Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

THIBUN NABAWI
“TOKSIN DAN ANTI TOKSIN PADA LALAT”

OLEH
KELOMPOK VII
1. NUR WINDA (200104089)
2. ROSIDAH (200104082)
3. FENI FEBRIANTI (200104016)
4. MAYA IZA AMELIA (200104021)
5. EKA SETIANI (200104023)

PROGRAM STUDI IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Toksin Dan Anti Toksin Pada Lalat
” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Muhammad
Zulhariadi M.Pd pada Mata Kuliah “Thibun Nabawi ” di Universitas Islam Negeri
Mataram Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Muhammad
Zulhariadi M.Pd sebagai Dosen Pengampu. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 27 April 2023

kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat....................3
B. Pengertian dari Toksin..................................................................................3
C. jenis-jennis lalat.............................................................................................5
D. Jurnal Penelitian Tentang Toksin Dan Antitoksin Pada Lalat.......................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lalat dikenal sebagai binatang yang kotor dan menjijikkan, hampir tidak ada
orang yang suka dengan keberadaan binatang kecil ini. Apalagi lalat juga dikenal
sebagai agen pembawa penyakit pada manusia dan berkontribusi dalam penularan
patogen bersumber tinja manusia atau binatang. Hal ini berkaitan dengan pola mencari
makan secara pindah-pindah, dan buang air besar tiap 5 menit. Berdasarkan hasil
penelitian lalat banyak mengandung kuman, tubuh bagian luar mengandung 3.683.000
kuman bakteri dan bagian dalam 6-8 kali bagian luar.
Sebuah penelitian mengungkapkan binatang kecil itu mempunyai kebiasaan
membersihkan diri sampai bagian-bagian terkecil dari tubuhnya, membersihkan kaki
dan tangannya secara terpisah serta membersihkan debu yang menempel pada sayap
dan kepalanya dengan menggunakan kaki dan tangannya secara sempurna. Satu lagi
aktivitas lalat yang tidak kita ketahui bahwa pada saat terbang lalat mengepakkan
sayapnya kurang lebih 30.000 kali setiap menit (30.000 rpm), tetapi anehnya sayapnya
tidak robek.
Oleh Dokter Juan Alvarez Bravo dan timnya berhasil mengangkat martabat
binatang kotor dan menjijikan itu. Sebagaimana ditulis "The Economist ternyata dari
tubuh lalat bisa diangkat beraneka ragam bahan antibiotik. Penemuan itu berawal dari
pengamatan sepele yang mempertanyakan mengapa larva lalat (belatung) bisa
bertahan hidup di lingkungan sampah yang penuh kuman. Perhatian pun tertuju pada
lalat hijau Sarcophaga peregina, yang suka mengerubuti daging busuk. Ternyata dari
perut serangga itu, Juan Alvarez menemukan enam macam antibiotika. Salah satu
diantaranya ditandai sebagai Sapecin-B, sebuah senyawa kimia yang memiliki 34
gugus asam amino

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat ?
2. Apa makud dari Toksin?
3. Apa saja jenis-jennis lalat?
4. Apa saja Jurnal Penelitian Tentang Toksin Dan Antitoksin Pada Lalat?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat.
2. Untuk mengetahui makud dari Toksin
3. Untuk mengetahui jenis-jennis lalat
4. Untuk mengetahui Jurnal Penelitian Tentang Toksin Dan Antitoksin Pada Lalat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat
1. (QS Al-Hajj [22]: 73)
‫ب َمثَ ٌل فَا ْستَ ِمعُوْ ا لَهٗ ۗاِ َّن الَّ ِذ ْينَ تَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ لَ ْن ي َّْخلُقُوْ ا ُذبَابًا َّولَ ِو اجْ تَ َمعُوْ ا لَهٗ َۗواِ ْن‬ ِ ‫ٰ ٓيا َ ّ ُيهَا النَّاسُ ض‬
َ ‫ُر‬
ْ ‫ضعُفَ الطَّالِبُ َو ْال َم‬
ُ‫طلُوْ ب‬ َ ُ‫الذبَابُ َش ْيـًٔا اَّل يَ ْستَ ْنقِ ُذوْ هُ ِم ْن ۗه‬
ُّ ‫يَّ ْسلُ ْبهُ ُم‬

“Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!


Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor
lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari
lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah” (QS Al-Hajj [22]:
73).
2. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:

‫ب َأ َحـ ِد ُك ْم فَ ْليَ ْغ ِم ْس ـهُ ثُ َّم لِيَ ْن ِز ْعـ هُ فَ ـِإ َّن فِي ِإحْ ـ دَى َجنَا َح ْي ـ ِه دَا ًء َواُأل ْخـ َرى ِش ـفَا ًء‬
ِ ‫ِإ َذا َوقَ ـ َع ال ـ ُّذبَابُ فِي َش ـ َرا‬

Artinya, “Jika lalat jatuh di minuman salah seorang dari kalian, maka benamkanlah
lalat tersebut, kemudian angkat kembali. Sebab, dalam salah satu sayapnya ada
penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat obatnya.”
B. Pengertian Toksin
Toksin (dari bahasa Yunani Kuno: τοξικόν, translit. toxikon) adalah sebuah zat
beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup.
Antitoxin adalah sebuah antibodi dengan fungsi untuk menetralisir racun. Antitoxin
pasti diproduksi oleh hewan, tumbuhan, dan bakteri.
Saat ini, manfaat dan hikmah dibalik penciptaan lalat telah berhasil dibuktikan oleh
sains modern, termasuk didalamnya dunia medis yang berhasil menjelaskan tentang

3
konsep toksin-antitoksin dalam tubuh makhluk hidup. Oleh dunia medis, lalat dianggap
sebagai salah satu makhluk hidup yang dianggap sebagai salah satu makhluk hidup
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bisa atau racun, sebagai bentuk
pertahanan diri. Ia meletakkan antiracun dalam tubuhnya.
Jika merujuk pada hadis Rasulullah sebelumnya, anti racun tersebut terletak pada
salah satu sayapnya.Sebenarnya, serangga yang berasal dari ordo Diptera ini bukanlah
hewan yang menjadi agen infeksi, tetapi peran lebih cenderung sebagai vector atau agen
pembawa atau penular penyakit. Bentuk anatomi tubuhnya yang nyaris dipenuhi bulu
ini sangat mendukung dalam menularkan penyakit. Melalui bulunya tersebut, bibit
penyakit (virus,bakteri protozoa) mudah melekat dan tersebar ke makhluk hidup lain.
Pada saat lalat hinggap diatas barang yang sudah dipenuhi kuman penyebab
penyakit, sebagian kuman tersebut kemudian menempel dibagian tubuhnya, sementara
sebagian yang lain dimakannya. Kuman yang dimakan itulah, pada saat berada didalam
tubuh lalat membentuk suatu anti-bodi terhadap kuman berupa senyawa, dalam ilmu
kedokteran diistilahkan antibacterial. Senyawa inilah yang kemudian berfungsi untuk
membunuh banyak kuman penyakit dan memusnakannya selama senyawa tersebut
masih eksis. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa lalat tidak akan pernah
berpengaruh negatif terhadap tubuh manusia.
Kembali merujuk pada hadis rasullullah diawal, ada penjelasan bahwa terdapat obat
disalah satu sayap lalat. Secara medis, hal ini dapat dibenarkan , karena lalat terbukti
telah memojokkan bakteri sampai keujung sayapnya. Jiak ada lalat yangjatuh kedalam
makanan atau minuman tersebut, sebab kuman tersebut berada dibagian tubuhnya yang
paling ujung dan terdekat dengan makanan. Sementara, yang digunakan untuk
melindungi dari kuman ini adalah antibacterial yang ada dalam perut lalat (dekat
dengan salah satu sayapnya).
Dengan demikian, apabila ada penyakit yang disebabkan oleh lalat, maka
penawarnya terdapat pada bagian terdekat dari penyakit itu (yaitu bagian sayap

4
lainnya). Sehingga, dengan mencelupkan lalat kedalam minuman dan membuangnya,
cukuplah kiranya untuk membunuh kuman yang ditempelkannya.
C. Jenis-jenis lalat
Dalam sekali bertelur, seekor lalat mampu mengeluarkan 1.200- 1.500 butir telur.
Dalam beberapa jenis lalat, termasuk lalat rumah, telur tersebut sudah dapat menetas
setelah 24 jam menjadi seekor larva. Lalat rumah bias mencapai jarak 15 km dalam
jangka waktu 24 jam. Sebagian besar lalat tetap berada pada radius 1.5 km dari tempat
pembiakan mereka, meski pada beberapa kasus para lalat bisa melakukan penjelajahan
hingga 50 km dari tempat asalnya. Secara umum, lalat dapat dibedakan menjadi empat
jenis:
1. Lalat Rumah yang dikenal dengan musca domestica. Merupakan jenis lalat yang
paling sering menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia. Lalat rumah
menyukai tempat sampah, kotoran hewan dan juga tempat-tempat yang lembab serta
memiliki potensi sebagai makanan bagi larva-larva lalat. Ciri morfologi lalat ini adalah
bertubuh abu-abu kehitam-hitaman dengan warna perut kuning oranye dan coklat
kehitaman di ujung perutnya
2. Lalat rumah kecil atau Fannia sp. Lalat ini menyerupai lalat rumah tetapi dengan
ukuran yang lebih kecil dan memiliki kebiasaan menggigit. Mereka berkembang biak di
kotoran-kotoran hewan, manusia, atau tumbuhan yang membusuk. Lalat jenis ini tidak
berperan dalam penularan penyakit pada manusia meski bias memindahkan penyakit
pada hewan
3. Bottle flies dan blow flies. Lalat jenis ini hanya hidup sekitar 27 hari sejak dari telur
hingga dewasa. 16 jam pertama dalam bentuk telur, 24 jam menjadi larva level 1, 20
jam larva level 2 dan 48 jam menjadi larva level 3. Masa menjadi pupa adalah masa
paling panjang dalam kehidupan lalat jenis ini, yaitu 14 hari. Setelah itu lalat akan
menjadi dewasa dan hidup hingga kurang lebih 8 hari. Masa 27 hari
tersebutdipengaruhi oleh temperatur dan sumber makanan tempat mereka hidup. Lalat

5
jenis ini senang meletakkan telur pada daging. Biasanya berkembang biak pada tubuh
hewan yang membusuk atau pada tumbuh-tumbuhan jika mereka tidak menemukan
tubuh hewan. Larva dari lalat jenis ini dapat menyebabkan myasis pada binatang dan
manusia
4. Lalat Daging. Dibanding lalat jenis lainnya, lalat jenis ini memiliki tubuh yang lebih
besar dan terdapat bintik pada ujung badan mereka. Larva lalat daging hidup di dalam
daging, meski mereka juga dapat tumbuh pada kotoran hewan. Lalat jenis ini juga
menyebabkan myasis pada manusia.
D. Jurnal-Jurnal Penelitian Tentang Toksin Dan Antitoksin Pada Lalat
Dalam sebuah laporan dari eksperimen laboratorium yang dilakukan oleh tiga orang
profesor—Nabīh Baʻshān, Manṣūr Sujainī A
̳ bd al-Wahhāb ̳Abd al-Ḥāfiẓ dan
Muḥammad Zakī—di bidang biologi pada Fakultas SainsUniversitas Malik A
̳ bd al-
A
̳ ziz dituliskan: Dalam sebuah percobaan disiapkan dua gelas air yang telah diukur Ph-
nya sehingga mencapai nilai 4 (setara dengan Ph rata-rata lambung manusia). Masing-
masing dari gelas tersebut ditetesi dengan mikroba hidup. Salah satu gelas dijatuhkan
ke dalamnya seekor lalat yang kemudian diangkat tanpa menenggelamkannya.
Sedangkan pada gelas yang lain juga dijatuhkan ke dalamnya seekor lalat lalu
ditenggelamkan selama 60 detik, baru kemudian dibuang. Kedua gelas tersebut
kemudian diuji tingkat pertumbuhan mikrobanya. Gelas pertama yang dijatuhkan lalat
ke dalamnya kemudian langsung dibuang memiliki jumlah pertumbuhan mikroba
sangat tinggi, terdiri dari jenis mikroba yang memang dimasukkan pada awal percobaan
dan juga beberapa mikroba baru yang tidak tercatat telah dimasukkan secara sengaja ke
dalam gelas. Sedangkan pada gelas yang kedua didapati bahwa jumlah pertumbuhan
mikroba di dalamnya telah berkurang secara drastis dan sama sekali tidak ditemukan
jenis mikroba baru. Percobaan ini juga dilakukan dengan beberapa media berbeda
dengan menambahkan tingkat suhu dan temperatur yang memungkinkan mikroba
berkembang lebih cepat. Masing-masing percobaan tersebut menyatakan bahwa zat

6
yang hanya dijatuhi lalat tanpa proses penenggelaman memiliki perbedaan signifikan
dalam jumlah mikroba yang hidup di dalamnya, dibanding dengan zat yang dijatuhi
lalat lalu ditenggelamkan beberapa saat sebelum dibuang

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toksin (dari bahasa Yunani Kuno: τοξικόν, translit. toxikon) adalah sebuah zat
beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup.
Antitoxin adalah sebuah antibodi dengan fungsi untuk menetralisir racun. Antitoxin
pasti diproduksi oleh hewan, tumbuhan, dan bakteri.
Saat ini, manfaat dan hikmah dibalik penciptaan lalat telah berhasil dibuktikan oleh
sains modern, termasuk didalamnya dunia medis yang berhasil menjelaskan tentang
konsep toksin-antitoksin dalam tubuh makhluk hidup. Oleh dunia medis, lalat dianggap
sebagai salah satu makhluk hidup yang dianggap sebagai salah satu makhluk hidup
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bisa atau racun, sebagai bentuk
pertahanan diri. Ia meletakkan antiracun dalam tubuhnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Fikriaty,U. 2019. Hadis Dhubabah Perspektif Teori Parity Dan Symmetric Universe. Jurnal
Living Hadis. Vol IV Nomor.
Lisi, A. G., & Weatherall, J. O. (2010). Geometric Theory of Everything.
Scientific American Journal.
Muslim, A. al-Ḥusayn. (2000). Ṣaḥīḥ Muslim. Beirut: Dār al-Jīl.
Qazwaynī (al-), M. Y. (1987). Sunan Ibn Mājah. Kairo: al-Bāb al-Ḥalabī.

Anda mungkin juga menyukai