Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM IX

BOTANI TUMBUHAN RENDAH


(ABKC 2307)

“PAKU SEGAR DAN PAKU AWETAN”

Oleh :
Ikramina Yusti Amina
(1710119220010)
Kelompok III A

Asisten Dosen :
Heny Kustiani
M. Rafi’i Hamdi

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Sri Amintarti, M.Si
Dra. Aulia Ajizah, M.Kes
Nurul Hidayati Utami, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2018
PRAKTIKUM IX

Topik : Paku Segar dan Paku Awetan


Tujuan : 1. Mengamati Struktur Pergiliran Generasi Gametofit dan Saprofit
Pada Paku Air dan Paku Darat
2. Mengamati Morfologi Berbagai Spesies Paku Segar dan Paku
Awetan
Hari/ tanggal : Kamis/ 14 November 2018 dan 21 November 2018
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat :
1. Mikroskop binokuler elektrik 6. Tissue
2. Baki 7. Silet
3. Alat tulis 8. Mikroskop cahaya
4. Kaca arloji 9. Pipet tetes
5. Gelas kimia

B. Bahan - bahan:
a. Aquadest
b. Tumbuhan Paku Segar :
1. Paku sayur (Nephrolepis sp)
2. Paku air (Salvinia molesta)
3. Paku picis (Drymoglossum piloseiloides)
4. Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum)
5. Paku sarang burung (Asplenium nidus)
6. Paku laut (Acrostichum aureum)
7. Suplir (Adiantum peruvianum)
8. Lygodium circinnatum
9. Davallia denticulate
10. Marsilea crenata
c. Tumbuhan paku awetan:
1. Davalia denticulate
2. Osmunda javanica
3. Hymenophyllum sp
4. Asplenium belangeri
5. Pyrrosia nummularifolia
6. Adiantum philipense
7. Stenochlaena palutris
8. Pityrogramma sp
9. Gleichenia linearis
10. Selaginella willdenowii

II. CARA KERJA


1. Untuk tumbuhan paku darat dan air
A. Tumbuhan paku darat
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menggambar dan mengamati bentuk morfologi dari setiap jenis
paku darat.
3. Mengamati sorus pada tiap tumbuhan paku darat
4. Mengerik sorus yang terdapat pada tumbuhan paku darat
kemudian meletakkan di atas kaca arloji
5. Mengamati preparat sorus di bawah mikroskop binokuler
elektrik, kemudian menggambar bentuk-bentuk sorus dan
memberi keterangan bagian-bagian dari sorus tersebut.
B. Tumbuhan paku air
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menggambar dan mengamati bentuk morfologi dari setiap jenis
paku air.
3. Mengamati sorus pada tiap tumbuhan paku air
4. Mengambil daun bersorus yang terdapat pada tumbuhan paku
darat kemudian meletakkan di atas kaca arloji dan mengamatinya
di mikroskop binokuler elektrik.
5. Mengambil spora yang terdapat pada sorus tumbuhan paku air
kemudian meletakkan di atas kaca benda, lalu meneteskan air dan
menutupnya dengan kaca penutup.
6. Mengamati preparat spora di bawah mikroskop cahaya.
7. Menggambar bentuk-bentuk sorus dan memberi keterangan
bagian-bagian dari sorus tersebut.

2. Untuk tumbuhan paku awetan


1. Mengamati bentuk morfologi tiap-tiap jenis paku awetan.
2. Menggambar bentuk morfologi tiap-tiap jenis paku awetan, kemudian
memberi keterangan.

III. TEORI DASAR


Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut
Pterydophyta. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, Pteron = sayap atau bulu.
Pterydophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan
memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip)
dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Daun muda biasanya
menggulung. Tumbuhan paku memperlihatkan keturunan yang jelas seperti
halnya Bryophyta, hanya fase gametofitnya masih berbentuk thallus yang
disebut protalium yang sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat.
Adapun fase sporofitnya jelas terlihat, dikenal sebagai tumubuhan paku.

Tumbuhan paku habitatnya bermacam-macam, kebanyakan sebagai


tumbuhan darat dan ada beberapa sebagai paku air. Hampir semua Pterydopyta
berupa tumbuhan lunak kecil kecuali paku pohon yang berkayu. Tumbuhan
paku merupakan satu divisi yang warganya telah jelas memiliki kormus,
artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian yaitu akar,
batang dan daun. Tumbuhan paku lebih dekat dengan tumbuhan tinggi karena
bertrakea yang berarti jaringan tumbuhan paku lebih kompleks dari pada fungi,
alga dan lumut. Sporofit tumbuhan paku mempunyai ikatan pembuluh yang
terdiri atas floem dam xilem. Tumbuhan paku tidak menghasilkan biji,
mempunyai pergiliran generasi yang dominan seperti spermatophyta.
Tumbuhan paku dapat berfungsi sebagai tanaman hias seperti Adiantum
cuneatum, sebagai bahan obat-obatan seperti Equsetum sp ( paku ekor kuda)
untuk antidiuretik, bahan sayur-sayuran seperti Marsiella sp (semanggi), untuk
kesuburan tanah seperti Azolla pinnata karena bersimbiosis dengan alga biru
(Anabaena) yang dapat mengikat unsur nitrogen dari udara, dan sebagai gulma
pertanian seperti Salvinia natans, pengganggu tanaman padi.

Pada umumnya tumbuhan paku memiliki sporofit, akar, batang dan


daun. Akarnya berupa akar serabut, batang berupa rhizoma dan daunnya ada
dua macam yaitu tropofil (daun yang berfungsi untuk fotosintesis) dan sporofil
(daun yang menghasilkan spora) banyak terdapat pada sporangium (kotak
spora) serta troposporofil. Sejumlah sporangium mengelompok membentuk
sorus. Sorus yang masih muda dikelilingi oleh selaput yang disebut indusium.
Sporangium memiliki sejumlah sel penutup berdinding tebal dan membentuk
cincin yang disebut annulus.

Pada tumbuahn paku, generasi gametofit berumur pendek dan berupa


protalium. Protalium membentuk seperti jantung, akar berupa rhizoid dan
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Alat-alat kelamin ini multiseluler.
Pada dasarnya struktur dengan alat-alat kelaminnya Bryophyta di bagi menjadi
empat kelas, yaitu :

- Psylophytinae
- Lycopodinae
- Equitinae
- Filicinae
Spora tumbuhan paku berbeda-beda, baik bentuk, ukura, maupun
sifatnya. Atas dasar ini tumbuhan paku dibedakan atas homospora dan
heterospora, dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat antara
keduanya.

1. Paku homospora, paku jenis ini akan menghasilkan jenis spora yang disebut
makrospora (megaspora) dan mikrospora yang berbeda sifatnya. Pola spora di
hasilkan oleh sporangium yamg terdapat pada sporofit. Contohnya :
Lycopodium sp (paku kawat). Tetapi pada tumbuhan paku homospora hanya
dihasilkan satu jenis spora dalam sporangiumnya.

2. Paku heterosfor, menghasilkan dua macam spora yaitu mikrospora dan


megaspora. Sporangium tersusun dalam strobilus di puncak batang. Pada
strobilus terdapat dua macam penghasil spora yaitu mikrosporofil dan
megasporofil. Pada mikrosporofil terdapat mikrosporagium yang
menghasilkan mikrospora dan pada megasporofil terdapat megasporagium
yang menghasilkan megaspora. Bagian dalam Mikrospora tumbuh menjadi
protalium jantan yang menghasilkan anteridium dan di dalamnya terdapat
spermatozoid. Sedangkan pada bagian dalam megaspora akan tumbuh menjadi
protalium betina yang menghasilkan arkegonium atau berisi sebuah ovum.
Pertumbuhan ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yng akan tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru, contohnya semanggi.

3. Paku peralihan menghasilkan spora yang ukurannya sama tetapi dapat tumbuh
menjadi protalium jantan dan protalium betina. Spora dihasilkan oleh
sporangium yang tersusun dalam strobilus di puncak batang, contohnya Paku
Ekor Kuda.

Susunan dan letak sporangium paku ada bermacam-macam : ada yang


tersusun dalam sorus, strobilus dan sporokarpium. Badan-badan penghasil
sporangium tersebut ada yang terletak di ketiak daun/ cabang, di ujung batang,
atau di helaian daunnya. Hal ini menentukan dalam pembagian klasifikasinya.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Paku Segar
1. Paku air
a. Salvinia molesta (Daun)
1. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Trikoma
3. Spora
4. Rhizoid

2. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Trikoma
3. Spora
4. Rhizoid

(Dokumentasi Pribadi, 2018)


3. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Rhizoid
3. Spora
4. Trikoma

(Sumber : Vinnay, 2015)


b. Salvinia molesta (Spora)
1. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Mantel
2. Membran luar
3. Korteks
4. Membran dalam
5. Spora

2. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Mantel
2. Membran luar
3. Korteks
4. Membran dalam
5. Spora

(Perbesaran 10 x 10 )
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
3. Foto Literatur

Keterangan :
1. Trikoma
2. Spora
3. Mantel

(Sumber : Vinnay, 2015)


2. Paku Darat
A. Lygodium circinnatum
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Batang
4. Spora

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Batang
4. Spora

(Sumber : Peter, 2017 )


B. Platycerium bifurcatum
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Tropofil
2. Sorus
3. Sporofil
4. Spora
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Tropofil
2. Sorus
3. Sporofil
4. Spora

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Tropofil
2. Sorus
3. Sporofil
4. Spora

(Sumber : Peter, 2017)


C. Adiantum peruvianum
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Sumber : David, 2017)


D. Asplenium nidus
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

(Sumber : Thomas, 2017 )


E. Acrostichum aureum
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Sumber : Arthur, 2013)


F. Nephrolepis sp
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Sumber : David,2002 )
G. Davalia sp.
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang

(Sumber : Pinna, 2012 )


H. Drymoglossum sp.
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

(Sumber : Pinna, 2012 )


I. Marsilea sp.
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Sorus
3. Spora
4. Batang
5. Rhizoid

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid

(Perbesaran 4x)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid

(Sumber : Hartini, 2011 )


B. Paku Awetan
1. Pityrogramma sp.
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Sporofil

(Sumber : Florida, 2018 )


2. Osmunda javanica
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Sporofil

(Sumber : Rare, 2018 )


3. Hymenolephis spicata
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid

(Sumber : Presl, 2018 )


4. Davalia denticulata
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber :Recolnat, 2015)


5. Asplenium belangeri
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber : Hansmuller, 2015 )


6. Pyrrosia nummularifolia
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber : Zoning, 2018 )


7. Selaginella willdenowii
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber : Baker, 2010 )


8. Adiantum philipense
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber : Hasan, 2008 )


9. Gleichenia linearis
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Sumber : Stephanie, 2008 )


10. Stenochlaena palustris
a. Gambar Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

b. Foto Pengamatan

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

(Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Foto Literatur

Keterangan :
1. Daun
2. Batang
3. Rhizoid
4. Stolon

Sumber : Paul, 2013 )


V. ANALISIS DATA
1. Salvinia molesta
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Ptridophyta
Kelas : Filicinae
Sub Kelas : Hydropterides
Ordo : Hydropteridiales
Family : Salviniaceae
Genus : Salvinia
Spesies : Salvinia molesta
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Salvinia molesta yang termasuk kategori
paku segar dalam lingkup paku air. Habitat ditemukannya di kolam disekitar
PMIPA FKIP. Pada praktikum kali ini, yang diamati ialah bagian daun dan
sporanya. Secara morfologi Salvinia molesta diamati secara langsung dan dibawah
mikroskop binokuler elektrik. Bagian yang diamati ialah daun bagian depan dan
belakang, berwarna hijau. Pada bagian depan terdapat trikoma. Letak spora yang
berada di bawah rhizoid Salvinia molesta dan bersembunyi diantara rhizoid lainya.
Warna spora secara morfologi, berwarna kuning, dan diamati di bawah mikroskop
binokuler berwarna kuning dan di selimuti seperti rambut rambut dan warnanya
seakan akan cokelat keemasan, kemudian spora yang tadi diamati pula dibawah
mikroskop cahaya. Pada mikroskop cahaya nampak terdapat mantel, membran luar,
membran dalam, dan korteks.
Family ini merupakan tumbuhan paku air yang mengapung dengan bebas
pada permukaan air, hanya sedikit bercabang-cabang. Daunnya berkarang, pada
tiap-tiap buku terdapat daun. Dari ketiga daun itu dua terdapat di atas, berhadapan
dan merupakan alat pengapung, yang ketiga terdapat di dalam air terbagi-bagi
merupakan badan-badan yang bentuk maupun fungsinya menyerupai akar (Raina,
2010).
Terdapat tiga fase pertumbuhan Salvinia molesta. Pada fase pertama daun
datar dengan diameter 10 mm, fase kedua daun tumbuh dengan panjang 25 mm,
lebar dan melipat ke atas, pada fase ketiga daun berukuran 38x25 mm, kompak,
hamper tegak dan melipat. Ketiga fase ini berkembang pada kondisi lingkungan
dibawah optimal dan terjadi selama 2-3 minggu (Soerjani, 1987).
Tanaman kiambang (yang berasal dari kata ki: pohon, tumbuhan dan kata
ambang: mengapung) merupakan nama umum bagi tumbuhan paku air dari genus
Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti
kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang. Tanaman ini
merupakan gulma air yang memiliki karakteristik laju biaknya sangat cepat dengan
sifat adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan, terutama pada air
buangan aktivitas industri, limbah domestik, limbah pertanian dan kehutanan.
(Yuliani, 2016).
Salvinia molesta merupakan tumbuhan air yang memiliki batang, daun dan
akar. Batang bercabang tumbuh mendatar, berbuku-buku dan ditumbuhi bulu,
panjangnya dapat mencapi 30 cm (Soerjani, 1987). Pada setiap buku terdapat
sepasang daun yang mengapung dan sebuah daun yang tenggelam. Daun yang
mengapung berbentuk oval, alternatif dengan panjang tidak lebih dari tiga
sentimeter, tangkai pendek ditutupi banyak bulu dan berwarna hijau (Soerjani dan
Pancho, 1987). Daun yang tenggelam menggantung denagn panjang mencapai
delapan sentimeter, berbelah serta terbagi-bagi dalam bulu-bulu halus. Sepintas
penampilannya mirip akar, akan tetapi sebenarnya adalah daun yang berubah
bentuk dan mempunyai fungsi sebagai akar (Dono,2013).

2. Davallia denticulate
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Sub Kelas : Leptosporangiatae
Ordo : Leptosporangiales
Family : Davalliaceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia denticulate
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Davallia denticulate, termasuk kategori
paku segar darat. Tumbuhan paku darat ini diamati pada morfologi daunnya dan
sporanya di bawah mikroskop binokuler elektrik. Pada Davallia denticulate
mempunyai bagian-bagian seperti daun, sorus, spora, dan batang. Warna daun hijua
muda-tua, sedangkan warna sporanya kuning ke orange. Habitat ditemukannya
Davallia denticulate di batang pohon disekitaran kampus ULM.
Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak dua jenis yaitu Davallia
denticulata (Burm.f.) Kuhn var.denticulata dan Davallia pentaphylla Blume. Hasil
kajian menunjukkan bahwa jenis Davallia denticulata dilaporkan mengandung
asam hidrosianik yang dapat menghasilkan racun (As, 2005). Jenis ini
dikelompokkan dalam paku terestrial yang tumbuh ditempattempat terbuka maupun
ternaungi. Tingginya dapat mencapai lebih dari 100 cm. Daun majemuk dan
berbentuk segitiga. Sorus berada di bawah permukaan daun yaitu pada tepi daun
berwarna kuning hingga kuning kecoklatan.
Suku ini bentuk sorus dengan indisium berbentuk piala atau sisik pada tepi
daun. Terdapat di daerah Palaeotropis, daunnya menyirip ganda dua atau lebih,
dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap denga ruas-ruas yang panjang,
bersisik rapat. Sisik berwarna pirang (Raina, 2010).
Tumbuhan paku merupakan suatu divisio tumbuhan yang telah jelas
mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar,
batang, dan daun. Alat perkembangbiakan utama tumbuhan ini adalah spora
(Tjitrosoepomo, 2009). Tumbuhan paku dapat ditemukan pada habitat berair,
permukaan tanah, ataupun menumpang pada tumbuhan lain yang disebut epifit
Salah satu tumbuhan paku yang hidup epifit yaitu tumbuhan paku tertutup (Davallia
denticulata (Brum.) Mett.). Tumbuhan ini biasanya ditemukan pada berbagai
tempat, salah satunya di perkebunan kelapa sawit. (Febri, 2015).
Menurut Sastrapradja (1980) tumbuhan paku ini memiliki rimpang kuat,
berdaging, dan agak menjalar. Tangkainya berwarna coklat gelap dan mengkilat.
Bentuk entalnya segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daunnya
berbentuk segitiga dengan tepi yang beringgit. Daundaunnya kaku dan kuat.
Permukaan daun licin mengkilat sehingga terlihat dengan jelas. Tumbuhan paku-
pakuan membutuhkan lingkungan tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Lingkungan ini dibentuk oleh factor faktor ketinggian, iklim, tanah dan air.
Marga Davallia ditemukan 2 jenis yaitu Davallia trichomanoides Bluem dan
Davallia denticulata (Brum) Mett. Daun majemuk menyirip ganda dengan helaian
daunnnya berbentuk segitiga dengan tepi yang beringgit, kaku dan kuat, permukaan
daun mengkilat. Rimpang merayap panjang, kuat dan berdaging. Pada saat muda
rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya
berjumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk entalnya segitiga, menyirip ganda tiga
atau empat. Tangkainya berwarna coklat gelap, mengkilat. Sorus dengan indusium
berbentuk corong. Spora tetrahedral. Hidup higrofit, sebagai epifit. Dimanfaatkan
sebagai tanaman hias. (Yusup,2009)
Davalia sp. Mempunyai akar serabut. Batang : Menjalar, dengan diameter 0,5
- 1 cm, permukaan batang ditutupi oleh bulu kasar yang warnanya kecoklatan. Daun
: Merupakan daun majemuk, kedudukan daunnya saling berhadapan atau
berpasangan, panjang daun keseluruhan mencapai 40 cm, panjang rachis 15 cm,
lebar daun 10-20 cm, daun berbentuk segitiga (deltoid), bentuk tepi daunnya parted,
jumlah anak daun 4-16 helai dan permukaan daunnya licin. Sorus mempunyai
terletak beraturan di bawah daun, bentuk sorus bulat, warna orange. Habitatnya
tumbuh teresterial dan epifit, di bawah naungan dekat sungai. (Kinho, 2009).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan paku suhu, intensitas
cahaya, kelembaban tanah dan udara, dan pH tanah atau keasaman tanah. Salah satu
faktor yang mempengaruhi tumbuhan paku tertutup (Davallia denticulata (Brum.)
Mett.) adalah debu yang menempel dan asap kendaraan bermotor di perkebunan
kelapa sawit. (Febri, 2015).
3. Marsilea crenata
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Sub Kelas : Hydropterides
Ordo : Hydropteridiales
Family : Marsileaceae
Genus : Marcillea
Spesies : Marcillea crenata
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Marcillea crenata termasuk golongan
paku air, namun saat ditemukannya di tanah. Dalam satu tangkai daun, terdapat 3
helai daun yang berbentuk hati dan disekitar daunnya juga terdapat rhizoid. Warna
daun hijua tua. Batang pada Marcillea crenata yang cukup panjang.
Family ini hidup di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar dalam tanah,
jarang berupa tumbuhan darat sejati. Jika hidup di darat berbentuk seperti umbi,
batangnya menyerupai rimpang yang merayap ke atas membentuk daundaun, ke
bawah membentuk akar-akar. Daun pada jenis-jenis tertentu bersifat polimorf.
Daun mempunyai helaian yang berbelah empat atau dua, jarang utuh. Daun yang
masih muda mengulung. (Raina, 2010).
Semanggi air (Marsilea crenata) merupakan salah satu jenis tumbuhan air
yang termasuk ke dalam paku-pakuan dan banyak ditemukan pada pematang
sawah, kolam, danau, rawa, dan sungai. Tumbuhan ini memiliki morfologi yang
sangat khas yaitu bentuk daunnya menyerupai payung yang tersusun dari empat
kelopak anak daun yang berhadapan. Di daerah Jawa daun semanggi muda banyak
digunakan sebagai bahan pangan. (Nurjannah, 2012).
Semanggi termasuk famili Marcileceae yang mempunyai karakteristik hidup
di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang merupakan
tumbuhan darat sejati, batangnya menyerupai rimpang yang merayap, daun
mempunyai helaian dan daun muda menggulung (Tjitrosoepomo 1987). Semanggi
merupakan kelompok paku air yang mudah ditemukan oleh masyarakat di dekat
pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan ini khas karena
bentuk daunnya yang menyerupai payung dan tersusun dari empat anak daun yang
berhadapan dengan bentuk segitiga terbalik, tepi daun rata atau bergelombang,
permukaan daun dan tangkainya berbulu halus, berwarna hijau dan tumbuh
memanjang. (Hidayati,2017).
Tanaman semanggi memiliki daun yang berbentuk bulat menyerupai payung
dan terdiri dari empat helai anak daun yang disebut sebagai clover. Semanggi
memiliki akar tunggang yang berserabut. Batangnya tegak dan sangat mudah
dipatahkan dengan tinggi 2 hingga 18 cm. Semanggi termasuk dalam marga
Marsileaceae, dengan spesies nama Latin Marsilea Crenata. Semanggi bersifat
heterospore, dimana spora jantan dan betina menjadi satu tanaman. (Jayanti,2017)

4. Paku picis (Drymoglossum piloseiloides)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pterydophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloseiloides
(Sumber :Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Drymoglossum piloseiloides atau paku
picis. Paku Drymoglossum piloseiloides ditemukan di sekeliling batang pohon
manga dan disekitaran atap rumah penduduk. Bentuk paku picis seperti menjalar
dan memanjat, bentuk helaian daun yang bulat dan lonjong. Pada pengamatan yang
dilakukan pada daun yang bersorus dan spora dari Drymoglossum piloseiloides di
bawah mikroskop binokuler elektrik. Warna helaian daun yang hijau. Pada
Drymoglossum piloseiloides terdapat bagian daun, sorus, spora dan batangnya.
Family ini bentuk sorusnya bermacam-macam. Letaknya pada tepi atau dekat
dengan tepi daun, dapat pula pada urat-urat berbentuk garis, memanjang bulat.
Salah satu genus dari family ini adalah Draymoglosum. (Raina, 2010).
Tumbuhan paku picis bisa juga disebut paku Sisik naga dapat ditemukan di
seluruh daerah Asia Tropik, Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan
jarak yang pendek. Daun bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau
jorong memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata,
permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada permukaan bawah, berwarna
hijau sampai kecoklatan. Daunnya ada yang mandul dan ada yang membawa spora.
Daun fertil bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar
1-2 cm. Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan
uang logam picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Sisik naga dapat
diperbanyak dengan spora dan pemisahan akar.
Menurut Gembong,1998 Drymoglossum sp merupakan jenis tumbuhan paku
yang memiliki sorus pada sisi bawah daun yang berada di kanan dan kiri sejajar
dengan ibu tulang daun, panjang berbentuk garis tanpa indusium. Memiliki daun
bertipe tunggal dan bertepi rata. Jika daunnya mati maka akan lepas dari rimpang.
Memiliki daun fertile yang jauh lebih panjang dari daun steril.
Tumbuhan paku ini mirip dengan Pyrrosia, batangnya bersisik dan tumbuh
menjalar pada batang pohon. Daun dua macam, yaitu daun steril berbentuk bulat
telur (diameter 1,0-2,0 cm), berdaging dan tangkainya sangat pendek. Sedangkan
daun fertile berbentuk memanjang atau pita (panjang mencapai 12 cm). Sorus
terdapat bergerombol disepanjang tepi daun fertil (Nurul, 2014).

5. Lygodium circinnatum
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Sub Kelas : Leptosporangiatae
Ordo : Leptosporangiales
Family : Schizaeaceae
Genus : Lygodium
Spesies : Lygodiun circinnatum
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku Lygodiun
circinnatum termasuk paku darat. Pada Lygodiun circinnatum mempunyai bentuk
helaian daun yang lonjong, saat pengamatan terdapat sorusnya. Pengamatan
dilakukan secara morfologi daun depan dan belakang, serta mengamatinya di
bawah mikroskop binokuler elektrik. Bantuk dari spora Lygodiun circinnatum
berbentuk bulat. Warna daun yang dari hijau muda hingga hijau tua, sedangkan
warna sporanya cokelat.
Lygodiun circinnatum termasuk dalam famili Lygodiaceae dan dikenal
dengan nama daerah paku ribu-ribu. Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas
yang hidup di tempat-tempat terbuka yang mendapat sinar matahari langsung. Paku
ini berakar di dalam tanah berwarna coklat. L. circinatum tumbuh menjalar atau
merambat pada tumbuhan lain yang berada di dekatnya. Batangnya berwarna coklat
muda, berbentuk bulat, berukuran kecil dan sangat kuat. Tumbuhan ini mempunyai
daun yang ujungnya runcing dan tepinya bergerigi, sedangkan bagian abaksialnya
berwarna lebih muda. L. circinatum berbeda dengan paku lainnya karena
mempunyai akar rimpang yang menjalar di tanah. Daun yang membelit tumbuhan
lain yang ada didekatnya. (Lovadi, 2014).
Pada suku ini sporangium tidak bertangkai atau hampir tidak bertangkai,
terpisah-pisah, paku ini terdapat rambut-rambut atau sisik-sisk Pada suku ini
terdapat dua genus yaitu Schizae dan Lygodium. (Raina, 2010).
Lygodium mempunyai akar yang merayap, berambut tapi tidak bersisik.
Daun-daunnya monostichous, melilit dan pertumbuhannya tidak dapat
didefinisikan. Rantingnya biasanya tidak panjang, ranting primernya pendek,
ujungnya tterhenti dan ditutupi oleh rambut dan setiap ujungnya terdapat sepasang
ranting sekunder. Ranting sekunder mengandung daun dengan bentuk menyirip,
atau cabang dikotom mengandung daun yang becuping. Terdapat pula daun yang
steril berbentuk gerigi maupun berlobus, sedangkan daun yang fertile berjumbai
sepanjang tepinya dengan cuping sempit yang pendek dan setiap cuping
mengandung dua baris sporangia yang ditutupi dengan indusium kecil (Raina,
2010).
Paku yang termasuk dalam genus ini mempunyai ciri-ciri yaitu kebiasaan
merambat, rhizome berada di dalam tanah dan rantingnya merambat ke atas pohon
beberapa meter serta berada di tempat yang sedikit terbuka. Lygodium mempunyai
rhizome horizontal di bawah tanah dengan terbagi dalam dua cabang dan cabang
ini meninggalkan daun-daunnya secara berurutan pada saat permukaan atas
bidangnya. Porosnya tegak lurus atau miring pada daun-daun dan ditempatkan pada
satu pilinan tebal. Batangnya membelit. Daun seringkali amat panjang, dengan taju
daun-daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat pada bagian daun-daun
yang tersusun menyirip. Secara umum marga Lygodium spp.merupakan kelompok
paku yang menjalar dan selalu merambat pada tumbuhan lain. Marga ini sangat
berbeda dari jenis paku lainnya karena mempunyai akar rimpang yang menjalar di
tanah dan berdaging.Hanya dapat hidup ditempat yang terbuka karena paku jenis
ini menyukai sinar matahari (LIPI, 1980).
Lygodium circinnatum (Burm.f) Sw. (Schizaeaceae) Akar : Rimpang
menjalar. Batang : Menjalar dan membelit pada tumbuhan lain, kadang-kadang
paku ini bercabang dua dan setiap percabangan bercabang lagi. Daun : Warna hijau,
susunan daunnya menyirip, dengan bentuk menjari antara 2-5 helai tepi daun
bergerigi dan berwarna pucat. Sorus : Pada daun yang subur sorusnya terletak di
tepi ujung-ujung gerigi daun. Warna sorus coklat, bentuk bulat. Habitat : Teresterial
dan epifit pada tanaman lain, tumbuh di tempat terbuka dengan ketinggian tempat
30 m dpl. (Kinho,2009)

6. Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pterydophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Platycerium bifurcatum atau paku tanduk
rusa. Bentuk helain daunnya memang mirip seperti tanduk rusa. Warna paku hijau,
dengan memiliki bagian bagian morfologinya meliputi tropofil, sporofil, sorus dan
spora. Bentuk spora paku tanduk rusa yang bulat bulat dengan warna cokelat
keemasan. Pengamatan morfologi secara langsung dan dibawah mikroskop
binokuler elektrik. Paku tanduk rusa termasuk paku darat yang biasanya berhabitat
di atas pohon pohon besar.
Paku tanduk rusa, epifit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau
bebatuan. Batang berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong. Daun dengan
dua tipe: tipe pertama selalu steril dan berbentuk perisai tegak, mengering pada
kondisi kurang air, fungsinya mengumpulkan dedaunan kering dan penangkap air,
sehingga kelembaban bagi rimpang terjaga, tipe kedua menjuntai dari "pusat" daun
tipe pertama dengan bentuk menyerupai tanduk rusa, fungsinya sebagai pembawa
spora yang terletak di sisi bawah daun, panjang daun yang menjuntai dapat
mencapai satu meter atau lebih, tergantung jenisnya. Platycerium bifurcatum dapat
memiliki daun fertil yang menjuntai hingga 2,5m. Spora terdapat pada sporangia
yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi bawah daun,
menyebabkan vlek berwarna coklat pada daun.
Suku ini sorusnya tanpa indisium, menutupi sebagian atau seluruh sisi daun.
Suku ini terdiri atas beberapa genus yaitu : Elaphoglossum, Platycerium dan
Acrostichum. (Raina, 2010). Kelas Filicinae lebih umumnya dikenal dengan
tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Tumbuhan ini termasuk higrofit,
banyak hidup di tempat teduh dan lembab. Semua anggota Filicinae mempunyai
daun-daun yang besar (makrofil), bertangkai, tumbuhan muda paku ini daunnya
menggulung pada ujungnya dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium.
Contohnya yaitu Adiantum farleyense (paku ekor merak), Platycerium bifurcatum
(paku tanduk rusa). (Sugiarti, 2017).
7. Adiantum peruvianum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Filicinae
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Species : Adiantum peruvianum
(Sumber : Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan pada Adiantum peruvianum atau paku suplir.


Warna paku suplir hijau muda dengan terdapatnya sorus yang berada di pinggir
helaian daun. Sorus yang berwarna cokelat dan begitu pula pada sporanya,
berbentuk bulat. Paku suplir yang ditemukan disekitaran semak semak dan
perumahan penduduk. Pengamatan dilakukan secara morfologi secara langsung dan
dibawah mikroskop binokuler elektrik. Paku Adiantum peruvianum termasuk paku
darat.

Pada suku ini bentuk sorusnya sejajar dengan tepi daun atau dekat dengan tepi
daun, ditutup oleh tepi daun itu. Suku ini terdiri atas beberapa genus yaitu
Pteridium, Pteris dan Adiantum. (Raina, 2010). Adiantum peruvianum dapat
tumbuh dengan baik secara terestrial. Akar serabut, bentuk batang membulat warna
cokelat. Arah tumbuh pendek, frond pinnatifid. Pangkal daun meruncing
(acuminate) dan tepi daun rata, ujung daun berlekuk (emerginate). Entalnya
panjang, sampai mencapai 50 cm lebih. Menyirip dan bercabang 2 -3 yang dimulai
dari bagian pangkalnya. Helaian daunnya hampir berbentuk bulat telur dan pada
bagian pangkalnya berbentuk baji. Indusia terdapat di tepi-tepi daun. Warnanya
hitam kecokelatan. Bentuknya hampir menyerupai setengah lingkaran melekuk ke
dalam (Sastrapradja, 1979).
Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ
vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang dan daun. Organ generatif paku
terdiri atas spora, sporangium, anteridium dan arkegonium. Letak sporangium
tumbuhan paku pada umumnya berada di bagian bawah daun dan membentuk
gugusan berwarna cokelat atau hitam. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai
sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam
klasifikasi tumbuhan paku (Arini, 2012).
Suplir adalah tumbuhan paku populer untuk penghias ruang atau taman yang
termasuk dalam marga Adiantum, yang tergolong dalam anaksuku Vittarioideae,
suku Pteridaceae. Suplir memiliki penampilan yang khas, yang membuatnya mudah
dibedakan dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi
cenderung membulat. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh
indusium. Kumpulan indusia (sorus) berada di sisi bawah daun pada bagian tepi
yang agak terlindung oleh lipatan daun. Tangkai entalnya khas karena berwarna
hitam dan mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana
paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rimpang dalam bentuk melingkar ke dalam dan
perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rimpang.
Berdasarkan literatur, tangkai Adiantum memiliki tekstur halus dan licin,
paku ini hidup di tanah, termasuk jenis herba agak berkayu, akarnya serabut,
tumbuh dari rizoma yang pangkalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat.
Tumbuhan paku ini bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang
menghasilkan gemma (tunas). Suplir memiliki penampilan yang khas, yang
membuatnya mudah dibedakan dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak
berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. (Sugiarti, 2017).

8. Paku sarang burung (Asplenium nidus)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Species : Asplenium nidus
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada paku sarang burung atau Asplenium
nidus mempunyai helaian daun yang cukup besar, letak sorus dibawah helaian
daunnya. Warna daun hijau muda dan warna sorus nya cokelat. Habitat
ditemukannya paku sarang burung di batang pohon besar, dan secara morfologi
memang seperti sarang burung. Pengamatan yang dilakukan secara morfologi
secara langsung dan dibawah mikroskop binokuler elektrik. Paku sarang burung
termasuk paku darat. Bagian bagian pada paku ini seperti daun, spora, dan sorusnya.
Asplenium nidus termasuk famili Aspleniaceae dan dikenal dengan nama
daerah sarang burung. Tumbuhan ini mempunyai sinonim Neopttopteris nidus (L)
J. Smith, Thamnopteris nidus (L) Presl., dan A. musifolium J. Smith ex Mett. Dalam
penelitian ini A. nidus ditemukan di kawasan hutan kerangas, rawa dan gambut.
Hidup menempel atau menumpang pada batang-batang pohon yang tinggi.
Tumbuhan ini memiliki akar rimpang tegak, bagian ujung mendukung daun-daun
yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang berwarna
coklat. Jenis ini mempunyai daun yang tunggal dan mempunyai ukuran yang
bervariasi. Ujung daunnya meruncing, tepinya rata dengan permukaan yang licin
mengkilat dengan tekstur daun seperti kertas. Daun berwarna hijau, dibagian bawah
lebih pucat. Sporangium berada dibagian bawah daun yang berbentuk garis-garis
coklat yang terletak di sepanjang tulang daun.

Asplenium nidus memiliki daun tunggal yang tersusun pada batang sangat
pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -
150 cm, lebar 3 - 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan
permukaan yang berombak dan Ciri dari Paku Sarang Burung memiliki rimpang
kuat, tegak, roset pada ujung, melingkar membentuk semacam keranjang, ujungnya
tertutup ramenta berwarna hitam dengan tepi yang berambut. Tangkai batang kuat
dengan warna kehitaman yang panjangnys +5 cm, tertutup rambut halus. Daun
merupakan daun tunggal, ukuran lebar 3-10 cm, panjang 7-20 cm dengan jung daun
meruncing, juga ditemui ada yang membulat,denan tepi rata dengan permukaan
berombak dan tampak mengkilap. Warna daun di bagian bawah hijau pucat, dengan
garis-garis coklat di sepanjang anak tulang daun. Tulang daun menonjol di bagian
atas daun, sedangkan yang di permukaan bawah rata. Sori sempit yang berada di
atas setiap tulang daun lateral dan kedua cabang tulang daun, di bagian distal-ental.
Indusium dengan lebar 0,05 cm. Spora: terletak sepanjang garis, di sepanjang anak
tulang daun, berwarna coklat, tampak mengkilap. (Lovadi, 2014)

Tjitrosoepomo (2009) menyatakan bahwa tumbuhan paku merupakan suatu


divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan
nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang dan daun.
Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Suku ini bentuk sorusnya bangun garis atau sempit memanjang, terletak
disamping tulang cabang, daun tidak dapat lepas dari rimpang, meyirip, atau
menyirip ganda Paku tanah atau epifit.(Raina, 2010).
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat.
Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis.
Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom)
atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan
memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh
menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi
(Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung
(Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan
Dicksonia antarctica. (Diah, 2012)
Asplenium nidus Linn. (Aspleniaceae) Akar : Rimpang dan menempel pada
tumbuhan inang. Batang : Tidak nyata karena menyatu dengan tulang daun. Daun :
Tunggal, warna hijau, menyirip, tangkai daun sangat pendek hampir tidak tampak
karena tertutup oleh bulu-bulu halus, panjang 16-120 cm, lebar 7-20 cm, ujung daun
meruncing, tepinya rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Letak
daun melingkar berbentuk keranjang (sarang burung). Sorus : Melekat pada garis-
garis anak tulang daun di bawah daun, warna coklat muda dan berbentuk bangun
garis. Habitat : Tumbuh epifit di bawah naungan. Manfaat/Potensi pemanfaatan :
Sebagai tanaman hias. (Kinho, 2009).

9. Paku laut (Acrostichum aureum)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Pteridales
Familia : Pteridaceae
Genus : Acrostichum
Species : Acrostichum aureum
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Acrostichum aureum
atau paku laut. Bentuk helaian daun seperti helaian daun mangga. Paku laut
termasuk paku darat. Letak sorus paku darat di bawah helaian. Warna daun yang
hijau dan warna sorus yang cokelat. Pengamatan yang dilakukan secara langsung
dan dibawah mikroskop binokuler elektrik. Bagian bagian yang teramati seperti
daun, spora dan sorus.
Acrostichum aureum merupakan tumbuhan menahun dan hidup d lingkungan
hutan bakau serta di sepanjang sungai, parit dan kanal dekat laut. Paku laut memiliki
tinggi yang dapat mencapai 4 m dengan batang pendek dan kekar, tegak, tertutup
sisik-sisik kecoklatan Daun-daun majemuk menyirip, Beberapa pasang (5 pasang
atau lebih) anak daun di ujung kerap fertil dan berwarna karat atau kecoklatan,
dengan sisi bawah yang tertutupi diposkan banyak sporangia yang besar. Anak-
anak daun yang steril (mandul) berada di bagian bawah, reseller panjang dan
berujung tumpul atau membulat, serta dengan tonjolan ujung kecil yang pendek.
(Kinho, 2009).
10. Gleichenia linearis
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Gleicheniopsida

Ordo : Gleicheniales

Famili : Gleicheniaceae

Genus : Gleichenia

Spesies : Gleichenia linearis

(Sumber : Schott, 1834)


Berdasarkan hasil pengamatan pada Gleichenia linearis ialah paku awetan.
Pada paku awetan yang diamati secara langsung morfologinya, bentuk daun yang
seperti jarum dan jumlahnya banyak dalam satu tangkai. Warna dari paku ini, hijau
tua kecoklatan.
Gleichenia linearis (Burm.) Clarke. Paku ini merupakan tumbuhan semak
yang sering mendominasi suatu daerah. Paku ini memiliki percabangan yang
khusus sehingga jenis ini mudah dikenal. Masing-masing cabang akan bercabang
lagi begitu seterusnya sehingga seluruh tumbuhan menutupi tanah tempat hidupnya.
Berkembang biak dengan menggunakan akar.Tunas yang tumbuh dari akar
berwarna hijau pucat yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna hitam. Batangnya
keras, berkayu dan berwarna kuning kecoklatan. Cabang terakhir mempunyai
banyak daun yang tersusun berpasangan. Pina (anak daun) yang paling bawah
biasanya terletak pada percabangan batang dan berukuran lebih kecil dari pasangan
pina sebelumnya. Sporagium terletak dibagian abaksial daun dan tersebar tidak
beraturan. Steenis, dkk (2005) mengatakan bahwa Gleichenia linearis mempunyai
percabangan khusus yaitu tiap-tiap cabang bercabang dua dan masing-masing
cabang akan bercabang dua lagi. Akar berwarna hijau dan sporangium terdapat
pada setiap Pina (anak daun) dan penyebarannya terbatas disepanjang daun.
Setiap pelepah mempunyai daun hijau berbentuk bujur sepanjang 3-7 cm.
Dimana panjangpelepah diantara 10-20 cm bergantung kepada umur pokok dan
habitat. Beberapa rujukkanmenyatakan ada pokok resam yang tinggi hingga 70
m (20 kaki) dengan tumbuh menumpangdengan pokok lain. Kemampuan batang an
daun resam yang berilang dan padat menyebabkan iamenghalang pertumbuhan
pokok lain di kawasan dimana ia tumbuh sangat padat. Tumbuhan ini sangat
bermanfaat karena dapat menyuburkan tanah. Tumbuhan ini mampu menyerap
racun disekitar tempat tumbuhnya. Resam dikenal sebagai tumbuhan invasif di
beberapa tempat karena mendominasi permukaan tanah menyebabkan tumbuhan
lain terhambat pertumbuhannya.

Keanekaragaman jenis paku paling banyak ditemukan di hutan hujan tropis


dibandingkan kawasan hutan lainnya. 24 Pengelompokan hutan hujan tropis
merupakan vegetasi tumbuhan paku mulai dari hutan dataran rendah, hutan
ketinggian sedang dan hutan dataran tinggi (Arini, 2012). Tumbuhan paku terestrial
merupakan salah satu dari jenis-jenis paku-pakuan yang menyukai cahaya dan
jenis-jenis yang membutuhkan naungan. Tumbuhan paku yang suka cahaya
dominan berasal dari jenis Gleichenia dan Nephrolepis, sedangkan jenis tumbuhan
paku tahan naungan yang mencolok yaitu jenis-jenis Angiopteris. Jenis-jenis ini
memiliki ukuran yang besar, bahkan lebih besar jika dibanding dengan paku pohon
(Sugiarti, 2017).
Akar nya berserabut. Batangnya tegak dengan percabangan dua dan masing-
masing cabang itu akan bercabang dua lagi dan seterusnya,. Di saat batang masih
muda permukaan batang ditutupi bulu yang berwarna hitam setelah dewasa
batangnya licin dan berwarna coklat muda. Daunnya berbentuk menjari, dengan
bentuk tepi daun parted, panjang mencapai 25 cm, panjang tangkai 2 cm, lebar 2
cm, jumlah daun 2-4 helai, bentuk anak daun linear, jumlah anak daun 20-50 helai.
Sorusnya terletak di setiap anak daun dan penyebarannya terbatas di sepanjang
tulang daunnya, karena tidak memiliki indusia (kotak spora). Sorus hanya
mengandung sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan suatu celah
membujur. Anulus melintang. Sorus tidak tertutup oleh indusium. Habitat :
Teresterial pada tempat terbuka.(Kinho, 2009).

11. Selaginella wildenowii


Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Classis : Lycopodiacea

Ordo : Selaginellales

Family : Selaginellaceae

Genus : Selaginella

Spesies : Selaginella wildenowii

(Sumber : Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan pada Selaginella wildenowii yang dilakukan


pada paku awetan yang mempunyai warna hijau tua, terdapat bagian bagian seperti
batang, daun, dan rhizoid. Pengamatan paku awetan dilakukan secara langsung
dengan indra manusia.

S. willdenowii termasuk dalam famili Selaginellaceae dan dikenal dengan


nama daerah paku rane. Dalam penelitian ini S. willdenowii ditemukan di hutan
kerangas dan gambut. Paku ini hidupnya berumpun dengan akar berwarna putih ke
abu-abuan. Batangnya tegak dan berwarna coklat. Jenis ini mempunyai daun
berukuran kecil. Daunnya warna kuning kehijauan. Sporangium terkumpul dalam
bentuk strobilus yang terletak diujung daun berwarna hijau muda. Hartini (2011)
bahwa S. willdenowii mempunyai akar berwarna abu-abu. Daun kecil berwarna
kuning kehijauan.
Stobilus diujung percabangan. Ordo Selaginellales (Paku Rane, Paku Lumut)
Ciri tumbuhan paku yang tergolong ordo Selaginellales yaitu batang berbaring dan
sebagian berdiri tegak, bercabang menggarpu, tidak memperlihatkan pertumbuhan
menebal sekunder, tumbuhnya ada yang memanjat dan tunasnya dapat mencapai
panjang sampai beberapa meter. Selaginella bersifat heterospor. Contohnya yaitu
Selaginella caudata, Selaginella plana, Selaginella wildenowii. (Sugiarti, 2017).
Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua
jenis spora yang berbeda ukuran. Spora yang besar disebut makrospora (gamet
betina) sedangkan spora yang kecil disebut mikrospora (gamet jantan). Contohnya
adalah paku rane (Selaginella sp. ) dan Semanggi (Marsilea sp.). (Diah, 2012)

12. Hymenophyllum sp
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Hymenolepyllscceae

Genus : Hymenophyllum

Spesies : Hymenophyllum sp

(Sumber : Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Hymenophyllum sp yang


termasuk paku awetan saat pengamatan morfologi secara langsung dilakukan indra
manusia. Bentuk daun yang memanjang dan berwarna hijau tua. Pada paku awetan
terdapat batang, rhizoid dan daun.
Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Hymenophyllum sp.
Digolongkan sebagai paku epipit yang banyak ditemukan menempel pada batu atau
batang-batang pohon tumbang. Sangat menyukai habitat yang basah dan lembab
seperti di tepi-tepi sungai dan genangan air serta tumbuh di sela-sela lumut.
Memiliki penampilan kecil dan pendek. Akar serabut hitam. Daun berukuran kecil
dan berbentuk seperti jarum, berwarna hijau tua. Daun berjumlah kira-kira 25 di
setiap helai, sedangkan anak daun berjumlah 12 helai. Daun memiliki panjang dan
lebar rata-rata 14,5 cm dan 10 cm. Tinggi tumbuhan hanya sekitar 25-30 cm. Sorus
ditemukan pada tepi daun dan ujung daun. As (2005) menjelaskan bahwa paku jenis
ini bermanfaat dalam meredam luka karena mengandung zat antiseptic (Diah, 2012)

13. Stenochlaena palustris


Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Blechnales

Famili : Blechnaceae

Genus : Stenochlaena

Spesies : Stenochlaena palustris

(Sumber : Schott, 1834)


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku awetan, yakni
Stenochlaena palustris terdapat bagian-bagian stolon, rhizoid, daun dan batang.
Warna paku awetan ini cokelat kekuningan. Bentuk daun yang memanjang, dan
pengamatan dilakukan secara langsung terhadap morfologinya.
Stenochlaena palustris atau kalakai merupakan jenis paku-pakuan yang
banyak ditemukan dihutan kalimantan. Tumbuhan ini hidup merambat dengan
panjang hingga 5-10 cm. Kalakai ada yang berwarna merah dan ada yang berwarna
hijau, berakar serabut dan batangnya berwarna hijau berlendir, keras dan beruas,
tangkainya panjang dengan daun yang saling berhadapan dengan bentuk
memanjang dan di sisi-sisinya bergerigi. Kalakai bisa tumbuh dimana saja seperti
di batang-batang pohon, kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun lahan kering. Dan
akan tumbuh subur dilahan bergambut. Untuk di Kalimantan Selatan sendiri,
Marabahan merupakan sentral kalakai. (Lovadi, 2014).
Tumbuhan ini ditemukan di hutan kerangas, rawa dan gambut. Hidup di
tanah dan memanjat pada pohon yang berada didekatnya. Berakar dalam tanah,
rimpang berwarna hitam dan kuat ditutupi oleh serabut berwarna coklat. Batang
licin, keras dan kuat. Bagian depan batang berwarna hijau kehitaman dan beralur
dalam, sedangkan bagian belakangnya tidak beralur dan berwarna hijau kecoklatan.
Daun steril majemuk tersusun menyirip tunggal genap. Daun bertangkai sangat
pendek. Daun yang masih muda berwarna merah, bertekstur lembut dan tipis,
semakin dewasa daun mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan pada
akhirnya menjadi hijau tua, tekstur yang tebal, keras dan kaku. Bagian abaksial
daun berwarna lebih muda. Pina berbentuk lanset, ujungnya meruncing, basalnya
membulat dan tepinya bergerigi tajam. Daun fertil berbentuk seperti garis dan
seluruh permukaannya dipenuhi oleh sporangium. Daun fertil tersusun menyirip
seperti daun steril dengan spora serbuk berbentuk bubuk halus berwarna coklat
muda dan mudah lepas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartini (2011) bahwa S.
palustris merupakan jenis tumbuhan memanjat atau merayap. Daun menyirip
tunggal. Daun steril berbentuk jorong. Daun fertil berbentuk garis dan daun yang
sangat muda berwarna merah.
Akar stenochlaena palustris merupakan serabut menjalar. mempunyai
batang berentuk menjalar, warna hijau kecoklatan, diameter 0,5-1 cm. Daun
stenochlaena palustris yang majemuk, warna hijau, bentuk linear dengan masing-
masing ujung mengecil. Sorus nya erletak di bawah daun, bentuk bulat dengan
warna coklat. Habitatnya teresterial di tempat terbuka dan setelah dewasa akan
menjalar atau hidup epifit pada tumbuhan yang berada di sekitarnya. (Hartini,
2011).

14. Paku sayur (Nephrolepis sp)


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pterydophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Filicales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis sp
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku darat, yakni
Nephrolepis sp atau paku sayur. Pengamatan morfologinya dilakukan secara
langsung oleh indra manusia dan dibawah mikroskop, untuk dapat mengamati spora
dari paku sayur ini. Warna helaian daun hijau dan sorus berserta sporanya berwarna
cokelat. Letak sorus dibawah helaian daun dan antar spora satu dengan lainnya
berjarak. Bagian bagian dari Nephrolepis sp seperti batang, daun, sorus, dan spora.
Habitat ditemukannya Nephrolepis sp disekitaran rumah penduduk atau halaman
halaman bersemak.
Nephrolepis sp ini tumbuh di tanah dan merupakan herba. Tumbuhan ini
mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering
yang menjalar ke mana-mana, mempunyai sorus bulat atau bangun garis, pada sisi
bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Indosium sesuai
dengan sorus. Rimpang berdiri tegak dan sering ditunjang akar-akar, dan kadang-
kadang mengeluarkan cabang-cabang dan kadang-kadang pula dengan
mengelurkan umbi. Batang berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti
lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman
kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Ujung dari urat
daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung
urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun.
Menurut literatur karakteristik tubuhnya berumpun, batangnya pendek.
Rimpanynya mula-mula menjalar, kemudian tunbuh tergak, warnanya gelap,
tangkainya ditutupi sisik-sisik yang warnanya pucat. Panjangnya 60-100 cm dan
ada kalanya lebih panjang. Helaian daun tersusun lebih rapat, bentuknya
memanjang dan tepinya agak berombak, helain daun yang letaknya di atas lebih
kecil, daun-daun yang subur lebih sempit daipada daun yang mandul. (Lovadi,
2014).
15. Osmunda javanica
Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Pteridophyta

Classis : Osmundopsida

Ordo : Osmundales

Familia : Osmundaceae

Genus : Osmunda

Spesies : Osmunda javanica

(Sumber : Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku awetan yang


berwarna hijau kecoklatan dengan pengamatan secara langsung dengan bagian yang
teramati ialah daun, batang dan rhizoidnya.
Apospori ialah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui
pembentukan spora. Protalium yang terjadi dari peistiwa apospori juga mempunyai
jumlah kromosom yang sama dengan sporofit. Terjadinya apospori dapat
disebabkan karena timbulnya filamen dari jaringan sporofit yang kemudian menjadi
protalium serta hanya membentuk anteridium karena biasanya tidak membentuk
arkegonium, atau disebabkan karena jaringan sporofit yang dapat membentuk
protalium tadi kemungkinan dari tangkai sporangium, dari daun dan juga dari
jaringan steril pada sorus. Peristiwa apospori dapat terjadi pada jenis Trichomanes,
Pteridium aquilium, Asplenium demorphum, Osmunda regalis, Osmunda javanica,
Tectaria trifoliata da Pteris cretica (Sulisetijono,2011). Subkelas Leptosporangiatae
terdiri dari beberapa famili, di antaranya Osmundaceae, contohnya yaitu Osmunda
javanica, terdapat di Indonesia. (Nurul, 2011).
16. Asplenium belangeri

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Polypodiopsida

Classis : Filicinae

Ordo : Aspidiales

Familia : Aspleniaceae

Genus : Asplenium

Spesies : Asplenium belangeri

(Sumber :Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku awetan yang


berwarn hijau kecoklatan dan kering , terdapat bagian bagian rhizoid, batamg dan
helaian daun.

Paku tamaga (Asplenium belangeri) tumbuh liar dan belum pernah


dibudidayakan. Mempunyai bentuk yang menarik. Selain itu, pertumbuhannya
cepat dan tidak memerlukan perawatan khusus. Tumbuhnya terbatas pada tempat-
tempat berhawa sejuk. Kemungkinan dikembangkan sebagai tanaman hias di
pegunungan cukup besar. Asplenium belangeri merupakan salah satu paku yang
cukup menarik dan banyak dijumpai pada daerah dataran tinggi. Di jawa barat
mudah dijumpai di sekitar gunung Gede, Pangrango dan gunung salak misalnya.
Tumbuhnya bersama-sama jenis paku yang lain pada tebing-tebing atau di tepi-tepi
aliran sungai dan selokan yang tempatnya agak terlindung. Tanah yang berbatu-
batu atau tanah cadas yang ditutupi oleh lumut adalah tempat yang dia sukai. Orang-
orang Sunda menyebutnya paku tamaga atau paku beunyeur. (Lovadi, 2014)
Perawakannya kecil, rumpunnya agak banyak. Rimpangnya pendek dan
tumbuhnya tegak. Tangkai daum bagian atas beralur. Kadang-kadang kadang-
kadang terdapat bulu. Entalnya berwarna hijau yang panjangnya antara 15-30 cm.
dan lebarnya 4-8 cm. terdapat 18-20 cm pasang daun yang letaknya mendatar.
Helaian daun yang letaknya paling bawah ukurannya lebih besar. Semakin ke atas
daun tersebut semakin mengecil. Ukuran yang besar mencapai 0.5-1 cm. helaian
anak daun pertama bercabang dua. Daunnya agak berdaging dan warnanya agak
hijau pucat. Sori terdapat dekat pangkal lekukan anak daun. Sori-sori itu
bergeromboldan warnanya cokelat terang. (Lovadi, 2014).

17. Pyrrosia nummularifolia


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Pyrrosia
Species : Pyrrosia nummularifolia
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan pada Pyrrosia nummularifolia termasuk paku
awetan saat pengamatan. Pengamatan yang dilakukan secara langsung terdahap
morfologinya. Paku ini berwarna cokelat dan kering. Bagian bagian yang masih
terdapat pada paku awetan ini seperti batang, daun, dan rhizoid.

P. nummularifolia dikenal dengan nama daerah paku duditan. Dalam


penelitian ini P.nummularifolia ditemukan di hutan kerangas dan rawa, menempel
pada batang-batang pohon dan batu-batu. Hidup di tempat-tempat terbuka yang
mendapat sinar matahari langsung dan teduh dengan pencahayaan matahari yang
kurang. Akarnya menjalar panjang berwarna kecoklatan. Bentuk daunnya bulat dan
berdaging dengan warna hijau pada bagian adaksialnya, sedangkan bagian
abaksialnya berwarna hujau muda. Tepi daunnya rata. Permukaan bagian atas daun
dan bagian bawahnya berbulu. Sporangium terletak di permukaan bagian bawah
dan biasanya ditutupi oleh bulu-bulu yang tebal. Bahwa P. nummularifolia
menempel pada dahan atau ranting-ranting pohon yang sudah tua. Rimpangnya
menjalar berwarna merah kecoklatan. Daun berbentuk bundar sampai bundar telur
dengan permukaan bagian atas agak berbulu dan bagian bawah berbulu
tebal.Tumbuhan paku ini menjalar pada batang pohon. Batang (rimpang) menjalar,
bersisik yang berwarna merah kecoklatan. Ada dua macam daun, yaitu daun steril
berbentuk bulat atau bulat telur (diameter 1,5-3,0 cm), berdaging, dan tangkainya
sangat pendek. Selanjutnya daun fertile yang tangkainya panjang, berbentuk
lonjong atau memanjang (5,0-8,0 cm). Sorus terdapat pada seluruh permukaan
bawah daun fertil. (Lovadi, 2014).

18. Adiantum philipense

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Filicinae
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Species : Adiantum philipense
(Sumber : Schott, 1834)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku awetan, yakni


Adiantum philipense, mempunyai warna hijau kecoklatan dan kering. Terdapat
bagian bagian seperti batang, daun, dan rhizoidnya.

Paku jenis ini sama juga dengan jenis adiantum lainnya, tumbuhan
initumbuhnya berumpun sehingga sering disebut dengan suplir rumpun, karena
anakannya banyak. Rumpun ini sendiri cepat terbentuk dan tumbuh anakannya
sehingga rapat, batangnya tidak nampak. Sering membentuk rimpang di atas tanah.
Anakan keluar dari rimpangnya. Panjang etalnya antara 35 – 65 cm. tangkainya
hitam mengkilat dan licin. Entalnya bercabang – cabang dan dari cabang – cabang
tersebut keluar cabang lagi. Anak – anak daunya mengalami masa gugur pada
waktu yang sama. Bentuk helai daun agak memanjang, dengan tepi bagian bawah
agak merata, bagian ujung daun melekuk membentuk delta tempat spora yang
tertutup dalam indusia. Pada setiap ental terdapat beberapa helai daun yang
ujungnya berindusia. Bentuknya memanjang mengikuti cupingan daun tersebut
(Lovadi, 2014).

19. Pityrogramma sp

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Pityrogrammales
Family : Pityrogrammaceae
Genus : Pityrogramma
Spesies : Pityrogramma sp
(Sumber : Schott, 1834)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada paku awetan yakni
Pityrogramma sp, mempunyai warna cokelat dan kering. Terdapat bagian bagian
seperti daun, batang dan rhizoidnya.
Pityrogramma sp merupakan tumbuhan epifit, hidup di atas pohon – pohon
lain tetapi bukan tumbuhan parasit.Bentuk akar serabut dan berwarna hitam.
Batangnya umumnya berupa rimpang yang tubuhnya menjalaratau memanjat,
mempunyai ental yang banyak, panjang entalnya 50-100 cm. tangkai entalnya
hitam, bersisik pada pangkalnya dan bagian yang tidak bersisik mengkilat. Ental
tersebut menyirip ganda dua, letaknya berseling-seling. Anak daun yang terletak di
bagian pangkal adalah tunggal, sedangkan yang di bagian tengah dan ujungnya
menyirip, yang paling ujung berlekuk dan bisa mencapai ukuran panjang 17 cm dan
lebar 4-5 cm. melancip pada bagian ujungnya sporanya menyebar di baeah
permukaan daun. Sistem reproduksi pada paku pada umumnya sama,yaitu dengan
menggunakan spora. (Hartini, 2011).

VI. KESIMPULAN
1. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus, karena sudah dapat
dibedakan antara akar, batang, dan daunnya, serta memiliki ikatan
pembuluh.
2. Gametofit tumbuhan paku letaknya terbenam dalam tanah dengan akar
berupa rhizoid dan daun berupa thalus.
3. Sporofit pada tumbuhan paku telah memiliki akar, batang dan daun sejati.
4. Ciri-ciri pokok tumbuhan paku antara lain merupakan tumbuhan kormus
(golongan tumbuhan peralihan antara tumbuhan berthallus), mempunyai
klorofil, cara hidupnya adea yang saprofit, epifit dan ada juga yang hidup
di air serta di tanah serta umumnya memiliki daun muda yang
menggulung.
5. Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu : paku homospor (spora yang dihasilkan sama),
paku heterospor (paku yang menghasilkan dua macam spora yaitu
mikrospora (protalium jantan) dan megaspor (protalium betina), dan paku
peralihan (spora yang dihasilkan sama dan dapat tumbuh menjadi
protalium jantan dan protalium betina)
6. Contoh spesies paku segar, yakni paku air ( Salvinia molesta ) dan paku
darat, seperti Davallia sp., Nephrolepis sp, Acrostichum aureum,
Asplenium nidus, dll. Sedangkan pada paku awetan, seperti Pityrogramma
sp, Adiantum philipense, Stenochlaena palustris, dll.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Amintarti, Sri dan Azizah, Aulia. 2018. Penuntun Praktikum Botani
Tumbuhan Rendah. Banjarmasin : Batang PMIPA FKIP ULM.
Arini, D. I. D dan Kinho, J. 2012.Keragaman Jenis Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurnal
Kehutanan. 2 (1) : 1-24
Arthur. 2013. Acrostichum aureum. https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/.
Diakses 25 November 2018
As, M. 2005. Keanekaragaman dan Potensi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
di Hutan Desa Lampeapi Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten
Konawi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Haluoleo. Kendari
Diah. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Cagar
Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. http://eprints.ung.ac.id/.
Diakses 24 November 2018
Birsyam, Inge I. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. FMIPA ITB: Bandung.
Bryales. 2016. Aulacomnium androgynum. http://rbg-web2.rbge.org.uk/.
Diakses 14 November 2018
David. 2002. Neuprolephis sp .https://plants.ces.ncsu.edu/. Diakses 25
November 2018
David. 2017. Adiantum peruvianum. https://commons.wikimedia.org/.
Diakses 25 November 2018
Febri. 2015. Studi Morfologi Tumbuhan Paku Tertutup (Davallia Denticulata
(Brum.) Mett.) Di Perkebunan Kelapa Sawit Pt. Gmp Kecamatan
Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. http:// jim.stkip-pgri-
sumbar.ac.id/. Diakses 24 November 2018
Florida. 2018. Pityrogramma sp. http://florida.plantatlas.usf.edu/. Diakses 25
November 2018
Hansmuller. 2015. Asplenium belangeri. https://commons.wikimedia.org/.
Diakses 25 November 2018
Hartini, S. 2011. Tumbuhan Paku di Beberapa Kawasan Hutan di Taman
Nasional Kepulauan Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun Raya
Bogor, Berk. Penelitian. Hayati Edisi Khusus: vol. 7A, hal. 35–40.
Hidayati. 2017. Marsilea sp. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id. Diakses 24
November 2018
Jayanti .2017. Serbuk Semanggi Sebagai Minuman Herbal.
https://journal.unnes.ac.id. Diakses 24 November 2018

Kinho.2009. Mengenal Beberapa Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan


Payahe Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara, Balai
Penelitian Kehutanan Manado. http://www.forda-mof.org/. Diakses
24 November 2018

Lisa. 2015. Hepaticopsida. http://rbg-web2.rbge.org.uk/. Diakses 14


November 2018

Lovadi. 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar


Alam

Nurjannah. 2012. Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Semanggi


Air (Marsilea Crenata). http://journal.uii.ac.id/. Diakses 24 November
2018
Nurul. 2014. Tinjauan Pustaka .http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/.
Diakses 28 November 2018
Presl. 2018. Hymenolephis spicata . http://www.esbirky.cz/. Diakses 25
November 2018
Nick. 2016. Aulacomnium androgynum. http://rbg-web2.rbge.org.uk/.
Diakses 14 November 2018
Peter. 2017. Platycerium bifurcatum. https://plants.ces.ncsu.edu/. Diakses 26
November 2018
Pinna. 2012. Davalia denticulate. http://rbg-web2.rbge.org.uk/. Diakses 26
November 2018
Raina. 2010. Tinjauan Pustaka Tumbuhan Paku. http://eprints.ung.ac.id/.
Diakses 24 November 2018
Rare. 2018. Osmunda javanica.https://www.rareplants.net.au/. Diakses 25
November 2018
Recolnat. 2015. Specimen Davalia Denticulata. https://science.mnhn.fr/.
Diakses 25 November 2018
Sastrapradja, S. 1980. Jenis Paku Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi
Nasional-LIPI.
Sugiarti. 2017. Identifikasi Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan
Cagar Alam Pagerwunung Darupono Kabupaten Kendal Sebagai
Media Pembelajaran Sistematika Tumbuhan Berupa Herbarium.
http://eprints.walisongo.ac.id/. Diakses 24 November 2018
Thomas. 2017. Asplenium nidus. http://micronesianplants.net/. Diakses 27
November 2018
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta :


Universitas Gadjah Mada.

Vinnay. 2015. Distribution And Occurrence Of Some Pteridophytes In


Gujarat : A New Record For The State.
https://www.researchgate.net/. /. Diakses 26 November 2018
Watson. 2005. Aulacomniaceae. https://www.fs.fed.us/. Diakses 14
November 2018
Wilson. 1971. Botanical And Ecological Characteristics.
https://www.fs.fed.us/. Diakses 14 November 2018
Zoning. 2018. Pyrrosia nummularifolia . https://plant.depo.msu.ru/. Diakses
26 November 2018
Zyn. 2013. Hepaticopsida. https://www.alamy.com/. Diakses 14 November
2018

Anda mungkin juga menyukai