Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fuatus Sabili Rosad

NIM : 12208183030

Kelas : Tadris Biologi 5B

Tugas : UTS

1. Buatlah skema yang menunjukkan pembagian organisasi sistem saraf pada


vertebrata (10 point)
Jawaban :

CENRAL NERVOUS SYSTEM

PERIPHEAL NERVOUS SYSTEM

MOTOR (EFFERENT) SENSORY (AFFERENT)

SOMATIK NERVOUS SYSTEM AUTOMATIK NERVOUS


SYSTEM

PARASIMPATIK SIMPATIK
2. Jelaskan mekanisme otot terbang pada serangga serta mekanisme otot pada
bivalvia? (5 point)
Jawab :
- Terbang berarti melawan dua gaya yaitu gaya gravitasi dan gaya gesekan yang
ada di udara. Serangga dapat mengerakan secara otot secara aktif atau mengerakan
otot-otot terbang secara pasif atau melayang relatif terhadap angin. Naik turunnya
Gerakan melayang dengan mengatur sudut sisi depan sayap antara 30 o dan 50o.
Jika kondisi berbelok, serangga merubah amplitudo gerakan pada salah satu sisi
sayap. Serangga memiliki otot langsung yang melekat pada sayap serangga
sehingga bekerja secara langsung untuk mengerakan sayap. Sedangkan otot tidak
langsung melekat pada dinding thorax bagian dalam dan kontraksinya
menyebabkan perubahan bentuk dada dan secara tidak langsung mengerakan
sayap.
- Otot retractor Bivalvia berbentuk kecil yang berfungsi untuk menjulurkan atau
manarik kaki. Otot ini menempel di dinding bagian dalam cangkang. Otot rectator
dapat berkontraksi selama berjam-jam karena Bivalvia memiliki dua jenis otot
yaitu otot lurik yang berkontraksi dengan cepat dan otot yang memiliki kontraksi
lambat.
3. Jelaskan kontraksi sel otot rangka dan otot jantung mengikuti prinsip “all or
none” sedangkan kontraksi otot rangka tidak (5 point)
Jawab :
- Sel otot rangka dan otot jantung mengikuti prinsip “all or none” yang
dikemukakan oleh Henry Pickering Bowditch. Maksu dari prinsip ini adalah
Suatu otot rangka atau serabut otot jika diberikan stimulus di atas ambang ataupun
ambang, maka sel otot akan berkontraksi penuh. Tetapi sebaliknya jika stimulus
mengenai sel otot yang berada dibawah ambang atau subminimal maka sel otot
tidak akan berkontraksi sama sekali. Stimulus yang berada dibawah ambang dapat
menimbulkan respon kontraksi jika diberikan stimulus secara berkali-kali dengan
retang waktu yang sesuai (sumasi stimulus).
- Sedangkan jaringan otot tidak berlaku prinsip “all or none”, semakin besar
stimulus yang diberikan pada sel otot maka kontraksinya tetap, sedangkan jika
semakin kuat stimulus yang diberikan, maka kontraksi jaringan otot makin kuat
4. Jelaskan dengan disertai salah satu contoh sistem indra, urutan pengindraan
mulai dari adanya stimulus pada reseptor sampai terjadinya sensasi pada pusat
indera? (10 point)
Jawab :
- Indra pendengaran (telinga) merupakan salah satu sistem indra. Urutan indra
pendengaran (telinga) diawali dengan gelombang bunyi masuk kedalam daun
telinga, mengetarkan telinga (membran timbani), getaran ini akan diteruskan oleh
tiga tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) ke jendela oval, getaran pada
jendela oval diteruskan ke cairan limfa di saluran vestibulum, getaran cairan limfa
akan mengerakkan membran Reissmer dan mengetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah, perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
mengerakan membran basiler yang dengan sendirinya akan mengetarkan cairan
dalam saluran timbani, Getaran pada membrane basiler akan menggerakan sel
rambut, Sel rambut menyentuh membrane tektorial, terjadi rangsangan, Dikirim
ke pusat pendengaran yang ada di otak melalui saraf pendengaran, Terdengar
suara.
5. Jelaskan bagaimana lalat dapat mengenali suatu makanan dan bukan makanan
dengan kemoreseptornya? (10 point)
Jawab :
- lalat mengenali makanan dan bukan maknan dari bau atau aroma tertentu. Bau
merupakan stimulus yang paling utama dalam menuntun lalat untuk mencari
makanan. Lalat memiliki organ komeoreseptor yang terletak diantenanya. Lalat
mengunakan antenanya untuk mendekteksi senyawa-senyawa kimia sebagai organ
pembau sehingga dapat dengan mudah menentukan arah datangnya bau yang
diantaranya adalah bau makan atau bau bukan makanan.
6. Sekresi hormone diatur berdasarkan mekanisme umpan balik (feedback).
Jelaskan dan sertai contohnya (10 point)
Jawab :
- Hormon bekerja dengan mekanisme umpan balik baik secara positif maupun
negatif. Dengan sistem ini, sekresi hormon akan memastikan kondisi tubuh agar
dalam keadaan optimal untuk kelangsungan metabolisme. Contohnya: Kadar
hormon testosteron dalam darah akan diatur dalam sistem umpan balik negatif,
artinya jika kadarnya cukup atau naik maka akan ada mekanisme penurunan atau
pertahanan kadar testosteron dalam darah. Sebaliknya jika kadar turun maka tubuh
memberi umpan balik agar kadarnya dinaikkan. Contoh lainnya adalah kadar
hormon oksitosin yang diatur dalam umpan balik positif, hormon ini menstimulasi
kontraksi otot saat melahirkan. Oksitosin akan diperoduksi lebih banyak ketika
kontraksi otot.
7. Apa fungsi hormon tiroid pada perkembangan katak dan beri contoh hormon
yang berpengaruh pada tingkah laku hewan serta jelaskan peranan hormon
juvenile dan hormon ekdison terhadap perkembangan metamorphosis
serangga? (15 point)
Jawab :
- Hormon tiroid pada perkembangan katak berfungsi membentuk timbal balik
dengan kelenjar thyroid untuk menghasilkan hormone tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3) yang akan berperan dalam proses perkembangan katak melalui
metamorphosis.
- Hormon berikut yang berpengaruh pada tingkah laku hewan seperti:
a. Hormon anti-estrogen yang berpengaruh pada tingkah laku birahi, berat
uterus, dan jumlah folikel dalam perkembangan tikus.
b. Hormon Oksitosin yang dimiliki oleh burung pinyon jay yang berpengaruh
untuk perilaku sosialnya yakni berbagi makanan dengan burung pinyon jay
yang lain.
- Perkembangan larva ditandai dengan berubahnya fase larva instar II sampai larva
instar V. Dalam perubahan terdapat 3 hormon yang berperan penting seperti
hormone juvenile, prothoracicotropic hormone (PTTH), dan hormone ekdition.
Hormone juvenile berfungsi mempertahankan struktur juvenile (larva) saat
molting. Sedangkan PTTH akan merangsang produksi hormone ekdition yang
akan menginisiansi proses molting. Konsentrasi hormone juvenile dipengaruhi
enzim juvenile esterase yang berfungsi untuk mendegradasi hormone juvenile.
Semakin cepat degradasi hormone juvenile maka larva akan membutuhkan waktu
yang singkat untuk menyelesaikan fase larvanya untuk segera berbuah menjadi
pupa dan jika konsentrasinya rendah maka serangga akan mengalami perubahan
bentuk (metamorphosis) menjadi pupa atau imago.
8. Mereview satu jurnal berbahasa inggris, terkait riset/penelitian mengenai sistem
gerak, sistem otot, saraf, indera maupun hormon, pilih salah satu yang kalian
anggap terbaik. Jurnal/penelitian terbaru atau minimal 5 tahun terakhir.
Review mengenai isi, metode, hasil dll dengan bahasa anda sendiri, bisa
disertakan gambar ataupun foto hasil dari jurnal tersebut (35 point)
Jawaban :
- Akses jurnal https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S0303720720301581?
token=005BDEC62E6E60E3574FF3C3531641D197D71C361CB336C168A6D2
0A578BB98FAA2BC85B3567789FA2C457A6D87C8FE5
- Kisspeptin2 mengatur ekspresi hormone di hipofisis ikan zebra betina (Danio
rerio).
Kisspeptin2 merupakan neuropeptida yang banyak ditemukan di otak dan
beberapa di jaringan perifer ikan zebera. Kisspeptins mengatur pelepasan GnRH
di hipotalamus. Terdapat dua tipe kisspeptins yaitu kiss1 dan kiss2. Perbedaan
antara Kiss1 dan kiss 2 adalah: kiss1 berada di habenula dorsomedial dan
ventromedial, kiss1 berperan dalam merubah rasa takut terhadap kemampuan
reproduksi. Sedeangakan kiss2 berada di hipotalamus dorsal dan hepotalamus
ventral.
- Bahan dan metode yang digunakan melalui beberapa tahap, antara lain:
a. Hewan : 50 Ikan zebra (½ betina dan ½ jantan) berumur 3-4 bulan (sudah
matang seksualnya) dipelihara pada kondisi terang dan gelap. Ikan zebra
dimasukkan kedalam tengki yang kapasitas airnya 10 L dengan suhu 28-29 °
C. Selanjutnya Ikan zebra dianestesi dengan 100 mM tricaine
methanesulfonate.
b. Transparansi jaringan : Membedah otak secara melintang dan mengambil
hipofisis kemudian menfiksasi dengan 4% paraf ormaldehyde dengan suhu
4° C. Kemudian membersihkan jaringan dengan cara merendam pada larutan
(4M urea, 30% gliserol, dan 0,1% Triton X-100). Selanjutnya ditempatkan di
media pemasangan Vectashield untuk pemeriksaan mikroskopis. 
c. Mikroskopi fluoresensi : Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan dengan
menggunakan mikroskop fluoresensi dengan system confocal Leica SP8
LIGHTNING. Gambar selanjutnya diproses menggunakan Adobe Photoshop
CS dan diatur menggunakan Adobe Illustrator CC. 
d. Inkubasi hipofisis in vitro : Dilakukan untuk mengetahui peran kisspeptin2
pada hipofisis ikan zebra sehingga perlu untuk membedah hipofisis betina
dengan ditempatkan dalam larutan garam buffer fosfat yang telah didinginkan
sehingga menghilangkan jaringan. Setelah itu, setiap hipofisis dipindahkan ke
dalam tabung steril yang berisi 1 mL media L15. Pituitaries dicuci selama 2
jam pada suhu 28°C dan 20 putaran per menit. Kemudian, media sebelum
perlakuan diganti dengan konsentrasi yang berbeda (10 nM, 100 nM, dan 1
μM). Ikan zebra Kiss2 dijadikan control dalam penelitian yang diletakan di
media L15 pada suhu 28°C. Sampel yang dikumpulkan pada 0, 10, atau 30
menit digunakan untuk uji western blotting. Sampel yang dikumpulkan pada 6
jam digunakan untuk ekstraksi RNA dan uji kuantitatif RT-PCR. 
e. Western blotting : Hipofisis dipecahkan dengan larutan buffer SDS yang
mengandung 63 mM Tris-HCl pH6,8, 10% gliserol, 5% β-merkaptoetanol,
3,5% natrium dodesil sulfat, dan lisat yang dipanaskan pada suhu 95°C selama
10 menit. kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan suhu 4°C. Sampel
10 mikron liter dipisahkan dari gel piliakrilamida dan dipindahkan ke
membrane polivinilidena difluorida (PVDF). Membran diinkubasi dengan anti
bodi primer yaitu 5 mL TBST dengan bovine serum albumin semalam pada
suhu 4°C. Kemudian, membran dicuci lima kali dengan TBST diikuti inkubasi
dengan antibodi sekunder terkonjugasi HRP dalam 5 mL 1 TBST dengan 5%
BSA selama 1 jam di RT. Setelah dicuci, membran diinkubasi dengan Substrat
HRP Immobilon Western Chemiluminescent dan sinyal dideteksi dengan
menggunakan ImageQuant LAS 4000 mini.
f. Ekstraksi RNA dan RT-PCR kuantitatif : RNA diekstraksi dengan reagen
TRIzol untuk meningkatkan jumlah RNA. sekitar 10 ng RNA ikan zebra
diekstraksi dari setiap hipofisis. RNA disimpan dengan RQ1 Rnase Free
DNase untuk menghilangkan kontaminasi DNA. Transkripsi balik dilakukan
dengan menginkubasi kurang dari 1 μg total RNA dengan primer oligo dT 2,5
μm, campuran deoxynucleotide triphosphate 1 mM, 20 U RNase di hibitor,
dan 100 U ReverTra Ace di buffer yang sesuai selama 60 menit pada 42 ° C
dan 5 menit pada 99°C. PCR Kualitatif dilakukan dengan sistem PCR Waktu
Nyata Bio-Rad dan PCR Waktu Nyata SYBR Hijau
g. Hibridisasi in situ : Ikan zebra berumur tiga bulan dimasukkan ke dalam
larutan Bouin selama 24 jam dan diproses untuk pemotongan paraffin
digunakan untuk menyiapkan penampang 7 μm dan dipasang pada mikroskop
adhesi. Untuk hibridisasi in situ, lokalisasi mRNA kiss1 di hipofisis ikan zebra
dihilangkan dengan xylene, direhidrasi dengan gradien konsentrasi etanol, dan
dicuci dalam 0,85 buffer PBS. Setelah pengobatan dengan 0,2N HCl, bagian
dicuci dalam 0,85 PBS, difiksasi dengan 4% PFA, dan diperlakukan dengan 2
mg / mL glisin. Bagian diasetilasi dengan 0,25% asetat anhidrida / 0,1 M
trietanolamina. Sampel pra hibridisasi dalam 66% formamide / 2Х SSC pada
65 ° C selama 2 jam dan dihibridisasi pada 65 ° C semalam dengan 1 μg / mL
prob cRNA berlabel Digoxigenin dalam buffer hibridisasi (2Х SSC, 50%
formamide, 0,02% SDS, 0,01% DNA sperma salmon, dan 10% dekstran
sulfat). Kemudian, bagian tersebut dicuci secara berurutan dengan 50%
formamide / 2Х SSC, 2Х SSC, dan 0.2Х SSC pada suhu 65 ° C. Setelah
dibilas dengan PBST, bagian-bagian tersebut diblok dengan 5% serum domba,
dan anti-DIG-alkaline phosphatase (Roche) ditambahkan ke probe berlabel
DIG yang terdeteksi. Larutan NBT / BCIP (Roche) digunakan untuk
mengembangkan sinyal warna. Gambar diambil dengan Kamera CCD
QImaging MicroPublisher 5.0 RTV yang dipasang ke mikroskop OLYMPUS
BX53. Gambar diproses menggunakan Adobe Photoshop CS dan diatur
menggunakan Adobe Illustrator CC. 
h. Analisis statistik : Data dianalisis dengan GraphPad Prism 5 dengan
menggunakan analisis varian satu arah dan akan dilanjutkan dengan uji beda
nyata terkecil jika p< 0,05 berarti terjadi perbedaan.
- Hasil
a. Serat Hypothalamus Kiss2 tidak memproyeksikan ke dalam tangkai
hipofisis hal ini dibuktikan karena kiss2 pada ikan zebra sangat melimpah
sehingga perlu diproyeksikan ke inti tuberal anterior dan hipotalamus leteral
diproyeksikan ke punggung hipotalamus. Serat Gnrh3 berlabel EGFP dipilih
sebagai referensi untuk menemukan jalur neuron hipothalamus yang
memproyeksikan ke hipofisis. Kumpulan serabut saraf Gnrh3 diamati di zona
ventral dari hipothalamus periventrikular dekat batang hipofisis. Namun, serat
Kiss2 hampir tidak terdeteksi di area ini (Gambar 1B). Ini menunjukkan
bahwa serat Kiss2 di hipotalamus tidak menonjol ke batang hipofisis. Tidak
ada perbedaan signifikan dalam pola distribusi neuron Kiss2 yang ditemukan
antara hipotalamus wanita dan pria. 
b. Struktur Kiss2 yang terkait dengan serat Gnrh3 menginervasi hipofisis betina 
Kiss2 terletak di zona dorsal hipotalamus periventrikular. Serat Kiss2
memproyeksikan ke bawah ke anterior tuberal nu cleus dan an nukleus
hipotalamus lateral, sementara beberapa serat meluas ke zona ventral dari
hipotalamus periventrikular. Serabut saraf Gnrh3 meluas ke bagian bawah
hipotalamus ventral di mana serabut saraf bertemu dengan tangkai hipofisis.
Beberapa serat Kiss2 terdeteksi di bagian bawah. PTN, inti tuberal
posterior. hipofisis pria, serat Gnrh3 hipotalamus diproyeksikan ke dalam
hipofisis seperti pada wanita. Serat Gnrh3 dipersarafi di beberapa daerah di
PPD (Gbr. 2G). Menariknya, struktur Kiss2 tidak terdeteksi di hipofisis pria
(Gbr. 2H). Jadi, berbeda dengan situasi pada wanita, serat Gnrh3 tidak
bersentuhan dengan sel Kiss2 di hipofisis pria (Gbr. 2I). Untuk lebih
memverifikasi hasil ini, reverse transcript tion-polymerase chain reaction (RT-
PCR) dilakukan untuk memeriksa ekspresi mRNA kiss2 pada hipofisis wanita
dan pria. Transkrip ekspresi ciuman2 terdeteksi di hipofisis wanita tetapi tidak
di hipofisis pria (Gbr. 3A). Hasil analisis RT-PCR konsisten dengan hasil
deteksi protein fluoresensi. 
c. Kiss1 rb bukan kiss1 ra diespresikan di hipofisis. Dua reseptor Kiss1 ra dan
kiss1 rb ditemukan di ikan zebra. Kiss1 ra terdeteksi berada di otak sedangkan
Kiss1 rb terdeteksi di jaringan perifer. Untuk memeriksa reseptor kisspeptin
perlu RT-PCR dan analisis hibridisasi in situ Mrna Kiss1 ra dan kiss1 rb yang
dilakukan dihipofisis. Dari hasi RT-PCR menunjukan bahwa hipofisiss wanita
dan pria mengekspresikan mRNA Kiss1 ra. sedangkan hibridisasi in situ
menghasilkam bahwa sel kiss1 rb di hipofisis wanita dan pria. Ekspesi kiss1 rb
pada hipofisis wanita lebih tinggi dari pada pria.
d. Kiss2-10 menstimulasi ekspresi mRNA lhβ, fshβ, dan prl1. Mengingat bahwa
kiss2 dan kiss1rb diekspresikan secara berbeda dalam hipofisis wanita, Kiss2 /
Kiss1rb dapat membentuk sistem parakrin atau autokrin yang terlibat dalam
pengaturan hormon hipofisis. Untuk menguji hipotesis ini, kelenjar pituitari
wanita yang dewasa secara seksual diperlakukan dengan konsentrasi Kiss2-10
yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa Kiss2-10 secara signifikan
meningkatkan ekspresi mRNA lhβ dan fshβ dengan cara yang bergantung
pada dosis Prolaktin, yang dikodekan oleh gen prl1 pada ikan zebra, adalah
hormon yang disekresikan oleh sel laktotrof dari kelenjar hipofisis anterior.
Ekspresi transkrip prl1 juga distimulasi oleh Kiss2-10. Sebaliknya, tingkat
prl2 mRNA, yang diekspresikan dalam berbagai jaringan ekstra-hipofisis tidak
terpengaruh oleh pengobatan Kiss2-10. Proopiomelanocortin (POMC) adalah
prekursor protein kompleks yang menghasilkan tiga peptida utama: pro-γ-
melanocyte stimu lating hormone (MSH), adrenocorticotropic hormone
(ACTH) dan β-lipotropin. Perawatan Kiss2-10 tidak secara signifikan
mempengaruhi pomca ex pression Dengan peningkatan konsentrasi Kiss2-10,
ekspresi pomcb menurun, meskipun tidak ada signifikan.
e. Pensinyalan Kiss2 / Kiss1rb melibatkan jalur Erk dan Akt. Dalam menemukan
jalur pensinyalan intraseluler potensial yang dipengaruhi oleh kisspeptin,
tingkat fosforilasi Erk dan Akt dalam hipofisis yang dibedah, diperiksa setelah
pengobatan Kiss2-10 (1 μM). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi Erk
terfosforilasi dan tidak terpengaruh selama 10 menit tetapi meningkat secara
dramatis pada 30 menit di hipofisis wanita. Sebaliknya, tingkat fosforilasi Erk
tidak jelas dipengaruhi oleh Kiss2-10 pada hipofisis pria Berbeda dari Erk,
tingkat fosforilasi Akt meningkat pada 10 menit, kemudian diturunkan ke
tingkat dasar pada 30 menit Fosforilasi Akt tidak dipengaruhi oleh Kiss2-10 di
hipofisis pria Hasil ini menunjukkan bahwa pensinyalan Kiss2 / Kiss1rb
melibatkan jalur Erk dan Akt di hipofisis ikan zebra betina. 
- Foto-Foto yang ada didalam jurnal :
Neuron Kiss2 (merah) dan serat Gnrh3 (hijau) di hipofisis ikan zebra.
Ekspresi transkripsi dari kiss2 dan kiss1r di hipofisis ikan zebra.

P
erawatan Kiss2-10 mempengaruhi ekspresi transkripsi dari beberapa hormon di hipofisis
wanita.
Kiss2-10 treatment activates mitogen-acti sinyal protein kinase vated pada wanita yang
dibedah kelenjar di bawah otak

Skema representasi organisasi dari sel Gnrh3 dan Kiss2 dan struktur di hipotalamus dan
hipofisis ikan zebra betina

Anda mungkin juga menyukai