Oleh :
Kelompok 5/ Offering A 2018
1. Amelia Ramadhani (1803416175 )
2. Ardelia Delinda (1803416175 )
3. Bella Sukma Wardhani (1803416175 )
4. Fauzi Ibnu Nahdiyan (180341617538)
5. Khumaidah (1803416175 )
DIlanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setiap jenis tumbuhan yang
ditemukan
Disusun pada tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas
Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis/spesies yang memiliki nilai penting
tersbesar
Individu yang menyentuh tali rafia atau garis transek baik yang terletak di atas maupun
di bawah garis tersebut merpakan jenis yang diamati dan dicatat datanya
Data yang tercatat dari masing-masing individu adalah berupa pengukuran panjang
transek yang terpotong dan lebar maksimum tajuk tumbuhan yang diproyeksikan ke
dalam transek
Dihitung variable: dominasi relatif, frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan indeks nilai
penting
C. Metode Kuadrat
Dipilih titik awal plot yang akan digunakan
Dilanjutkan dengan mencari indeks nilai penting dari setip jenis tumbuhan
Diberi nama sesuai vegetasi berdasarkan dua jenis atau lebih spesies
Metode kuadrat bentuk percontoh atau sampel dapat berupa persegi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi
sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode kuadrat dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. hal ini dapat dilihat dari
kebutuhan tertentu dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan diantaranya cahaya,
air dan unsur hara (Ilmi, dkk., 2019). Metode kuadran dibedakan berdasarkan
habitus tumbuhan dengan ukuran petak 1 x 1 m untuk habitus terna dan rumput,
ukuran petak 5 x 5 m untuk habitus perdu, semak, liana, dan ukuran petak 10 x 10
m untuk habitus pohon. Data analisis vegetasiberupa ker apatan relatif, frekuensi
relatif, dominasi relatif, indeks nilai penting, dan indeks keanekargaman spesies
yang telah diperoleh (Oktaviani & Yanuwiadi, 2016).
1. Kerapatan Mutlak (KM)
KM =
DM =
FM =
KR = x 100%
DR = x 100%
FR = x 100%
INP = KR + DR + FR
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
FR DR
30
25
Jumlah Spesies
20
15
10
0
A B C D E F G H
Nama Spesies
2.1 Tabel Analisis Vegetasi Metode Garis
Kode Nama Spesies FM FR DM DR KM KR INP
Spesies
A Richardia - - - - - - -
grandiflora
B Phyla nodiflora - - - - - - -
C Murdannia keisak - - - - - - -
D Youngia japonica - - - - - - -
E Salvia officinalis - - - - - - -
F Richardia scabra - - - - - - -
G Hydrocotyle 1 27.39 0.19 19.38 0.09 20.45 67.22
sibthorpioides
H Mazus pumilus - - - - - - -
I Hypochaeris 1 27.39 0.28 28.57 0.12 27.27 83.23
radicata
J Peperomia 0.33 9.04 0.20 20.41 0.09 20.45 49.9
pellucida
K Stellaria media 0.33 9.04 0.12 12.24 0.05 12.36 33.64
L Phyllanthus 0.33 9.04 0.09 9.18 0.04 9.09 27.31
urinaria
M Synedrella 0.33 9.04 0.09 9.18 0.04 9.09 27.31
nodiflora
N Centella asiatica - - - - - - -
O Zostera noltei 0.33 9.04 0.01 1.02 0.01 2.27 12.33
20
15
10
5
0
A B C D E F G H I J K L M N O P
Nama Spesies
FR DR KR
3.1 Tabel Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
Kode Nama Spesies FM FR DM DR KM KR INP
Spesies
A Richardia 0.18 18.18 0.17 16.6 12 10.89 45.67
grandiflora
B Phyla nodiflora - - - - - - -
C Murdannia keisak - - - - - - -
D Youngia japonica 0.09 9.09 0.03 3.3 7 6.99 18.74
E Salvia officinalis - - - - - - -
F Richardia scabra - - - - - - -
G Hydrocotyle 0.27 27.27 0.42 41.7 54 49 117.97
sibthorpioides
H Mazus pumilus - - - - - - -
I Hypochaeris radicata - - - - - - -
J Peperomia pellucida - - - - - - -
K Stellaria media 0.09 9.09 0.07
5.26 21.05 6.7 5.8
L Phyllanthus urinaria 0.09 9.09 0.15
16.15 40.24 15 17.8
M Synedrella nodiflora - - - - - - -
N Centella asiatica 0.09 9.09 0.07 6.7 4.8 4.35 20.14
O Zostera noltei 0.09 9.09 0.03 3.3 1.8 1.63 17.42
P 0.09 9.09 0.07 6.7 7 6.36 22.14
50
NIlai Relatif
40
30
20
10
0
A B C D E F G H I J K L M N O P
Nama Spesies
FR DR KR
4.1 Tabel Data Analisis Pengukuran Abiotik
Petak Contoh Suhu pH Tanah Intensitas Kelembaban
Tanah Cahaya Tanah
(oC)
1 26±1 6.9±0.6 235±5.3 45±5
2 29.3±0.9 6.9±0.1 253.6±4.8 46.6±2.4
3 27.6±1.2 7.1±0.2 313±14.4 47.3±6.2
150
100
50
0
rerata rerata rerata
1 2 3
Plot
6.2
5.3
4.8
5
2.4
1.2
0.9
0.6
0.2
0.1
1
DR = 0,19 X 100%
0,98
= 19,38
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 27/300
= 0,09
KR = 0,09 X 100%
0,44
= 20,45
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 3/3
=1
FR = 1 X 100%
3,65
= 27,39
INP = 19,38 + 20,35 + 27,39
= 67,22 %
• Hypochaeris radicata
Pada Hypochaeris radicata melewati garis pada plot 1,2 dan 3.
Pada plot 1 terdapat 15 tanaman Hypochaeris radicata yang melewati
garis. Pada plot 2 terdapat 9 tanaman Hypochaeris radicata. Pada plot 3
terdapat 14 tanaman Hypochaeris radicata. Sehingga dapat dijumlahkan
tanaman Hypochaeris radicata yang melewati garis ada 38. Dapat
ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut :
DM = 38/136
= 0,28
DR = 0,28 X 100%
0,98
= 28,57
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 38/300
= 0,12
KR = 0,12 X 100%
0,44
= 27,27
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 3/3
=1
FR = 1 X 100%
3,65
= 27,39
INP = 28,57 + 27,27 + 27,39
= 83,23 %
• Peperomia pellucida
Pada tanaman Peperomia pellucida melewati garis pada plot 1
saja. Pada plot 1 terdapat 28 tanaman Peperomia pellucida yang
melewati garis. Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan
sebagai berikut:
DM = 28/136
= 0,20
DR = 0,20 X 100%
0,98
= 20,41
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 28/300
= 0,09
KR = 0,09 X 100%
0,44
= 20,45
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 20,41 + 20,45 + 9,04
= 49,9 %
• Stellaria media
Pada Stellaria media melewati garis pada plot 1 saja. Pada plot
1 terdapat 16 tanaman Stellaria media yang melewati garis. Dapat
ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 16/136
= 0,12
DR = 0,12 X 100%
0,98
= 12,24
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 16/300
= 0,12
KR = 0,12 X 100%
0,44
= 12,36
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 12,24 + 12,36 + 9,04
= 33,64 %
• Phyllanthus urinaria
Pada Phyllanthus urinaria melewati garis pada plot 2 saja. Pada
plot 2 terdapat 13 tanaman Phyllanthus urinaria yang melewati garis.
Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 13/136
= 0,09
DR = 0,09 X 100%
0,98
= 9,18
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 13/300
= 0,04
KR = 0,04 X 100%
0,44
= 9,09
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 9,18 + 9,09 + 9,04
= 27,31 %
• Synedrella nodiflora
Pada Synedrella nodiflora melewati garis pada plot 2 saja. Pada
plot 2 terdapat 12 tanaman Synedrella nodiflora yang melewati garis.
Dapat ditentukan dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 12/136
= 0,09
DR = 0,09 X 100%
0,98
= 9,18
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 12/300
= 0,04
KR = 0,04 X 100%
0,44
= 9,09
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 9,18 + 9,09 + 9,04
= 27,31 %
• Zostera noltei
Pada tanaman Zostera noltei melewati garis pada plot 2 saja.
Pada plot 2 terdapat 2 tanaman yang melewati garis. Dapat ditentukan
dominansinya dengan perhitungan sebagai berikut:
DM = 2/136
= 0,01
DR = 0,01 X 100%
0,98
= 1,02
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan kerapatannya
sebagai berikut :
KM = 2/300
= 0,006
KR = 0,006 X 100%
0,44
= 1,36
Dengan data yang diperoleh juga bisa diperhitungkan frekuensinya
sebagai berikut :
FM = 1/3
= 0,33
FR = 0,33 X 100%
3,65
= 9,04
INP = 1,02 + 1,36 + 9,04
= 11,42 %
Dari perhitungan analisis vegetasi dalam metode garis ditemukan 7
spesies. Adapun yang memiliki nilai dominansi relatif, frekuensi
relatif, dan kerapatan relatif tertinggi yakni tumbuhan Hypochaeris
radicata.
KM = 46 + 14
5
= 60/5
= 12
KR = 12 X 100%
551
/5
= 10,89%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1 dan plot
2, maka dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 2/3
11
/3
= 0,18
FR = 0,18 X 100%
0,99
= 18,18%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Richardia
grandiflora yakni :
KM = 35
5
=7
KR = 7 X 100%
551
/5
= 6,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada tanaman
Youngia japonica yakni :
KM = 125 + 65 + 80
5
= 270/5
= 54
KR = 54 X 100%
551
/5
= 49%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 1, plot 2,
dan plot 3 maka dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai
berikut :
FM = 3/3
11
/3
= 0,27
FR = 0,27 X 100%
0,99
= 27,27%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada
Hydrocotyle sibthorpioides yakni :
INP = 41,7 + 49 + 27,27
= 117,97%
• Stellaria media
Pada Stellaria media ditemukan pada 1 plot, yakni pada plot 2.
Pada plot 1 ditemukan 20% dari daerah suatu kuadrat. Sehingga
diperoleh jumlah 20% dari jumlah total presentasi semua spesies
sebanyak 300%. Dengan data tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan
dominansi sebagai berikut :
DM = 20/300
= 0,067
DR = 0,067 X 100%
1
= 6,7%
Pada aspek kerapatan diperoleh jumlah individu pada plot 1
sebanyak 29. Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut :
KM = 29
5
= 5,8
KR = 5,8 X 100%
551
/5
= 5,26%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 2, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Stellaria
media yakni:
KM = 65 + 24
5
= 17,8
KR = 17,8 X 100%
551
/5
= 16,15%
Dengan keberadaan spesies yang ditemukan di plot 2 dan 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 2/3
11
/3
= 0,18
FR = 0,18 X 100%
0,99
= 18,18%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada
Phyllanthus urinaria yakni :
KM = 24
5
= 4,8
KR = 4,8 X 100%
551
/5
= 4,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 2, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Centella
asiatica yakni :
KM = 9
5
= 1,8
KR = 1,8 X 100%
551
/5
= 1,63%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Zostrea
noltei yakni :
KM = 35
5
=7
KR = 7 X 100%
551
/5
= 6,35%
Dengan keberadaan spesies yang hanya ditemukan di plot 3, maka
dapat diperoleh perhitungan frekuensi sebagai berikut :
FM = 1/3
11
/3
= 0,09
FR = 0,09 X 100%
0,99
= 9,09%
Dari perhitungan diatas dapat diketahui jumlah INP pada Zostrea
noltei yakni :
Simpulan
1. Analisis vegetasi metode titik yang dilakukan pada 3 plot dengan masing-
masing plot terdiri dari 10 tusukan. Analisis vegetasi ini menghasilkan 10
spesies tumbuhan yang berbeda, spesies Richardia grandiflora merupakan
spesies yang paling banyak ditemukan karena memiliki INP 59% dan
banyak ditemukan di plot 1 dengan didukung oleh faktor abiotik suhu 26̊C,
pH 6,9, kelembapan tanah 45%, dan intensitas cahaya 235 lux.
2. Analisis vegetasi dengan menggunakan metode garis dilakukan di sekitar
Gedung O5 FMIPA UM yang termasuk vegetasi sederhana sehingga hanya
menggunakan garis berukuran 1 meter. Pada metode garis, sistem analisis
melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Berdasarkan hasil pengamatan dari
ketiga plot, tumbuhan yang memiliki kerapatan mutlak yang paling tinggi
adalah tumbuhan Hypochaeris radicata, yaitu 0,28. Hal ini dapat dilihat dari
persebarannya yang selalu ada di tiap plot dengan jumlah yang relative
stabil serta frekuensi mutlaknya, yaitu 0,12 merupakan frekuensi yang
paling tinggi dibandingkan tumbuhan lain. Tumbuhan yang memiliki
persebaran terendah dari ketiga plot adalah tumbuhan Zostera noltei karena
hanya dijumpai 2 tumbuhan yaitu di plot 2 sedangkan di plot lain tidak
dijumpai.
3. Analisis vegetasi metode kuadrat dilakukan pada 3 plot dengan
menggunakan ukuran 1m2 persegi pada setiap plot. Hasil pengamatan
menunjukkan spesies Hydrocotyle sibthorpioides merupakan spesies yang
memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 117, 97% dengan nilai dominansi
41,7%, kerapatan 49%, dan frekuensi 27,27% , spesies ini dapat ditemukan
pada ketiga plot dengan hasil pengukuran rerata faktor abiotik dari ketiga
plot adalah suhu tanah 27,6oC , pH tanah 6,97, kelembapan 46,6% dan
intensitas cahaya 267,2 lux.
Daftar Rujukan
Arista, C. D. N., HT, I. S. W., Rahma, K., & Mulyadi, M. (2018). Analisis Vegetasi
Tumbuhan Menggunakan Metode Transek Garis (Line Transect) Di
Kawasan Hutan Lindung Lueng Angen Desa Iboih Kecamatan Sukakarya
Kota Sabang. Prosiding Biotik, 4(1).
Danoedoro, P. 2015. Pengaruh Jumlah dan Metode Pengambilan titik sampel
Penguji Terhadap Akurasi Klasifikasi Citra Digital Penginderaan Jauh.
In Conference Paper. Puspics Fakultas geografi UGM: Yogyakarta.
Fanani, A., Rohman, F., & Sulasmi, E. 2013. Karakteristik Komunitas Herba Di
Hutan Jati Resort Pemangkuan Hutan (Rph) Dander Petak 12b Kabupaten
Bojonegoro. (Online), (jurnal-
online.um.ac.id/.../artikel06C174076B13EA256B3892E7EEC 675).
diakses tanggal 12 Februari 2020.
Fatimah, N., Maris, A. F., & Mardiyaningsih, A. 2019. Keanekaragaman vegetasi
tumbuhan di taman pancasila dan sidotopo menggunakan metode point
sampling. Proceeding of Biology Education, 3(1), 170-177.
Hamidun, S., & Baderan, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas
Boliyohuto Provinsi Gorontalo, (Online). (repository.ung.ac.id/.../Analisis-
Vegetasi-Hutan-Produksi-Terbatas-Boliy) diakses tanggal 12 Februari
2020.
Ilmi, M., Sastrawani, S., Hidayat, M., Mulyadi, M., & Kurniawati, K. (2019).
Keanekaragaman Tumbuhan Semak Di Kawasan Hutan Pegunungan
Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Biotik,5(1).
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Maisyaroh, Wiwin. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman
Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam
Lestari, 1 (1): 1-9
Oktaviani, R., & Yanuwiadi, B. (2016). Analisis Vegetasi Riparian di Tepi Sungai
Porong, Kabupaten Sidoarjo.Biotropika: Journal of Tropical Biology, 4(1),
25-31.
Rosadi, I. 2015. Analisis Vegetasi Tumbuhan Gunung Lawu Jalur Pendakian
Cemoro Mencil Girimulyo Jogorogo Ngawi(Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Saharjo, B.H., & Cornelio G. 2011. Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan
Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera Timor
Leste. Jurnal Silvikultur Tropika. 2(1): 40-45.
Susanti, A. 2016. Analisis Vegetasi Herba di Kawasan Daerah Aliran Sungai
Krueng Jreue Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai
Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan (Doctoral dissertation, UIN Ar-
Raniry Banda Aceh).
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.a
Triantoro, R. G. N. 2008. Keanekaragaman Jenis Flora Pada Cagar Alam
Pegunungan Yapen Tengah, Papua. Journal Info Hutan 5 (1) 25-34.
Wisnuwati., dan Nugroho., C.,P. 2018. Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan. Cianjur : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
LAMPIRAN