Fisiologi Tumbuhan
DIFUSI OSMOSIS
0.8
0.7
0.6
0.5 0%
0.4 25%
0.3 75%
100%
0.2
0.1
0
I II III IV V VI
Pengamatan Ke-
1
0.9
Perubahan Volume (mL)
0.8
0.7
0.6
0.5 0%
0.4 25%
0.3 75%
0.2 100%
0.1
0
I II III IV V VI
Pengamatan Ke-
Pengamatan Ke-
1
0.9
Perubahan Volume (mL)
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
I II III IV V VI
Pengamatan Ke-
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum difusi
osmosis pada kentang dan wortel sebagai objek pengamatan masing-masing objek
diberikan objek yang sama yaitu penambahan larutan sukrosa dengan konsentrasi
0 M, 25 M, 50 M, 75 M, dan 1 M dan juga penambahan larutan aquades. Pada
data hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa terjadi penambahan dan
pengurangan volume dari masing-masing larutan dengan konsentrasi yang
berbeda baik pada wortel maupun kentang. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
objek mempunyai konsentrasi tertentu sehingga terjadi pengurangan dan
penambahan volume. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuntari (2019) yang
menyatakan bahwa semakin besar perbedaan konsentrasi, maka semakin besar
juga laju difusi.
Pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M, 25 M, 50 M, 75 M, dan 1 M
terjadi pengurangan volume pada masing-masing pengamatan. Jika terjadi
pengurangan volume pada larutan sukrosa, berarti kadar air pada larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0 M, 25 M, 50 M, 75 M, dan 1 M masuk kedalam umbi wotel
dan kentang sebagai suatu proses osmosis. Hal ini dapat terjadi karena kentang
dan wortel mempunyai kemampuan menyerap air, sehingga air akan mudah
masuk kedalam bahan melalui proses difusi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nugraha (2021) yang menyatakan bahwa penurunan aktivitas air bahan dalam
larutan hipertonik sebagai media perendaman menyebabkan terjadinya proses
osmosis bahan, sehingga air bebas akan ke luar dari bahan dan padatan yang ada
di dalam larutan, sebagian akan masuk ke dalam bahan melalui proses difusi.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada
larutan aquades terjadi pengurangan volume pada pipa skala ukur yang digunakan.
Pengamatan yang terjadi pada kentang maupun wortel, dimana volume aquades
semakin berkurang seiring pengamatan yang dilakukan setealah praktikum 4 jam
berturut-turut selama 6 kali pengamatan. Hal tersebut dapat terjadi karena larutan
air dari luar masuk kedalam wortel dan kentang melalui membran semi
permeable. Dikarenakan air memiliki konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan
dengan kandungan pada kentang dan wortel sehingga air didalam bahan akan
bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat Salsabillah (2020) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis, yaitu ukuran zat
terlarut, tebal membran, luas permukaan, jarak antara zat pelarut dan zat terlarut,
dan juga suhu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kentang dan
wortel yang diberi larutan sukrosa dan aquades menunjukkan terjadinya proses
difusi dan osmosis. Hal yang mempengaruhi terjadinya difusi osmosis yaitu
terjadinya peningkatan, penurunan, serta volume yang tetap. Kentang dan wortel
bersifat semi permeabel sehingga mampu mengosmosis air dan campuran air
dengan sukrosa sehingga menyebabkan penurunan volume pada beberapa
pengamatan
5.2 Saran
Pada praktikum yang dilakukan sebaiknya bahan yang digunakan ukurannya
ditambah agar perubahan volumenya lebih terlihat dan lebih memudahkan
praktikan melakukan pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, Linda. Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan. Deepublish, 2018.
Giriyanti, Putri. Analisis Perubahan Praktikum Difusi Dan Osmosis. Diss.
Universitas Pendidikan Indonesia, 2020.
Ibrahim, A. M., Yunianta., Heppy, F. S. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
Ekstraksi Terhadap Sifat Kimia dan Fisik pada Pembuatan Minuman Sari
Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Dengan Kombinasi
Penambahan Madu Sebagai Pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
3(2): 530-541.
Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R Dan Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Yayasan Kita Menulis.
Kuntari, F, R., Susatyo, P., and Adita, S. 2019. Studi Proses Difusi melalui
Membran dengan Pendekatan Kompartemen. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya 15(2): 62-65.
Noviyani, Dedek, And Yudhi Yundari. "Solusi Persamaan Difusi Pada Larutan
Gula Dengan Metode Beda Hingga." Bimaster: Buletin Ilmiah
Matematika, Statistika Dan Terapannya. 8(3). 573-578.
Nugraha, Bayu Fajar, et al. 2021. Analisis Kualitas Dendeng Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Dengan Penambahan Berbagai Jenis Dan
Konsentrasi Gula. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan 3.2: 94-104.
Philip, .R. 2014. Osmosis And Difusion In Tissue: Half-Times And Internal
Gradients. Australia:California Institute Of Technology
Rahmasari, Hamita Dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus Alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa Dan Lama Osmosis.
Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 2(3): 191-197.
Salsabillah, Aisyah Nur. 2020. Transpor Pasif Melintasi Membran Tanpa
Mengeluarkan Energi.
Sari, Y. P., Rahman, A., dan Kasrina, K. (2018). Pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik Berdasarkan Studi Pengaruh Osmosis Terhadap Warna
Mata. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi. 2(2): 16-21.
Sari, Yeni Pita, et al., (2018) Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Bedasarkan Studi Pengaruh Osmosis Terhadap Warna Mata. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Biologi, 2(2): 16-21.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC
Syahidah, Ruhama Nuri, et al. 2020. "Difusi, Osmosis Dan Imbibisi."
Ulfa, H. L., Falahiyah, R., & Singgih, S. Uji Osmosis Pada Kentang Dan Wortel
Menggunakan Larutan Nacl. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan
Alam, 9(2), 110-116.
LAMPIRAN
Gambar 3. Pengamatan 3
Gambar 4. Pengamatan 4
Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
4.1
4.0
panjang kentang (cm)
3.9
3.8
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
0M 0,25 M, 0,50 M 0,75 M 1M
Konsentrasi
Rata-Rata
Ai, N. S., Lenak, A. A. 2014. Penggulungan Daun Pada Tanaman Monokotil Saat
Kekurangan Air (Leaf Rolling In Monocotyledon Plants Under Water
Deficit). Jurnal Bioslogos, 4 (2).
Furnawanthi, I., Devianti, S. J., Nauly, D., Mardiyanto, R., & Elya, M. (2018).
Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas
Ap-4 Terhadap Manitol Sebagai Media Konservasi Secara In
Vitro. Prosiding Semnastan, 245-252.
Hamim, I. 2019. Fungsi Air Dan Perannya Pada Tingkat Selular Dan Tumbuhan
Secara Utuh.
Hamim, I. 2019. Peran Air Sebagai Penyusun Tubuh Tumbuhan.
Hamim. 2019. Peranan Dan Fungsi Air Sebagai Penyusun Tubuh Tumbuhan.
Modul Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Indonesia: Indonesian Document.
Lewar, Y., Dkk. 2016. Kajian Potensial Osmotik Dan Durasi Osmoconditioning
Terhadap Daya Hantar Listrik Dan Kandungan Kimia Benih Kacang
Merah Yang Telah Mengalami Deteriorasi. Partner, 21(2), 293-303.
Winna F., Farida D, Suseno A., dan Warid A., Q. 2019. Respon Lima Kultivar
Kentang (Solanum tuberosum L.) terhadap Perlakuan Manitol pada
Kultur In Vitro. Zuriat, 30 (1): 14-20.
Arlita, M. A., Waluyo, S., Waji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap
Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2 (1) : 85-94.
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
Tabel 5. Panjang silinder umbi kentang setelah direndam dalam berbagai seri
larutan sukrosa selama 30 menit
Sampel / Konsentrasi T0 I II III Rerata
0M 4 4 3,9 3,8 3,9
0,25 M, 4 4 4 3,9 4,0
0,50 M 4 3,7 3,8 3,7 3,7
0,75 M 4 4 4,2 4,1 4,1
1M 4 3,6 3,5 3,7 3,6
Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.
b. Lampiran Perhitungan
g 1000
M= :
Mr V
g 1000
1 M= :
342 100
1000
g=1 x 342 :
100
g=34,2 gram
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,25 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,25 M . 50 mL
V1 = 12,5 Ml
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,50 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1M . V1 = 0,50 M . 50 mL
V1 = 25 mL
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,75 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,75 M . 50 mL
V1 = 37,5 mL
c. Lampiran Gambar
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Tumbuhan Segar Tumbuhan Kekurangan Air
Perlakuan Tanaman
Hamim. 2010. Fungsi Air Dan Perannya pada Tingkat Selular dan Tumbuhan
Secara Utuh. Jakarta: Erlangga.
Hammim. 2018. Fungsi Air dan Perannya pada Tingkat Selular dan Tumbuhan
Secara Utuh. Yogyakarta: Modul 1.
Handoko, A., dan Rizki, A.M. 2020. Fisiologi Tumbuhan. Tesis. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. UIN Raden Intan. Lampung.
Ilmawan, E., dan Takdir, A. 2018. Analisis Keragaan Genetik Jagung Toleran
Cekaman Kekeringan di Lahan Sawah Tadah Hujan. Agrotek: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pertanian, 2(2), 39-47.
Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R., dan Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Bandung. Yayasan Kita
Menulis.
Pradana, A. P., Putri, D., dan Munif, A. 2015. Eksplorasi Bakteri Endofit dari
Akar Tanaman Adam Hawa dan Potensinya Sebagai Agens Hayati dan
Pemacu Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal Fitopatologi
Indonesia, 11(3), 73-73.
Sagala, D., Ningsih, H., Koryati, T., Ramdan, E. P., Indarwati, I., Herawati, J.,
dan Septariani, D. N. 2021. Dasar-Dasar Agronomi. Bandung. Yayasan
Kita Menulis.
Sari, I. K., Limantara, L. M., dan Priyantoro, D. 2012. Analisa Ketersediaan dan
Kebutuhan Air pada DAS Sampean. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of
Water Resources Engineering, 2(1), 29-41.
Viana, J.E., Hidayat, Z., Isminarti, T., Dwiastuti, M., Nakhil, U., dan Latifah, E.
2017. Gel Madam Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor) sebagai
Gel Anti inflamasi. Urecol, 2(1): 161-170.
Wiraatmaja, I.W. 2017. Suhu, Energi Matahari, dan Air Dalam Hubungan dengan
Tanaman. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Udayana: Denpasar.
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
Tabel 11. Turgiditas relatif tumbuhan segar dan tumbuhan kekurangan air.
Tumbuhan Kekurangan
Tumbuhan Segar
Kelompok Air
No
Ulangan
TR
BS BT BK TR (%) BS BT BK
(%)
1. 16 0.9 1.0 0.6 75 0.7 0.8 0.4 75
2. 17 0.6 0.8 0.4 50 0.8 0.9 0.3 83.3
3. 18 0.7 0.4 0.3 400 0.4 0.3 0.3 -
Rata-rata 0.73 0.73 0.43 175.00 0.63 0.67 0.33 79
Sumber: Data primer setelah diolah, 2022
b. Lampiran Gambar
Gambar 14. Tanaman Gambar 15. Daun
Gambar 13. Tanaman tanaman cukup air
kekurangan air
kecukupan air
Gambar 16. daun Gambar 17. Beratsegar Gambar 18. Berat segar
tanaman kurang air daun tanaman cukup air daun tanaman kurang air
Warna lampu
Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.
Gambar 8. Kerapatan Sel pada Tanaman Cabai
4.2 Pembahasan
Berdasarkan kerapatan dan bukaan stomata pada tanaman dikotil dan
monokotil diperoleh hasil bahwa pada tanaman jagung (monokotil) memiliki
jumlah stomata yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah stomata pada
tanaman cabai (dikotil). Jumlah stomata pada suatu tanaman akan memengaruhi
kerapatan sel pada tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Lailati
(2013), yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah stomata bergantung pada
luas daun dan kerapatan sel. Selain itu, peningkatan jumlah stomata membantu
dalam hal penyerapan untuk proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah stomata
pada sutu tanaman maka semakin cepat terjadinya penguapan.
Panjang dan lebar stomata pada setiap tanaman memiliki hasil yang berbeda-
beda. Panjang dan lebar tanaman monokotil memiliki rata-rata yang lebih besar
dibandingkan dengan tanaman dikotil. Kerapatan stomata dan luas bukaan pada
tanaman jagung lebih besar dibandingkan dengan tanaman cabai. Ukuran stomata,
kerapatan stomata serta luas bukaan stomata pada daun dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti penebalan sel penjaga terhadap respon cahaya, CO 2, dan konservasi
air. Hal ini sesuai dengan pendapat Taluta (2017), yang menyatakan bahwa tinggi
rendahnya kerapatan stomata suatu tanaman diikuti dengan besar kecilnya ukuran
stomata pada tanaman itu sendiri.
Kerapatan sel pada tanaman cabai masing-masing diberi perlakuan yang
berbeda-beda yaitu diberi penyinaran lampu dengan warna putih, merah dan biru.
Dapat dilihat dari grafik bahwa penyinaran lampu warna merah memiliki
kerapatan sel yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyinaran warna putih dan
biru. Sedangkan penyinaran lampu warna biru memiliki kerapatan sel yang paling
rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo (2019), yang mengatakan bahwa
cahaya merah dan biru termasuk cahaya utama yang membantu dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Cahaya merah memiliki
gelombang sangat membantu dalam proses fotosintesis dan memicu petambahan
panjang daun sehingga jumlah stomata juga bertambah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas maka dapat diperoleh melalui
praktikum ini dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Stomata dapat ditemukan pada bagian permukaan tanaman misalnya daun
dan batang, tetapi yang lebih banyak terdapat pada daun. Sebagian besar
tumbuhan magnoliophyta memiliki stomata di permukaan bawah daun.
Sedangkan tumbuhan akuatik yang mengapung, stomata hanya terdapat
pada permukaan atas daun.
2. Letak stomata pada daun dikotil umumnya tersebar, sedangkan pada daun
monokotil terletak berderet-deret sejajar sesuai dengan susunan
epidermisnya.
3. Mekanisme menutup dan membuka stomata tergantung pada tekanan turgor
sel tanaman. Oleh karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung
pada tekanan turgor dari sel-sel penjaga. Jika sel penjaga mempunyai
tekanan turgor maka stomata membuka dan pada saat tekanan turgor
berkurang maka stomata menutup.
4. Distribusi stomata berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi
pada daun. Banyaknya jumlah daun maka makin banyak jumlah stomata
sehingga makin besar transpirasinya.
5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum ini adalah agar praktikum kedepannya
dilaksanakan dengan baik dan benar, serta penyajian hasil pengamatan lebih
dilengkapi agar dalam pembacaan hasil nantinya tidak mengalami kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, L. 2018. Dasar–dasar fisiologi tumbuhan. Yogyakarta. Deepublish.
Annisa, N., Riduan, R., dan Prasetia, H. 2016. Model Rain Garden untuk
Penanggulangan Limpasan Air Hujan Di Wilayah Perkotaan. Jurnal Teknik
Lingkungan. 2(1): 23-26.
Arfa, N. F., Nurcahyani, E., Zulkifli, Z., dan Handayani, T. T. 2019. Nepenthes
mirabilis (Lour.) Druce Planlet at a Various Levels of Murashige & Skoog
Medium Density In Vitro. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan
Keanekaragaman Hayati. 6(2), 18-22.
Barus, W. A., dan Rauf, A. 2021. Budidaya Padi Di Tanah Salin. Medan. Umsu
Press.
Fauzi, A., Andreswari, D., dan Murcitro, B. G. 2019. Sistem Pakar menentukan
Kekurangan Unsur Hara dan Penggunaan Pupuk pada Tanaman Jagung
Pasca Penanaman Menggunakan Metode Forward Chaining.
Pseudocode. 6(2): 104-113.
Iin, M. N. 2021. Penerapan Sambung Pucuk (Grafting) pada Tanaman Cabai.
Doctoral Dissertation. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan.
Izza, F. 2015. Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dan
Hubungannya dengan Transpirasi tanaman di Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Prosiding KPSDA, 1(1): 34-37.
Juhaeti, T., dan Hidayati, N. 2015. Physiological and growth of rambutan, mango,
durian and avocado seedlings on various light intensity and nitrogen
fertilization. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia 1(4): 947-953.
Kamaluddin, K., Wiguna, G. A., dan Rizki, M. 2020. Karakteristik Stomata pada
Berbagai Jenis Daun Pohon di Sekitar Kampus Universitas Timor:
Characteristics of Stomata in Different Types of Tree Leaves Around the
University of Timor. Jurnal Jejaring Matematika dan Sains, 2(1), 29-31.
Kuswarini, P. S. 2016. Mengenal Jaringan Tumbuhan dalam Perspketif Imajinasi
Tiga Dimensi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan :Universitas Siliwangi
Lailati, M. L. 2013. Carbondioxide sink ability of 15 plant species collection in
Bogor Botanical Garden. Widyariset, 16(2), 277-286.
Megesari, R., dan Nuryadi, M. 2019. Inventarisasi Hama Dan Penyakit Tanaman
Jagung (Zea mays L.) dan Pengendaliannya. Musamus Journal of
Agrotechnology Research, 2(1), 1-12.
Nur, A. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Azolla (Azolla pinnata) sebagai Pupuk
Organik Cair dan Kompos pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum
annum L.). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Doctoral
dissertation
Nurlia T, N. T. 2016. Perbandingan Karakter Anatomi Stomata pada Beberapa
Spesies Family Poaceae. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Doctoral dissertation
Papuangan, N., dan Djurumudi, M. 2014. Jumlah dan distribusi stomata pada
tanaman penghijauan di kota ternate. Jurnal Bioedukasi, 2(1): 7-10.
Pharmawati, M., Defiani, M. R., dan Arpiwi, N. L. 2012. CA 2+ intraseluler terlibat
dalam mekanisme pembukaan stomata akibat pengaruh auxin. Jurnal
Biologi. 12(1): 19-22.
Prasetyo, J., Mukaromah, S. L., & Argo, B. D. (2019). Pengaruh pemaparan
cahaya LED merah biru dan sonic bloom terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman sawi sendok (Brassica rapa L.). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem, 7(2), 185-192.
Putri, F. M., Suedy, S. W. A., dan Darmanti, S. 2017. Pengaruh pupuk nanosilika
terhadap jumlah stomata, kandungan klorofil dan pertumbuhan padi hitam
(Oryza sativa L. cv. japonica). Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin
Anatomy and Physiology), 2(1), 72-79.
Rumakefing, H. 2022. Identifikasi Tipe Stomata Pada Bebarapa Jenis Tumbuhan
Dikotil dan Monokotil. Jurnal Sains dan Pendidikan Biologi, 1(1), 1-6.
Sabani, M., Daningsih, E., dan Marlina, R. 2018. Analisis Ukuran dan Tipe
Stomata Tanaman Di Kota Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 7(5): 78-79.
Sulistiana, S., dan Setijorini, L. E. 2017. Akumulasi timbal (Pb) dan struktur
stomata daun puring (Codiaeum variegatum Lam. Blume). Jurnal Agrosains
dan Teknologi, 1(2), 9-22.
Suyitno. 2012. Perbandingan Jumlah Stomata Pada Bagian Abaksial dan
Adaksial. Ternate.
Taluta, H. E., Rampe, H. L., dan Rumondor, M. J. 2017. Pengukuran panjang dan
lebar pori stomata daun beberapa varietas tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.). Jurnal MIPA, 6(2), 1-5.
Taluta, H. E., Rampe, H. L., dan Rumondor, M. J. 2017. Pengukuran panjang dan
lebar pori stomata daun beberapa varietas tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.). Jurnal MIPA. 6(2). 1-5.
Yanti, N. R. I. 2021. Pengaruh Polusi Udara Terhadap Karakteristik Stomata
Pada Daun Anggrek Merpati (Dendrobium Crumenatum) Di Wilayah
Tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
LAMPIRAN
.
a. Lampiran Gambar
b. Lampiran Perhitungan
a. Perhitungan kerapatan stomata pada tanaman jagung
Dik : Rata-rata bidang pandang mikroskop = 0,16
Rata-rata jumlah stomata dalam bidang pandang = 13,3 stomata
Rata-rata panjang bukaan stomata = 20,2 μm = 0,0202 × ½ =
0,0101 mm2
Rata-rata lebar bukaan stomata = 10,1 μm = 0,0101 × ½ =
0,00505 mm2
Dit : a. Luas bidang pandang ?
b. Kerapatan stomata ?
Peny : a. Luas bidang pandang = π × r2 mm2
= 3,14 × (0,16)2
= 3,14 × 0,0256
= 0,080384 mm2
= 0,0019625 cm2
jumlah stomata
b. Kerapatan Stomata =
luasbidang pandang
13,3
=
0,080384
= 165,45 mm2
b. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman Jagung
Dik : Rata-rata bidang pandang mikroskop = 0,16
Rata-rata jumlah stomata dalam bidang pandang = 13,3 stomata
Rata-rata panjang bukaan stomata = 20,2 μm = 0,0202 × ½ =
0,0101 mm2
Rata-rata lebar bukaan stomata = 10,1 μm = 0,0101 × ½ =
0,00505 mm2
Dit : a. Luas bukaan stomata?
Peny : a. Luas bukaan stomata = π × r1 × r2
= 3,14 × 0,0101 × 0,00505
= 0,000160 mm2
= 1,60-4 mm2
c. Perhitungan kerapatan stomata pada tanaman cabai
Dik : Rata-rata bidang pandang mikroskop = 0,16
Rata-rata jumlah stomata dalam bidang pandang = 28 stomata
Rata-rata panjang bukaan stomata = 18,5 μm = 0,00185 × ½ =
0,00925 mm2
Rata-rata lebar bukaan stomata = 6,8 μm = 0,0068 × ½ =
0,0034 mm2
Dit : a. Luas bidang pandang ?
b. Kerapatan stomata ?
Peny : a. Luas bidang pandang = π × r2 mm2
= 3,14 × (0,16)2
= 3,14 × 0,0256
= 0,080384 mm2
= 0,0080384 cm2
jumlah stom ata
b. Kerapatan Stomata =
luasbidang pandang
28
=
0,080384
= 348,32 mm2
2. Lampiran Perhitungan
a. Daun muda
CCI =
23,1+ 25,0+22,8+20,6+20,2+23,5+25,4 +22,4+ 21,0+ 22,3
=22,63
10
Klorofil a = a + b (CCI)c
= 38,23 + 4,03(15,56404248)
= 38,23 + 62,723091194
= 100,95
= -283,2 + 269,96(2,372726176)
= -283,2 + 640,54115847
= 357,34
b. Daun dewasa
CCI =
60,2+ 55,8+52,6+47,1+57,4 +58,9+55,8+53,9+61,5+52,1
=55,53
10
Klorofil a = a + b (CCI)c
= -421,35 + 792,61070762
= 371,26
Klorofil b = a + b (CCI)c
= 38,23 + 4,03(55,53)0,88
= 38,23 + 4,03(34,291331813)
= 38,23 + 138,19406721
= 176,42406721
= -283,2 + 269,96(3,0425250707)
= -283,2 + 821,36006809
= 538,16
c. Daun tua
CCI =
88,4+96,4 +99,3+ 99,5+ 99,1+99,2+95,1+94,5+ 96,5+93,5
=96,16
10
Klorofil a = a + b (CCI)c
= -421,35 + 877,98338298
= 456,63
Klorofil b = a + b (CCI)c
= 38,23 + 4,03(96,16)0,88
= 38,23 + 4,03(55,594921341)
= 38,23 + 224,047533
= 262,27
= -283,2 + 269,96(3,5423336439)
= -283,2 + 956,28839051
= 673,08
Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber
energi utama bagi tanaman. Cahaya juga merupakan salah satu kunci penentu
dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh
tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon
tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya.
Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas
atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh
dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran (Novianti et al., 2015).
Cahaya matahari juga berfungsi sebagai penerang bagi manusia maupun
hewan. Untuk tumbuhan yang memiliki klorofil atau berklorofil, matahari
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses yang sering disebut dengan
fotosintesis. CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat membutuhkan cahaya
matahari dan juga enzim. Ketika tanaman dapat membuat makanan yang dapat
diserap oleh tanah, tanpa bantuan sinar matahari itu tidak akan terjadi, dan juga
menyebabkan tanaman menjadi lemah bahkan bisa mati (Novianti et al., 2015).
Fotosintesis adalah reaksi yang sangat penting pada tumbuhan yang
berfungsi mengubah energi (cahaya) matahari menjadi energi kimia yang
disimpan dalam senyawa organik. Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman
untuk melakukan 2 tahapan yaitu reaksi terang yang dilakukan di tilakoid dan
siklus calvin yang dilakukan di stomata. Ketika terjadi perubahan intensitas
cahaya, maka tanaman akan melakukan penyesuaian. Penyesuaian tanaman
terbuka bertujuan untuk efisiensi kegiatan fotosintesis sehingga tanaman dapat
bertahan dan produktivitas tanaman tetap tinggi (Fuji dan Sa’diyatul, 2021).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum peranan cahaya
dan CO2 pada fotosintesis untuk mengetahui adanya fotosintesis pada tumbuhan
hijau hydrilla verticillata, gejala fotosintesis, proses fotosintesis, serta pengaruh
cahaya dan konsentrasi CO2 terhadap laju fotosintesis.
2500
2000
1500
1000
500
0
Putih/Kuning Merah Hijau Biru
Warna Cahaya
K2CO3 KHCO3
Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.
Gambar 8. Grafik Perbedaan Jumlah Gelembung Tiap Parameter Pengamatan.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum peranan cahaya dan CO2 pada fotosintesis yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan jumlah gelembung yang
dihasilkan pada masing-masing perlakuan warna spektrum cahaya yang berbeda
pada tanaman air hydrilla verticillata. Pada grafik terlihat bahwa jumlah
gelembung pada cahaya warna merah dan biru lebih banyak dibandingkan dengan
cahaya kuning dan hijau. Hal tersebut dapat terjadi karena gelombang cahaya
merah dan biru lebih efektif dalam melakukan proses fotosintesis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Handoko dan Fajariyanti (2013), yang menyatakan bahwa
cahaya matahari memiliki sifat polikromatik yang bila dibiaskan akan
menghasilkan cahaya-cahaya monokromatik. Cahaya-cahaya monokromatik
inilah yang ditangkap oleh klorofil dan digunakan dalam proses fotosintesis.
Dalam suatu percobaan diketahui bahawa gelombang cahaya biru dan cahaya
merah adalah yang paling efektif dalam melakukan proses fotosintesis dan cahaya
hijau yang paling tidak efektif dalam melakukan fotosintesis.
Laju fotosintesis pada tanaman hydrilla ditandai dengan adanya gelembunh
yang leuar pada saat dilakukan perendaman. Perendaman dilakukan dengna
mencampur larutan K2CO3. Semakin banyak gelembung yang terlihat maka
diasumsikan bahwa laju fotosintesis tanaman menjadi lebih cepat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Andika (2020), yang menyatakan bahwa penyerapan sinar yang
rendah pada tanaman akan berdampak pada laju fotosintesis. Penyerapan cahaya
yang rendah akan memperlambat laju fotosintesis karena pengaruh klorofil-a dan
klorofil-b dengan pH yagn rendah sehingga memperlambat laju fotosintesis.
Gelembung yang dihasilkan menggambarkan laju fotosintesis yang terjadi
pada tanaman hydrilla verticillata. Gelembung tersebut merupakan hasil dari
fotolisis air dalam proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Saraswati
(2017) yang menyatakan bahwa oksigen yang dihasilkan dalam proses fotosintesis
berasal dari proses fotolisis air pada reaksi terang fotosintesis. Fotolisis air
merupakan proses pemecahan molekul air oleh cahaya dan menghasilkan oksigen
yang langsung dilepas ke lingkungan.
Peranan cahaya dan CO2 pada fotosintesis yang telah dilakukan, dapat
dilihat pada grafik diatas, telah terjadi fotosintesis tanpa cahaya matahari.
Fotosintesis dapat terjadi dikarenakan adanya perlakuan pemberian spektrum
cahaya yang membantu terjadinya fotosintesis. Hal ini dikarenakan tumbuhan
dapat menyerap cahaya tertentu yaitu, cahaya yang tampak dan cahaya yang
memiliki panjang gelombang sesuai. Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko dan
Yunie (2013), yang menyatakan bahwa, tanaman dapat melakukan fotosintesis
tanpa adanya sinar matahari jika ada cahaya tampak atau panjang gelombang
cahaya tertentu yang dapat diserap tanaman. Pada intensitas cahaya sedang,
peningkatan laju fotosintesis menurun, tetapi pada intensitas cahaya tinggi, laju
fotosintesis menjadi konstan dan peningkatan intensitas tidak berlanjut dalam
semua kondisi. Fotosintesis menghasilkan cahaya yang dapat diserap.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari praktikum peranan cahaya dan CO 2
pada fotosintesis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada tumbuhan hijau hydrilla verticillata terjadi fotosintesis yang ditandai
dengan adanya gelembung yang terbentuk pada perlakuan pemberian cahaya
yang berbeda warna.
2. Gejala fotosintesis pada tumbuhan Hydrilla verticillata dapat dilihat dari
kemampuannya dalam menyerap bermacam warna cahaya.
3. Proses fotosintesis pada tanaman terjadi ketika klorofil di daun menangkap
cahay matahari dan menggunakannya untuk mengubah air dan
karbondioksida menjadi gula dan oksigen.
4. Fotosintesis pada tanaman tergantung oleh adanya cahaya, air dan karbon
dioksida. Semua itu tidak dapat langsung diubah menjadi zat gula (glukosa)
tanpa adanya bantuan cahaya. semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida
makan akan semakin meningkatkan laju fotosintesis.
5.2 Saran
Praktikan harus menguasai atau memahami teori terlebih dahulu sebelum
melakukan praktikum, kerjasama dalam kelompok harus baik, dan juga dalam
melakukan pengamatan harus teliti agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Y., Kawaroe, M., Effendi, H dam Zamani, N, P. 2020. Pengaruh Kondisi
pH Terhadap Respon FIsoologis Daun Lamun Jenis Cymodoces rotundata.
Jurnal Ilmu Kelautan Tropis, 12(2): 485-493.
Arifah, R. U., Sedjati, S., Supriyantini, E., dan Ridlo, A. 2019. Kandungan
Klorofil dan Fukosantin serta Pertumbuhan Skeletonema Costatum pada
Pemberian Spektrum Cahaya yang Berbeda. Buletin Oseanografi
Marina, 8(1):25-32.
Fuji, Z., dan Sa’diyatul, F. 2021. Pengaruh Cahaya Matahari terhadap Proses
Fotosintesis. Prosiding SEMNAS.
Handoko, P., dan Yunie, F. 2013. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak terhadap
Laju Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla verticillata. Seminar Proposal.
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Nusantara PGRI: Kediri.
Indriana, K. R. 2016. Produksi Bersih pada Efisiensi Dosis Pupuk N dan Umur
Panen Daun Tembakau terhadap Kadar Nikotin dan Gula pada Tembakau
Virginia. Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of
Agrotech), 1(2).
Koryati, T., Purba, D. W., Surjaningsih, D. R., Herawati, J., Sagala, D., Purba, S.
R., dan Aldya, R. F. 2021. Fisiologi Tumbuhan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Novianti, D. N., Rejeki, S., dan Susilowati, T. 2015. Pengaruh Bobot Awal yang
Berbeda terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Latoh (Caulerpa
Lentillifera) yang Dibudidaya di Dasar Tambak, Jepara. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 4(4): 67-73.
Purnama, M., dan Tristantyo, W. 2020. Prototipe Alat Ukur Kualitas Tanaman
Berdasarkan Nilai NDVI pada Daun Sawi Pakcoy (Brassica Rapa
L). Doctoral dissertation.
Safitri, R.D., Agung, N., Yuspihana, F., dan Fatmawati. 2019. Pemanfaatan
Rumput Air (Hydrilla Verticillata) sebagai Kompos pada Tanaman Bunga
Kol (Brassica Oleracea). Enviro Scienteae, 15(2): 257-262.
Yuliani, R.N., Evie, R., dan Hasim, A. 2015. Pengaruh Pemberian Naungan
terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Stroberi Varietas Dorit dan
Varietas Lokal Berastagi. Lentera BIO.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 9. Jumlah Gelembung Tiap Parameter Pengamatan
Warna K2CO3 KHCO3
Putih/Kuning 1930 5
Merah 108 29
Hijau 123 9
Biru 338 27
60%
40 60% Terplasmolis
10 %
Terplasmolisis
80%
Tak erplasmolis
Tak Terplasmolisis
120%
40%
30
40% 10 % 60% Terplasmolis
80% TakTerplasmolis
20% 40%
20 60% Terplasmolis
20% 0% 40%
TakTerplasmolis 20%
20%
10 Sukrosa Sukrosa Sukrosa Sukrosa Sukrosa 0%
120%
100%
20%
120%
100%
0
80%
60%
20%
0,0 M 0,14 M 0,18 M 0,22 M 0,26M
100 %
80%
60% Te r pl as mol is is
40% Ta k Te rp l as mol is is
20%
0%
Suk r osa Sukro s a Suk r osa Suk r osa Sukro s a
0,0 M 0,1 4 M 0,1 8 M 0,2 2 M 0,2 6M
.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas maka dapat diperoleh melalui
praktikum ini dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Gejala mengenai plasmolisis dapat ditemukan pada sel sayatan epidermis
permukaan daun Rhoeo discolor yang menunjukkan hilangnya sebagian
atau seluruh warna ungu yang ada di dalam sel.
2. Penyebab terjadinya plasmolisis adalah jika sel diletakkan pada larutan
hipertonik, maka sel tumbuhan akan kehilangan air.
3. Plasmolisis dapat terjadi pada saat lepasnya membran plasma pada dinding
sel pada sel tumbuhan.
4. Potensial osmotik merupakan zat cair dalam vakuola dan bagian-bagian sel
lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya, zat cair tersebut
adalah suatu larutan dan potensial airnya sedangkan plasmolisis merupakan
dampak dari peristiwa osmosis.
5.2 Saran
Sebaiknya alat yang digunakan untuk praktikum ini menggunakan
mikroskop lebih dari satu agar mempermudah pengamatan dan dapat
mengefisienkan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, L. 2018. Dasar–dasar fisiologi tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish.
Agustina, D. K., Zen, S., Dede Cahyati Sahrir, S. P. I., Fadhila, F., AK, A.,
Vertygo, S., dan Arianto, S. 2021. Teori Biologi Sel. Aceh: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.
Buana, E. 2011. Struktur dan Inti Sel Rhoeo Discolor saat Normal dan
Plasmolisis. Bogor: Regina.
Elfera Y., R., Harimurti, D., dan Rachmaniah, O. 2012. Alga spirulina sp. Metode
Ekstraksi Minyak Menggunakan Osmotik dan Perkolasi dan Efeknya pada
Komponen yang Dapat Diekstraksi. Jurnal Teknik Kimia, 4(2): 287-294.
Haq, A. N. 2016. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Multimedia Berbasis Problem-Based Learning dengan Metode Ceramah
pada Konsep Sel. Doctoral Dissertation. FKIP Universitas Pasundan:
Bandung.
Hidayanti, L. 2019. Pengaruh Nutrisi AB Mix terhadap Pertumbuhan Tanaman
Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) secara Hidroponik. Jurnal Ilmiah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 16(2): 166-175.
Huda, I. Z. N., Anggraeni, S., dan Supriatno, B. 2020. Analisis Kesesuaian
Lembar Kerja Menggunakan Metode Ancor pada Praktikum Plasmolisis
pada Sel Tumbuhan. Biodik, 6(4): 550-561.
Keumalasari, D. 2021. Raih Medali KSN Biologi SMA/MA. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Listiyowati, S., Widyastuti, U., Rahayu, G., Hartana, A., dan Jusuf, M. 2019.
Hubungan Kemampuan Pergantian Inang dengan Plastisitas Genetika pada
Cendawan Blas Padi (Pyricularia grisea). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 14(2): 133-140.
Nio, S. A., dan Torey, P. 2013. Karakter Morfologi Akar sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Bios Logos, 3(1): 373-377.
Rahmadina, R. 2021. Biologi Sel Dalam Kehidupan. Uin Sumatera Utara: Medan.
Rahmasari, H., dan Susanto, W. H. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan
Sirup Murbei (Morus Alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa dan Lama
Osmosis. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(3): 191-197.
Rahmawati., 2016. Difusi Molekul Dan Tekanan Osmotik Cairan Sel. Universitas
Riau, Pekanbaru.
Ratnasari, S., Suhendar, D., dan Amalia, V. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun
Adam Hawa (Rhoeo discolor) Sebagai Indikator Titrasi AsamBasa.
Chimica et Natura Acta, 4(1) : 39-46.
Ratnasari, S., Suhendar, D., dan Vina, A. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam
Hawa (Rhoeo discolor) sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Chimica et
Natura Acta, 4(1): 39-46.
Sari, E., dan Alam, F. M. D. I. P. 2014. Metabolisme hewan dan tumbuhan.
Universitas Lampung: Lampung.
Siregar, M. T. P., Kusdiyantini, E., dan Rukmi, M. I. (2014). Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat pada Pangan Fermentasi
Mandai. Jurnal Akademika Biologi, 3(2): 40-48.
Sundhani, E., Zumrohani, L. R., dan Nurulita, N. A. 2017. Efektivitas Ekstrak
Etanol Daun Adam Hawa (Rhoeo discolor) dan Daun Pucuk Merah
(Syzygium campanulatum Korth.) dalam Menurunkan Kadar Gula Darah
pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar dengan Pembebanan Glukosa.
Jurnal Farmasi Indonesia. 13(02): 137-149.
Viana, J. E., Hidayat, Z., Isminarti, T., Dwiastuti, M., Nakhil, U., dan Latifah, E.
2017. Gel “Madam” Ekstrak Daun “Adam Hawa”(Rhoe discolor) sebagai
Gel Antiinflamasi. Urecol, 5(2): 161-170.
Wardani, F. F., Efendi, D., Dinarti, D., dan Witono, J. R. 2021. Kriopreservasi
Tunas in Vitro Pepaya ‘Sukma’ dengan Perlakuan Prakultur Loading dan
Dehidrasi dengan Pvs2 dan Modifikasinya. Berita Biologi, 20(2): 181-190.
Yulia, E. N. S., Budipramana, L. S., dan Ratnasari, E. 2012. Induksi dan
Pertumbuhan Kalus Batang Melati (Jasminum sambac) pada Media MS
dengan Penambahan Giberelin. Lentera Bio, 1(1): 49-53.
Yunita, E., dan Alwi, M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Waktu
Perendaman terhadap Kesegaran Bunga Potong Oleander (Nerium
oleander L.). Biocelebes, 5(1): 34-40.
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
c. Lampiran Perhitungan
a. Perhitungan persentase sel terplasmolisis dan tak terplasmolisis perlakuan
aquades
Diketahui : Jumlah sel terplasmolisis = 46
Jumlah sel tak terplasmolisis = 6
Total sel = 52
Ditanyakan : a. Persentase sel terplasmolisis……..?
b. Persentase sel tak terplasmolisis…?
sel terplasmolisis
Maka : a. Persentase selterplasmolisis = x 100 %
total sel
46
Persentase selterplasmolisis = x 100 %
52
Persentase sel terplasmolisis = 0,88 x 100%
Persentase sel terplasmolisis = 88%
sel tak terplasmolisis
b. Persentase seltak terplasmolisis= x 100 %
total sel
6
Persentase seltak terplasmolisis= x 100 %
52
Persentase sel tak terplasmolisis = 0,12 x 100%
Persentase sel tak terplasmolisis = 12%
b. Perhitungan persentase sel terplasmolisis dan tak terplasmolisis perlakuan
0,14 M
Diketahui : Jumlah sel terplasmolisis = 9
Jumlah sel tak terplasmolisis = 51
Total sel = 60
Ditanyakan : a. Persentase sel terplasmolisis……..?
b. Persentase sel tak terplasmolisis…?
sel terplasmolisis
Maka : a. Persentase selterplasmolisis = x 100 %
total sel
9
Persentase selterplasmolisis = x 100 %
60
Persentase sel terplasmolisis = 0,15 x 100%
Persentase sel terplasmolisis = 15%
sel tak terplasmolisis
b. Persentase seltak terplasmolisis= x 100 %
total sel
51
Persentase seltak terplasmolisis= x 100 %
60
Persentase sel tak terplasmolisis = 0,85 x 100%
Persentase sel tak terplasmolisis = 85%
Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan
BAB I
PENDAHULUAN
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil yang
dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan terhadap Warna Larutan
Perlakuan
Pengamata
Kecambah Benih Keterangan
n
NaCl Ca(OH)2 NaCl Ca(OH)2
I - + - +
+ : Ada
II - + - +
++ : Banyak
III + + - +
- : Tidak Ada
IV + + - +
I - + - +
+ : Ada
II - + - +
++ : Banyak
III - + - +
- : Tidak Ada
IV + ++ - +
I - + - -
+ : Ada
II + + - -
++ : Banyak
III + + - +
- : Tidak Ada
IV + ++ - +
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari praktikum pengaruh larutan
terhadap laju respirasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses respirasi pada tumbuhan menghasilkan air (H2O) yang dapat dilihat
dari terbentuknya uap air ada perlakuan penambahan larutan Ca(OH)2 pada
kecambah kacang hijau.
2. Perbedaan warna larutan pada penambahan larutan NaCl dan Ca(OH)2
dipengaruhi oleh peristiwa respirasi yang menghasilkan karbondioksida.
Karbondioksida mengakibatkan adanya tumbukan antara air dan
karbondioksida sehingga mengakibatkan larutan berubah warna atau keruh.
3. Adanya uap air menjadi indikator menunjukkan bahwa terjadi proses
repirasi karena proses respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa
metabolisme berupa uap air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Selain itu,
karbondioksida akan bereaksi dengan air kapur membentuk endapan
kalsium karbonat.
5.2 Saran
Sebaiknya tinjauan pustaka tidak perlu terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, P., Kusdiyantini, E., dan Suprihadi, A. 2020. Isolasi Bakteri Endofit
Daun Alang-Alang (Imperata cylindrica) dan Metabolit Sekundernya yang
Berpotensi sebagai Antibakteri. Jurnal Akademika Biologi, 9(2), 20-28.
Ali, A., Poniran, M., dan Misrianti, R. 2021. Pertumbuhan Indigofera (Indigofera
Zollingeriana) Setelah Pemangkasan Di Lahan Gambut. Pastura: Journal of
Tropical Forage Science. 2(3), 56-63.
Fidiastuti, H. R., dan Suarsini, E. 2017. Potensi Bakteri Indigen Dalam
Mendegradasi Limbah Cair Pabrik Kulit Secara In Vitro. Bioeksperimen:
Jurnal Penelitian Biologi, 3(1), 1-10.