Anda di halaman 1dari 14

1

PRAKTIKUM III

I. JUDUL: STRUKTUR SEL DAN HEMOLISIS ERITROSIT

II. WAKTU
Praktikum ini dilakukan selama tiga (3) jam.

III. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui struktur normal dari eritrosit pada berbagai spesies
vertebrata.
2. Mampu memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai
konsentrasi cairan ekstraseluer.
3. Mampu mengetahui efek hemolisis beberapa senyawa kimia terhadap
eritrosit.

IV. LANDASAN TEORI


Darah merupakan salah satu komponen tubuh yang memegang peranan
sangat penting. Darah menurut struktur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu plasma
darah dan sel darah. Sel darah kemudian dibedakan menjadi 3 yaitu, 1) sel darah
merah (eritrosit), 2) sel darah putih (leukosit), 3) keeping darah (trombosit).
Eritrosit merupakan salah satu komponen seluler darah yang sangat esensial
terutama terkait dengan perannya dalam transportasi oksigen (dengan adanya
hemoglobin). Secara struktural, eritrosit vertebrata bervariasi berdasarkan
kelasnya masing-masingnya. Perbedaan tersebut meliputi ukuran, bentuk,
keberadaan nukleus dan ketegaran selnya. Mamalia merupakan vertebrata yang
memiliki eritrosit relatif kecil dan tidak berinti setelah menjadi eritrosit dewasa
dalam sistem peredaran darah. Sedangkan eritrosit amphibi, pisces, reptil dan aves
berukuran relatif besar dan memiliki nucleus (Riawan, 2017).
Sebagai sel hewan, eritosit memiliki dinamika osmolaritas yang sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan gradien konsentrasi di sitoplasma dan di
luar sel. Secara umum, konsentrasi osmolaritas dalam sitoplasma sel hewan
2

adalah 0.9% (diukur berdasarkan persentase NaCl). Jika larutan ekstraseluer


memiliki konsentrasi lebih tinggi maka sitoplasma bersifat hipotonik sehingga air
dari sitoplasma akan berosmosis keluar sel dan sel akan mengkerut. Dalam
kondisi tersebut eritrosit mengalami krenasi. Sebaliknya, jika larutan di luar sel
lebih rendah konsentrasinya maka sitoplasma bersifat hipertonis sehingga air dari
luar sel akan berosmosis ke dalam sel dan sel akan membesar. Kondisi dimana
konsentrasi di dalam sel dan di luar sel berada dalam kesetimbangan disebut
dengan isotonis yang biasanya selalu dipertahankan dalam kondisi fisiologis.
Beberapa senyawa kimia seperti formaldehid, alkohol, dan asam asetat dapat
menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur membran sel sehingga
menyebabkan pecahnya sel (hemolisis). Hemolisis eritrosit ditandai dengan
keluarnya hemoglobin dari dalam eritrosit sehingga larutan akan menjadi lebih
merah. Hemolisis dapat terjadi karena perbedaan tekanan osmosis yang terlalu
besar (hemolisis osmotik) misalnya karena perbedaan konsentrasi larutan intra dan
ekstraseluer. Hemolisis juga terjadi karena larutnya membran yang tersusun dari
lipid oleh senyawa-senyawa kimia yang dapat melarutkan lipid (hemolisis kimia)
(Riawan, 2017).

V. ALAT DAN BAHAN


Praktikum I Struktur Eritrosit Vertebrata
A. Alat
1. Alat bedah
2. Jarum suntik
3. Mikroskop
4. Pipet tetes
5. Kaca objek
6. Cover glass
7. Botol sampel darah
B. Bahan
1. EDTA 10%
2. NaCl 0.9%
3. Beberapa spesies vertebrata
3

 Cyprinus carpio
 Bufo sp.
 Maboya sp.
 Gallus gallus
 Rattus norvegicus

Praktikum II Dinamika Osmolaritas Eritrosit


A. Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Botol sampel darah
B. Bahan
1. Sampel darah yang telah dikoleksi pada praktikum sebelumnya
2. NaCl dengan beberapa konsentrasi (0.3%, 0.6%, 0.9%, 1.2%, 2%)

Praktikum III Hemolisis Darah


A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
B. Bahan
1. Sampel darah
2. Etanol
3. Kloroform
4. Eter
5. Formalin
6. NaCl 0.9%
4

VI. PROSEDUR
Praktikum I Struktur Eritrosit Vertebrata
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel darah dari hewan percobaan sesuai dengan objek
yang digunakan.
2. Mengambil sampel darah dengan menggunakan jarum suntik yang telah
dibilas dengan EDTA 10% dan menampungnya dalam botol sampel
yang juga telah dibilas dengan EDTA.
3. Meneteskan setetes darah pada kaca objek dan menetesinya dengan 3
tetes NaCl 0.9%, kemudian menutupnya dengan cover glass lalu
mengamati strukturnya pada mikroskop hingga perbesaran optimal.
4. Memperhatikan dan menggambar struktur eritrosit yang terlihat.
5. Membandingkan dengan spesies-spesies vertebrata lainnya.

Praktikum II Dinamika Osmolaritas Eritosit


1. Menyediakan lima kaca objek yang berbeda lalu meteteskan setetes
sampel darah pada masing-masing kaca objek tersebut.
2. Meneteskan 3 tetes NaCl dengan konsentrasi berbeda untuk kaca objek
yang berbeda.
3. Menutup dengan cover glass dan membiarkannya beberapa menit
4. Mengamati struktur eritrosit pada mikroskop dengan perbesaran optimal.
5. Merperhatikan perubahan yang terjadi pada eritrosit terutama ukurannya
lalu menggambarkan pada lembar kerja praktikum dan
menginterpretasikan peristiwa fisiologis apa yang sebenarnya terjadi dan
bagaimana mekanismenya.

Praktikum III Hemolisis Darah


1. Menyediakan 5 tabung reaksi berbeda dan memberi label I sampai V.
2. Memasukkan masing-msing 2,5 ml NaCl 0.9% ke dalam tabung tersebut
dan meneteskan 2 tetes suspensi darah dari hewan percobaan.
3. Memasukkan 2.5 ml senyawa berikut ini pada masing-masing tabung
yang berbeda yaitu 2,5 ml etanol pada tabung II, 0,5 ml kloroform pada
5

tabung III, dan 2,5 ml formalin pada tabung IV


4. Membiarkan selama 30 menit lalu mengamati proses yang terjadi dan
membandingkan efek hemolisis yang disebabkan oleh masing-masing
senyawa tersebut.
5. Mencatat hasil pengamatan anda di lembar kerja dan interpretasikan.

VII. HASIL PENGAMATAN


Adapun hasil praktikum mengenai struktur eritrosit vertebrata disajikan pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur Eritrosit Vertebrata
No Gambar Keterangan
1 Struktur eritrosit Pisces
Karakteristik:
Bulat, bikonveks, berinti

2 Struktur eritrosit Amfibi


Karakteristik:
Bulat panjang, bikonveks, berinti

3 Struktur eritrosit Reptil


Karakteristik:
Bulat panjang, bikonveks, berinti
6

4 Struktur eritrosit Aves


Karakteristik:
Bulat panjang, bikonveks, berinti

5 Struktur eritrosit Mamalia


Karakteristik:
Bulat, bikonveks, tidak berinti

Adapun hasil pengamatan dinamika osmolaritas eritrosit hewan vertebrata


disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Dinamika Osmolaritas Eritrosit
Sampel Perubahan akibat konsentrasi
Darah NaCl 0,3% NaCl 0,6% NaCl 0,9% NaCl 1,2% NaCl 2%
Pisces + + - ++ +++
Amphibi + + - ++ +++
Reptil + + - ++ +++
Aves + + - ++ +++
Mamalia + + - ++ +++
Keterangan:
+ : Perubahan sedikit
++ : Perubahan sedang
+++ : Perubahan siginifikan
- : Tidak ada perubahan
7

Adapun hasil mengenai hemolisis darah hewan vertebrata disajikan pada


tabel berikut ini.
Tabel 3 Hasil Pengamatan Hemolisis Darah Hewan Vertebrata
No Gambar Keterangan
1 Darah pisces dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna
0,9% + 2,5 etanol Terjadi hemolisis

2 Darah pisces dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 0,5 ml kloroform Terjadi hemolisis

3 Darah pisces dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 ml formalin Terjadi hemolisis

4 Darah amfibi dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 etanol Terjadi hemolisis
8

5 Darah amfibi dalam 2,5 ml NaCl Tidak terjadi perubahan warna


0,9% + 0,5 ml kloroform Tidak terjadi hemolisis

6 Darah amfibi dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 ml formalin Terjadi hemolisis

7 Darah reptil dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 etanol Terjadi hemolisis

8 Darah reptil dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 0,5 ml kloroform Terjadi hemolisis

9 Darah reptil dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 ml formalin Terjadi hemolisis
9

10 Darah aves dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 etanol Terjadi hemolisis

11 Darah aves dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 0,5 ml kloroform Terjadi hemolisis

12 Darah aves dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 ml formalin Terjadi hemolisis

13 Darah mamalia dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


10

0,9% + 2,5 etanol Terjadi hemolisis

14 Darah mamalia dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 0,5 ml kloroform Terjadi hemolisis

15 Darah mamalia dalam 2,5 ml NaCl Terjadi perubahan warna


0,9% + 2,5 ml formalin Terjadi hemolisis

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum tentang struktur sel dan hemolisis darah dibagi menjadi 3
praktikum yaitu, mengamati struktur eritrosit vertebrata, dinamika osmolaritas
eritrosit dan hemolisis darah. Sampel darah yang digunakan pada praktikum ini
adalah sampel darah Clarias sp., Bufo sp., Mabouya sp., Gallus gallus, dan Rattus
norvegicus. Berdasarkan hasil praktikum yang pertama dapat diketahui yaitu ikan
lele (Clarias sp.) memiliki eritrosit yang berbentuk bulat, bikonveks, dan memiliki
inti. Pada amphibia (Bufo sp.) eritrositnya berukuran besar berbentuk bulat
lonjong, bikonveks, dan berinti. Pada reptil (Mabouya sp.) eritrositnya berbentuk
11

bulat panjang, bikonveks, dan berinti. Bentuk eritrosit Gallus gallus yang teramati
adalah berbentuk bulat panjang, bikonveks, dan berinti. Eritrosit mamalia (Rattus
norvegicus) memiliki eritrosit bulat panjang, bikonveks, dan tidak berinti.
Praktikum kedua tentang dinamika osmolaritas eritrosit menggunakan
sampel darah yang dikoleksi pada praktikum pertama dan NaCl dengan
konsentrasi (0.3 %, 0,6%, 0.9%, 1.2%, 2%). Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diketahui bahwa, pemberian larutan NaCl konsentrasi 0,3% dan 0,6% pada kelas
pisces amfibi, aves, dan mamalia menunjukkan terjadinya osmolaritas dengan
adanya sedikit perubahan yang ditandai dengan eritrosit tampak membesar.
Osmolaritas tersebut terjadi dimana air bergerak dari luar ke dalam sel. Pada
sampel darah yang ditetesi dengan NaCl 0,9% tidak ada perubahan, dapat
dikatakan menghasilkan sel darah merah yang ukurannya tetap (normal) karena
larutan NaCl 0,9% adalah larutan isotonis, yang dimaksud larutan isotonis adalah
larutan didalam dan diluar sel sama kosentrasinya sehingga ukuran eritrosit tetap
normal. Pada sampel yang ditetesi NaCl 1,2%, tampak bahwa sel darah merah
mengalami proses pengkerutan (krenasi), hal ini dikarenakan larutan NaCl 1,2%
merupakan cairan hipertonis, menyebabkan air pada sel darah merah keluar
menuju larutan NaCl yang kosentrasinya lebih tinggi sehingga mengalami krenasi.
Semua sampel darah yang diujikan menunjukkan hasil eritrosit hampir mengkerut
(perubahan sedang). Pada pemberian larutan NaCl 2%, sel darah merah pada
semua kelas, baik kelas pisces, amphibi, reptile, aves dan mamalia menunjukkan
hasil yang sama yaitu mengalami krenasi, karena larutan NaCl 2% merupakan
cairan hipertonis, menyebabkan air pada sel darah merah keluar menuju larutan
NaCl yang kosentrasinya lebih tinggi sehingga mengalami krenasi.
Praktikum ketiga tentang hemolisis darah menggunakan sampel darah hewan
vertebrata yang telah dikoleksi pada praktikum sebelumnya kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan NaCl 0,3%
kemudian dilakukan penambahan larutan kimia (etanol 95%, kloroform dan
formalin) sesuai dengan prosedur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
dengan adanya penambahan larutan kimia, sampel dalah mengalami hemolisis
yang ditandai dengan adanya perubahan warna darah hewan vertebrata tersebut.
Perlakuan yang diberikan masing-masing tabung memperlihatkan hasil yang
12

berbeda-beda. Dalam waktu 30 menit, darah pada masing-masing tabung yang


telah diberi campuran senyawa yang berbeda-beda mengalami hemolisis. Pada
tabung yang diberi etanol terjadi perubahan sedang pada masing-masing kelas.
Pada tabung yang diberi kloroform, terjadi perubahan sedang pada kelas Aves
sedangkan pada empat kelas lainnya terjadi perubahan sedikit. Pada tabung diberi
formalin, terjadi perubahan sedang pada amfibi dan aves, terjadi perubahan sedikit
pada kelas pisces dan reptil, dan terjadi perubahan signifikan pada kelas mamalia
(destruksi dan memerlihatkan warna kecoklatan serta mengalami penggumpalan).
Pada tabung yang diberi kloroform, mengalami penggumpalan pula namun waktu
yang diperlukan lebih lama dibandingkan dengan tabung yang diberi etanol dan
formalin. Hemolisis menunjukkan terjadinya lisis pada sel darah merah (eritrosit)
dimana hemoglobin keluar dari sel. Hemolisis terjadi jika sel didedahkan dalam
medium yang hipotonis. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif
permiabel yang artinya hanya senyawa atau zat tertentu saja yang dapat
menembus atau memasuki dinding selnya. Rusaknya membran dari eritrosit
biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke
dalam sel darah. Hal yang mungkin terjadi bila eritrosit dimasukan ke dalam
medium yang hipotonis adalah medium tersebut akan masuk ke dalam membran
pada eritrosit sehingga sel darah akan mengembang. Pecahnya sel dari eritrosit
disebabkan sel tidak dapat menahan tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit
itu sendiri. Sebaliknya bila eritrosit ditempatkan pada larutan yang hipertonis,
maka cairan dari dalam eritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium
sehingga eritrosit akan menjadi berkerut. Peristiwa ini biasa dikenal dengan
krenasi.

IX. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu:
1. Struktur eritrosit dari masing-masing sampel darah berbeda-beda, pada
pisces berbentuk bulat, bikonkaf, terdapat inti. Amphibi eritrosit
berbentuk bulat memanjang, bikonkaf, terdapat inti, reptil berbentuk
oval, bikonkaf, terdapat inti, aves berbentuk oval, bikonkaf,terdapat inti,
dan mamalia berbentuk bulat, bikonkaf, tanpa adanya inti.
13

2. Osmolaritas terjadi pada sampel darah yang ditetesi NaCl 0,3%, 0,6%,
1,2% dan 2% yang ditandapai dengan adanya perubahan bentuk eritrosit
masing-masing sampel darah. Osmolaritas tidak terjadi pada sampel
darah yang ditetesi NaCl 0,9% karena NaCl 0,9% bersifat isotonis.
3. Senyawa etanol, kloroform, dan formalin mengakibatkan semua sampel
darah mengalami hemolisis.

X. JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan
1. Berdasarkan hasil praktikum tersebut larutan yang paling baik sebagai
larutan fiksatif adalah…
2. Bagaimana proses hemolisis yang terjadi pada setiap kelompok
perlakuan?
Jawaban
1. Berdasarkan hasil praktikum larutan yang paling baik sebagai larutan
fiksatif yaitu larutan NaCl 0,9% karena larutan tersebut bersifat isotonis
sehingga tidak menyebabkan cairan dalam sel eritrosit keluar menuju
medium atau cairan dalam medium atau cairan dalam medium masuk
kedalam eritrosit. Larutan fiksatif merupakan larutan yang
mempertahankan morfologi jaringan atau sel tubuh dalam keadaan
hidup.
2. Proses hemolisis yang terjadi pada setiap kelompok perlakuan dimana
pada perlakuan hemolisis terjadi karena darah diberikan etanol,
kloroform dan formalin. Hemoglobin keluar menuju plasma sehingga
larutan menjadi berwarna merah sedangkan pada darah yang diberikan
etanol dan formalin sudah terdestruksi dalam waktu beberapa menit yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat dan menggumpal.
14

XI. DAFTAR PUSTAKA


Jelantik, Ida Bagus., Desak Made Citrawathi., Komang Maharta., I Made
Sutajaya. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Undiksha
Riawan, Oka., Citrawathi, Desak Made., Sutajaya, I. M. 2016. Penuntun
Praktikum Fisiologi Hewan. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi,
FMIPA, Undiksha.
Sahid. 2003. Pato fisiologi. Jakarta: EGC.
Wulangi,kartolo.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung:
Jurusan Biologi ITB.

Anda mungkin juga menyukai