Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM II

MIKOLOGI
(ABKC 2408)

“JAMUR MIKROSKOPIS”

Disusun Oleh:
Jannah
(1710119220012)
Kelompok I

Asisten Dosen:
Candra Pratama

Dosen Pengasuh:
Dra. Hj. Sri Amintarti, M.Si.
Dra. Aulia Ajizah, M.Kes
Drs. Mirhanudin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL
2019
PRAKTIKUM II

Topik : Jamur Mikroskopis


Tujuan : Untuk mengamati morfologi jamur mikroskopis
Hari/ tanggal : Jumat/ 29 Maret 2019
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


a. Alat-alat:
1. Mikroskop 4. Tissue
2. Kaca benda dan kaca 5. Pipet tetes
penutup 6. Jarum pentul
3. Gelas kimia

b. Bahan-bahan:
1. Biakan jamur pada Bayam
2. Biakan jamur pada Kangkung
3. Biakan jamur pada Jagung
4. Biakan jamur pada Kentang
5. Biakan jamur pada Tomat
6. Biakan jamur pada Bengkoang
7. Biakan jamur pada Tempe
8. Biakan jamur pada Roti
9. Biakan jamur pada Nasi
10. Biakan jamur pada Daun Pisang
11. Biakan jamur pada Kulit Jeruk
12. Jamur pada Rambut
13. Lactophenol cotton blue
14. Aquadest
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil jamur yang ada pada bahan satu persatu untuk diamati di
bawah mikroskop dengan menggunakan jarum pentul.
3. Meletakkan jamur pada kaca benda, kemudian meneteskan air, lalu
menutupnya dengan kaca penutup.
4. Meletakkan kaca benda di bawah mikroskop, kemudian mengamati serta
menggambar bentuk jamur yang didapat.

III. TEORI DASAR


Jamur makroskopis merupakan organisme eukariota (sel-selnya
mempunyai inti sejati) yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan
sejati. Dinding sel jamur terdiri atas zat kitin. Tubuh atau soma jamur
dinamakan hifa yang berasal dari spora. Dari bentuk dan ukurannya, tubuh
buah jamur mudah dikenali atau dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa
bantuan mikroskop. Tubuh buah tersebut dapat dipetik dengan tangan. Sel
jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti
tumbuhan. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil
makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada disekitar tempat
tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan
enzim yang dihasilkan oleh hifa. Untuk selanjutnya molekul-molekul
sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti
organisme heterorof lainnya yang menelan makanannya kemudian
mencernannya sebelum diserap. (Gunawan, 2005)
Jamur membentuk struktur reproduksi seksual yang berada di dalam
struktur tubuh buah yang bentuknya mencolok dan ukurannya makroskopik.
Perbedaan struktur dalam alat berbiaknya merupakan dasar untuk membuat
klasifikasi jamur. Sebagian besar jamur pangan digolongkan dalam kelompok
basidiomiset dan hanya beberapa jenis dari kelompok askomiset. Jamur dari
kelompok basidiomiset menyusun sporanya dalam kelompok empatempat
pada ujung bangunan berbentuk gada yang disebut basidium. Sementara
jamur askomiset membentuk sporanya dalam kelompok delapan-delapan di
kantong khusus yang disebut askus (Gunawan, 2005:18)
Jamur dari kelas Basidiomycetes adalah jamur yang membentuk
basidiokarp (tubuh buah) dan berkembangbiak melalui basidiospora.
Beberapa jenis jamur basidiomyctes memiliki senyawa bioaktif, dan beberapa
diantara telah diisolasi, lazim disebut dengan “nutricetical “. Nutricetical
adalah senyawa bioaktif yang dapat diekstrak dari jamur dan memiliki gizi
dan kandungan medis yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit (Hendritomo, 2010)
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka
memerlukan senyawa organik untuk nutrisisnya. Bila mereka hidup dari
benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan
menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudan dikembalikan ke
dalam tanah, dan selanjtnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat
sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan bila membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lan.
(Sukarminah, 2008)
Cendawan saprofit juga penting dalam fermentasi industri, misalnya
pembuatan bir, minuman anggur, dan pproduksi antibiotik seperti penisilin.
Peragian adonan dan pemasakkan beberapa keju juga bergantung pada
kegiatan cendawan. Beberapa fungi, meskipun saprofik, dapat juga
mentyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan susbur disitu sebagai
parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan
hewan, termasuk manusia. (Sukarminah, 2008)
Menurut Amintari (2018) jamur merupakan tumbuhan yang tergolong
heterotrof yang memperoleh makanan dari makhluk lain. Ciri-ciri jamur yaitu
bersel satu atau bersel banyak, eukariotik, dinding sel dari kitin (kecuali
Oomycotina), tidak berklorofil, memperoleh nutrisi dengan menyerap (baik
sebagai saprofit atau parasit), menyiapkan makanan dalam bentuk glikogen
dan memiliki keturunan yang diploid yang singkat (kecuali Oomycotina).
Sebagai organisme saprofitik, jamur mendapat bahan makanan dari
bahan organik yang sudah mati (sampah, bangkai hewan, dan lain-lain).
Jamur parasitic mendapat makanan yang masih menjadi bagian inang yang
masih hidup. Bagian tubuh jamur yang berperan untuk menyerap bahan
makanan dari bahan organik tempat hidupnya disebut mesilium dan tiap
filamen dari miselium disebut hifa. Jamur termasuk dalam Mycota yang
terbagi dalam 5 sub divisio : Domycotina, Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deuteromycotina. Phylum Mycotina terbagi dalam 4
kelas yakni Ascomycotina, Basidiomycotina, Phycomycetes dan
Mycomycetes. (Amintarti. 2018)
Habitat jamur adalah pada tempat-tempat yang lembab, basah dan
mengandung zat-zat organik sebab jamur tidak dapat membuat makanan
sendiri. Pada tubuh jamur memiliki ciri khas yaitu berupa benang-benang
yang disebut hifa, hanya golongan Sachromycetes yang tubuhnya berupa sel
tunggal. Hifa pada jamur ada yang bersekat dan ada pula yang tidak. Keadaan
ini merupakan ciri khas dari suatu kelas jamur. (Amintarti. 2018)
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Biakan Jamur Pada Bayam
a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidia
2. Hifa
3. Konidiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Hifa
2. Konidia
3. konidiospora

(Sumber : Saifurrisal, A. 2014)

2. Biakan Jamur Pada Kangkung


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Hifa
2. Spora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Hifa

(Sumber :Jensen, 2018)

3. Biakan Jamur Pada Jagung


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Sporangium
2. Hifa
3. spora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Spora
2. sporangium
3. Hifa

(Sumber :)
4. Biakan Jamur Pada Kentang
a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidia
2. Hifa

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Hifa

(Sumber : Widada, 2015)

5. Biakan Jamur Pada Tomat


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidia
2. Hifa
3. Kondiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Hifa
3. Kondiospora

(Sumber : Djaenuddin, 2011)

6. Biakan Jamur Pada Bengkoang


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidia
2. Hifa
3. Kondiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Kondiospora

(Sumber : Diniyah, S. 2010)


7. Biakan Jamur Pada Tempe
a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Sporangium
2. Hifa
3. Spora
4. Sporangifor
(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)
b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Sporangium
2. Hifa
3. Spora
4. Sporangofor

(Sumber : Gandjar, 2006)

8. Biakan Jamur Pada Roti


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Sporangium
2. Hifa
3. Spora
4. Sporangiofor
(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)
b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Sporangium
2. Sporangiofor
3. Hifa
4. spora

(Sumber :Gandjar, 2006)

9. Biakan Jamur Pada Nasi


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidiofor
2. Konidia
3. konidiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidiofor
2. Konidia
3. Konidiospora
4. Hifa

(Sumber : Knapke, 2016)


10. Biakan Jamur Pada Daun Pisang
a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidiospora
2. Hifa

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Konidiospora
3. Hifa

(Sumber : Purwanto, 2016)

11. Biakan Jamur Pada Kulit Jeruk


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Hifa
2. Konidiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Konidiospora
3. Hifa

(Sumber : Pohan, 2009)

12. Jamur Pada Rambut


a. Foto Pengamatan

Keterangan :

Perbesaran 40x10

1. Konidia
2. Konidiospora

(Sumber : Dok. Pribadi, 2019)


b. Foto Literatur

Keterangan :

1. Konidia
2. Konidospora

(Sumber : Knapke, 2016)


V. ANALISIS DATA
1. Biakan Jamur Pada Bayam
Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Sub kingdom : Dikarya
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Classis : Eurotiomycetes
Sub classis : Eurotiomycetidae
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
(Sumber : Saifurrisal, A. 2014)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada bayam busuk dengan menggunakan mikroskop pada
perbesaran 40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri
yaitu memiliki hifa yang memanjang, tidak terlalu jelas bahwasannya hifa
bersekat atau tidak. Terlihat adanya konidia yang mengandung
konidiospora berbentuk bulat.
Spora Aspergillus sp. berukuran kecil dan ringan, tahan terhadap
keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat, memiliki
konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya dan
membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia. Konidia dari
Aspergillus sp. memiliki ukuran diameter 1,5 – 2,4 µm, berdinding halus,
berbentuk panjang hingga elips dan striate. Secara mikrokopis, konidiofor
biasanya panjang, kolumnar, tidak berwarna (hialin) dan halus sehingga
menimbulkan vesikel bulat biseriate (Balajee, 2009).
Aspergillus sp. memiliki kemampuan untuk memproduksi aksesoris
konidia (aleuroconidia) yang tumbuh tunggal dari hifa. Permukaan
aleuroconidia mulus tanpa struktur yang berbentuk batang atau tonjolan
yang jelas. Percobaan in vitro yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
aleuroconidia dapat dengan mudah terlepas dari hifa. Kemampuan
aleuroconidia untuk berkecambah dengan cepat ke dalam jaringan hifa
invasif dapat menjadi faktor yang mematikan Aspergillus sp, selain dari
konidia istirahat dan perkecambahan yang selanjutnya sangat penting
untuk pembentukan infeksi (Deak et al., 2009).

2. Biakan Jamur Pada Kangkung


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp
(Sumber: : Agrios, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada kangkung yang telah dibusukkan, dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran 40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis
dengan ciri-ciri yaitu terlihat adanya hifa yang hanya sedikit mengalami
sekat, banyak terdapat butir ganulosa, dan terjadi percabangan. Spora
nampak tersebar sisekitar hifa dalam jumlah banyak, namun tidak
ditemukan adanya sporangia pada pengamatan.
Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang halus
memanjang, bersekat (septa) atau tidak, disebut hifa. Kumpulan
benangbenang hifa disebut miselium. Hifa bercabang-cabang atau tidak,
tebalnya 0,5-100 μm. Demikian pula pada seluruh miselium mungkin
hanya mempunyai beberpa μm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau
benangbenang besar yang panjangnya bermeter-meter (Semangun, 1996
dalam Diniyah, S. 2010).
Daerah–daerah yang terserang oleh cendawan ini adalah pada
pangkal batang dan akar, sedikit di bawah permukaan tanah. Jamur ini
menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat luas hampir di seluruh
dunia. Jamur ini menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang
pembuluh xylem yaitu asam fusaric, asam dehydrofusaric dan
lycomarasmin. Toksin-toksin tersebut akan mengubah permeabilitas
membrane plasma dari sel tanaman inang sehingga mengakibatkan
tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air dari pada tanaman yang
sehat (Sastrahidayat,1990 dalam Diniyah, S. 2010)
Morfologi dari Fusarium oxysporum yaitu memiliki struktur yang
terdiri dari mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna
ungu, tepinya bergerigi, permukaannya kasar berserabut dan
bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor
bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil,
sering kali berpasangan. Miselium terutama terdapat di dalam sel
khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di
antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat
terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum adalah fungi aseksual yang
menghasilkan tiga spora yaitu mikronidia, makronidia, dan klamidospora.
Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan
Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Makronidia
adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada
permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada
waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh diair
(Damayanti,2009).
Cendawan ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai
benang, ada yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang
secara individu disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut
miselium. Miselium adalah struktur yang berpengaruh dalam absorbsi
nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat tumbuh dan pada
akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora reproduktif
(Saragih 2009).
Miselium terutama terdapat di dalam sel khususnya di dalam
pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu
di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi.
Fusarium hidup sebagai parasit dan saprofit pada berbagai tanaman
terutama pada bagian pembuluhnya, sehingga tanaman menjadi mati
karena toksin (Sastrahidayat, 1989).
Stadium terakhir merupakan stadium yang tahan pada segala cuaca.
Cendawan menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan
berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan
keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih
keunguan pada akar yang terinfeksi. Penyebaran spora dapat terjadi
melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Cendawan Fusarium sp
dapat tumbuh dengan baik pada bermacammacam media agar yang
mengandung ekstrak sayuran. Mula-mula miselium tidak berwarna,
semakin tua warnanya semakin krem, akhirnya koloni tampak mempunyai
benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang
berdinding tebal. Jamur membentuk banyak mikrokonidium bersel satu,
tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, makrokonidium lebih jarang,
berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga.
(Semangun, 2001).

3. Biakan Jamur Pada Jagung


Klasisfikasi :
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Famili : Sclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis
(Sumber : Semangun, 1993)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada bonggol jagung yang dibusukkan, dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran 40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis
dengan ciri-ciri yaitu hifa mengalami percabangan, tidak bersekat atau
disebut senositik, sehingga inti sel tersebar dalam jumlah banyak.
Sporangia berbentuk bulat dan telah pecah mengeluarkan semua isi spora
sehingga hanya tersisa sporangia kosong, dan spora yang behamburan.
Konidiofor berukuran 132 - 261 mikron, tipis. Konidianya hialin,
berdinding tipis, berukuran 24 - 46.6 x 12 - 20 mikron. Oogonianya
berwarna coklat kemerahan, berbentuk elips tidak beraturan. Pada
umumnya konidiofor mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat.
Cabang tingkat terakhir membentuk sterigma. Konidium yang masih muda
berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat membentuk jorong.
Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah (Semangun,
1993)

4. Biakan Jamur Pada Kentang


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium solani
(Sumber: : Agrios, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada bayam dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri yaitu terlihat
adanya oospora yang berbentuk bulat, pada salah satu oospora terjadi
perkecambahan yang kemudian nantinya akan menjadi sporangium.
Pada Fusarium solani, mikrokonidium terbentuk bervariasi mulai
dari tersebar pada kultur sampai terbentuk dalam jumlah yang melimpah,
secara umum bersel tunggal, oval sampai berbentuk ginjal. Mikrokonidium
memiliki bentuk yang mirip dengan yang ditemukan pada F. oxysporum,
tetapi lebih besar dan memiliki dinding yang tebal. Makrokonidium
terbentuk dalam jumlah yang melimpah, gemuk dan berdinding tebal.
Secara umum berbentuk silindris dengan bagian ujung dorsal dan ventral
sejajar. Sel apikalnya tumpul dan bulat, serta sel bagian bawah nya bulat
atau menukik (foot-shape) (Widada, 2015)
Genus Fusarium merupakan jamur yang me-miliki hifa bersekat, dan
menghasilkan spora aseksual yang berupa mikrokonidium dan
makrokonidium. Pada umumnya mikrokonidium dibentuk secara
kelompok pada ujung konidiofor. Morfologi mikroskopi Fusarium
ditunjukkan dari hasil pengamatan secara mikroskopi terlihat bahwa
beberapa isolat memiliki mikrokonidium berbentuk oval atau elips, tidak
bersekat atau bersekat 1−2, mikrokonidium tersusun pada ujung konidiofor
yang panjang, tidak bercabang, bersifat monofialid tunggal. Sel kaki
kurang berkembang sehingga makrokonidium memiliki ujung yang
tumpul. (Widada, 2015)

5. Biakan Jamur Pada Tomat


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
(Sumber: : Agrios, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada tomat yang telah dibusukkan, dengan menggunakan mikroskop
pada perbesaran 40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis yang
memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai konidiofor yang terdat konidia
berbentuk memanjang berukuran sama dengan hifa. Pada askus terdapat
askospora berbentuk agak lonjong dan memiliki inti sel berjumlah satu
dibagian tengahnya.
Secara mikroskopik Fusarium oxysporum memiliki warna hifa
hialin, hifa bersekat, warna konidifor hialin berdinding halus, konidiofor
bercabang pendek, fialid berwarna hialin, bentuk konidia elips, berdinding
halus, warna konidia hialin dengan tipe pertumbuhannya bergerombol,
khlamidospora terletak di dalam konidia. Cendawan ini memiliki
konidiofor yang dapat bercabang dapat tidak, makrokonidia jarang
terdapat, memiliki fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang,
memiliki sel kaki yang berbentuk pediselata, dan terdapat khlamidospora
yang terletak di dalam konidia. (Djaenuddin, 2011).
Fusarium oxysporum memiliki morfologi makroskopik mula-mula
miselium berwarna putih, semakin tua warna menjadi krem atau kuning
pucat, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Miselium
bersekat dan membentuk percabangan. Beberapa isolat Fusarium akan
membentuk pigmen biru atau merah di dalam medium. Cendawan
F.oxysporum merupakan cendawan yang dikenal dengan sifat patogennya.
Daur hidup cendawan ini mengalami fase patogenesis dan saprogenesis.
Pada fase patogenesis cendawan ini hidup sebagai parasit pada tanaman
inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen hidup di dalam tanah
sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang
dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbul kan penyakit pada
tanaman lain (Djaenuddin, 2011).
Fusarium oxysporum memiliki struktur bertahan berupa
klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam
waktu relatif lama sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman
inang. Sebagai patogen primer, cendawan dapat menginfeksi jaringan
inang sebelum ada serangan cendawan patogen lain dan dapat
menimbulkan gejala. (Djaenuddin, 2011).
6. Biakan Jamur Pada Bengkoang
Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
(Sumber: : Agrios, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada bengkosng dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
40x10 diketahui morfologi jamur yang nampak meliputi bentuk konidia
yang berbentuk sabit dengan 3 sampai 5 buah sekat yang didalam terdapat
masing-masing sebuah konidispora berbentuk oval. Hifanya bersekat
teratur dan konidiofor mengalami percabangan. Konidia yang telah kosong
lepas dari konodiofor.
Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang halus
memanjang, bersekat (septa) atau tidak, disebut hifa. Kumpulan
benangbenang hifa disebut miselium. Hifa bercabang-cabang atau tidak,
tebalnya 0,5-100 μm. Demikian pula pada seluruh miselium mungkin
hanya mempunyai beberpa μm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau
benangbenang besar yang panjangnya bermeter-meter (Semangun, 1996
dalam Diniyah, S. 2010).
Daerah–daerah yang terserang oleh cendawan ini adalah pada
pangkal batang dan akar, sedikit di bawah permukaan tanah. Jamur ini
menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat luas hampir di seluruh
dunia. Jamur ini menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang
pembuluh xylem yaitu asam fusaric, asam dehydrofusaric dan
lycomarasmin. Toksin-toksin tersebut akan mengubah permeabilitas
membrane plasma dari sel tanaman inang sehingga mengakibatkan
tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air dari pada tanaman yang
sehat (Sastrahidayat,1990 dalam Diniyah, S. 2010)
Morfologi dari Fusarium oxysporum yaitu memiliki struktur yang
terdiri dari mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna
ungu, tepinya bergerigi, permukaannya kasar berserabut dan
bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor
bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil,
sering kali berpasangan. Miselium terutama terdapat di dalam sel
khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di
antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat
terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum adalah fungi aseksual yang
menghasilkan tiga spora yaitu mikronidia, makronidia, dan klamidospora.
Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan
Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Makronidia
adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada
permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada
waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh diair
(Damayanti,2009 dalam Diniyah, S. 2010).

7. Biakan Jamur Pada Tempe


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oryzae
(Sumber : Germain, 2006)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada tempe dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 40x10
diketahui terdapat jamur mikroskopis yang memiliki ciri-ciri morfologi
yaitu hifa yang berdinding halus, mengalami percabangan dan terdapat
sekat-sekat. Sporangia berbentuk bulat dengan banyak spora didalamnya
yang berwarna hitam, sporangiofor mengalami percabangan.
Miselium Rhizopus terdiri dari dua jenis, satu tertanam dalam
lapisan dan yang lainnya seperti antena membentuk stolon. Sporangiofor
yang dibentuk biasanya berkelompok dua, tiga, atau lebih tetapi bisa juga
hanya satu. Sporangia berbentuk sama, bundar atau hampir bundar dengan
bagian tengah yang agak rata. Rhizopus oryzae memiliki koloni berwarna
keputihan dan menjadi abu-abu kecoklatan dengan bertambahnya usia
biakan, serta mencapai tinggi kurang lebih 10 mm. stolon berdinding halus
atau agak kasar, dan hampir tidak berwarna hingga coklat kekuningan.
Rhizoid berwarna kecoklatan, bercabang berlawanan arah dengan
sporangiofor, atau sporangiofor dapat muncul langsung dari stolon tanpa
adanya rhizoid. Sporangiofor dapat tunggal atau berkelompok hingga 5,
kadang-kadang membentuk struktur sperti percabangan garpu, berdinding
halus, memiliki panjang 150-2000 µm dan berdiameter 6-14 µm. sporangia
berbentuk bulat hingga semi bulat, dinding berduri, berwarna coklat gelap
hingga coklat kehitaman, dan berdiameter 50-200 µm. Kolumela
berbentuk avoid atau berbentuk bulat, avoid atau tidak teratur, sering kali
berbentuk polygonal, bergaris-garis pada permukaannya, dan memiliki
panjang sekitar 4-10 µm. khlamidiospora berbentuk bulat, berdiameter 10-
35 µm, dapat pula berbentuk elips atau silindris. (Gandjar, 2006).

8. Biakan Jamur Pada Roti


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus oligosporus
(Sumber : Germain, 2006)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada tempe dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 40x10
diketahui terdapat jamur mikroskopis yang memiliki ciri-ciri morfologi
yaitu hifa nampak lebih kasar dari jamur pada tempe karena terlihat adanya
granulosa pada stolon hifa dan sporangofor. Hifa mengalami percabangan
dan terdapat sekat-sekat. Sporangia berbentuk bulat dengan banyak spora
didalamnya yang berwarna hitam, sporangiofor mengalami percabangan.
Ciri-ciri Rhizopus oligosporus yaitu koloni berwarna putih abu-abu,
dan mencapai tinggi sekitar 1 mm. Sporangiofor dapat tunggal atau
berkelompok hingga 4, berwarna subhialin hingga kecoklatan, muncul
berlawanan arah dengan rhizoid yang sangat pendek, berdinding halus atau
agak kasar, panjang hingga 1000 µm dan berdiameter 10-18 µm.
Sporangia berbentuk bulat, berwarna hitam kecoklatan pada saat matang,
dan berdiameter (50) 100-180 µm. Kolumela berbentuk bulat hingga semi
bulat dengan bentuk apofise menyerupai corong. Sporangiaspora
berbentuk bulat, elips, atau tidak teratur, memiliki panjang 7-10 mm,
membentuk massa berwarna kecoklatan, bila tunggal berwarna subhialin,
dan berdinding halus. Khlamidiospora banyak, dapat tunggal atau
membentuk rantai pendek, tidak berwarna, mengandung butir-butir
granular, terdapat pada daerah hifa dan sporangiofor, berbentuk bulat elips
atau silindris dan berukuran 7-30 µm. (Gandjar, 2006).

9. Biakan Jamur Pada Nasi


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp
(Sumber : Adriani, 2005)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada nasi busuk dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri yaitu
memiliki hifa yang bersekat, terdapat sopangium berbentuk bulat agak
memanjang, namun dapatdengan jelas dibedakan dengan sopangiofor.
Sporangia berwarna kecoklatan yang memiliki banyak spora berbentuk
bulat.
Pada pemeriksaan makromorfologi didapatkan warna koloni yang
tumbuh adalah coklat kehitaman dan hitam. Warna koloni dari Aspergillus
sp ini secara keseluruhan merupakan warna dari konidianya. 5 Produksi
pigmen pada Aspergillus sp sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
trace element. 8 Pada pemeriksaan mikromorfologi dengan mikroskop
didapatkan gambaran jamur Aspergillus sp terdiri atas kepala konidia,
konidia, fialid, vesikel dan konidiofor. Kepala konodia adalah struktur
yang terletak di bagian terminal konidiofor, berbentuk bulat (globose) atau
semibulat (subglobose) tersusun atas vesikel, metula (jika ada), fialid dan
konidia. Vesikel adalah pembesaran konidiofor pada bagian apeksnya
membentuk suatu struktur berbentuk globose, hemisferis, elips atau
clavate. konidiofor merupakan suatu struktur tegak lurus yang muncul dari
sel kaki dan pada ujungnya menghasilkan kepala konidia. Sebagian besar
dari spesies Aspergillus sp memiliki konidiofor tidak bercabang yang
masing-masing menghasilkan kepala konidia tunggal. (Adriani, 2005)

10. Biakan Jamur Pada Daun Pisang


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp
(Sumber: : Agrios, 1996)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada daun pisang dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri yaitu
memiliki hifa yanf bersekat dengan banyak inti sel (multinukleat), hifa
mengalami percabangan tidak terlihat adanya sporangia, konis, maupun
askus.
Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi, yaitu mikrokonidia
(terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora
(pembengkakan pada hifa). Makrokonidia berbentuk melengkung, panjang
dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat.
Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1 atau 2, dan paling banyak
dihasilkan di setiap lingkungan bahkan pada saat patogen berada dalam
pembuluh inangnya. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas,
melengkung seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya
dihasilkan pada permukaan tanaman yang terserang lanjut. Klamidospora
memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung miselium yang sudah tua
atau didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan fase atau
spora bertahan pada lingkungan yang kurang baik (Alexopoulus dan
Mims, 1979).
Jamur ini tumbuh dari spora dengan struktur yang menyerupai
benang, ada yang mempunyai dinding pemisah dan ada yang tidak. Benang
secara individu disebut hifa, dan massa benang yang luas disebut
miselium. Miselium adalah struktur yang berpengaruh dalam absorbsi
nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat tumbuh dan pada
akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora reproduktif
(Saragih, 2009).
Jamur Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-
macam media agar terutama media yang mengandung ekstrak sayuran.
Tahap pertumbuhan awal miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya
akan semakin krem, hingga koloni tampak mempunyai benang. Pada
miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang berdinding tebal.
Jamur membentuk banyak mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna,
lonjong atau bulat telur, makrokonidium lebih jarang, berbentuk
kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga. (Semangun,
2001)

11. Biakan Jamur Pada Kulit Jeruk


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eorotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium sp
(Sumber : Pohan, 2009)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap biakan
jamur pada kulit jeruk dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
40x10 diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri yaitu
memiliki hifa tidak bersekat (senositik) mengalami percabangan.
Ciri morfologi Penicillium sp yaitu memiliki hifa bersepta, konidia,
sterigma, dan konidiospora. Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa
bersepta, miselium bercabang, konidiospora yang muncul di atas
permukaan, spora dengan sterigma yang berkelompok, dan konidia
membentuk rantai Penicillium sp. pada beberapa spesies, miselium
berkembang menjadi sklerotium (Pelczar, 2005).
Kapang Penicillium sp. mempunyai hifa vegetative yang disebut
dengan hifa udara (aerial hyphae). Penicillium sp. berkembang biak secara
aseksual dengan membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu kantong
(askus) yang disebut askospora dan secara aseksual dengan membentuk
konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu
hifa (Pohan, 2009).
Bentuk sel konidiospora pada kapang Penicillium sp. adalah seperti
botol dengan leher panjang atau pendek, jamur ini berwarna hijau
kebiruan. Penicillium sp. termasuk jamur yang tidak bersifat patogen
kecuali Penicillium marneffei (Gandjar et. al., 2006).
Ada dua macam bentuk Penicillium sp. yang dapat diamati secara
makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis, ciri-ciri yang dapat
dilihat adalah koloni tumbuh sekitar 4 hari pada suhu 250C pada medium
saboroud dextrose agar dan koloni mula-mula berwarna putih kemudian
akan berwarna kehijauan, sedang secara mikroskopis dengan ciri-ciri yang
sapat dilihat adalah hifa bersepta dan konidiofor mempunyai cabang yang
disebut dengan metula, di atas metula terdapat fialid (Pohan, 2009).

12. Jamur Pada Rambut


Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Euascomycetes
Order : Dothideales
Family : Piedraiaceae
Genus : Piedraia
Spesies : Piedra hortai
(Sumber : Gandahusada, 2006)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap jamur
pada rambut dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 40x10
diketahui terdapat jamur mikroskopis dengan ciri-ciri yaitu memiliki
konidoa berbentuk lanset dengan kedua ujung runcing, konidia nampak
kosong.
Jamur ini tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora
seksual. Dalam sediaan KOH, rambut dengan benjolan hitam terlihat lebih
jernih, berbentuk bulat atau lonjong, yaitu askus yang berisi 2-8 askospora.
Askospora berbentuk lonjong memanjang agak melengkung dengan ujung
yang meruncing, seperti pisang. Askus-askus dan anyaman hifa yang padat
membentuk benjolan hitam yang keras di luar rambut. Pada rambut dengan
benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar
rambut) yang besarnya 1-2 um berwarna tengguli dan ditemukan spora
yang besarnya 1-2 um.
VI. KESIMPULAN
1. Jamur makroskopis merupakan organisme eukariota (sel-selnya
mempunyai inti sejati) yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan
sejati. Dinding sel jamur terdiri atas zat kitin. Tubuh atau soma jamur
dinamakan hifa yang berasal dari spora
2. Ciri-ciri jamur yaitu bersel satu atau bersel banyak, eukariotik, dinding
sel dari kitin (kecuali Oomycotina), tidak berklorofil, memperoleh
nutrisi dengan menyerap (baik sebagai saprofit atau parasit)
3. Habitat jamur adalah pada tempat-tempat yang lembab, basah dan
mengandung zat-zat organik
4. Pada biakan jamur pada Bayam diketahui terdapat jamur yaitu
Aspergillus flavus.
5. Biakan jamur pada Kangkung terdapat jamur yaitu Fusarium sp.
6. Biakan jamur pada Jagung terdapat jamur yaitu Peronosclerospora
maydis.
7. Biakan jamur pada Kentang terdapat jamur yaitu Fusarium solani.
8. Biakan jamur pada Tomat terdapat jamur yaitu Fusarium oxysporum.
9. Biakan jamur pada Bengkoang terdapat jamur yaitu Fusarium
oxysporum.
10. Biakan jamur pada Tempe terdapat jamur yaitu Rhizopus oryzae.
11. Biakan jamur pada Roti terdapat jamur yaitu Rhizopus oligosporus.
12. Biakan jamur pada Nasi terdapat jamur yaitu Aspergillus sp.
13. Biakan jamur pada Daun Pisang terdapat jamur yaitu Fusarium sp.
14. Biakan jamur pada Kulit Jeruk terdapat jamur yaitu Penicillium sp.
15. Jamur pada Rambut terdapat jamur yaitu Piedra hortai.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Adriani W. 2005.Isolasi dan Identifikasi kapang Aspergillus spp dari kopi


(Coffea sp) bubuk (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Alexopoulos, C. J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third
Edition. John Wiley and Sons. New York.
Amintarti, Sri. 2018. Penuntun Praktikum Botani Tumbuhan Rendah.
PMIPA FKIP ULM. Banjarmasin.
Balajee, M.S. 2009. Aspergillus terreus complex. Medical Mycology. 47:
S42 – S46.
Deak, E., Wilson S.D, White E, Carr J.H., and Balajee S.A. 2009.
Aspergillus terreus accessory conidia are unique in surface
architecture, cell wall composition and germination kinetics. Plos
One 4: e7673.
Diniyah, S. (2010). Potensi Bakteri Endofit Sebagai Penghambat
Pertumbuhan Bakteri (Ralstonia solanacearum) dan jamur
(Fusarium sp. Dan Phytopthora investans) penyebab penyakit layu
pada tanaman.Hal 19. Diakses melalui http://etheses.uin-
malang.ac.id/963/. Pada 29 April 2019.
Djaenuddin, N, 2011. Bioekologi dan Pengelolaan Penyakit Layu Fusarium.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Dwidjoseputro, D., 1987, Pengantar Mikologi, Edisi Kedua, Bandung,
Alumni.
Gandahusada, Srisasi, dkk., 2006. Parasitologi Kedokteran. 284-285, UI
Press. Jakarta.
Gandjar, Indrawati & Wellyzar Sjamsuridzal. 2006. Mikologi Dasar dan
Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Germain. 2006. Rhizopus oryzae. Diakses melalui
http://muhammadbetha.blog.uns.ac.id/rhizopusoryzae.htm/ pada 30
April 2019.
Gunawan, A. W., 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hendritomo, Henky. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta:
Andi.
Jensen, S. 2008. Colletotrichum sp. Diakses melalui
https://www.invasive.org/browse/detail.cfm?imgnum=5461613
Pada 29 April 2019.
Knapke. 2016. Aspergillus sp dan Piedra hortai. Diakses melalui
https://www.pinterest.com/pin/535154368208409104/ Pada 29 April
2019
Pelczar, M. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Unversitas
Indonesia. Jakarta. 443 hal.
Pohan, A. 2009. Kapang Penicillium. www.arthur@fk.unair.ac.id. 25
Februari 2014. hal 1
Purwanto. 2016. Fusarium sp. Diakses melalui
https://agrokomplekskita.com/fusarium-pada-tanaman-terung/ Pada
29 April 2019.

Saifurrisal, A. 2014. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial


Dengan Penambahan Volume Air Berbeda terhadap Pertumbuhan
Jamur Dan Kandungan Protein Kasar. Diakses melalui
http://repository.unair.ac.id pada 3April 2019.
Saragih, S. 2009. Jenis-jenis Fungi pada Beberapa Tingkat Kematangan
Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional.
Surabaya.
Semangun. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. 754 hal.
Sukarminah, Een. 2008. Mikrobiologi Pangan. Bndung: Jurusan Teknologi
Industri Pangan Unpad.
Widada, J., Mulyadi., B. Hadisutrisno., Suryanti. 2015. Identifikasi
Fusarium dan Nematoda Parasit yang Berasosiasi dengan Penyakit
Lada Di Kalimantan Barat. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Jln. Flora 1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta 55281.

Anda mungkin juga menyukai