Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS VEGETASI METODE POINT CENTERED QUARTER (PCQ)

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Ekologi


Yang dibimbing oleh Dr. Vivi Novianti, S.Si., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 4/ Offering A 2018

Dila Novita Sari (180341617529)


Laila Rahmita (180341617510)
Risca Aguslia Dewi (180341617568)
Wahyu Andrianto (180341617
Zahra Firdaus (180341617513

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2020
A. TOPIK
Analisis vegetasi menggunakan metode Point Centered Quarter (PCQ).
B. TUJUAN
1. Mengetahui jenis tumbuhan
2. Mengetahui Indeks Nilai Penting setiap jeis tumbuhan pada suatu vegetasi dengan
menggunakan metode Point Centered Quarter (PCQ).
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotic terhadap dominansi tumbuhan yang ada
C. DASAR TEORI
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri dari beberapa jenis,
seperti herba, pohon, dan perdu yang hidup secara bersama-sama pada suatu tempat
dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain (Sutrisna, 2018). Vegetasi bukan
hanya asosiasi dari individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu kesatuan dimana
individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain yang dikenal sebagai
suatu komunitas tumbuhan (Binsasi, dkk., 2017). Vegetasi mempunyai peranan penting
karena berfungsi sebagai perlindungan, pengikat energi untuk seluruh ekosistem dan
sebagai sumber hara mineral (Umar, 2017).
Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari
struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk
mengetahui koposisi jenis (susunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada
di wilayah yang di analisis (Sancayaningsih, dkk., 2014). Kehadiran vegetasi akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosiste, dalam skala yang lebih luas
(Cahyanto, dkk., 2014).
Metode kuadran atau PCQ merupakan salah satu analisis vegetasi metode tanpa
kuadrat (plot-less method). Salah satu keuntungan menggunakan metode kuadran
dibandingkan metode kuadrat adalah metode kuadran lebih efisien. Metode kuadran
lebih cepat, membutuhkan peralatan yang lebih sedikit, dan membutuhkan lebih sedikit
pengamatan (Mitchell, 2007). Parameter yang digunakan adalah frekuensi, densitas,
dan dominasi. Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis komunitas tumbuhan
memperlihatkan tingkat kepentingan atau peranan jenis tersebut dalam komunitas. INP
diperoleh dari penjumlahan frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan dominansi relative
(Martono, 2012).
Jumlah individu dalam suatu stand/ area dapat ditentukan dengan mengukur
jarak antara individu, atau jarak antara titik sampling dengan individu tumbuhan. Hasil
pengukuran jarak tersebut dikonversikan ke dalam unit dua dimensi/ area dengan cara
mengkuadratkan jarak tersebut. Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon
dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area
suatu spesies (Renta, 2016). Menurut Sancayaningsih (2014), data vegetasi dianalisis
untuk melihat densitas, frekuensi, dominansi, luas basal area dan nilai peting sebagai
berikut:
Basal Area (BA) = 1/4 πd2 (1)

Kerapatan Mutlak = 𝛴 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑞𝑢𝑎𝑟𝑡𝑒𝑟 𝑥 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 100 𝑚2 (2)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑖
𝞢 dalam quarter = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 (3)
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑖
Kerapatan relative = x 100% (4)
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dominansi Mutlak = (Rerata BA spesies i x Kerapatan mutlak spesies i) (5)


𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑖
Dominasi relative = x 100% (6)
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑖
Frekuensi Mutlak = (7)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑖
Frekuensi relative = x 100% (8)
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Indeks Nilai Penting= KR + DR + FR (9)

D. ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :
1. Roll meter 1. Kantong plastic
2. Meteran kain 2. Kertas label
3. Klinometer
4. Kompas bidik
5. Alat tulis
6. Tali 5m x 5m
7. Kamera
8, Termohigrometer
9. Soil survey indtrument
E. PROSEDUR KERJA

Ditentukan transek pengambilan data yang tegak lurus dengan garis awal
pemberangkatan

Dipilih plot pertama dan disiapkan kuadran berukuran 5x5 m menggunakan


tali tambang lalu plot dibagi menjadi 4 kuadran

Dicari satu pohon terdekat dengan titik pusat plot pada setiap kuadran yang
memiliki keliling >30 cm

Diukur keliling pohon setinggi dada. Jika pohon bercabang maka keliling
kedua cabang diukur dan dirata-rata

Diukur jarak antara pohon dengan titik pusat plot

Dilakukan estimasi ketinggian pohon menggunakan klinometer dengan cara


mengarahkan klinometer ke ujung pohon dan dilihat skala di sebelah kiri

Diukur jarak pengamat klinometer ke pohon dan tinggi pengamat


Dicari nama spesies pohon. Apabila tidak diketahui maka diambil sampel
dari pohon dan dimasikn ke dalam kantong plastik dan diberi label

Diulang seluruh langkah hingga plot terakhir

Ditulis jarak antar plot adalah x meter (sesuai kondisi lapangan)

Dimasukkan hasil pengamatan ke tabel identifikasi

F. DATA PENGAMATAN
Tabel INP Metode PCQ

Jenis tumbuhan KR DoR FR INP


Hibiscus tiliceus 54,32 85,85 54,35 194,52
Mangifera indica 9,14 12,79 9,23 31,16
Dimocarpus longa 36,54 1,37 36,41 74,32
Faktor Abiotik Metode PCQ
Suhu udara Kelembaban Suhu tanah pH tanah
Petak contoh
(°C) tanah (%) (oC)
1 24,7±1,25 66,7±5,7 25,3±0,57 7
2 24,0±0 72,0±0 26,3±0,57 7
3 24,7±0,58 73,3±1,1 27,3±0,57 7

G. ANALISIS DATA
Berdasarkan data pengamatan, terdapat tiga tumbuhan yang didapatkan
menggunakan metode PCQ. Pertama, Hibiscus tiliceus yang memiliki kerapatan
relatif 54,32; dominansi relatif 85,85; dan frekuensi relatif 54,35 sehingga diperoleh
INP 194,52. Kedua, Mangifera indica yang memiliki kerapatan relatif 9,14;
dominansi relatif 12,79; dan kerapatan relatif 9,23 sehingga diperoleh INP 31,16.
Ketiga, Dimocarpus longa yang memiliki keerapatan relatif 36,54; dominansi
relatif 1,37; dan frekuensi relatif 36,41 sehingga didapatkan INP sebesar 74,32. Dari
hasil analisis vegetasi menggunakan metode PCQ (Point Centered Quarter),
diketahui yang menghasilkan urutan jenis tumbuhan yang mendominasi yaitu : (1)
Hibiscus tiliceus (2) Dimocarpus longa dan (3) Mangifera indica.
Faktor abiotik yang diukur pada pengamatan ini terdapat 4 jenis yaitu suhu
udara,, kelembaban udara, suhu tanah dan pH tanah. Pada pengukuran suhu udara,
plot satu didapatkan nilai rata-rata 24,7 oC dengan standar deviasi 1,25; plot dua
memiliki rata-rata 24 oC dengan standar deviasi 0; plot tiga diperoleh rata-rata 24,7
o
C dengan standar deviasi 0,58. Pengukuran kelembaban tanah, plot satu didapatkan
nilai rata-rata 66,7 dengan standar deviasi 5,7; plot dua diperoleh rata-rata 72,0
dengan standar deviasi 0; plot tiga didapatkan rata-rata 73,3 dengan standar deviasi
1,1. Pada pengukuran suhu tanah, plot satu diperoleh nilai rata-rata 25,3 oCdengan
standar deviasi 0,57; plot dua didapatkan nilai rata-rata 26,3 oCdengan standar
deviasi 0,57; plot tiga didapatkan nilai rata-rata 27,3 oCdengan standar deviasi 0,57.
Sedangkan untuk pH pada ketiga plot diperoleh nilai yang sama yaitu sebesar 7.
H. PEMBAHASAN
Dalam ekosistem, dapat dijumpai adanya suatu vegetasi beberapa spesies
tertentu dengan pola sebaran yang berbeda-beda. Melalui metode analisis vegetasi
dapat diketahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui
pengamatan langsung (Ufiza, dkk., 2018). Menurut Indriyanto (2006), mengemukakan
bahwa untuk keperluan analisis vegetasi tersebut ada 3 macam parameter kuantitatif
yang penting yaitu densitas (kerapatan), frekuensi, dan dominansi.

Dalam praktikum ini, proses analisis vegetasi dilakukan dengan metode PCQ
(Point-Centered Quarter Method). Metode ini merupakan salah satu metode jarak
(Distance Method) yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya
digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon. Dengan metode ini, dapat ditentukan
tiga parameter sekaligus yaitu frekuensi, kerapatan dan penutupan/dominansi
(Ariyanto., dkk. 2012). Area pengamatan vegetasi dilakukan di Jl. Jakarta (Taman
Kunang-kunang) Kota Malang, yang mana sebagian besar vegetasi tumbuhan berupa
pohon, sehingga dilakukan analisis vegetasi dengan metode PCQ.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan tiga spesies


pohon yang berbeda, yaitu Dimocarpus longan, Hibiscus tiliaceus dan Mangifera
indica. Spesies yang memiliki nilai indeks nilai penting (INP) tertinggi adalah Hibiscus
tiliaceus dimana spesies ini memiliki nilai kerapatan relatif, dominansi relatif, dan
frekuensi relatif secara berturut turut adalah sebesar 54,32%, 85,85%, dan 54,35%.
Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan beberapa spesies lain yang diperoleh,
sehingga pohon Hibiscus tiliaceus memiliki vegetasi yang cukup besar dan lebih
mendominasi suatu area tersebut daripada spesies lainnya.

Hibiscus tiliaceus merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan dan ladang.
Tanaman Hibiscus tiliaceus juga seringkali ditanam di pekarangan rumah atau ditepian
jalan sebagai pohon pelindung (Febriyani, 2019). Pohon pelindung yang ditanam
diruas jalan memiliki syarat dengan jarak tanam dan tingkat kerapatan mencapai 5
meter. Pada dasarnya jarak tanam antar pohon pelindung di Kota Malang cukup
serempak, yakni mulai dari 2-5 m (Setiawan, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan, rata-rata jarak pada setiap pohon adalah 2,2 m dengan kerapatan
per 100 m2 nya mencapai 19,93 m. Hal ini dikarenakan dalam penanamannya dilakukan
cukup serempak. Jenis pohon yang memiliki dominansi dan kerapatan paling besar
adalah pada spesies Hibiscus tiliaceus, sehingga spesies ini memiliki nilai INP yang
cukup besar. Nilai INP merupakan nilai yang menunjukkan kepentingan suatu jenis
tumbuhan dalam suatu ekosistem, dimana dalam hal ini nilai INP dari spesies Hibiscus
tiliaceus adalah sebesar 194,52%.

Pohon Hibiscus tiliaceus merupakan tanaman yang tumbuh secara baik


didaerah tropis. Ditinjau berdasarkan pengukuran faktor abiotik yang telah dilakukan,
area yang diteliti memiliki suhu udara rata-rata sekitar 24°C dan suhu tanah rata-rata
sekitar 26°C. Selain itu, pada area yang diteliti juga memiliki kisaran kelembaban udara
sekitar 71% dengan nilai pH rata-rata sebesar 7. Kondisi ini sangat baik untuk
pertumbuhan pohon Hibiscus tiliaceus, sehingga spesies ini memiliki indeks kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang tinggi jika dibandingkan dengan spesies lainnya.

Spesies selanjutnya yang ditemukan dalam analisis vegetasi metode PCQ


adalah Dimocarpus longan. Spesies ini memiliki tingkat dominansi yang tidak terlalu
besar jika dibandingkan dengan Hibiscus tiliaceus, sehingga jumlahnya pun tidak
sebanyak pohon Hibiscus tiliaceus yang tersebar di area tersebut. Dimocarpus longan
memiliki nilai kerapatan relatif, dominansi relatif, dan frekuensi relatif yang secara
berturut turut adalah sebesar 36,54%, 1,37%, dan 36,41% dengan nilai INP sebesar
74,32%.

Selain dipengaruhi oleh jumlah total tanaman yang mendominasi, nilai INP
Dimocarpus longan juga dipengaruhi oleh kondisi faktor abiotik yang mendukung
pertumbuahan vegetasi dari spesies tersebut. Berdasarkan pengukuran faktor abiotik
yang telah dilakukan, area yang diteliti memiliki suhu udara rata-rata sekitar 24°C dan
suhu tanah rata-rata sekitar 26°C. Selain itu, pada area yang diteliti juga memiliki
kisaran kelembaban udara sekitar 71% dengan nilai pH rata-rata sebesar 7. Kondisi
tersebut masih dapat dikatakan kurang optimal untuk pertumbuhan Dimocarpus
longan, spesies ini tumbuh optimal pada suhu 15-220C dan akan tumbuh kurang
optimal apabila pada suhu >220C. pertumbuhan Dimocarpus longan juga sangat
dipengaruhi oleh faktor iklim, kondisi fisik tanah, termasuk juga temperatur dan pH
tanah (Hendrawan, 2013). Ketidaksesuaian faktor abiotik dengan kriteria pertumbuhan
yang semestinya juga turut memberikan dampak terhadap nilai kerapatan, frekuensi,
dan dominansi dari spesies tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap nilai INP.

Dalam analisis vegetasi dengan menggunakan metode PCQ ini, spesies yang
memiliki tingkat vegetasi paling rendah adalah spesies Magnifera indica. Spesies ini
hanya memiliki nilai INP sebesar 31,16% dengan nilai kerapatan relatif, dominansi
relatif, dan frekuensi relatif yang secara berturut turut adalah sebesar 9,14%, 12,79%,
dan 9,28%. Seperti halnya spesies Dimocarpus longan, spesies Magnifera indica juga
tidak banyak ditemukan, bahkan jumlahnya lebih sedikit sehingga nilai INP yang
diperoleh juga rendah. Pohon Magnifera indica mampu tumbuh baik pada suhu ideal
sekitar 27-300C dengan pH optimal antara 5,5-7,5 (Agustiani, 2018). Meskipun area
yang diamati dalam pengamatan memiliki faktor abiotik yang sama, akan tetapi spesies
Magnifera indica tidak menunjukkan tingkat dominansi yang lebih baik, hal ini
mungkin juga disebabkan oleh sedikitnya keserempakan dalam hal penanaman,
sehingga dapat dimungkinkan jika jumlah spesies Magnifera indica memang hanya
berjumlah sedikit.

I. KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Jenis tumbuhan yang ditemukan dalam analisis PCQ di taman kunang-kunang


adalah Magnifera indica, Dimocarpus longan, Hibiscus tiliaceus.
2. Indeks Nilai Penting (INP) Magnifera indica adalah 31,16, Dimocarpus longan
adalah 74,32, Hibiscus tiliaceus adalah 194,52
3. Factor abiotik berpengaruh terhadap dominansi tumbuhan, Hibiscus tiliaceus
memiliki dominansi tumbuhan tertinggi karena tempat hidupnya memiliki pH
dan kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan. Sedangkan Dimocarpus
longan yang tidak begitu cocok dengan pH dan kelembabannya memiliki
tingkat dominansi yang rendah. Pada Magnifera indica memiliki kecocokan
pada suhu dan pH lingkungan sehingga pertumbuhannya baik, namun karena
kurang meratanya penanaman sehingga tingkat dominansinya rendah.
DAFTAR RUJUKAN

Agustiani, Naina. 2018. evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Mangga


Gedong Gincu (Mangifera indica L. Cv Gedong Gincu) dan Jambu Biji
(Psidium Guajava L.) Di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka.
Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Ariyanto, Joko., Sri widioretno., Nurmiyati dan Putri Agustina. 2012. Studi
Biodiversitas Tanaman Pohon di 3 Resort Polisi Hutan (RPH) di Bawah
Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point
Center Quarter (PCQ). Prosiding Seminar Biologi. Vol. 9. No.1.Surakarta:
Universitas sebelas Maret Surakarta.
Binsasi, R., Sancayaningsih, R.P., Murti, S.H. 2017. Analisis Ekologis Vegetasi Pohon
di Daerah Tangkapan Air Mata Air Geger Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Jurnal Sains dan Teknologi, 9(2), 57-66.
Cahyanto, T., Chairunnisa, D., Sudjarwo, T. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan
Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Jurnal Istek, 8(2), 145-161.
Febriyani, Pratiwi dan Nugroho, Rizal Pratama. 2019. Daya Bersih Ekstrak Daun
Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Dengan Variasi Lama Waktu Refluks. Malang:
Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang.
Hendrawan, Iyus. 2013. Teknologi Off-Season Tanaman Lengkeng Padarumah
Tanaman Sebagai Upaya Memenuhikebutuhan Pasar. E-Journal WIDYA
Eksakta Vol.1 No.1. Banten: Institut Teknologi Indonesia.
Indriyanto.2006.Ekologi Hutan.Buku.PT Bumi Aksara.Jakarta.
Setiawan, Bagus. 2014. Inventarisasi Pohon Pelindung Dan Potensinya Sebagai
Penyerap Karbon Dioksida (CO2) Serta Penyimpan Karbon Di Jalan Raya
Kota Malang. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Martono, D.S. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi Antara Jenis-jenis Pohon Utama
Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunung Rinjani
Nusa Tenggara Barat. Agri-tek, 13(2), 19-27.
Mitchell, K. 2007. Quantitative Analysis by the Poit-Centered Quarter Method. New
York: Hobart and William Smith Colleges.
Renta, P.P., Pribadi, R., Zainuri, M., Utami, M.A.F. 2016. Struktur Komunitas
Mangrove di Desa Mojo Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. Jurnal Enggano,
1(2), 1-10.
Sancayaningsih, R.P., Saputra, A., Zahra, F. (2014) Analisis Struktur Vegetasi Pohon
di Daerah Tangkapan Air di Berbagai Mata Air. Makalah disajikan dalam
International Seminar and Conference on Basic-ICGRC, Malang, 12-13
Februari.
Sutrisna, T., Umar, R., Suhadiyah, S., Santosa, S. 2018. Keanekaragaman dan
Komposisi Vegetasi Pohon pada Kawasan Air Terjun Takapala dan Lanna di
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Jurnal Biologi Makasar, 3(1), 12-18.
Ufiza, S., Salmiati., Ramadhan, H. Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan Metode
Kuadrat Pada Habitus Herba Di Kawasan Pegunungan Deudap Pulo Nasi
Aceh Besar. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biotik, FTK UIN Ar-
Raniry Banda Aceh, 2018
Umar, U.Z. 2017. Analisi Vegetasi Angiospermae di Taman Wisata Wira Garden
Lampung. Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai