PRAKTIKUM III
II. WAKTU
Praktikum ini dilakukan selama tiga (3) jam.
III. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui struktur normal dari eritrosit pada berbagai spesies
vertebrata.
2. Mampu memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai
konsentrasi cairan ekstraseluer.
3. Mampu mengetahui efek hemolisis beberapa senyawa kimia terhadap
eritrosit.
Cyprinus carpio
Bufo sp.
Maboya sp.
Gallus gallus
Rattus norvegicus
VI. PROSEDUR
Praktikum I Struktur Eritrosit Vertebrata
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel darah dari hewan percobaan sesuai dengan objek
yang digunakan.
2. Mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum suntik yang telah
dibilas dengan EDTA 10% dan menampungnya dalam botol sampel
yang juga telah dibilas dengan EDTA.
3. Meneteskan setetes darah pada kaca objek dan menetesinya dengan 3
tetes NaCl 0.9%, kemudian menutupnya dengan cover glass lalu
mengamati strukturnya pada mikroskop hingga perbesaran optimal.
4. Memperhatikan dan menggambar struktur eritrosit yang terlihat.
5. Membandingkan dengan spesies-spesies vertebrata lainnya.
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum tentang struktur sel dan hemolisis darah dibagi menjadi 3
praktikum yaitu, mengamati struktur eritrosit vertebrata, dinamika osmolaritas
eritrosit dan hemolisis darah. Sampel darah yang digunakan pada praktikum ini
adalah sampel darah Clarias sp., Bufo sp., Mabouya sp., Gallus gallus, dan Rattus
norvegicus. Berdasarkan hasil praktikum yang pertama dapat diketahui yaitu ikan
lele (Clarias sp.) memiliki eritrosit yang berbentuk bulat, bikonveks, dan memiliki
inti. Pada amphibia (Bufo sp.) eritrositnya berukuran besar berbentuk bulat
lonjong, bikonveks, dan berinti. Pada reptil (Mabouya sp.) eritrositnya berbentuk
11
bulat panjang, bikonveks, dan berinti. Bentuk eritrosit Gallus gallus yang teramati
adalah berbentuk bulat panjang, bikonveks, dan berinti. Eritrosit mamalia (Rattus
norvegicus) memiliki eritrosit bulat panjang, bikonveks, dan tidak berinti.
Praktikum kedua tentang dinamika osmolaritas eritrosit menggunakan
sampel darah yang dikoleksi pada praktikum pertama dan NaCl dengan
konsentrasi (0.3 %, 0,6%, 0.9%, 1.2%, 2%). Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diketahui bahwa, pemberian larutan NaCl konsentrasi 0,3% dan 0,6% pada kelas
pisces amfibi, aves, dan mamalia menunjukkan terjadinya osmolaritas dengan
adanya sedikit perubahan yang ditandai dengan eritrosit tampak membesar.
Osmolaritas tersebut terjadi dimana air bergerak dari luar ke dalam sel. Pada
sampel darah yang ditetesi dengan NaCl 0,9% tidak ada perubahan, dapat
dikatakan menghasilkan sel darah merah yang ukurannya tetap (normal) karena
larutan NaCl 0,9% adalah larutan isotonis, yang dimaksud larutan isotonis adalah
larutan didalam dan diluar sel sama kosentrasinya sehingga ukuran eritrosit tetap
normal. Pada sampel yang ditetesi NaCl 1,2%, tampak bahwa sel darah merah
mengalami proses pengkerutan (krenasi), hal ini dikarenakan larutan NaCl 1,2%
merupakan cairan hipertonis, menyebabkan air pada sel darah merah keluar
menuju larutan NaCl yang kosentrasinya lebih tinggi sehingga mengalami krenasi.
Semua sampel darah yang diujikan menunjukkan hasil eritrosit hampir mengkerut
(perubahan sedang). Pada pemberian larutan NaCl 2%, sel darah merah pada
semua kelas, baik kelas pisces, amphibi, reptile, aves dan mamalia menunjukkan
hasil yang sama yaitu mengalami krenasi, karena larutan NaCl 2% merupakan
cairan hipertonis, menyebabkan air pada sel darah merah keluar menuju larutan
NaCl yang kosentrasinya lebih tinggi sehingga mengalami krenasi.
Praktikum ketiga tentang hemolisis darah menggunakan sampel darah hewan
vertebrata yang telah dikoleksi pada praktikum sebelumnya kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 0,3%
kemudian dilakukan penambahan larutan kimia (etanol 95%, kloroform dan
formalin) sesuai dengan prosedur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
dengan adanya penambahan larutan kimia, sampel dalah mengalami hemolisis
yang ditandai dengan adanya perubahan warna darah hewan vertebrata tersebut.
Perlakuan yang diberikan masing-masing tabung memperlihatkan hasil yang
12
IX. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu:
1. Struktur eritrosit dari masing-masing sampel darah berbeda-beda, pada
pisces berbentuk bulat, bikonkaf, terdapat inti. Amphibi eritrosit
berbentuk bulat memanjang, bikonkaf, terdapat inti, reptil berbentuk
oval, bikonkaf, terdapat inti, aves berbentuk oval, bikonkaf,terdapat inti,
dan mamalia berbentuk bulat, bikonkaf, tanpa adanya inti.
13
2. Osmolaritas terjadi pada sampel darah yang ditetesi NaCl 0,3%, 0,6%,
1,2% dan 2% yang ditandapai dengan adanya perubahan bentuk eritrosit
masing-masing sampel darah. Osmolaritas tidak terjadi pada sampel
darah yang ditetesi NaCl 0,9% karena NaCl 0,9% bersifat isotonis.
3. Senyawa etanol, kloroform, dan formalin mengakibatkan semua sampel
darah mengalami hemolisis.
X. JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan
1. Berdasarkan hasil praktikum tersebut larutan yang paling baik sebagai
larutan fiksatif adalah…
2. Bagaimana proses hemolisis yang terjadi pada setiap kelompok
perlakuan?
Jawaban
1. Berdasarkan hasil praktikum larutan yang paling baik sebagai larutan
fiksatif yaitu larutan NaCl 0,9% karena larutan tersebut bersifat isotonis
sehingga tidak menyebabkan cairan dalam sel eritrosit keluar menuju
medium atau cairan dalam medium atau cairan dalam medium masuk
kedalam eritrosit. Larutan fiksatif merupakan larutan yang
mempertahankan morfologi jaringan atau sel tubuh dalam keadaan
hidup.
2. Proses hemolisis yang terjadi pada setiap kelompok perlakuan dimana
pada perlakuan hemolisis terjadi karena darah diberikan etanol,
kloroform dan formalin. Hemoglobin keluar menuju plasma sehingga
larutan menjadi berwarna merah sedangkan pada darah yang diberikan
etanol dan formalin sudah terdestruksi dalam waktu beberapa menit yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat dan menggumpal.
14