Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Fungi

Berbeda dari tanaman dan hewan, catatan fosil jamur jumlahnya sedikit. Faktor-
faktor yang mungkin berkontribusi pada sedikitnya jumlah fosil dari spesies fungi
antara lain: sifat tubuh fungi yang lembut, berdaging, jaringan yang dapat dengan
mudah terurai, dan ukuran mikroskopis dari kebanyakan struktur Fungi. Fosil Fungi
sulit dibedakan dari mikroba lainnya, dan paling mudah diidentifikasi apabila
menyerupai Fungi yang masih ada saat ini.

Dahulu kelompok makhluk hidup ini menjadi satu kelompok/satu kerajaan dengan
tumbuhan. Alasannya karena baik tumbuhan maupun fungi sama-sama tidak berpindah-
pindah tempat dan sama-sama mempunyai dinding sel, namun kemudian kedua
kelompok makhluk hidup ini dipisahkan karena tumbuhan mempunyai klorofil,
sementara fungi tidak mempunyai klorofil. Perbedaan sifat tumbuhan yang autotrof
dengan fungi yang heterotrof ini sangat mendasar kemudian, cara hidup atau sifat fungi
yang heterotrof ini dipandang lebih dekat dengan kerajaan binatang/hewan, terutama
setelah diketahui bahwa baik fungi maupun binatang menyimpan bahan makanan
dalam tubuh mereka dalam bentuk yang sama yaitu glikogen, sementara tumbuhan
menyimpan bahan makanannya dalam bentuk pati.

Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun catatan fosil jumlahnya sedikit, tetapi


terdapat fosil yang dapat dikenali sebagai jamur sapotrofik besar (bahkan mungkin
Basidiomycota). Fosil ini merupakan fosil prototaxites yang biasa ditemukan di semua
bagian dunia pada periode Devonian pertengahan dan akhir (sekitar 419,2 sampai 358,9
juta tahun yang lalu). Fosil Fungi bukanlah hal yang biasa dan dapat diterima oleh
ilmuwan sebelum fosil periode Devonian ini. Fosil Fungi pada periode ini ditemukan
berlimpah pada bongkahan sedimen Rhynie (Rhynie chert) yang terdapat di dekat
pedesaan Rhynie, Aberdeenshire, Skotlandia. Fosil Fungi ini sebagian besar adalah
fosil Zygomycota and Chytridiomycota. Pada saat yang bersamaan, sekitar 400 juta
tahun yang lalu, Ascomycota dan Basidiomycota terpisah, dan semua Fungi modern
muncul pada akhir Carboniferous karena minimnya catatan fosil, maka karakteristik

1
biokimia menjadi penanda peta hubungan evolusi jamur. Kelompok-kelompok jamur
dapat dihubungkan dengan komposisi dinding sel, organisasi enzim triptopan, dan
sintesis lisin. Analisis filogenetik molekuler pada tahun 1990-an telah berkontribusi
sangat besar untuk mengerti asal-usul dan evolusi Fungi. Pada awalnya, analisis ini
menghasilkan pohon evolusi jamur dengan membandingkan urutan gen tunggal,
biasanya adalah gen RNA ribosom (rRNA) kemudian setelah itu, informasi dari
beberapa gen pengkode protein membantu membetulkan kesalahan, dan pohon
filogenetik Fungi saat ini sedang dibuat menggunakan bermacam-macam data.

Fungi tadinya diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae dan dibedakan menjadi


empat kelas: Phycomycetes (Zygomycetes, Oomycetes, dll) Ascomycetes,
Basidiomycetes, Deuteromycetes (Fungi Imperfecti). Kelompok tradisional ini
membedakan Fungi berdasarkan morfologi organ seksual, ada tidaknya septa, dan
derajat repetisi kromosom (ploidi) pada inti vegetatif miselium. Pada era ini jamur
lendir juga masih termasuk dalam divisi Fungi. Pada pertengahan abad 20 terdapat tiga
kingdom utama dari eukaryota multiseluler, yaitu kingdom Plantae, kingdom Animalia,
dan kingdom Fungi. Perbedaan ciri yang krusial adalah dalam hal nutrisi dan dinding
sel. Meskipun Fungi bukan tumbuhan, namun nomenklatur untuk jamur diatur dalam
International Code of Botanical Nomenclature (ICBN). Sebagai tambahan, “filum”
digunakan dalam nomenklatur jamur, namun beberapa referensi juga menggunakan
“divisi” dalam tingkat taksonominya.

Klasifikasi dunia Jamur pada tahun 2007 merupakan hasil dari upaya penelitian
kolaboratif skala besar yang melibatkan puluhan mycologists dan ilmuwan lain yang
bekerja pada taksonomi jamur. Ada tujuh filum yang diakui, dua di antaranya adalah
Ascomycota dan Basidiomycota dalam cabang subkingdom dikarya. Filum (divisi)
utama Fungi telah diklasifikasikan, terutama atas dasar karakteristik struktur reproduksi
seksual mereka. Saat ini, terdapat tujuh filum yang diusulkan:

a. Microsporodia adalah parasit uniselular pada hewan dan Protista.


Microsporodia merupakan jamur endobiotik yang tinggal pada jaringan spesies
lain. Tadinya, Microsporidia dianggap sebagai eukariota yang sangat primitif,
terutama karena ketiadaan mitokondria, dan ditempatkan bersama dengan
Protozoa lain seperti diplomonads, parabasalia, dan archamoebae di kelompok
Protista Archezoa, namun penelitian yang lebih baru merevisi pengelompokan
2
ini. Saat ini, Microsporidia ditempatkan dalam Fungi atau sebagai sister-group
dari Fungi dengan leluhur yang sama.

b. Chytridiomycota umumnya dikenal sebagai chytrids. Chytrids menghasilkan


zoospora yang dapat bergerak aktif pada zat cair dengan flagela tunggal. Hal ini
membuat ilmuwan tadinya mengklasifikasikan Chytrids sebagai Protista.
Chytrids adalah salah satu dari garis keturunan fungi yang bercabang di awal,
bersifat saprobik dengan menguraikan kitin dan keratin, atau bertindak sebagai
parasit. Keanggotaan pada kingdom Fungi ditunjukkan dengan adanya kitin
pada dinding selnya, memiliki flagela, menyerap nutrisi, menggunakan
glikogen sebagai senyawa penyimpanan energi, dan mensintesis lisin.

c. Blastocladiomycota tadinya merupakan ordo Blastocladiales dalam filum


Chytridiomycota. Hal ini terjadi sampai ciri molekuler dan ciri ultrastruktur
zoospora digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak monofiletik
dengan Chytridiomycota. Blastocladiomycota merupakan sapotrof, mengambil
makanan dari menguraikan zat organik, dan merupakan parasit dari semua
kelompok eukaryota. Tidak seperti kerabat dekatnya, Chytrids, yang
menampilkan meiosis zigot, Blastocladiomycota menjalani meiosis spora.

d. Glomeromycota memiliki sekitar 230 spesies. Anggota Glomeromycota


membentuk mikoriza arbuskula (AM) dengan akar atau talus dari tanaman
darat. Sebagian bukti menunjukkan bahwa Glomeromycota bersimbiosis
dengan tanaman darat untuk karbon dan energi, tetapi ada bukti baru bahwa
beberapa dari mereka mungkin dapat hidup independen. Spesies mikoriza
arbuskula tersebar secara luas di seluruh dunia, di mana mereka membentuk
simbiosis dengan akar dari mayoritas (> 80%) spesies tanaman. Mereka juga
dapat ditemukan di lahan basah, termasuk rawa bergaram, dan dikaitkan
dengan tanaman epifit.

e. Ascomycota umumnya dikenal dengan jamur kantong, adalah filum terbesar


dari Fungi dengan lebih dari 64.000 spesies. Ciri yang menentukan dari
kelompok ini adalah askus, yaitu struktur seksual mikroskopis (berbentuk
kantong) di mana askospora dibentuk. Ascomycota adalah kelompok
monofiletik yang berisi semua keturunan dari nenek moyang. Kelompok ini
bermanfaat bagi manusia sebagai sumber senyawa penting obat-obatan, seperti
3
antibiotik, juga untuk membuat roti, minuman beralkohol, dan keju. Namun
demikian, sebagian juga menjadi patogen bagi manusia dan tanaman.

f. Basidiomycota umumnya dikenal sebagai jamur payung, adalah jamur kelas


tinggi yang bereproduksi secara seksual dengan pembentukan sel berbentuk
batang yang disebut basidia. Spora yang dihasilkan disebut basidiospora.
Contoh dari jamur kelompok ini adalah jamur merang, jamur kuping, jamur
karat, jamur api, dll.

2.2. Sturktur Fungi

2.3 Sifat – Sifat Umum Fungi/ Jamur

2.3.1 Definisi Fungi

Fungi merupakan suatu organisme eukariotik, bersel tunggal, dan tidak memiliki
klorofil, sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin, fungi ini dipisahkan
kingdom nya tersendiri, ia tidak termasuk dalam kingdom protista, monera, maupun
plantae. karena fungi tidak berklorofil, fungi termasuk ke dalam makhluk hidup
heterotrof, yaitu mendapatkan zat makanan yang berasal dari organisme lain di
sekitarnya.

2.3.2 Sifat – Sifat Fungi

1. Memiliki sifat eukariotik

2. Termasuk dalam kelompok organisme multiseluler

3. Tidak mengandung klorofil

4. Secara keseluruhan bersifat heterotrof

5. Struktur tubuh terdiri atas benang benang halus atau hifa

6. Karakteristik dinding sel tersusun dari bahan selulosa dan bahan kitin

7. Bersifat parasit, saprofit, ataupun simbiosis mutualisme dengan membentuk lichens

4
8. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif (aseksual) dengan menggunakan
spora, tunas, ataupun fragmentasi.

9. Mengalami reproduksi secara generatif (seksual) dengan fase konjugasi yang akan
menghasilkan zygospora, askospora, dan basidiospora.

10. Hidup di sekitar tempat yang lembab dengan ph rendah, mengandung zat organik,
dan sedikit menangkap matahari

11. Hidup di sekitar tempat yang lembab dengan ph rendah, mengandung zat organik,
dan sedikit menangkap matahari

2.3.3 Cara Hidup

Semua jenis jamur bersifat heterotrof, namun berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencerna makanan, untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. oleh karena itu jamur merupakan konsumen
maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin,
dan senyawa kimia lainnya, semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Cara hidup
lainnya yaitu dengan melakukan simbiosis mutualisme, jamur yang hidup bersimbiosis,
selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya.

2.4 Reproduksi Fungi

Kebanyakan fungi memperbanyak diri dengan menghasilkan spora dengan jumlah


yang sangat banyak, baik secara seksual maupun aseksual. Misalnya, puffball, struktur
reproduktif spesies-spesies fungi tertentu, dapat melepaskan triliunan spora dalam
semburan serupa awan. Spora dapat terbawa dalam jarak yang jauh melalui angin atau
air . Jika mereka mendarat di tempat yang lembab tempat terdapat makanan mereka
bergerminasi menghasilkan miselium baru.

2.4.1 Reproduksi Seksual

Nukleus dari hifa fungi dan spora kebanyakan spesies fungi adalah haploid,
walaupun banyak fungi memiliki tahap diploid sementara yang terbentuk selama siklus
5
hidup seksual. Secara umum reproduksi seksual dimulai ketika hifa dari 2 miselium
melepaskan molekul sinyal seksual yang disebut feromon. Jika miselium berasal dari
tip perkawinan yang berbeda, feromon dari setiap miselium berikatan ke reseptor
pasangannya dan hifa menjulur ke arah sumber feromon. Ketika hifa bertemu mereka
berfusi. Pada spesies dengan uji kompatibilitas semacam itu, proses ini berkontribusi
terhadap variasi genetik dengan cara mencegah hifa berfungsi dengan hifa lain dari
miselium yang sama atau miselium lain yang identik secara genetis.

Penyatuan sitoplasma dari 2 miselium induk dikenal sebagai plasmogami. Pada


kebanyakan fungi nukleus haploid yang disumbangkan oleh masing-masing induk tidak
berfusii langsung. Sebagai gantinya, bagian dari miselium yang berfungsi mengandung
nukleus-nukleus yang secara genetis berbeda namun hadir bersama-sama. Miselium
semacam itu disebut heterokarion yang berarti nukleus nukleus yang berbeda. Pada
beberapa spesies, nukleus - nukleus yang berbeda bahkan dapat bertukar kromosom dan
gen gen dalam proses yang mirip dengan pindah silang. Pada spesies lain, nukleus
haploid berpasangan dua-dua, satu dari masing-masing induk. Miselium semacam itu
disebut dikariotik yang berarti 2 nukleus. Seiring pertumbuhan miselium dikariotik,
kedua nukleus pada setiap sel membelah bersamaan tanpa berfusi. Karena sel sel ini
mempertahankan 2 nukleus haploid yang terpisah, mereka berbeda dari sel diploid yang
memiliki pasangan kromosom homolog di dalam satu nukleus tunggal.

Berjam-jam, berhari-hari atau pada beberapa fungi bahkan berabad-abad mungkin


berlalu antara plasmogami dan tahap berikut dalam siklus seksual kariogami. Selama
kariogami, nukleus haploid yang disumbangkan oleh kedua induk berfusi,
menghasilkan sel sel diploid. Zigot dan struktur-struktur sementara lainnya terbentuk
selama karogami, satu-satunya tahap diploid pada kebanyakan fungi. Meiosis kemudian
mengembalikan kondisi haploid, menghasilkan pembentukan spora yang
memungkinkan fungi untuk menyebar.

Proses-proses seksual kariogami dan meiosis menghasilkan variasi genetik yang


banyak sekali prasyarat bagi seleksi alam kondisi heterokariotik juga memberikan
beberapa keuntungan diploid yakni 1 genom haploid dapat mengatasi mutasi mutasi
berbahaya pada genom yang lain.

6
2.4.2 Reproduksi Aseksual

Selain reproduksi seksual banyak fungi dapat bereproduksi secara aseksual. Sekitar
20.000 spesies fungi diketahui hanya bereproduksi secara aseksual. Seperti reproduksi
seksual, proses proses reproduksi aseksual bisa sangat beraneka ragam pada fungi.
Banyak fungi bereproduksi secara aseksual dengan tumbuh sebagai fungi berfilamen
yang menghasilkan spora (haploid) melalui mitosis, spesies-spesies macam itu dikenal
secara informal sebagai kapang jika mereka membentuk miselium yang kasat mata.
Bergantung pada kebiasaan Anda membersihkan rumah Anda mungkin bisa mengamati
kapang di dapur membentuk lapisan yang berbulu pada buah, roti dan makanan-
makanan lainnya. Kapang biasanya tumbuh cepat dan menghasilkan banyak spora
secara aseksual menyebabkan fungi mampu mengolonisasi sumber-sumber makanan
baru. Banyak spesies yang menghasilkan spora semacam itu juga dapat bereproduksi
secara seksual, jika mereka kebetulan bertemu anggota-anggota spesiesnya dari tipe
perkawinan yang berbeda.

Fungi lain bereproduksi secara aseksual dengan cara tumbuh sebagai khamir bersel
tunggal. Ketimbang menghasilkan spora, reproduksi aseksual pada khamir terjadi
melalui pembelahan sel biasa atau pelepasan sel-sel tunas yang kecil dari sel induk.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa fungi yang tumbuh sebagai khamir
juga dapat tumbuh sebagai miselium berfilamen bergantung pada ketersediaan nutrien.

Banyak khamir dan fungi berfilamen sejauh ini tidak diketahui memiliki tahap
seksual. Ahli mikologi (ahli biologi yang mempelajari fungi )biasanya menyebut fungi
semacam itu deuteromycetes. Setiap kali tahap seksual ditemukan bagi suatu fungi
yang disebut deuteromycetes spesies tersebut diklasifikasi ulang ke dalam filum
tertentu tergantung pada tipe struktur seksual yang dibentuk. Selain mencari tahap
seksual yang belum diketahui pada fungi fungi yang belum diklasifiksikan semacam
itu, ahli mikologi sekarang dapat menggunakan teknik-teknik genetik untuk
menentukan status taksonomi suatu fungi(Campbell, 2008).

2.5 Prinsip Dasar Klasifikasi Fungi

Untuk pengelompokkan kelas jamur perlu diperhatikan adalah bentuk fase


vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifa, mengalami ada tidaknya

7
perkembangbiakan generatif dan tipe-tipe tubuh buahnya, serta badan sel
pembentuk sporanya. Berikut ini gambar bagan klasifikasi Jamur (Mycota) :

(Sumber : Yudianto, Suroso Adi, 1982 )

A. Kelas Myxomycetes (Jamur Lendir)


Myxomycetes meliputi organisme yang tidak mengandung klorofil, yang
filogenik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana. Dalam keadaan
vegetatif tubuhnya berupa massa protoplasma telanjang yang bergerak sebagai
amoeba yang disebut plasmodium dengan cara-cara hidup sebagai saprofit atau
seperti hewan. Plasmodium terjadi karena adanya suatu perkawinan (seksual), dan
kemudian akan membentuk suatu sporangium yang berdinding. Sporangium
menghasilkan spora yang tidak memperlihatkan perbedaan jenis kelaminnya.
Spora Myxomycetes berkecambah dalam air atau di atas suatu substrat basah
menjadi satu atau beberapa sel kembar yang dinamakan miksoflagellata.
Miksoflagellara ini pada bagian muka mempunyai satu inti dan satu buklu cambuk,
biasanya dua dan heterokon. Pada bagian belakang terdapat vakuola berdenyut,
tetapi kramatozoa tidak ada. Hidupnya sebagai saprofit, dapat mengambil zat
makanan baik berupa zat cair maupun zat padat. Setelah beberapa waktu bulu
cambuknya lenyap dan miksoflagellata ini berubah menjadi miksoameba.
Miksoflagellata dan miksoameba dapat berkembang biak dengan vegetatif dengan
8
pembelahan. Pembiakkan generatif pun terjadi. Dua miksoameba atau dua
miksoflagellata dapat mengadakan perkawinan menjadi amebozigot, dan dalam
amobezigot ini kedua intinya akhirnya pun akan bersatu. Badan yang diploid ini
tidak selalu membentuk dinding, melainkan tetap telanjang dan bersifat ameboid,
dan dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dan
mempunyai banyak inti. Inti ini dapat bertambah banyak karena adanya mitosis
yang berulang-ulang.
Plasmodium ini tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya merupakan
kumpulan protoplas yang menjadi satu. Organisme ini dapat dipiara di atas agar-
agar dan makanannya dapat berupa bakteri, miselium jamur, potogan agar-agar,
bahkan dapat juga mengambil miksoameba haploid sebagai makanannya. Makanan
ini dicerna dalam vakuolanya. Dapat pula organisme ini mengeluarkan enzim yang
melarutkan substratnya dan mengamil makanannya dalam bentuk larutan. Dari
yang bersifat saprofit dapat dibuat biakkan murni. Yang hidup sebgai parasit hanya
hidup dengan tambahan makanan dari organisme yang hidup. Zat cadangan
makanan bukan tepung, tetapi glikogen. Mycomycetes suka hidup di atas tanah-
tanah hutan, di atas daun-daun yang telah runtuh, dalam kayu yang lapuk, dan
dengan perunahan bentuk tubuhnya dapat merayap kemana-mana. Bagian muka
terdiri atas plasma yang lebih pekat, ke belakang membentuk benang-benang.
Organisme ini bergerak ke tempat makanan di bawah pengaruh gaya-gaya
kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis negatif. Plasmodium ini dapat menxapai
ukuran garis tengah 0-30 cm. Misalnya pada Fuligo varians = Aethalium septicum.
Pada plasmodium terbentuk sporangium yang di sini disebut tubuh buah.
Untuk keperluan ini, plasmodium lalu mempunyai sifat yang brlawanan dengan
biasanya. Mereka lalu meninggalkan tempat yang basah, merayap menuju cahaya,
dan dengan menurunkan kadar airnya, kemudian berubah menjadi beberapa tubuh
buah, yang masing-masing diselubungi oleh selaput kaku karena mengandung
kapur, dan dinamakan peridium. Di dalamnya terdapat banyak spora kecil yang
mempunyai membran. Membran (dinding) spora itu tidak seperti jamur umunya,
terdiri atas kitin, tetapi terdiri atas substansi menyerupai putih telur yang
dinamakan keratin, dan di samping itu juga terdapat selulosa. Spora terjadi karena
pembelahan reduksi, dan oleh karena itu bersifat haploid. Miksoflagellata dan

9
miksomeba yang tidak mengadakan kopulasi juga bersifat haploid. Badan buah dan
plasmodium bersifat diploid.
Pada beberapa marga di dalam badan buahnya dibentuk kapilitium yang terdiri
atas buluh-buluh kecil yang bebas atau tersusun seperti jala atau terdiri atas
serabut-serabut yang muncul dari plasma yang terdapat di antara spora. Jika
sporangium telah masak, peridium lalu pecah dan spora akan terhembus keluar dari
dalam jala kapitalium. Pada beberapa jenis Myxomycetes, kapitalium
memperlihatkan gerakan-gerakan higroskopik.
Bentuk dan susunan, sifat, dan warna sporangium merupakan dasar untuk
membedakan Myxomycetes dalam takson lebih kecil. Pada Fuligo varians,
beberapa sporangium merupakan suatu badan buah yang berwarna pirang dan
dapat mempunyai diameter sampai beberapa cm. Pada Dictyostelium mucoroides
miksoameba yang berkumpul menjadi zigot, tetapi hanya merupakan suatu
pseudoplasmodium dengan tubuh buah, yang tiap sporanya berasal dari suatu
miksoameba.
Myxomecetes yang secara flogenik amat rendah tingkatannya itu, jika ditinjau
dari sudut sel kembara dan miksoamebanya menunjukkan hubungan kekerabatan
dengan Flagellatae yang tidak berwarna atau sangat boleh jadi lebih dekat dengan
Rhizopoda dari dunia hewan. Pertimbangan-pertimbangan itulah yang dijadikan
alasan untuk menyatakan bahwa Myxomycetes adalah suatu peralihan yang terletak
antara hewan dan tumbuhan.
Seperti Volvocales dan Euglenales (Flagellatae) yang oleh ahli-ahli zoology
dianggap pula sebagai hewan, demikian pula halnya dengan Myxomycetes. Dalam
dunia hewan kelompok makhluk ini dikenal pula dengan nama Mycetozoa.

B. Kelas Phycomycetes
Talusnya hanya dari yang bertingkat rendah saja yang kecil dan berinti satu,
lainnya yang bertingkat lenih tinggi selalu bercabang-cabang dan mempunyai
banyak inti, biasanya tidak bersekat-sekat, jadi bersifat sifonal (seperti pipa atau
buluh). Pembiakan generatif biasanya melalui oogami, pembiakan vegetatif
seringkali dengan zoospora. Fase diploid terbatas pada zigot saja. Phycomycetes
sering hidup di dalam air, sebagai parasit atau saprofit pada hewan atau tumbuhan
air, ada pula yang hidup di darat. Organisme ini memperlihatkan banyak

10
persamaan dengan ganggang, dan oleh karena itu sering juga dinamakan jamur
ganggang. Phycomycetes terbagi dalam 6 bangsa:
1) Bangsa Myxochytridiales
Sel-selnya telanjang dan terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai parasit atau
tumbuhan air yang bertingkat rendah, tetapi ada juga yang hidup pada tumbuhan
darat. Myxochytridiales mengeluarkan sel-selnya kembara kecil dengan satu atau
dua bulu cambuk. Melihat protoplasmanya yang tidak berdinding dapat
disimpukan bahwa organisme ini dekat dengan Myxomycetes dan Flagellata.
Myxochytridiales merupakan golongan cendawan yang paling sederhana dan
paling rendah tingkat perkembangannya, oleh sebab itu dinamakan juga cendawan
purba (Archimycetes). Dalam bangsa ini antara lain termasuk:
Suku Olpidiaceae. Sel vegetatif telanjang, seluruhnya dapat berubah menjadi
zoosporangium yag berdinding atau berubah menadi satu sel awetan. Zoospora
memiliki satu bulu cambuk, misalnya Olpidium brassicae. Sel-sel kembara dengan
1 bulu cambuk yang opistokon ( ke arah belakang) masuk ke dalam sel-sel daun
kubis dengan membuat lubang pada sel lalu hidup ameboid sebagai parasit dalam
sel tadi. Setelah intinya berulang-ulang mengadakan pembelahan, kemudian
membentuk dinding dari kitin, membuat tonjolan yang menembus sel-sel inang
sampai di luar, akhirnya mengeluarkan sel-sel kembara itu dapat juga berkopulasi
menjadi suatu zigot telanjang dengan dua bulu cambuk awetan. Kedua intinya baru
bersatu dalam musim semi di tahun berikutnya dan kemudian mengeluarkan
banyak sekali sel-sel kembara. Jamur ini biasanya merupakan penyakit pada
tanaman kubis (brasssica oleracea) yang masih kecil. Suku Plasmodiophoraceae.
Tingkatan vegetatif tidak mempunyai dinding sel, hidup terpisah-pisah atau
mengumpul, merupakan plasmodium yang berinti banyak, haploid, dan setelah
terjadi peleburan inti, lalu mengadakan pembelahan reduksi dan menjadi spora
yang setelah berkecambah menjadi satu sel kembara dengan 1 bulu cambuk atau
dua yang heterokon. Contoh: Plasmodiophora brassicea.
2) Bangsa Chytridiales
Dari organisme ini, yang rendah tingkat perkembangannya, hidup sebagai
saprofit atau parasit pada tumbuhn dan binatang air. Sel-selnya mempunyai dinding
yang terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa ini adalah:

11
a) Rhizophidium pollinis, hidup sebagai badan-badan bulat dalam air,
mengeluarkan haustorium untuk mengambil makananya dari serbuk sari pohon
Pinus yang jatuh di dalam air. Pembiakan aseksual dengan zoozpora yang
mempunya satu bulu cambuk yang opistokon
b) Rhizophidium goniosporum, pembiakkan seksual melalui perkawinan gamet
jantan kecil melekat pada suatu sel betina. Zigot membuat dinding yang kuat,
akhirnya akan berkecambah dan menghasilkan zoospora.
c) Polyphagus euglenae, hidup sebagai parasit pada Euglena. Pada pembiakan
seksual, sel-selnya ada yang selalu berubah menjadi gametangium jantan dan
gametangium betina. Perkawinan terjadi dalam saluran kopulasi dekat dengan
gametangium betina yang membesar. Zigot mempunyai dua inti dengan
dinding yang kuat, sebelum perkecambahan, kedua inti dalam zigot itu bersatu,
diikuti oleh pembelahan reduksi, dan zigot itu akhirnya mengeluarkan banyak
zoospora.
3) Bangsa Blastocladiales
Dari golongan ini, warga yang rendah tingkat perkembangannya masih sangat
menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiella variabilis dan Allomyces (suku
Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup dalam tanah basah, mempunyai miselium
yang bercabang-cabang dengan dinding kitin.
Pada pebiakan generatif satu atau beberapa gametangium yang mengeluarkan
banyak gamet dengan satu bulu cambuk. Yang masih rendah tingkatannya
mempunyai gamet jantan dan betina yang sama (isogamet). Pada Allomyces
terdapat anisogami. Sehabis kopulasi zigot itu tumbuh menjadi individu yang
seringkali serupa dengan individu permulaan, tetapi yang tumbuh dari zigot ini
adalah suatu sporofit. Padanya terdapat sporangium yang menghasilkan zoospora.
Sangat boleh jadi zoospora bersifat diploid.
Jadi pada Blastocladiales terdapat pula pembiakan seksual dan aeksual yang
terjadi pada dua individu yang terpisah. Kedua individu itu merupakan keturunan
yang bergiliran secara teratur. Melihat sel-sel kembara dengan satu bulu cambuk
yang opistokon dan dinding seknya yang terdiri atas kitin, diduga bahwa
Blastocladiales berasal dari Chytridiales.
4) Bangsa Monoblepharidales

12
Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang tidak
bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak inti. Dinding terdiri atas
selulosa, hidupnya dalam air pada sisa-sisa tumbuhan. Pembiakkan aseksual
dengan zoopora yang mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon. Zoospora
terbentuk dalam sporangium yang berbentuk gada. Pembiakkan generatif melelui
oogami. Oogami terdiri atas ujung hifa yang membesar dan membulat dan terpisah
oleh suatu sekat. Di dalmnya terdapat suatu sekat pan pada waktunya
mengeluarkan spermatozoid-spermatozoid yang mempunyai satu inti dan satu bulu
cambuk.
Perkawinan berlangsung di dalam oogonium. Zigot ada yang tetap tinggal
dalam oogonium, ada yang keluar tetapi tinggal melekat pada ujung oogonium
yang lalu menjadi badan deengan dinding yang kuat dan berduri. Ada pula yang
meninggalkan oogonium dan bergerak dengan perantaraan bulu cambuk yang
berasal dari spermatozoid. Damet dan sporangium terbentuk pada satu individu,
jadi pada Monoblepharidales tidak ada pergiliran keturunan. Monoblepharidales
meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup antara lain Monoblepharis
sphaerica dan Monoblepharis polymorpha.
5) Bangsa Oomycetales
Medium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan
mengandung banyak inti, sebagian hidup dalam air sebagian lainnya hidup di darat.
Cara hidupnya ada sebagai saaprofit, ada yang sebagai parasit. Dinding selnya
memberikan reaksi seulosa. Pembiakan generatif dengan oogfami. Gamet jantan
tidak lagi bebas dan tugasnya dilakukan oleh inti, yang oleh suatu saluran
pembuahan dari anteridium disampaikan kepada oogonium dan inti sel telurnya.
Sel-sel telurnya belum terbentuk dengan sempurna. Dalam pusat oogonium dengan
inti betina. Setelah dikawinkan oleh sejumlah inti jantan yang sesuai, bagian pusat
oogonium dengan inti-inti yang telah dibuahi itu lalu terpisah oleh suatu membran
menjadi suatu zigot yang berinti banyak.
Oomycetales dibedakan dalam beberapa suku, antara lain suku
Saprolegniaceae, yang anggota-anggotanya hidup sebagai saprofit dalam air, pada
tumbuhan air yang tenggelam dan busuk, atau pada bangkai binatang air, ada yang
sebagai parasit pada ikan. Contoh beberapa jenis jamur anggota suku

13
Spaprolegniaceae ialah Saprolegnia dioica, Achyla prolifera, dan Aphanomyces
stellatus.
6) Bangsa Zygomycetales
Terutama terdiri atas cendawan yang hidup sebagai saprofit, dngan miselium
yang bercabang banyak, seagian tidak bersekat, tetapi untuk golongan tertentu
telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya terdiri atas kitin. Pembiakan
aseksual telah disesuaikan dengan hidup darat.

C. Kelas Basidiomycetes
Basidiomycetes merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian tumbuhan
lainnya. Divisi Basidiomisetes juga mencakup mutualis yang mencakup mikhorhiza
dan dua parasit tumbuhan yang bersifat destruktif yaitu jamur karat (rust) dan jamur
gosong (smut). Nama filum ini berasaldari basidium (kata latin untuk ‘landasan”),
sebuah sel tempat terjadinya kariogami, yang segera diikuti oleh mitosis. Bentuk
basidium seperti ujung tongkat pemukul golf yang menyebabkan kelompok ini sering
disebut fungi gada (club fungus).
Pada Basidiomycetes terdapat suatu organ yang menjadi karakteristik baginya
yaitu basidium. Basidium adalah suatu badan yang melalui penonjolan (pembentukan
sterigma) selalu membentuk 4 spora. Basidium itu terdiri atas 1 sel yang membesar
atau terbentuk gada dengan 4 eksospora padanya atau bersekat-sekat, jadi terdiri atas
beberapa sel yang masing-masing membentuk basidiospora. Diantara semua fungi,
Basidiomisetes saprobik adalah yang paling baik dalam mengurai polimer lignin yang
kompleks.
Berdasarkan bentuk dan susunan basidiumnya, dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Holabasidiomycetes
Basidium terdiri atas 1 sel. Dalam golongan ini termasuk cendawan-cendawan
yang dikalangan umum dikenal dengan nama jamur, yang terdapat pada kayu-kayu
yang lapuk atau ditempat-tempat lain.
Beberapa jenis jamur dari golongan ini dalam musim-musim tertentu (di Eropa
dalam akhir musim panas, di Indonesia dalam musim hujan) membentuk tubuh buah
yang besar yang seringkali mempunyai bentuk seperti payung terbuka dan dapat
mencapai garis tengah 1 m dan berat 50 kg (Polyporus giganteus). Tubuh buah

14
berbagai jenis jamut ini banyak yang dapat dimakan misalnya jamur merang
(Vilvariella volvacea).

2. Phragmobasidiomycetes
Basidium bersekat-sekat terbagi menjadi 4 bagian (sel), masing-masing
menonjolkan satu spora, tetapi ada pula basidium yang terbagi oleh sekat-sekat
membujur atau seperti Holobasidiomycetes terdiri atas satu sel saja.
Siklus hidup basidiomisetes biasanya mencakup miselium dikariotik yang berusia
panjang. Tahap dikariotik yang diperpanjang ini menyediakan kesempatan untuk
berbagai peristiwa rekombinasi genetic, dan efeknya menggandakan hasil dari
perkawinan tunggal. Secara periodic, sebagai respon terhadap stimulus lingkungan,
miselium bereproduksi secara seksual dengan mengahasilkan tubuh buah yang rumit
yang disebut basidiokarpus (basidiocarp). Cendawan putih yang sering ditemukan di
supermarket adalah contoh basidiokarpus yang familiar.
Berikut siklus hidup Basidiomisetes pembentuk cendawan

(Sumber :

D. Kelas Zigomycetes
Ada sekitar 1000 spesies zigomycetes yang telah diketahui. Filum ini mencakup
kapang-kapang yang cepat tumbuh dan menyebabkan pembusukan pada makanan
15
seperti roti, persik, stroberi, dan ubi jalar selama penyimpanan. Zigimisetes lain lain
hidup sebagai parasit atau simbion komensal (netral) pada hewan.
Salah satu contoh dari zigomisetes adalah Rhizopus stolonifer (kapang roti hitam)
yang memiliki hifa menyebar ke seluruh permukaan makanan, menembus makanan
itu, dan menyerap nutrien. Pada fase aseksual, sporangium hitam yang
menggelembung berkembang di ujung hifa yang mengarah ke atas. Di dalam setiap
sporangium, ratusan spora haploid berkembang dan disebarkan melalui udara. Spora
yang kebetulan mendarat pada makanan yang lembab akan bergerminasi, tumbuh
menjadi miselium baru. Beberapa zigomisetes, seperti Pilobolus dapat benar-benar
“membidik” lalu menembakkan sporangiumnya ke arah cahaya terang. Jika kondisi
lingkungan memburuk seperti kapang mengkonsumsi semua makanannya maka dapat
bereproduksi secara seksual. Induk dalam penyatuan seksual adalah miselium dari
berbagai tipe perkawinan berbeda yang memiliki penanda kimiawi yang berbeda-
beda, walaupun mereka tampaknya identik. Plasmogami menghasilkan struktur kokoh
yang disebut zigosporangium (zygosporangium), yaitu tempat terjadinya katiogami
dan meiosis. Meskipun mempresentasikan tahap zigot (2n) di dalam siklus hidupnya,
zigosporangium bukanlah zigot dalam pengertian yang biasanya (yakni, sel dengan
satu nukleus diploid). Zigosporangium disini merupakan struktur multonukleat,
heterokariotik pertama dengan banyak nukleus haploid dari dua induk, dan dengan
banyak nukleus diploid setelah kariogami.
Zoosporangium resisten terhadap kebekuan dan kekeringan serta tidak aktif secara
metabolik. Ketika kondisi-kondisi membaik, zigosporangium mengalami meiosis,
bergerminasi menjadi sporangium, dan melepaskan spora-spora haploid yang
beraneka ragam secara genetis yang dapat mengolonisasi substrat baru.
Berikut siklus hidup zigomisetes Rhizopus stolonifer (kapang roti hitam).

16
(Sumber :

2.6 Peranan dan Manfaat Jamur bagi Kehidupan Manusia

Ekosistem bergantung pada fungi sebagai pengurai dan simbion

Fungi pengurai kayu tampaknya menjadi suatu kelompok organisme yang dominan
sekitar 250 juta silam selama kepunahan masal yang menyapu bersih hutan luas
tumbuhan vaskuler pada akhir premium. Penguraian kayu yang membuat makanan
tersedia bagi organisme hidup, kemungkinan merupakan faktor utama dalam
kolonisasi ulang darat oleh organisme yang selamat dari kepunahan.

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, ada yang merugikan dan ada
yang menguntungkan.

Jamur yang menguntungkan antara lain, sebagai berikut.

a. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan
bir.

b. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.

c. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.

d. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein


tinggi

17
e. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
pembuatan tempe dan oncom.

Sementara itu, jamur yang merugikan, antara lain, sebagai berikut.

a. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paruparu manusia.  

b. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.

c. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

18

Anda mungkin juga menyukai