Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS VEGETASI METODE GARIS, TITIK DAN


KUADRAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Yang
Dibimbing Oleh
Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si

Oleh :
Kelompok 5/ Offering A 2018
1. Amelia Ramadhani (1803416175 )
2. Ardelia Delinda (1803416175 )
3. Bella Sukma Wardhani (1803416175 )
4. Fauzi Ibnu Nahdiyan (180341617538)
5. Khumaidah (1803416175 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Topik Praktikum


• Analisis vegetasi dengan metode titik
• Analisis vegetasi dengan metode garis
• Analisis vegetasi dengan metode kuadrat

1.2 Tujuan Praktikum


• Analisis vegetasi dengan metode titik
a. Mahasiswa dapat menggunakan variabel dominansi
dan frekuensi yang diaplikasikan pada metode titik
b. Mahasiswa dapat memberi nama suatu vegetasi
berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP)
c. Mahasiswa dapat memahami analisis vegetasi dengan
metode tanpa plot
• Analisis vegetasi dengan metode garis
a. Untuk mengetahui frekuensi, kerapatan dan dominasi
suatu tipe vegetasi yang diamati
b. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis
tumbuhan pada suatu vegetasi
c. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap
dominansi tumbuhan
• Analisis vegetasi dengan metode kuadrat
a. Menjelaskan cara menentukan analisis vegetasi
tersebut
b. Mengetahui nilai frekuensi, dominasi dan kerapatan
suatu vegetasi
c. Mengetahui nilai penting dan indeks keanekaragaman
pada vegetasi tersebut

1.3 Alat dan Bahan


a. Metode TItik
Alat Bahan
1. Meteran 1. Tali rafia
2. Point frame 2. Plastik
3. Soil analyzer
b. Metode Garis
Alat Bahan
1. Roll meter 1. Tali Rafia
2. Alat tulis 2. Kertas label
3. Camera
4. Termohigrometer
5. Soil termo
6. Soil Analyze
c. Metode Kuadrat
Alat Bahan
1. Meteran 1. Tali rafia
2. Kuadrat 2. Plastik
3. Soil analyzer
1.4 Prosedur Kerja
A. Metode TItik
Dipilih titik awal plot yang akan digunakan

Diletakkan point frame pada titik awal plot

Dilakukan analisis berdasarkan spesies yang ditemukan di setiap titik, kemudian


dimasukkan ke dalam tabel data pengamatan

DIlanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setiap jenis tumbuhan yang
ditemukan

Disusun pada tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas

Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis/spesies yang memiliki nilai penting
tersbesar

Diulangi semua langkah hingga mendapat data untuk 3 plot


B. Metode Garis

Ditentukan titik awal pengamatan berupa vegetasi semak yang kompleks

Ditentukan titik untuk memulai pengamatan

Disiapkan rafia yang diikatkan pada pemberat (batu)

Diletakkan rafia di atas vegetasi secara hoeizontal

Individu yang menyentuh tali rafia atau garis transek baik yang terletak di atas maupun
di bawah garis tersebut merpakan jenis yang diamati dan dicatat datanya

Data yang tercatat dari masing-masing individu adalah berupa pengukuran panjang
transek yang terpotong dan lebar maksimum tajuk tumbuhan yang diproyeksikan ke
dalam transek

Diukur faktor abiotik pada masing-masing plot

Dihitung variable: dominasi relatif, frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan indeks nilai
penting
C. Metode Kuadrat
Dipilih titik awal plot yang akan digunakan

Diletakkan point frame pada titik awal plot

Dilakukan analisis berdasarkan spesiesn yang ditemukan di setiap titik, kemudian


dimasukkan ke dalam tabel

Dilanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setip jenis tumbuhan

Disusun pada suatu tabel

Diberi nama sesuai vegetasi berdasarkan dua jenis atau lebih spesies

Diulangi hingga mendapat data untuk 3 plot

1.5 Dasar Teori


Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu
tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun
dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan faktor-faktor
lingkungan. (Rosadi, 2015). Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari
masyarakat tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk, untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-
data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penyusun komunitas hutan tersebut. Analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Susanti,
2016). Struktur vegetasi dibatasi oleh tiga komponen yaitu susunan jenis tumbuhan
secara vertikal atau stratifikasi vegetasi, susunan jenis tumbuhan secara horizontal
atau sebaran individu dan kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada. Kelimpahan
(abundance) tumbuhan yang ada dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan nilai
kerapatan (density) atau berat kering bahan atau bagian tumbuhan yang dihasilkan
persatuan luas (Ilmi, dkk., 2019).
Metode Line Transect ini merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengetahui jenisjenis vegetasi dalam hutan, metode ini biasa digunakan oleh
ahli ekologi untuk mempelajari komunitas hutan (Arista, dkk., 2018). Metode garis
adalah suatu metode pengambilan sampel untuk analisis vegetasi yang berupa garis.
Penggunaan metode pada hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50
m-100 m, sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka
garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Pada metode garis ini, sistem
analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase
perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).

Metode point sampling merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan


menggunakan cuplikan titik. Perlakuan untuk tumbuhan yang akan dianalisis
hanya untuk satu tumbuhan yang benar benar terletak pada titik - titik yang disebar
atau yang diproyeksikan mengenai titik - titik tersebut. Keunggulan yang dapat
ditemukan pada metode point sampling diantaranya menggunakan metode ini lebih
efisien dalam arti menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Kedua dapat mempercepat
hasil survey untuk data yang penulis butuhkan. Cakupan materinya yang
digunakan pada metode ini juga sangat baik dan lebih akurat (Danoedoro, 2015).
Pengambilan titik sampel hanyalah mengambil sampel secara geografis dengan
memilih titik di dalamnya. Poin – poin ini berfungsi terutama sebagai pencari lokasi
dimana data akan dikumpulkan. Pengambilan sampel titik dapat digunakan untuk
memperoleh dan memantau perkiraan area dengan cepat, dan sebagai satu system
untuk mengambil situs yang akan dijadikan sebagai plot area (Fatimah, dkk., 2019).
Variabel yang dapat diambil dari penggunaan metode ini adalah dominasi dan
frekuensi yang diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus.

Metode kuadrat bentuk percontoh atau sampel dapat berupa persegi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi
sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode kuadrat dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. hal ini dapat dilihat dari
kebutuhan tertentu dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan diantaranya cahaya,
air dan unsur hara (Ilmi, dkk., 2019). Metode kuadran dibedakan berdasarkan
habitus tumbuhan dengan ukuran petak 1 x 1 m untuk habitus terna dan rumput,
ukuran petak 5 x 5 m untuk habitus perdu, semak, liana, dan ukuran petak 10 x 10
m untuk habitus pohon. Data analisis vegetasiberupa ker apatan relatif, frekuensi
relatif, dominasi relatif, indeks nilai penting, dan indeks keanekargaman spesies
yang telah diperoleh (Oktaviani & Yanuwiadi, 2016).
1. Kerapatan Mutlak (KM)

KM =

LuasArea = ( ∑ plot x (1x1)) + (∑ plot -1)

2. Dominansi Mutlak (DM)

DM =

3. Frekuensi Mutlak (FM)

FM =

4. Kerapatan Relatif (KR)

KR = x 100%

5. Dominansi Relatif (DR)

DR = x 100%

6. Frekuensi Relatif (FR)

FR = x 100%

INP = KR + DR + FR
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Data Pengamatan


1.1 Tabel Analisis Vegetasi Metode Titik
Kode Nama Spesies Jumlah FM FR DM DR INP
Spesies
A Richardia 6 1 27.25 0.2 31.75 59
grandiflora
B Phyla nodiflora 3 0.33 9.08 0.1 15.87 24.75
C Murdannia keisak 2 0.67 18.17 0.06 10.58 28.75
D Youngia japonica 1 0.33 9.08 0.03 5.29 14.37
E Salvia officinalis 1 0.33 9.08 0.03 5.29 14.37
F Richardia scabra 1 0.33 9.08 0.03 5.29 14.37
G Hydrocotyle 4 0.33 9.08 0.13 21.16 30.24
sibthorpioides
H Mazus pumilus 1 0.33 9.08 0.03 5.29 14.37

1.2 Diagram Analisis Vegetasi Metode Titik

Tabel Analisis Vegetasi Metode Titik


35

FR DR
30

25
Jumlah Spesies

20

15

10

0
A B C D E F G H
Nama Spesies
2.1 Tabel Analisis Vegetasi Metode Garis
Kode Nama Spesies FM FR DM DR KM KR INP
Spesies
A Richardia - - - - - - -
grandiflora
B Phyla nodiflora - - - - - - -
C Murdannia keisak - - - - - - -
D Youngia japonica - - - - - - -
E Salvia officinalis - - - - - - -
F Richardia scabra - - - - - - -
G Hydrocotyle 1 27.39 0.19 19.38 0.09 20.45 67.22
sibthorpioides
H Mazus pumilus - - - - - - -
I Hypochaeris 1 27.39 0.28 28.57 0.12 27.27 83.23
radicata
J Peperomia 0.33 9.04 0.20 20.41 0.09 20.45 49.9
pellucida
K Stellaria media 0.33 9.04 0.12 12.24 0.05 12.36 33.64
L Phyllanthus 0.33 9.04 0.09 9.18 0.04 9.09 27.31
urinaria
M Synedrella 0.33 9.04 0.09 9.18 0.04 9.09 27.31
nodiflora
N Centella asiatica - - - - - - -
O Zostera noltei 0.33 9.04 0.01 1.02 0.01 2.27 12.33

2.2 Diagram Analisis Vegetasi Metode Garis

Tabel Analisis Vegetasi Metode Garis


30
25
Nilai Relatif

20
15
10
5
0
A B C D E F G H I J K L M N O P
Nama Spesies
FR DR KR
3.1 Tabel Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
Kode Nama Spesies FM FR DM DR KM KR INP
Spesies
A Richardia 0.18 18.18 0.17 16.6 12 10.89 45.67
grandiflora
B Phyla nodiflora - - - - - - -
C Murdannia keisak - - - - - - -
D Youngia japonica 0.09 9.09 0.03 3.3 7 6.99 18.74
E Salvia officinalis - - - - - - -
F Richardia scabra - - - - - - -
G Hydrocotyle 0.27 27.27 0.42 41.7 54 49 117.97
sibthorpioides
H Mazus pumilus - - - - - - -
I Hypochaeris radicata - - - - - - -
J Peperomia pellucida - - - - - - -
K Stellaria media 0.09 9.09 0.07
5.26 21.05 6.7 5.8
L Phyllanthus urinaria 0.09 9.09 0.15
16.15 40.24 15 17.8
M Synedrella nodiflora - - - - - - -
N Centella asiatica 0.09 9.09 0.07 6.7 4.8 4.35 20.14
O Zostera noltei 0.09 9.09 0.03 3.3 1.8 1.63 17.42
P 0.09 9.09 0.07 6.7 7 6.36 22.14

3.2 Diagram Analisis Vegetasi Metode Kuadrat

Tabel Analisis Vetetasi Metode Kuadrat


60

50
NIlai Relatif

40

30

20

10

0
A B C D E F G H I J K L M N O P
Nama Spesies
FR DR KR
4.1 Tabel Data Analisis Pengukuran Abiotik
Petak Contoh Suhu pH Tanah Intensitas Kelembaban
Tanah Cahaya Tanah
(oC)
1 26±1 6.9±0.6 235±5.3 45±5
2 29.3±0.9 6.9±0.1 253.6±4.8 46.6±2.4
3 27.6±1.2 7.1±0.2 313±14.4 47.3±6.2

4.2 Diagram Rerata Pengukuran Abiotik

Tabel Rerata Pengukuran Faktor Abiotik


350
300
250
200
Nilai

150
100
50
0
rerata rerata rerata
1 2 3
Plot

Suhu Tanah pH IC Kelembaban Tanah

4.3 Diagram Standar Deviasi Pengukuran Abiotik

TABEL STANDAR DEVIASI


PENGUKURAN ABIOTIK
Suhu Tanah pH IC Kelembaban Tanah
14.4
NILAI

6.2
5.3

4.8
5

2.4

1.2
0.9
0.6

0.2
0.1
1

STDEV STDEV STDEV


PLOT
2.2 Analisis Data
1. Analisis Data Metode Titik
Pada metode titik dilakukan pengujian pada 3 plot, dengan tiap plot
terdiri dari 10 titik. Dalam praktikum yang telah dilakukan diperoleh 8 spesies
tanaman. Metode titik ini dilakukan 30 tusukan dengan rincian 3 plot dengan
tiap plot 10 tusukan. Kemudian tiap spesies dihitung dominansi mutlak,
dominansi relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif, dan indeks nilai penting
dengan rumus. Adapun perhitungannya sebagai berikut:
• Richardia grandiflora
Pada Richardia grandiflora ditemukan di ketiga plot. Pada plot
1 ditemukan di titik 3, 5, 9, dan 10. Pada plot 2 ditemukan di titik 3.
Pada plot 3 ditemukan di titik 6. Dengan data ini maka dapat ditentukan
jumlah keseleruhan sebanyak 6 titik. Dapat ditentukan dominansi
menggunakan rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 6/30
DR = 6/30 X 100 %
19
/30
= 31,75%
Tanaman Richardia grandiflora ditemukan di ketiga plot, sehingga
diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 3/3
FR = 3/3 X 100%
11
/3
= 27,25%
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 27,25 + 31,75
= 59 %
• Phyla nodiflora
Pada Phyla nodiflora ditemukan di plot kedua saja. Pada plot 2
ditemukan di titik 4, 5, dan 10. Dengan data ini maka dapat ditentukan
jumlah keseleruhan sebanyak 3 titik. Dapat ditentukan dominansi
menggunakan rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 3/30
DR = 3/30 X 100 %
19
/30
= 15,87%
Phyla nodiflora ditemukan di 1 plot, sehingga diperoleh perhitungan
frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08%
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 15,87 + 9,08
= 24,95 %
• Murdannia keisak
Pada Murdannia keisak ditemukan di 2 plot saja. Pada plot 1
ditemukan di titik 8. Pada plot 2 ditemukan di titik 9. Dengan data ini
maka dapat ditentukan jumlah keseleruhan sebanyak 2 titik. Dapat
ditentukan dominansi menggunakan rumus dan diperoleh hitungan
sebagai berikut :
DM = 2/30
DR = 2/30 X 100 %
19
/30
= 10,58%
Murdannia keisak ditemukan di 2 plot, sehingga diperoleh
perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 2/3
FR = 2/3 X 100%
11
/3
= 18,17%
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 10,58 + 18,17
= 28,75 %
• Youngia japonica
Pada tanaman Youngia japonica ditemukan di plot kedua saja.
Pada plot 2 ditemukan di titik 6. Dengan data ini maka dapat ditentukan
jumlah keseleruhan sebanyak 1 titik. Dapat ditentukan dominansi
menggunakan rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 1/30
DR = 1/30 X 100 %
19
/30
= 5,29
Tanaman Youngia japonica ditemukan di 1 plot, sehingga diperoleh
perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 5,29 + 9,08
= 14,37 %
• Salvia officinalis
Pada Salvia officinalis ditemukan di plot ketiga saja. Pada plot 3
ditemukan di titik 1. Dengan data ini maka dapat ditentukan jumlah
keseleruhan sebanyak 1 titik. Dapat ditentukan dominansi menggunakan
rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 1/30
DR = 1/30 X 100 %
19
/30
= 5,29
Tanaman Salvia officinalis ditemukan di 1 plot, sehingga diperoleh
perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 5,29 + 9,08
= 14,37 %
• Richardia scabra
Pada Richardia scabra ditemukan di plot ketiga saja. Pada plot
3 ditemukan di titik 3. Dengan data ini maka dapat ditentukan jumlah
keseleruhan sebanyak 1 titik. Dapat ditentukan dominansi menggunakan
rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 1/30
DR = 1/30 X 100 %
19
/30
= 5,29
Tanaman Richardia scabra ditemukan di 1 plot, sehingga diperoleh
perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 5,29 + 9,08
= 14,37 %
• Hydrocotyle sibthorpioides
Pada Hydrocotyle sibthorpioides ditemukan di plot ketiga saja.
Pada plot 3 ditemukan di titik 4, 5, 8, dan 9. Dengan data ini maka dapat
ditentukan jumlah keseleruhan sebanyak 4 titik. Dapat ditentukan
dominansi menggunakan rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut:
DM = 4/30
DR = 4/30 X 100 %
19
/30
= 21,16
Tanaman Hydrocotyle sibthorpioides ditemukan di 1 plot, sehingga
diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 21,16 + 9,08
= 30,24 %
• Mazus pumilus
Pada Mazus pumilus ditemukan di plot ketiga saja. Pada plot 3
ditemukan di titik 10. Dengan data ini maka dapat ditentukan jumlah
keseleruhan sebanyak 1 titik. Dapat ditentukan dominansi menggunakan
rumus dan diperoleh hitungan sebagai berikut :
DM = 1/30
DR = 1/30 X 100 %
19
/30
= 5,29
Mazus pumilus ditemukan di 1 plot, sehingga diperoleh perhitungan
frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
FR = 1/3 X 100%
11
/3
= 9,08
Diperoleh perhitungan INP sebagai berikut :
INP = 5,29 + 9,08
= 14,37 %
Dari perhitungan spesies diatas dapat diketahui bahwa nilai
dominansi relatif, frekuensi relatif, dan INP tertinggi ada pada
spesies tumbuhan Richardia grandiflora.

2. Analisis Data Metode Garis


Pada metode garis dilakukan pada 3 plot. Pengukuran menggunakan tali
dan dihitung jumlah tanaman yang terlewati oleh garis serta dikelompokkan
berdasarkan spesiesnya. Pada metode garis ini diperoleh 7 spesies. Dengan total
jumlah tanaman 136 individu. Perhitungan analisis vegetasi pada metode garis
dapat dilakukan sebagai berikut :
• Hydrocotyle sibthorpioides
Pada Hydrocotyle sibthorpioides melewati garis pada plot 1,2
dan 3. Pada plot 1 terdapat 10 tanaman Hydrocotyle sibthorpioides yang
melewati garis. Pada plot 2 terdapat 10 tanaman Hydrocotyle
sibthorpioides. Pada plot 3 terdapat 7 tanaman Hydrocotyle
sibthorpioides. Sehingga dapat dijumlahkan tanaman Hydrocotyle
sibthorpioides yang melewati garis ada 27. Dapat ditentukan
dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut :
DM = 27/136
= 0,19

DR = 0,19 X 100%
0,98
= 19,38
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 27/300
= 0,09
KR = 0,09 X 100%
0,44
= 20,45
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 3/3
=1
FR = 1 X 100%
3,65
= 27,39
INP = 19,38 + 20,35 + 27,39
= 67,22 %
• Hypochaeris radicata
Pada Hypochaeris radicata melewati garis pada plot 1,2 dan 3.
Pada plot 1 terdapat 15 tanaman Hypochaeris radicata yang melewati
garis. Pada plot 2 terdapat 9 tanaman Hypochaeris radicata. Pada plot 3
terdapat 14 tanaman Hypochaeris radicata. Sehingga dapat dijumlahkan
tanaman Hypochaeris radicata yang melewati garis ada 38. Dapat
ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut :
DM = 38/136
= 0,28
DR = 0,28 X 100%
0,98
= 28,57
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 38/300
= 0,12

KR = 0,12 X 100%
0,44
= 27,27
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 3/3
=1
FR = 1 X 100%
3,65
= 27,39
INP = 28,57 + 27,27 + 27,39
= 83,23 %
• Peperomia pellucida
Pada tanaman Peperomia pellucida melewati garis pada plot 1
saja. Pada plot 1 terdapat 28 tanaman Peperomia pellucida yang
melewati garis. Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan
sebagai berikut:
DM = 28/136
= 0,20
DR = 0,20 X 100%
0,98
= 20,41
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 28/300
= 0,09
KR = 0,09 X 100%
0,44
= 20,45
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 20,41 + 20,45 + 9,04
= 49,9 %

• Stellaria media
Pada Stellaria media melewati garis pada plot 1 saja. Pada plot
1 terdapat 16 tanaman Stellaria media yang melewati garis. Dapat
ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 16/136
= 0,12
DR = 0,12 X 100%
0,98
= 12,24
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 16/300
= 0,12
KR = 0,12 X 100%
0,44
= 12,36
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 12,24 + 12,36 + 9,04
= 33,64 %
• Phyllanthus urinaria
Pada Phyllanthus urinaria melewati garis pada plot 2 saja. Pada
plot 2 terdapat 13 tanaman Phyllanthus urinaria yang melewati garis.
Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 13/136
= 0,09
DR = 0,09 X 100%
0,98
= 9,18
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 13/300
= 0,04
KR = 0,04 X 100%
0,44
= 9,09
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 9,18 + 9,09 + 9,04
= 27,31 %
• Synedrella nodiflora
Pada Synedrella nodiflora melewati garis pada plot 2 saja. Pada
plot 2 terdapat 12 tanaman Synedrella nodiflora yang melewati garis.
Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 12/136
= 0,09
DR = 0,09 X 100%
0,98
= 9,18
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 12/300
= 0,04
KR = 0,04 X 100%
0,44
= 9,09
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 9,18 + 9,09 + 9,04
= 27,31 %
• Zostera noltei
Pada tanaman Zostera noltei melewati garis pada plot 2 saja.
Pada plot 2 terdapat 2 tanaman yang melewati garis. Dapat ditentukan
dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 2/136
= 0,01
DR = 0,01 X 100%
0,98
= 1,02
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 2/300
= 0,006
KR = 0,006 X 100%
0,44
= 1,36
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 1,02 + 1,36 + 9,04
= 11,42 %
Dari perhitungan analisis vegetasi dalam metode garis ditemukan 7
spesies. Adapun yang memiliki nilai dominansi relatif, frekuensi
relatif, dan kerapatan relatif tertinggi yakni tumbuhan Hypochaeris
radicata.

3. Analisis Data Metode Kuadrat


Pada analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan pada 3 plot. Terdapat
3 aspek yang diperhitungkan yakni dominansi, kerapatan, dan frekuensi. Pada
metode kuadrat ini diperoleh 8 spesies tanaman. Dengan luas basal area sebagai
berikut :

Luas basal area = ∑plot x (1x1) + (∑plot – 1)


=3x1+(3-1)
=5
• Richardia grandiflora
Pada Richardia grandiflora ditemukan pada 2 plot, yakni pada
plot 1 dan 2. Pada plot 1 ditemukan 40% dari daerah suatu kuadrat. Pada
plot 2 ditemukan 10% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga diperoleh
jumlah 50% dari jumlah total presentasi semua spesies sebanyak 300%.
Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan dominansi
sebagai berikut :
DM = 50/300
= 0,166
DR = 0,16 X 100%
1
= 16,6%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 46 dan pada plot 2 sebanyak 14. Sehingga diperoleh
perhitungan sebagai berikut :

KM = 46 + 14
5
= 60/5
= 12
KR = 12 X 100%
551
/5
= 10,89%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1 dan plot
2, maka dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 2/3
11
/3
= 0,18
FR = 0,18 X 100%
0,99
= 18,18%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Richardia
grandiflora yakni :

INP = 16,6 + 10,89 + 18,18


= 45,67%
• Youngia japonica
Pada tanaman Youngia japonica ditemukan pada 1 plot, yakni
pada plot 1. Pada plot 1 ditemukan 10% dari daerah suatu kuadrat.
Sehingga diperoleh jumlah 10% dari jumlah total presentasi semua
spesies sebanyak 300%. Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil
perhitungan dominansi sebagai berikut :
DM = 10/300
= 0,033
DR = 0,033 X 100%
1
= 3,3%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 35. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 35
5
=7
KR = 7 X 100%
551
/5
= 6,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada tanaman
Youngia japonica yakni :

INP = 3,3 + 6,35 + 9,09


= 18,74%
• Hydrocotyle sibthorpioides
Pada Hydrocotyle sibthorpioides ditemukan pada 3 plot, yakni
pada plot 1, 2, dan 3. Pada plot 1 ditemukan 50% dari daerah suatu
kuadrat. Pada plot 2 ditemukan 25% dari daerah suatu kuadrat. Pada plot
3 ditemukan 50% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga diperoleh jumlah
125% dari jumlah total presentasi semua spesies sebanyak 300%.
Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan dominansi
sebagai berikut :
DM = 125/300
= 0,417
DR = 0,417 X 100%
1
= 41,7%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 125, pada plot 2 sebanyak 65, dan pada plot 3 sebanyak
80. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 125 + 65 + 80
5
= 270/5
= 54
KR = 54 X 100%
551
/5
= 49%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1, plot 2,
dan plot 3 maka dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai
berikut :
FM = 3/3
11
/3
= 0,27
FR = 0,27 X 100%
0,99
= 27,27%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada
Hydrocotyle sibthorpioides yakni :
INP = 41,7 + 49 + 27,27
= 117,97%
• Stellaria media
Pada Stellaria media ditemukan pada 1 plot, yakni pada plot 2.
Pada plot 1 ditemukan 20% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga
diperoleh jumlah 20% dari jumlah total presentasi semua spesies
sebanyak 300%. Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan
dominansi sebagai berikut :
DM = 20/300
= 0,067
DR = 0,067 X 100%
1
= 6,7%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 29. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 29
5
= 5,8
KR = 5,8 X 100%
551
/5
= 5,26%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 2, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Stellaria
media yakni:

INP = 6,7 + 5,26 + 9,09


= 21,05%
• Phyllanthus urinaria
Pada Phyllanthus urinaria ditemukan pada 2 plot, yakni pada
plot 2 dan plot 3. Pada plot 2 ditemukan 25% dari daerah suatu kuadrat.
Pada plot 3 ditemukan 20%. Sehingga diperoleh jumlah 45% dari
jumlah total presentasi semua spesies sebanyak 300%. Dengan data
tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan dominansi sebagai berikut :
DM = 45/300
= 0,15
DR = 0,15 X 100%
1
= 15%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 2
sebanyak 65 dan plot 3 sebanyak 24. Sehingga diperoleh
perhitungan sebagai berikut :

KM = 65 + 24
5
= 17,8
KR = 17,8 X 100%
551
/5
= 16,15%
Dengan keberadaan spesies yang ditemukan di plot 2 dan 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 2/3
11
/3
= 0,18
FR = 0,18 X 100%
0,99
= 18,18%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada
Phyllanthus urinaria yakni :

INP = 15 + 16,15 + 18,18


= 49,33%
• Centella asiatica
Pada Centella asiatica ditemukan pada 1 plot, yakni pada plot 2.
Pada plot 2 ditemukan 20% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga
diperoleh jumlah 20% dari jumlah total presentasi semua spesies
sebanyak 300%. Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan
dominansi sebagai berikut :
DM = 20/300
= 0,067
DR = 0,067 X 100%
1
= 6,7%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 24. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 24
5
= 4,8
KR = 4,8 X 100%
551
/5
= 4,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 2, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Centella
asiatica yakni :

INP = 6,7 + 4,35 + 9,09


= 20,14%
• Zostrea noltei
Pada tanaman Zostrea noltei ditemukan pada 1 plot, yakni pada
plot 3. Pada plot 3 ditemukan 10% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga
diperoleh jumlah 10% dari jumlah total presentasi semua spesies
sebanyak 300%. Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan
dominansi sebagai berikut :
DM = 10/300
= 0,033
DR = 0,033 X 100%
1
= 3,3%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 3
sebanyak 9. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 9
5
= 1,8
KR = 1,8 X 100%
551
/5
= 1,63%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Zostrea
noltei yakni :

INP = 3,3 + 1,63 + 9,09


= 17,42%
• Spesies P
Pada spesies P ditemukan pada 1 plot, yakni pada plot 3. Pada
plot 3 ditemukan 20% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga diperoleh
jumlah 20% dari jumlah total presentasi semua spesies sebanyak 300%.
Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan dominansi
sebagai berikut :
DM = 20/300
= 0,067
DR = 0,067 X 100%
1
= 6,7%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 3
sebanyak 35. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :

KM = 35
5
=7
KR = 7 X 100%
551
/5
= 6,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :

FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Zostrea
noltei yakni :

INP = 6,7 + 6,35 + 9,09


= 22,14%
Dari perhitungan analisis vegetasi metode kuadrat tersebut dapat
diketahui vegetasi dengan indeks nilai penting tertinggi ada pada
tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides.

4. Analisis Data Faktor Abiotik


• Plot 1
Pada plot 1 diperoleh suhu tanah dengan pengulangan 1 yakni
25̊C, pengulangan 2 yakni 26̊C, pengulangan 3 yakni 27̊C. Dengan data
ini diperoleh rerata 26̊C, dengan standar deviasi sebesar 1. Diperoleh
pula pH tanah dengan pengulangan 1 yakni 7,2, pengulangan 2 yakni
6,2, pengulangan 3 yakni 7,4. Dengan data ini dapat diperoleh rerata pH
tanah sebesar 6,9, dengan standar sebesar 0,6. Diperoleh data intensitas
cahaya pada pengulangan 1 yakni 233 lux, pengulangan 2 yakni 231 lux,
pengulangan 3 yakni 241 lux. Dengan data ini diperoleh rerata 235 lux,
dengan standar deviasi 5,3. Diperoleh pula kelembapan tanah pada
pengulangan 1 yakni 40, pengulangan 2 yakni 50, pengulangan 3 yakni
45. Dengan data ini diperoleh data rerata kelembapan tanah pada plot 1
sebesar 45, dengan standar deviasi 5.
• Plot 2
Pada plot 2 diperoleh suhu tanah dengan pengulangan 1 yakni
28̊C, pengulangan 2 yakni 30̊C, pengulangan 3 yakni 30̊C. Dengan data
ini diperoleh rerata 29,3̊C, dengan standar deviasi sebesar 0,9. Diperoleh
pula pH tanah dengan pengulangan 1 yakni 7, pengulangan 2 yakni 7,1,
pengulangan 3 yakni 6,8. Dengan data ini dapat diperoleh rerata pH
tanah sebesar 6,9, dengan standar deviasi sebesar 0,1. Diperoleh data
intensitas cahaya pada pengulangan 1 yakni 256 lux, pengulangan 2
yakni 258 lux, pengulangan 3 yakni 247 lux. Dengan data ini diperoleh
rerata 253,6 lux, dengan standar deviasi 4,8. Diperoleh pula kelembapan
tanah pada pengulangan 1 yakni 45, pengulangan 2 yakni 45,
pengulangan 3 yakni 50. Dengan data ini diperoleh data rerata
kelembapan tanah pada plot 2 sebesar 46,6, dengan standar deviasi 2,4.
• Plot 3
Pada plot 3 diperoleh suhu tanah dengan pengulangan 1 yakni
26̊C, pengulangan 2 yakni 28̊C, pengulangan 3 yakni 29̊C. Dengan data
ini diperoleh rerata 27,6̊C, dengan standar deviasi sebesar 1,2. Diperoleh
pula pH tanah dengan pengulangan 1 yakni 7,3, pengulangan 2 yakni 7,
pengulangan 3 yakni 6,9. Dengan data ini dapat diperoleh rerata pH
tanah sebesar 7,1, dengan standar deviasi sebesar 0,2. Diperoleh data
intensitas cahaya pada pengulangan 1 yakni 300 lux, pengulangan 2
yakni 333 lux, pengulangan 3 yakni 306 lux. Dengan data ini diperoleh
rerata 313 lux, dengan standar deviasi 14,4. Diperoleh pula kelembapan
tanah pada pengulangan 1 yakni 55, pengulangan 2 yakni 50,
pengulangan 3 yakni 40. Dengan data ini diperoleh data rerata
kelembapan tanah pada plot 3 sebesar 48,3, dengan standar deviasi 6,2.
2.3 Pembahasan
1. Analisis Vegetasi Metode Titik
a. Jumlah dan jenis tumbuhan yang ditemukan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam 3 plot dengan
masing-masing plot terdiri dari 10 titik, diperoleh 8 spesies tumbuhan
yang berbeda. 8 macam tumbuhan yang ditemukan adalah Richardia
grandiflora, Phyla nodiflora, Murdannia keisak, Youngia japonica,
Salvia officinalis, Richardia scabra, Hydrocotyle sibthorpioides, dan
Mazus pumilus. Dari seluruh jenis tumbuhan tersebut tidak secara
keseluruhan ditemukan dalam setiap plot. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa jumlah spesies yang paling banyak ditemukan
adalah Richardia grandiflora, sedangkan spesies tumbuhan yang paling
sedikit ditemukan adalah Youngia japonica, Salvia officinalis,
Richardia scabra, dan Mazus pumilus.
Menurut Fanani, dkk. (2013), indeks nilai penting (INP) digunakan
untuk menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu
spesies terhadap komunitas dan sebaliknya. Jika pada hasil suatu
analisis vegetasi menunjukkan adanya spesies tumbuhan dengan INP
terbesar, maka dapat dikategorikan spesies tumbuhan tersebut sebagai
penyusun utama komunitas. Spesies Richardia grandiflora merupakan
spesies yang mendominasi karena memiliki indeks nilai penting sebesar
59%, sedangkan spesies Youngia japonica, Salvia officinalis, Richardia
scabra, dan Mazus pumilus memiliki indeks nilai penting sebesar
14,37%.
Menurut Hamidun (2011) keanekaragaman jenis herba disuatu
daerah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya
matahari, kelembaban, pH tanah, suhu tanah, nutrisi, dan tingkat
kompetisi dari masing-masing jenis herba. Maisyaroh (2010) juga
mengatakan bahwa perbedaan jumlah spesies disebabkan karena
adaptasi dan kebutuhan masing-masing spesies tumbuhan yang berbeda.
Pada kawasan tegakan terbuka lebih banyak ditemukan spesies
tumbuhan penutup tanah, hal ini menunjukkan bahwa daerah tegakan
terbuka lebih heterogen dibandingkan daerah tegakan tertutup.
Perbedaan kondisi lingkungan ini menyebabkan perbedaan pada jumlah
spesies tumbuhan yang tumbuh pada kawasan tersebut (Maisyaroh,
2010).
b. Pengaruh faktor abiotik terhadap tumbuhan
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi persebaran tumbuhan,
faktor abiotik yang diukur dalam praktikum ini adalah suhu tanah, pH
tanah, kelembapan tanah dan intensitas cahaya matahari. Berdasarkan
hasil pengamatan, pengukuran faktor abiotik pada ketiga plot dilakukan
dengan tiga kali pengulangan, pada plot 1 dihasilkan rerata suhu 26̊C,
pH 6,9, kelembapan tanah 45%, dan intensitas cahaya 235 lux, pada
plot 2 dihasilkan rerata suhu 29,3̊C, pH 6,9, kelembapan tanah 46,6%,
dan intensitas cahaya 253,6 lux sedangkan pada plot 3 dihasilkan rerata
suhu 27,6̊C, pH 7,1, kelembapan tanah 48,3%, dan intensitas cahaya
313 lux.
Suatu tumbuhan mampu hidup pada rentangan faktor abiotik
tertentu sesuai dengan kemampuan fisiologisnya. Spesies tumbuhan
Richardia grandiflora banyak ditemukan pada plot 1 dengan suhu 26̊C,
pH 6,9, kelembapan tanah 45%, dan intensitas cahaya 235 lux, hal
tersebut berarti faktor abiotik pada plot 1 merupakan wilayah yang
cocok untuk pertumbuhan spesies tersebut. Menurut Kartasapoetra
(2006) pada umumnya tumbuhan dapat tumbuh pada pH antara 5,0-8,0,
suhu tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi
air didalam tanah (kelembapan), suhu tanah dipengaruhi oleh suhu
udara, intensitas cahaya matahari yang masuk ke tanah dan air didalam
tanah.

2. Analisis Vegetasi Metode Garis


Penggunaan metode garis pada hutan biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m sedangkan untuk vegetasi semak belukar,
garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m
(Syafei, 1990). Analisis vegetasi dengan menggunakan metode ini
dilakukan di sekitar Gedung O5 FMIPA UM yang termasuk vegetasi
sederhana sehingga hanya menggunakan garis berukuran 1 meter. Pada
metode garis, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh
garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh
individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang
penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap garis yang disebar (Arista, dkk., 2018).
Plot 1 ditemukan 10 tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides, 15
tumbuhan Hypochaeris radicata, 28 tumbuhan Peperomia pellucida, dan
16 tumbuhan Stellaria media. Pada plot ini tumbuhan Peperomia pellucida
mendominasi sehingga memiliki kerapatan yang paling tinggi di plot 1. Plot
ini memiliki suhu 26 oC; pH 6,9; IC 235 lux; dan kelembaban tanah 45 %.
Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan adalah
makanan (nutrisi), air, suhu, kelembaban , oksigen, dan cahaya (Wisnuwati
& Nugroho, 2018). Faktor abiotik sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Apabila semakin baik faktor abiotiknya, maka
vegetasi tumbuhan akan melimpah. Tumbuhan Peperomia pellucida
memiliki pertumbuhan yang optimal pada plot ini dikarenakan faktor
abiotik memiliki porsi yang sesuai untuk tumbuhan ini tumbuh dan
berkembang, oleh karena itu tumbuhan Peperomia pellucida mendominasi
di plot 1. Untuk tumbuhan Hypochaeris radicata dan Stellaria media
ditemui dengan jumlah yang hampir sama pada plot 1. Kedua tumbuhan ini
memiliki persebaran yang kurang merata dan jaraknya berjauhan sehingga
jumlah yang terukur tidak sebanyak tumbuhan Peperomia pellucida.
Tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides jarang dijumpai karena
persebarannya yang sedikit dibandingkan tumbuhan lain.
Plot 2 ditemukan 10 tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides, 9
tumbuhan Hypochaeris radicata, 13 tumbuhan Phyllanthus urinaria, 12
tumbuhan Synedrella nodiflora, 2 tumbuhan Zostera noltei. Pada plot ini
tumbuhan Phyllanthus urinaria mendominasi sehingga memiliki kerapatan
yang paling tinggi di plot 2. Plot ini memiliki suhu 29,3 oC; pH 6,9; IC 253,6
lux; dan kelembaban tanah 46,6 %. Tumbuhan Phyllanthus urinaria dan
Synedrella nodiflora memiliki pertumbuhan yang cukup baik pada plot ini,
namun tidak dijumpai pada plot 1 karena adanya perbedaan faktor abiotik.
Tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides dan Hypochaeris radicata memilliki
persebaran yang merata. Tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides yang
berada di plot 1 jumlahnya sama dengan di plot 2 sedangkan tumbuhan
Hypochaeris radicata mengalami penurunan sehingga lebih banyak
dijumpai di plot 1.
Plot 3 ditemukan 7 tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides dan 14
tumbuhan Hypochaeris radicata. Pada plot ini tumbuhan yang dilalui oleh
garis hanya 2 spesies tumbuhan saja dan yang mendominasi pada plot ini
adalah tumbuhan Hypochaeris radicata. Berdasarkan hasil pengukuran
faktor abiotik, plot ini memiliki suhu 27,6 oC; pH 7,1; IC 313 lux; dan
kelembaban tanah 48,3 %. Pada plot ini, tumbuhan Hypochaeris radicata
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dibandingkan tumbuhan
Hydrocotyle sibthorpioides. Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga plot,
tumbuhan yang memiliki kerapatan mutlak yang paling tinggi adalah
tumbuhan Hypochaeris radicata, yaitu 0,28. Hal ini dapat dilihat dari
persebarannya yang selalu ada di tiap plot dengan jumlah yang relative
stabil serta frekuensi mutlaknya, yaitu 0,12 merupakan frekuensi yang
paling tinggi dibandingkan tumbuhan lain. Tumbuhan yang memiliki
persebaran terendah dari ketiga plot adalah tumbuhan Zostera noltei karena
hanya dijumpai 2 tumbuhan yaitu di plot 2 sedangkan di plot lain tidak
dijumpai.
3. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
a. Jumlah dan jenis tumbuhan yang ditemukan
Analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan pada 3 plot dengan
ukuran 1m2 persegi pada setiap plotnya. Terdapat tiga aspek yang
dianalisis yaitu dominansi, kerapatan dan frekuensi. Tumbuhan yang
dianalisis adalah tumbuhan jenis herba. Herba merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang memiliki ukuran lebih kecil dari pada semak atau
pohon yang batangnya basah dan tidak berkayu, herba juga memiliki
daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan
sehingga mampu tumbuh ditempat yang kosong (Triantoro, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ketiga plot,
dihasilkan 8 spesies tumbuhan yang berbeda dengan tujuh spesies
tumbuhan yang telah diidentifikasi meliputi Richardia grandiflora,
Youngia japonica, Hydrocotyle sibthorpioides, Stellaria media,
Phyllanthus urinaria, Centella asiatica, Zostera noltei dan satu spesies
tumbuhan yang belum teridentifikasi. Spesies Hydrocotyle
sibthorpioides memiliki nilai dominansi, kerapatan dan frekuensi
tertinggi yang secara berurutan sebesar 41,7% ; 49% ; 27,27% sehingga
dapat dihitung indeks nilai penting sebesar 117, 97%, sedangkan
spesies Zostera noltei memiliki indeks nilai penting terkecil diantara
semua spesies yang ditemukan yaitu 17,42%.
Menurut Fanani, dkk. (2013), indeks nilai penting (INP) digunakan
untuk menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu
spesies terhadap komunitas dan sebaliknya sehingga dapat dikatakan
bahwa spesies Hydrocotyle sibthorpioides merupakan spesies yang
dominan dalam wilayah tersebut. penguasaan suatu spesies tumbuhan
dalam komunitas terjadi apabila spesies tersebut berhasil menempatkan
sebagian besar sumber daya yang ada dibandingkan dengan spesies
lainnya (Saharjo & Cornelio, 2011).
b. Pengaruh faktor abiotik terhadap tumbuhan
Faktor abiotik merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Setiap tumbuhan memiliki
kondisi optimum untuk berkembang, semakin optimum kondisi
lingkungan maka semakin baik keberlangsungan kehidupan tumbuhan.
Keanekaragaman spesies penyusun komunitas tumbuhan pada suatu
wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah iklim.
Pada daerah tropis mempunyai iklim yang lebih stabil dan mempunyai
keanekaragaman spesies yang lebih tinggi dari pada daerah beriklim
sedang atau kutub (Maisyaroh, 2010)
Hydrocotyle sibthorpioides merupakan spesies yang memiliki
indeks nilai penting tertinggi dibandingkan dengan spesies lainnya.
Spesies Hydrocotyle sibthorpioides dapat ditemukan pada ketiga plot
dengan presentasi yang berbeda. hal tersebut dikarenakan pengukuran
faktor abiotik pada ketiga plot juga berbeda. pada plot 1 dihasilkan
rerata suhu 26̊C, pH 6,9, kelembapan tanah 45%, dan intensitas cahaya
235 lux, pada plot 2 dihasilkan rerata suhu 29,3̊C, pH 6,9, kelembapan
tanah 46,6%, dan intensitas cahaya 253,6 lux sedangkan pada plot 3
dihasilkan rerata suhu 27,6̊C, pH 7,1, kelembapan tanah 48,3%, dan
intensitas cahaya 313 lux.
Tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides merupakan tumbuhan yang
paling dominan dalam suatu wilayah. Hal tersebut berarti tumbuhan
Hydrocotyle sibthorpioides memiliki kondisi optimum pada faktor
abiotik meliputi suhu tanah, pH tanah, kelembapan dan intensitas
cahaya pada ketiga plot. Peran pH tanah bagi tumbuhan adalah untuk
memudahkan unsur-unsur hara diserap tumbuhan, umumnya unsur hara
mudah diserap akar pada pH tanah netral karena pada pH netral
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air (Fanani, dkk., 2013). Hal
tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yaitu rerata dari pH ketiga plot
adalah 6,97 sehingga tumbuhan Hydrocotyle sibthorpioides mampu
beradaptasi dengan baik.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
1. Analisis vegetasi metode titik yang dilakukan pada 3 plot dengan masing-
masing plot terdiri dari 10 tusukan. Analisis vegetasi ini menghasilkan 10
spesies tumbuhan yang berbeda, spesies Richardia grandiflora merupakan
spesies yang paling banyak ditemukan karena memiliki INP 59% dan
banyak ditemukan di plot 1 dengan didukung oleh faktor abiotik suhu 26̊C,
pH 6,9, kelembapan tanah 45%, dan intensitas cahaya 235 lux.
2. Analisis vegetasi dengan menggunakan metode garis dilakukan di sekitar
Gedung O5 FMIPA UM yang termasuk vegetasi sederhana sehingga hanya
menggunakan garis berukuran 1 meter. Pada metode garis, sistem analisis
melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Berdasarkan hasil pengamatan dari
ketiga plot, tumbuhan yang memiliki kerapatan mutlak yang paling tinggi
adalah tumbuhan Hypochaeris radicata, yaitu 0,28. Hal ini dapat dilihat dari
persebarannya yang selalu ada di tiap plot dengan jumlah yang relative
stabil serta frekuensi mutlaknya, yaitu 0,12 merupakan frekuensi yang
paling tinggi dibandingkan tumbuhan lain. Tumbuhan yang memiliki
persebaran terendah dari ketiga plot adalah tumbuhan Zostera noltei karena
hanya dijumpai 2 tumbuhan yaitu di plot 2 sedangkan di plot lain tidak
dijumpai.
3. Analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan pada 3 plot dengan
menggunakan ukuran 1m2 persegi pada setiap plot. Hasil pengamatan
menunjukkan spesies Hydrocotyle sibthorpioides merupakan spesies yang
memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 117, 97% dengan nilai dominansi
41,7%, kerapatan 49%, dan frekuensi 27,27% , spesies ini dapat ditemukan
pada ketiga plot dengan hasil pengukuran rerata faktor abiotik dari ketiga
plot adalah suhu tanah 27,6oC , pH tanah 6,97, kelembapan 46,6% dan
intensitas cahaya 267,2 lux.
Daftar Rujukan
Arista, C. D. N., HT, I. S. W., Rahma, K., & Mulyadi, M. (2018). Analisis Vegetasi
Tumbuhan Menggunakan Metode Transek Garis (Line Transect) Di
Kawasan Hutan Lindung Lueng Angen Desa Iboih Kecamatan Sukakarya
Kota Sabang. Prosiding Biotik, 4(1).
Danoedoro, P. 2015. Pengaruh Jumlah dan Metode Pengambilan titik sampel
Penguji Terhadap Akurasi Klasifikasi Citra Digital Penginderaan Jauh.
In Conference Paper. Puspics Fakultas geografi UGM: Yogyakarta.
Fanani, A., Rohman, F., & Sulasmi, E. 2013. Karakteristik Komunitas Herba Di
Hutan Jati Resort Pemangkuan Hutan (Rph) Dander Petak 12b Kabupaten
Bojonegoro. (Online), (jurnal-
online.um.ac.id/.../artikel06C174076B13EA256B3892E7EEC 675).
diakses tanggal 12 Februari 2020.
Fatimah, N., Maris, A. F., & Mardiyaningsih, A. 2019. Keanekaragaman vegetasi
tumbuhan di taman pancasila dan sidotopo menggunakan metode point
sampling. Proceeding of Biology Education, 3(1), 170-177.
Hamidun, S., & Baderan, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas
Boliyohuto Provinsi Gorontalo, (Online). (repository.ung.ac.id/.../Analisis-
Vegetasi-Hutan-Produksi-Terbatas-Boliy) diakses tanggal 12 Februari
2020.
Ilmi, M., Sastrawani, S., Hidayat, M., Mulyadi, M., & Kurniawati, K. (2019).
Keanekaragaman Tumbuhan Semak Di Kawasan Hutan Pegunungan
Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Biotik,5(1).
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Maisyaroh, Wiwin. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman
Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam
Lestari, 1 (1): 1-9
Oktaviani, R., & Yanuwiadi, B. (2016). Analisis Vegetasi Riparian di Tepi Sungai
Porong, Kabupaten Sidoarjo.Biotropika: Journal of Tropical Biology, 4(1),
25-31.
Rosadi, I. 2015. Analisis Vegetasi Tumbuhan Gunung Lawu Jalur Pendakian
Cemoro Mencil Girimulyo Jogorogo Ngawi(Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Saharjo, B.H., & Cornelio G. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan
Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera Timor
Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45.
Susanti, A. 2016. Analisis Vegetasi Herba di Kawasan Daerah Aliran Sungai
Krueng Jreue Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai
Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan (Doctoral dissertation, UIN Ar-
Raniry Banda Aceh).
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.a
Triantoro, R. G. N. 2008. Keanekaragaman Jenis Flora Pada Cagar Alam
Pegunungan Yapen Tengah, Papua. Journal Info Hutan 5 (1) 25-34.
Wisnuwati., dan Nugroho., C.,P. 2018. Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan. Cianjur : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambar Gambar 2. Gambar Gambar 3. Gambar


Pengukuran Anaveg Pengukuran Anaveg Pengukuran Anaveg
Metode Titik Pada Plot 1 Metode Titik Pada Plot 2 Metode Titik Pada Plot 1
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 4. Gambar Gambar 5. Gambar Gambar 6. Gambar


Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux
Meter Pada Plot 1 Meter Pada Plot 1 Meter Pada Plot 1
Pengulangan ke-1 Pengulangan ke-2 Pengulangan ke-3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 7. Gambar Gambar 8. Gambar Gambar 9. Gambar


Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux
Meter Pada Plot 2 Meter Pada Plot 2 Meter Pada Plot 2
Pengulangan ke-1 Pengulangan ke-2 Sumber : Pengulangan ke-3 Sumber :
Sumber : Dokumen Pribadi Dokumen Pribadi (2020) Dokumen Pribadi (2020)
(2020)

Gambar 10. Gambar Gambar 11. Gambar Gambar 12. Gambar


Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux Pengukuran dengan Lux
Meter Pada Plot 3 Meter Pada Plot 3 Meter Pada Plot 3
Pengulangan ke-1 Pengulangan ke-2 Pengulangan ke-3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 13. Gambar Gambar 14. Gambar Gambar 15. Gambar


Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan
Termohigrometer Pada Plot Termohigrometer Pada Plot Termohigrometer Pada Plot
1 2 3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 16. Gambar Gambar 17. Gambar Gambar 18. Gambar


Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan
Soil Analyzer 4 in 1 Plot 1 Soil Analyzer 4 in 1 Plot 1 Soil Analyzer 4 in 1 Plot 1
Pengulangan ke-1 Pengulangan ke-2 Pengulangan ke-3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 19. Gambar Gambar 20. Gambar Gambar 21. Gambar


Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan
Soil Analyzer 4 in 1 Plot 2 Soil Analyzer 4 in 1 Plot 2 Soil Analyzer 4 in 1 Plot 2
Pengulangan ke-1 Pengulangan ke-2 Pengulangan ke-3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)
Gambar 22. Gambar Gambar 23. Gambar Gambar 24. Gambar
Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan Pengukuran Menggunakan
Soil Tester Pada Plot 1 Soil Tester Pada Plot 2 Soil Tester Pada Plot 3
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020) (2020)

Gambar 25. Gambar Gambar 26. Gambar Gambar 27. Gambar


Tanaman Richardia Tanaman Phyla nodiflora Tanaman Murdannia keisak
grandiflora Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi (2020) (2020)
(2020)

Gambar 28. Gambar Gambar 29. Gambar Gambar 29. Gambar


Tanaman Tanaman Salvia officinalis Tanaman Richardia scabra
Youngia japonica Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi (2020) (2020)
(2020)
Gambar 30. Gambar Gambar 31. Gambar Gambar 32. Gambar
Tanaman Tanaman Mazus pumilus Tanaman Hypochaeris
Hydrocotyle sibthorpioides Sumber : Dokumen Pribadi radicata
Sumber : Dokumen Pribadi (2020) Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020)

Gambar 33. Gambar Gambar 34. Gambar Gambar 35. Gambar


Tanaman Peperomia Tanaman Stellaria media Tanaman Phyllanthus
pellucida Sumber : Dokumen Pribadi urinaria
Sumber : Dokumen Pribadi (2020) Sumber : Dokumen Pribadi
(2020) (2020)

Gambar 36. Gambar Gambar 37. Gambar Gambar 38. Gambar


Tanaman Synedrella Tanaman Centella asiatica Tanaman Zostera noltei
nodiflora Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi (2020) (2020)
(2020)

Anda mungkin juga menyukai