Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui struktur normal dari eritrosit pada berbagai spesies vertebrata
b. Memahami dinamika osmolaritas eritrosit pada berbagai konsentrasi cairan ekstraseluer
c. Mengetahui efek hemolisis beberapa senyawa kimia terhadap eritrosit
B. Landasan Teori
Eritrosit merupakan salah satu komponen seluler darah yang sangat esensial terutama terkait
dengan perannya dalam transportasi oksigen (dengan adanya hemoglobin). Secara struktural,
eritrosit vertebrata bervariasi berdasarkan kelas masing-masingnya. Perbedaan tersebut meliputi
ukuran, bentuk, keberadaan nukleus dan ketegaran selnya. Mamalia merupakan vertebrata yang
memiliki eritrosit relatif kecil dan tidak berinti setelah menjadi eritrosit dewasa dalam sistem
peredaran. Sedangkan eritrosit amphibi, pisces, reptil dan aves berukuran relatif besar dan
memiliki nukleus.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam
medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena
sudah terlalu tua dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis
(karena penambahan larutanNaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk
ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermeabel dan menyebabkan sel eritrosit
menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini
dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit.
(Sahid,2001).
Cairan yang memiliki tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam tubuh disebut
isotonis ( osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada di dalam sel disebut hipertonis, dan lebih
rendah daripada dalam sel disebut hipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis
dari sitoplasma ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan dan membrane selnya
rusak dan tampak berkerut-kerut atau yang disebut dengan krenasi atau plasmolysis. Cairan
hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma keluar sehingga eritrosit akan
mengalami penyusutan dan membrane selnya rusak tampak berkerut-kerut atau sebaliknya,
cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah kedalam sitoplasma eritrosit, sehingga eritrosit
akan menggembung (plasmolisis) yang kemudian akan pecah (sahid, 2001).