohon
yang sudah tua umumnya mempunyai permukaan kulit kasar atau retak-retak
sebagai akibat pertambahan umur. Pada permukaan kulit batang pohon, merupakan
tempat yang baik untuk singgahnya spora-spora sehingga tumbuhan lumut pun
akan berkecambah, tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut dewasa
(Smith 1982; Bates 2008; Windadri 2009; Windadri: 2014).

3. Mengapa tumbuhan lumut dikatakan sebagai tumbuhan perintis kedua setelah


lumut kerak (Lichenes)?
Jawab:
Lumut disebut sebagai tumbuhan perintis kedua setelah lumut kerak, karena
lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi pertumbuhan, dimana pada tumbuhan
tingkat tinggi tidak dapat tumbuh di kondisi tersebut. Lumut merupakan tumbuhan
pertama yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah
dengan hara yang miskin (Damayanti, 2006).

4. Apakah lumut kerak tergolong dalam Bryophyta?


Jawab:
Lumut kerak tidak tergolong dalam Bryophyta, karena lumut kerak (Lichenes)
adalah gabungan atau simbiosis dari jenis ganggang hijau dan ascomycota yang
hidup bersama dan saling menguntungkan satu sama lainnya. (Agung Nugroho dkk
: 2008)
5. Jelaskan karakter apa saja yang digunakan untuk mengelompokkan
(mengklasifikasi) tumbuhan lumut?
Jawab:
- Identifikasi Bryophyta dapat dilakukan dengan menggunakan karakteristik
gametofit dan sporofit. Menggunakan bahan sporofit lumut yang hidup sangat
membantu identifikasi, meskipun mungkin untuk mengidentifikasi bryophyta
dapat juga dengan mengamati spesimen kering yang tidak hidup. Pengamatan
secara mikroskopis seperti bentuk, detail sel, posisi dan pola bercabang dari
rhizoid, juga penting untuk tujuan klasifikasi. Namun tentu dibutuhkan
pengalaman untuk melakukan mengidentifikasi bryophyta untuk mencapai ke
tingkat genus dan spesies setelah proses pengamatan secara detail. Pada dasarnya
pengamatan struktur bryophyta yang lebih besar dan lebih khas, akan menjadikan
proses identifikasi sering lebih cepat dibandingkan dengan bentuk lumut yang lebih
kecil.
- Karakter morfologi merupakan data yang banyak digunakan dalam klasifikasi
tumbuhan dari dulu hingga masa sekarang, karena metodenya paling mudah yaitu
dengan mengamati kenampakan luar (Stuessy, 1990 dalam Sofiyanti, 2000).
Pendekatan morfologi merupakan pendekatan yang memberikan jalan tepat untuk
mengetahui keanekaragaman variasi tumbuhan dibandingkan dengan pendekatan
yang lain terutama bagi taksonomis yang bertumpu pada spesimen herbarium
(Davis dan Heywood, 1963 dalam Hamidah 2009).

6. Jelaskan bagaimana keanekaragaman tumbuhan lumut pada kondisi lingkungan


yang berbeda sesuai hasil pengamatan anda?
Jawab:
Dari hasil pengamatan kami, kami berhasil mendapat 2 spesimen yakni Lumut
Daun. Selain kami lakukan pengamatan dan observasi lingkungan tempat lumut
tersebut hidup, kami juga membandingan dengan spesimen yang sama yaitu Lumut
Daun, namun dengan lingkungan yang berbeda serta ukuran yang berbeda. Berikut
beberapa visual lumut yang kami jadikan bahan pengamatan serta lumut
perbandingannya.
● Spesimen Pertama Lumut Daun 1
Lumut Daun 1 memiliki lingkungan dengan media Pot terbengkalai dekat
saluran air, saat pengambilan sampel (A), sedang turun hujan skala sedang (tidak
terlalu deras) dan pot berada pada area terbuka.
Lumut Daun 1 setelah pengambilan sampel (B) memiliki lingkungan yang
sama seperti sebelum pengambilan (di pot) namun saat hari tidak sedang hujan dan
panas terik (matahari jam 10 pagi), lumut terlihat agak kering namun jika di pegang
masih agak lembab tanah.
Lumut Daun 1 berhabitat di daerah dataran rendah, wilayah sekitar jabodetabek.
(A) (B)

● Spesimen Kedua Lumut Daun 2


Lumut Daun 2 memiliki lingkungan dengan media di bebatuan, dengan kondisi
bebatuan lembab, dengan sekitar nya terdapat lumut dengan jenis sama, namun
sepertinya umur lumut tersebut masih muda.

(C)

Lumut Daun 2 saat pengambilan sampel (C) sedang mendung dan cuaca sangat
lembab, diambil di daerah Pegunungan (Dataran Tinggi) luar Jabodetabek (Jawa
sekitarnya).
I. KESIMPULAN
Karakteristik umum tumbuhan lumut antara lain, warna dominan hijau, belum
memiliki akar sejati, tidak memiliki berkas pengangkut, serta banyak ditemukan di
tempat lembab dan basah. Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibagi menjadi 3 divisi, yaitu
Bryophyta (lumut daun), Hepatophyta (lumut hati), dan Anthocerotophyta (lumut
tanduk). Bryophyta (Mosses) atau lumut daun, merupakan lumut yang paling banyak
dikenal, mempunyai rizoid serta struktur seperti batang dan daun. Hepatophyta
(Liverworts) atau lumut hati, memiliki struktur tubuh berbentuk hati pipih (talus).
Anthocerophyta (Hornworts) atau lumut tanduk, mempunyai ciri-ciri sporofitnya yang
berbentuk kapsul memanjang seperti tanduk.

Lumut daun 1 cenderung memiliki ukuran lebih kecil ketimbang Lumut daun 2.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan habitat / lingkungan yaitu Lumut daun 1
(Dataran Rendah) Lumut daun 2 (Dataran Tinggi), dimana hal ini mempengaruhi nutrisi
dan zat hara yang didapat lumut di habitatnya, terlebih adanya perbedaan kadar oksigen
dan karbon dioksida di sekitar lingkungan lumut. Pada dataran tinggi lumut lebih
banyak mendapat oksigen, kelembaban, dan tanah/media yang subur ketimbang lumut
yang hidup di dataran rendah dengan intensitas matahari yang lebih sering, lebih banyak
polusi ketimbang oksigen, dan tanah/media yang terbatas. Kesimpulan dari pengamatan
ini menunjukkan jika habitat/lingkungan berpengaruh pada keanekaragaman ukuran,
kelembaban, dan tekstur lumut.
J. LAMPIRAN
K. DAFTAR PUSTAKA

D.A., Pratiwi, Sri Maryati, Suharno, Bambang. S . 2017. BIOLOGI UNTUK SMA/MA
KELAS X. Jakarta : Erlangga.

Edawua, N. E. E. Diversitas Bryophyta di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya


F. Soeryo Cangar, Jawa timur. Skripsi ADLN Perpustakaan Universitas
Airlangga.

Imu, U. C., Purnamasari, A. B., & Liana, A. 2019. Identifikasi Tumbuhan Lumut di
Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung. Bionature, 20(2), 147-151.

Lestiani, A., Lestari, R. S. D., Rizkia, R. A., Pratiwi, dkk. 2021. Survey On The
Diversity of Mosses and Host Trees In The Bogor Botanical Gardens. Proceeding
of Biology Education. 4(1):51-52.

Lukitasari, M. 2018. Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi, Klasifikasi,


Potensi, dan Cara Mempelajarinya. Jawa Timur : CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Rini, Z. A. 2019. Identifikasi Lumut Di Kawasan Cagar Alam Watangan Puger


Kabupaten Jember dan Pemanfaatannya Sebagai Booklet. Skripsi. Universitas
Jember.

Anda mungkin juga menyukai