Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bumi dihuni oleh organisme hidup, salah satunya adalah hewan. Populasi
hewan di bumi jumlahnya sangat banyak baik berbagai jenis (lebih dari 1.000.000)
dan banyak hewan telah hidup selama waktu geologis lampau dalam sejarah bumi.
Kehidupan dan kebiasaaan hewan menjadi bidang yang menarik untuk dipelajari
bagi banyak orang. Bumi banyak menyimpan keanekaragaman hayatinya baik flora
maupun fauna. Fauna yang merupakan kingdom animalia memiliki manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Jika manusia dapat mengoptimalkan
kemampuannya untuk mengembangkan keanekaragaman fauna, maka akan banyak
sekali keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Namun, sebagian besar
manusia tidak memahami benar mengenai kingdom itu sendiri.
Kingdom disebut juga dengan kerajaan hewan. Kingdom (kerajaan hewan)
terbagi atas 2 bagian, berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, yaitu: hewan
avertebrata (tidak bertulang belakang) dan hewan vertebrata (hewan bertulang
belakang). Hewan yang memiliki tulang belakang dikelompokkan ke dalam
vertebrata. Kelompok hewan vertebrata adalah kelompok hewan yang paling
berhasil berenang, berjalan, melata atau terbang. Di bumi terdapat sekitar 52.000
spesies vertebrata, jumlah yang relatif kecil jika dibandingkan dengan 1 juta spesies
serangga di bumi. Walaupun vertebrata kurang memiliki keanekaragaman selama
hampir 200 juta tahun, vertebrata hanya hidup di lautan. Namun sekitar 360 juta
tahun yang lalu, evolusi tungkai pada salah satu garis keturunan vertebrata
membuka jalan bagi hewan-hewan ini untuk mengolonisasi daratan. Di darat mereka
berdiversifikasi menjadi 5 kelas, yaitu ikan (pisces), amfibi (amphibi), reptil, burung
(aves) dan hewan menyusui (mamalia). Masing-masing kelas tentunya mempunyai
ciri-ciri khusus. Kebanyakan Masyarakat Indonesia tidak mengetahui benar
klasifikasi kingdom animalia serta jenis-jenisnya. Untuk itu, penulis tergerak hatinya
untuk membuat makalah yang menjelaskan salah satu filum dari kingdom animalia,
yaitu “Achelminthes dan Minor”.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dianggap perlu untuk
menyusun suatu tulisan yang berisi uraian mengenai filum Achelminthes dan Minor
dari berbagai aspek, baik dari segi karakteristik atau ciri-ciri, perkembangan evolusi

1
dan klasifikasinya. Hal ini dimaksudkan sebagai acuan dalam mempermudah
pemahaman terhadap filum ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang
hendak diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri umum filum Achelminthes dan Minor?
2. Bagaimana perkembangan evolusi dari filum Achelminthes dan Minor?
3. Bagaimana prinsip dasar klasifikasi filum Achelminthes dan Minor berdasarkan
ciri, struktur tubuh dan habitatnya?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang akan
dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik atau ciri-ciri umum filum Achelminthes dan
Minor.
2. Untuk mengetahui perkembangan evolusi dari filumAchelminthes dan Minor.
3. Untuk mengetahui prinsip dasar klasifikasi dari filum Achelminthes dan Minor
berdasarkan ciri, struktur tubuh dan habitatnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. Phylum Achelminthes dan Minor


Aschelminthes atau Nemathelminthes adalah filum yang pernah dipakai pada
Kerajaan Hewan (Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena
polifiletik. Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk
kemudahan. Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai
cacing gilig yaitu hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang, bahkan sangat
panjang sehingga munculah nama 'Nemathelminthes', yang berarti "cacing berkas" (dari
bahasa Yunani). Tubuhnya tidak beruas-ruas. Nemathelminthes (dalam bahasa yunani,
nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga
tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Cacing dewasa memiliki pseudocoelom
(tabung dalam tabung), sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka
hidrostatik, membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena
memiliki rongga tubuh semu , Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies, kebanyakan hidup bebas
meskipun beberapa ada yang parasit.
A. Ciri-ciri Tubuh Ascheminthes
Struktur tubuh Aschelminthes umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang
panjangnya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu
jantan.
Ciri-ciri nemathelminthes yaitu :
1. Tubuh tidak beruas-ruas,
2. Memiliki sistem pencernaan yang sempurna, dimulai dari mulut, faring, usus
dan anus.
3. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya mikroskopis.
4. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang
meruncing.
5. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula yang berfungsi untuk
melindungi diri.
6. Tidak memiliki pembuluh darah dan system respirasi.
7. Pernapasan berlangsung secara difusi melalui permukaan tubuh.

3
8. Difusi, adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.

B. Cara hidup Aschelminthes


Aschelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk
menunjang hidupnya aschelminthes memakan bakteri, jamur, dan organisme kecil.

C. Habitat Aschelminthes
Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.
Beberapa spesies parasit dan hidup di darah dan cairan tubuh dari rumah inangnya.

D. Reproduksi Aschelminthes
Perkembangbiakan Aschelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah
pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat
membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak
menguntungkan.

E. Klasifikasi Aschelminthes
Ascheminthes merupakan filum dalam kingdom animalia. Ascheminthes dibagi menjadi
beberapa kelas yaitu Rotifera (Rotatoria), Gastrotricha, Kinorhyncha (Echinodera),
Nematomorpha (gordinacea) dan Nematoda.

4
1. Kelas Rotifera (Rotatoria)
Rotifera pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu itu
dikenal dengan nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing. Dari 1.700 spesies,
kebanyakan hidup di air tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumur
lumut yang basah. Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara
40-2.500 mikron,rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau
sessile

Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian anterior yang pendek,
badan yang besar dan kaki. Dibagian anterior terdapat corona dan mastax yang
merupakan ciri khas Klas Rotifera. Bentuk badan bulat atau selindris. Pada bagian
badan(trunk) terdapat tiga buah tonjolan kecil yaitu sebuah atau sepasang antena
dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada unjung antena biasanya terdapat terdapat
bulu-bulu sebagian alat indera. Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior.
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinsitial, dengan jumlah
nuclei yang selalu tetap. Dibawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan
membujur, namun tidak terorganisir sebaik pltyhelninthes.

2. Kelas Gastrotricha

Gastrotricha berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata gaster yang artinya perut
dan thrix yang artinya rambut. Filum Gastrotricha merupakan kelompok kecil

5
dengan 450 spesies yang hidup bebas baik di laut maupun di air tawar. Terdapat
dalam rongga interstisial sediment atau merayap pada ganggang, tanaman air atau
detritus. Meskipun tidak melimpah seperti Rotifera, jenis dari ordo Chaetonotida
biasa ditemukan di danau, kolam dan sungai. Jenis dari ordo Macrodasyda terdapat
di air laut dan payau.

Kebanyakan gastrotricha berukuran mikroskopis, antara 40-1.000 mikron,


namun beberapa spesies mencapai 4 mm. Bentuk tubuh seperti botol dengan bentuk
kepala yang agak jelas, bagian ventralnya datar, bagian posterior biasanya
bercabang dua dan pada beberapa jenis dilengkapi organ penempel. Organ penempel
berbentuk tabung yang dapat berjumlah banyak dan terletak di dekat kepala,
sepanjang sisi tubuh, atau pada ujung posterior. Tabung penempel digunakan untuk
menempel sementara pada subtrat. Gastrotricha termasuk hewan microscopic.
Tubuhnya berbentuk simetri bilateral dengan isi perut yang lengkap dan tubuhnya
ditutupi cilia khususnya mulut. Pada sebagian spesies mempunyai dua terminal yang
melekat pada saluran. Umumnya pengangkutan utama pada hewan microscopic
dengan menggunakan kekuatan hidrostatik. Disamping itu biasanya mempunyai
pseudocoel yang digunakan untuk metode pemeliharaanya dan sekarang diketahui
bahwa hewan ini memiliki acoelomata.

6
Filum gastrotricha pada chaetonotida mereka mendiami laut atau air payau dan
jarang di air jernih. Hidupnya membersihkan detritus dalam area littoralor sublittoral.
Semua nya mempunyai tabung pelekat depan dan belakang. Kebanyakan
mempunyai tabung atau saluran sepanjang sisiny. Sebagian mempunyai kutikula
yang tebal atau kail atau sisik. Turbanella dan Tetranchyroderma adalah yang paling
umum dan paling mudah dikenali dari macrodasyids, dengan angka 50-100 per
kubik centimeter. Dari urutan filum gastrotricha macrodasyidae. Anggotanya
memiliki bentuk tubuh Y pharyngeal lumina. Neodasys adalah hewan laut dan
macrodasyid seperti bentuk yang mencapai 0,8 mm (0,03) dalam panjangnya dan
terdapat tabung yang melekat yaitu terletak dibelakang, samping dan depan. Lainya
jarang melampaui ukuran 0,3 mm (0,01).mereka hanya memiliki 2 tabung/saluran
belakang yang berasal dari belakang furca,atau tidak sama sekali.famili dari
chaetonotidae hampir setengahnya dari gastrotricha : Musellifer dan
Halichaetononotus dilaut; polymerurus di air jernih; aspidiophorus, chaetonotus,
heterolepidoderma,ichthydium, dan lepidodermella dalam habitat yang sama.
Musellifer hidup dalam Lumpur.

3. Kelas Kinorhyncha (Echinodera)

Klas Kinorhyncha Definisi dan cara hidupKinorhyncha adalah filum kecil (1


mm atau kurang) invertebrata laut pseudocoelomate yang luas di lumpur atau pasir

7
di semua kedalaman sebagai bagian dari meiobenthos. Mereka juga disebut naga
lumpur (mud dragons). Kinorhyncha bukan merupakan filum yang sangat speciose
dengan hanya sekitar 150 spesies yang dikenal ilmu pengetahuan. Mereka hidup
dalam sedimen laut mulai dari pantai sampai kedalaman hingga 5000 meter dan
telah ditemukan di semua lautan dunia dan lautan. Mereka tidak bisa berenang, dan
bergerak denganmendorong kepala mereka maju ke lumpur, memperpanjangscalids
mereka kemudian mencabut kepala ke dalam tubuh,karena kepala diadakan di
tempat oleh duri ini memiliki efekmenyeret tubuh ke depan. duri kemudian dapat
ditutup dankepala mendorong maju sekali lagi. Mereka memakan diatomdan bahan
organik lain yang mereka temukan di lumpur.
Klas Kinorhyncha Tubuh simetri bilateral,13–14 ruas,tubuh tertutup kutikula
yang terbagimenjadi ruas-ruas yang jelas dan lateral,saluran pencernaan lengkap,
reproduksiseksual, dioecious.
• Ruas I: kepala, pada ujungnya terdapat mulut.
• Ruas II : leher.
• Sisanya : badan, biasanya 11 ruas.
Ukurannya sekitar satu milimeter, berbeda dengan Aschelminthes yang lain.
Kinorhyncha tidak mempunyai cilia sama sekali. Kutikula terbagi menjadi ruas-ruas
yang jelas. Ruas pertama adalah kepala, ruas kedua ialah leher dan badan biasanya
terdiri atas 11 ruas. Pada ujung anterior terdapat semacam kerucut dan di ujung
kerucut terdapat mulut.Ujung dan pangkal kerucut
4. Klas Nematomorpha (gordinacea)

8
Cacing ini memiliki tubuh yang panjang dan ramping, hewan kelas ini
sangat parasit terhadap insekta dan krustasea, ukuran hewan ini berfariasi antara 10-700mm,
dengan diameter 1,3-2,5, hewan betina lebih panjang daripada yang jantan.Tubuh
dilapisi kutikula yang polos Hidup bebas di air tawar , air laut atau parasit. Semua
hewan ini hidup di air tawar kecuali nectonema yang hidup diair laut. Secara umum
cirri-ciri nematomorpha adalah sebagai berikut, tubuhnya berbentuk silindris, salah
ujungnyaa tumpul dan membulat, tidak bersgmen,simetri tubuhnya bilateral.
Permukaan tubuh yang dilapisi kutikula terdiri darilempeng-lempeng atau papilla,
tubuhnya dilapisi dengan lapisan otot longitudinaltapi tidak penuh sampai keujung
tubuhnya.Seluruh pencernaan makanannya mengalami degenerasi, karena cacing
mudamengabsorbsi makanan dari inang, sedangkan yang dewasa tidak makan.
Organsirkulasi.respirasi, dan ekskresi tidak ada. System sarafnya terdiri atas
cincinsaraf yang mengelilingi esophagus, cincin tersebut berhubungan bengan tali
saraf midfentral. Pada nectonema, cincin saraf itu juga berhubungan dengan tali
saraf dorsal, dan mempunyai lat kelamin yang terpisah.
Nematomorpha (kadang-kadang disebut Gordiacea, dan umumnya
dikenalsebagai cacing bulu kuda atau cacing Gordian) adalah sebuah filum dari
parasithewan yang dangkal morfologis mirip dengan nematoda cacing, maka nama
itu.Mereka berkisar ukuran pada sebagian besar spesies antara 50 sampai 100 cm
(20hingga 39 di) panjang dan dapat mencapai dalam kasus yang ekstrim hingga
2meter, dan 1 sampai 3 milimeter (0,039-0,12 in) dengan diameter.Bulu kuda cacing
dapat ditemukan di tempat yang lembab seperti menyiram palung, sungai, genangan
air, dan tangki air. Cacing dewasa hidup bebas, tetapilarva adalah parasit pada
kumbang , kecoa , Orthoptera , dan krustasea . Sekitar 326 spesies yang diketahui
dan perkiraan konservatif menunjukkan bahwamungkin ada sekitar 2000 spesies di
seluruh dunia. Nama " Gordian "berasal darilegendaris simpul Gordian. Hal ini
berkaitan dengan fakta yang seringnematomorpha mengikat diri dalam knot.

5. Kelas Nematoda
Nematoda atau cacing gelang ( filum Nematoda) yang paling beragam filumdari
pseudocoelomates , dan salah satu yang paling beragam dari semua
binatang. Nematoda spesies sangat sulit untuk membedakan; lebih dari 28.000
telahdiuraikan, yang lebih dari 16.000 adalah parasit . Telah diperkirakan
bahwa jumlah spesies nematoda mungkin sekitar 1.000.000. Tidak seperti cnidaria

9
ataucacing pipih , cacing gelang memiliki sistem pencernaan yang seperti
tabungdengan bukaan di kedua ujungnya.

Nematoda telah berhasil beradaptasi dengan hampir setiap ekosistem dari lautke
air tawar, dari daerah kutub ke daerah tropis, serta yang tertinggi sampai
yangterendah elevasi. Mereka di mana-mana di air tawar, laut, dan lingkungan
darat,di mana mereka sering melebihi hewan lain pada kedua individu dan
spesies jumlah, dan ditemukan di lokasi yang beragam seperti gunung, padang pasir
dan palung samudera . Mereka mewakili, misalnya, 90% dari semua
bentuk kehidupan di dasar laut . parasit berbagai bentuk mereka termasuk patogen
padatumbuhan paling dan hewan (termasuk manusia ). Beberapa nematoda
dapatmenjalani cryptobiosis

1. Subfilum Nematelminthes
Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu nemathos “benang dan
helminthes “cacing”. Pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk
benang atau gilik. Fillum ini merupakan salah satu fillum yang beranggotakan
terbanyak sekitar 80.000, 15.000 diantaranya merupakan parasit. Disebut sebagai
cacing gilik karena memiliki tubuh bulat panjang atau seperti benang.
Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati,
tetapi memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut sebagai hewan
Pseudoselomata. Untuk anatomi, dimulai dari mulut berlanjut pada faring atau
esofagus yang berbentuk silindris. Faring berlanjut dengan intestin yang merupakan
saluran pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan

10
berdinding tipis. Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung.
Ovari mempunyai saluran telur (oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk menuju
ke uterus yang terletak dindingya berotot. Kedua uterus bergabung dan bermuara
pada vagina lubang vagina atau vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dari arah
anterior (Nugroho, 2012).
Menurut Sutarno (2009), karakteristik dari filum ini adalah sebagai berikut:
1. Simetris bilateral, triploblastik, tidak memiliki appendages
2. Memiliki coelom yang disebut pseudocoelom
3. Alat pencernaan lengkap
4. Alat ekskresi dengan sel Renette atau sistem H
5. Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi
6. Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem saraf
7. Berumah dua, fertilisasi internal, tidak dapat melakukan reproduksi aseksual
8. Hidup bebas atau parasit
9. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya mikroskopis, meskipun ada yang
panjangnya sampai 1 meter.
10. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan.
11. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung meruncing.
12. Permukaan tubuh dilapisi kutikula untuk melindungi diri.
13. Memiliki system pencernaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan
anus
14. Tidak memiliki pembuluh darah.
1.1. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi jantan terdiri dari testis dengan saluran berbentuk benang kusut,
kemudian saluran vas deferens yang menuju ke vesikula seminalis dan berakhir pada
saluran ejakulasi, alat reproduksi betina terkenal dengan bentuk Y. tiap-tiap cabanya
terdiri ats ovari dan saluran berbentuk benang kemudian bersambung dengan uterus.
selanjutnya kedua uterus bersambung menjadi satu membentuk salurn dengan otot
dan bermuara pada vagina. Pembuahan sel telur terjadi di dalam uterus. Di dalam
telur dapat mencapai 27 juta dan tiap-tiap hari cacing ascaris menghasilkan 200.000
telur (Jasin, 1984).
Menurut Nugroho (2012), hewan ini melakukan reproduksi secara seksual.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah
pada individu yang berbeda. Fertillisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertillisasi

11
dapat membentuk kista dan dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak
memungkinkan.
1.2. Sistem Pernapasan
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara
an-aerob. Energi didapat dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam
lemak yang dieksresikan melalui kutikula (Kastawi,2001).
1.3. Sistem Pencernaan
Faring atau esofagus merupakan saluran pencernaan depan. Faring berlanjut
dengan itnestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Makanan
diserpa oleh taring. Sel-sel kelenjar dari taring menghasilkan enzim dan intestinnya
menyerap makanan serta melaksanakan pencernaan secara intraseluler. Kelebihan
makanan disimpan sebagai cadangan glikogen dan lemak di dalam intestin, otot dan
epidermis (Jasin, 1984).
1.4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas cincin saraf, tali saraf longitudinal baik ke arah anterior
maupun posterior. Beberapa tali saraf utama lainnya adalah: sepasang tali saraf
lateral dan ventral, tali saraf dorsal, sepasang tali saraf subdorsal, dan tali saraf
sublateral. Kesemuanya dihubungkan dengan tali-tali saraf transversal (Sutarno,
2009).
1.5. Habitat
Merupakan cacing yang bersifat endoparasit di dalam usus halus manusia.
Cacing hidup bebas dalam rongga usus. Ascaris lumbricoides merupakn farietas
yang hidup pada usus babi dapat menginfeksi manusia, tetapi infeksinya akan hilang
setelah 1-2 bulan (Jasin, 1984).

1.6. Klasifikasi Filum Nemathelminthes


1.6.1. Kelas Nematoda
Kelas ini dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu Eunematoda dan Gordiacea. Sub
kelas Eunematoda terdiri dari 5 ordo yaitu Ascaroidea, Strongyloidea, Filaroidea,
Dioctophymoidea dan Trichinelloidea (Rusyana, 2011).
a. Ordo Ascaroidea terdiri dari setidaknya 4 familia:
1. Familia Ascaridae, termasuk famili ini adalah Ascaris lumbricoides
2. Familia Heterakidae, anggaotanya hidup parasit pada burung dan mamalia,
contoh Heterakis gallinae (hidup parasit pada burung liar)

12
3. Familia Oxyuridae, species yang cukup dikenal adalah Enterobius
vermicularis yang hidup parasit terutama pada anak-anak
4. Familia Rhabditidae, ada yang hidup bebas dan ada yang parasit. Contoh
yang hidup parasit adalah Strongyloides stercoralis (Satino, 2004).
b. Ordo Strongyloidea, terdiri dari beberapa familia diantaranya yang perlu dikenal
dan penting antara lain adalah familia Ancylostomidae; contoh Ancylostomum
duodenale yang hidup pada usus manusia (Satino, 2004).
c. Ordo Filaroidea, ordo ini memerlukan hospes intermedier yaitu nyamuk Culex.
Contoh yang terkenal yaitu Wucheria branrofti. Species ini dikenal sebagai
penyebab penyakit kaki gajah (Satino, 2004).
d. Ordo Dioctophymoidea, contohnya Dioctophyma renala
e. Ordo Trichinelloidea, dari ordo ini yang terkenal adalah Trichinella spiralis
yang dapat menyebabkan penyakit trichinosis pada manusia, babi dan tikus.
Cacing masuk dalam tubuh manusia karena makan daging babi yang kurang
masak yang mengandung larva cacing tersebut (Satino, 2004).
1.6.2. Kelas Acanthocephala
Cacing kelas ini hidup dalam usus vertebrata dan biasanya melekat pada dinding
usus dengan proboscis dengan kait duri. Hospes perantara Crustacea dan Insecta.
Contoh species: Neoechinorhynchus emydis
Tabel 1. Beberapa contoh hewan Nemathelminthes
No Klasifikasi Gambar Referensi

1. Regnum : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Classis : Nematoda
Ordo : Ascaroidea
Familia : Ascariididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris suillae

Gambar 1. Ascaris suillae


(Dr. Johnstone Colin , 2000)

13
2. Regnum : Animalia
Phylum :Nemathelminthes
Classis : Nematoda
Ordo : Rhabditida
Familia : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma
Spesies : Ancylostoma
duodenale

Gambar 2. Ancylostoma
Duodenale
(Albert ,2012)

2. Filum Clenophora

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumatazoa
Infrakingdom : Coelenterata
Filum : Ctenophora

Coelenterata sebelumnya dianggap sebagai suatu filum yang mencakup 3 kelas


yaitu, Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa. Klasifikasi terakhir menempatkan
coelenterata sebagai suatu infrakingdom yang mencakup 2 filum, Cnidaria dan
Ctenophora. Ctenophora terdiri dari 3 kelas yaitu, Tentaculata, Nuda, dan
Scleroctenophora (telah punah). Cnidaria sekarang merupakan filum tersendiri.
Coelenterata (dalam bahasa Yunani "coelenteron" yang berarti "rongga") adalah
invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai
pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata memiliki susunan tubuh yang lebih
komplek. Sel sel coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi
dikoordinasi oleh saraf sederhana. Tubuh coelenterata simetris radial dengan bentuk
berupa Medusa (berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh
tentakel) atau Polip (berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang).
Coelenterata merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki 2 lapisan sel
yaitu, ektoderm (epidermis berfungsi untuk pelindung) dan endoderm (lapisan dalam
atau gastrodermis berfungsi untuk pencernaan). Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat lapisan non seluler yang disebut "Mesoglea" pada lapisan ini tersebar sel sel
saraf. Pada lapisan ektodermis terdapat sel knidoblast. Di dalam knidoblast terdapat
nematokis (paling banyak pada tentakel) yaitu alat yang berfungsi untuk
melumpuhkan dan mempertahankan diri dari musuh.
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memakan plankton atau
hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel lalu
dimasukan ke mulut. Habitat coelenterata seluruhnya hidup di air, baik air laut
maupun air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara berkoloni. Ada yang melekat

14
pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat pindah untuk bentuk
polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Reproduksi coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Pada bentuk polip
kebanyakan reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Tunas
tumbuh didekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induk sehingga
membentul koloni. Pada semua bentuk medusa dan beberapa bentuk polip
reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovem dengan sperma).
Contoh polip yang membentuk gamet adalah Hydra.

Phyla (Filum)

 Ctenophora

Ctenophora (Ctenophore berasal dari bahasa Yunani "Kteis" yang berarti "Sisir"
dan "Phero" yang berarti "Membawa", dikenal sebagai ubur ubur sisir) adalah filum
hewan invertebrata yang hidup diperairan seluruh dunia. Anggota filum ini sekilas
menyerupai ubur ubur walaupun memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaannya
terletak pada "sisir" yang berjumlah delapan baris, sisir ini adalah kumpulan silia
yang mereka gunakan untuk berenang dan sekaligus dinobatkan sebagai hewan
terbesar yang berenang menggunaakan silia.

Hampir semua ctenophora adalah predator, makanannya terdiri dari larva


mikroskopis sampai krustasea kecil dan sisanya hidup sebagai parasit. Tidak seperti
Cnidaria, Ctenophora memiliki sedikit spesies, berkisar 100 - 150 spesies dan dibagi
menjadi 3 kelas, meliputi :

1. Kelas Tentaculata

Tentaculata adalah anggota hewan invertebrata yang masuk dalam filum


ctenophora. Tentaculata adalah hewan yang masuk dalam kelas ubur ubur sisir.
Ciri umum dari kelas ini adalah sepasang tentakel yang panjang, berbulu,
kontraktil, yang dapat ditarik kembali kedalam sarung berbulu mata khusus.
Tentakel memiliki Colloblasts, yang berujung lengket berfungsi untuk
menangkap mangsa.

2. Kelas Nuda

Nuda adalah kelas dari filum ctenophora atau ubur ubur sisir. Kelas ini
berisi 1 keluarga (family) dengan 2 genera, yaitu Beroe dan Neis. Kelas ini lebih
sering disebut sebagai "Beroids". Kelas ini dibedakan dari ubur ubur sisir
lainnya oleh tidak adanya tentakel, dalam tahap remaja dan dewasa. Beroe
ditemukan diseluruh Samudera dan Laut. Semua Beroids adalah perenang bebas
yang membentuk bagian dari plankton.

15
Nuda
Beroe Cucumis
Source: salesjo.com

3. Kelas Scleroctenophora

Scleroctenophora adalah kelas dari filum Ctenophora yang telah punah.


Ditemukan pada serpihan Maotianhan, Cina, Yunnan. Scleroctenophora mudah
sekali dibedakan dari ctenophora lain oleh kehadiran kerangka internal yang
mendukung tubuhnya.

Scleroctenophora
Gemmactena Actinala
Source: ScienceAdvances

16
3. Filum Acanthocepela

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Superfilum : Platyzoa
Filum : Acanthocephala

Acanthocephala adalah filum dari cacing parasit yang biasa dikenal


Thorny-headed Worms atau Spiny-headed Worms. Nama acanthocephala berasal
dari bahasa Yunani "akanthos" yang berarti "duri" dan "kephale" yang berarti
"kepala", anggota filum ini terkenal karena memiliki belalai eversible dan dilengkapi
dengan duri yang digunakan untuk menempel pada inangnya, dimorfisme seksual,
pejantan memiliki kelenjar semen dan bell rahim pada betina. Sekitar 1.150 spesies
dari 125 genus dan 19 keluarga filum ini telah dideskripsikan. Sebelum menjadi
filum tersendiri, dahulu Acanthocephala dikenal dengan filum Nemathelminthes atau
Aschelminthes yang pernah digunakan pada pengkelompokan animalia kingdom.
Pengkelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik. Dari semua
kelompok hewan yang digolongkan sebagai nemathelminthes terdapat sepuluh filum
yang dikenal pada masa kini, yaitu: Acanthocephala, Chaethognata, Cycliophora,
Gastrotricha, Kinorhyncha, Loricifera, Nematoda, Nematomorpha, Priapulida, dan
Rotifera.
Acanthocephala memiliki siklus hidup yang kompleks, melibatkan setidaknya
dua inang, seekor cacing acanthocephala kecil sering masuk ke tubuh serangga
(insecta) yang berwarna hitam sebagai inang (host) awal. Cacing akan menginfeksi
dan membuat serangga sekarat, selain itu tubuh dari serangga yang awalnya hitam
akan mendadak lebih terang sehingga mudah dilihat oleh mangsa seperti burung
(aves). Saat serangga dimakan oleh burung, cacing akan keluar dan menginfeksi
burung. Serangga hanya sebagai perantara agar bisa masuk ke host asli (aves).
Didalam tubuh burung, cacing akan berkembang biak dan telurnya akan terbawa
oleh kotoran burung dan dari sana siklus akan berlanjut. Mayoritas 62,7 % spesies
utama menginfeksi host dari habitat perairan.
Acanthocephala adalah kandidat menarik sebagai model organisme untuk
mempelajari ekologi dan sejarah co-evolusi siklus hidup parasit dalam ekositem laut.
Namun kurangnya studi filogenetik dan identifikasi Taksonomi Kelautan terutama
acanthocephala mengurangi detail perbandingan dengan endoparasit lain.

17
Beberapa jenis belalai dalam filum Acanthocephala:
A. Belalai jantan Rhadinorhynchus Pristis dari Gempylus Serpens (Indonesia, Samudera
Hindia) bersenjata dengan kait reguler dan basal hook annulus.
B. Praesoma betina Rhadinorhynchus Lintoni dari Selar Crumenophthalmus (Hawaii,
Samudera Pasifik) dengan batang kait tidak teratur.

C. Praesomo Gorgorhynchoides Golvani dari Platychepalus Arenarius (Indonesia,


Samudera Hindia) pengaturan reguler permukaan kait.
D. Habitus Serrasentis Sagittifer dari Platychepalus Arenarius (Indonesia, Samudera
Hindia) dengan kait berubah kuat.
E. Habitus Pomphorhyncus Laevis dari Platichthys Flesus (Laut Baltik) menunjukan
setiap batang kait pada bulb, neck, dan trunk.
F. Praesoma Bolbosoma Vasculosum dari Lepturachantus Savala (Indonesia, Samudera
Hindia) berbentuk bola lampu dan disenjatai dengan kait regular yang disusun dalam
dua cincin.

doi:10.1371/journal.pone.0028285.g003

Terbagi atas kelas :

 Palaeacanthocephala

Palaeacanthocephala (Ancient Thornheads) adalah kelas dalam filum


acanthocephala. Parasit Platyzoa dewasa akan menginfeksi hewan lain,
terutama ikan, burung, dan mamalia. Palaeacenthocephala berasal dari
bahasa Latin dan Yunani, bahasa Latin "Pale" yang berarti "Pucat", bahasa
Yunani "Akanthos" yang berarti "Duri" dan "Kephale" yang berarti
"Kepala". Inti dari hypodermis (lapisan kulit luar) adalah terfragmantasi dan
pejantan memiliki dua sampai tujuh kalanjer semen.

18
Kelas Palaeacanthocephala
Spesies Cathayachantus Spinitruncatus
31. Belalai betina. 32. Leher panjang dan batang anterior. 33. Botak
apikal akhir belalai. 34. Ujung anterior belalai. 35. Tengah belalai. 36.
Sebuah close-up dari kait.

doi: 10.1051/parasite/2014052

Kelas Palaeacanthocephala
Spesies Cathayachantus Spinitruncantus
37. Penurunan ukuran dari kait posterior dan
peningkatan ukuran hook basal di belalai betina. 38. Batang
anterior betina. 39. Batang duri anterior. 40. Tulang batang di
batang tengah. 41. Suatu daerah dipertengahan batang. 42. Puting
betina. 43. Orifice vagina. 44. Telur.

19
doi: 10.1051/parasite/2014052

Kelas Palaeacanthocephala
Spesies Polymorphus Minutus
Source: Matt Wayland

Kelas Palaeacanthocephala
Spesies Polymorphus Minutus
Source: Matt Wayland

 Archiacanthocephala

Archiacanthocephala adalah kelas dari filum acanthocephala.


Archiacanthocephala adalah cacing mikroskopis yang menempel pada
dinding usus vertebrata darat termasuk manusia. Archiacanthocephala
memiliki belalai yang dibungkus dengan lapisan spiral otot, kantung ligamen
tunggal pada betina dan delapan kelenjar semen pada jantan.

20
Kelas Archiacanthocephala
Spesies Echinorhynchus Gadi
Source: Matt Wayland

 Eoacanthocephala

Eoacanthocephala adalah kelas dari cacing parasit dalam filum


acanthocephala. Eoacanthocephala menginfeksi makhluk berdarah dingin
seperti kura kura dan ikan. Duri belalai eoacanthocephala disusun secara
radial, tidak ada protonephridia, kantung ligamen persisten pada betina. Satu
satunya cara yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi kelompok ini
adalah adanya satu kelenjar semen pada jantan.

21
Classification dendogram of
Pallisentis (B.) Punctati n. sp.
(Classification adopted from Amin, 2013)

Diagram garis
Kelas Eoacanthocephala
Spesies Pallisentis Punctati

22
A. Ilustrasi jantan. B. Belalai betina. C. Belalai kait (baris I, II, III, dan IV). D. Anterior
region betina menampilkan kerah dan batang. E. Batang duri. F. Posterior region jantan
menampilkan cement gland (part), Saefftigen's pouch dan bursa. G. Eggs. H. Posterior
region betina menampilkan vagina, uterus, uterine bell, dan vulva.

Iran J Parasitol. 2015 Oct-Dec; 10(4): 605–616

Kelas Eoacanthocephala
Spesie Pallisentis Punctati
A. Wajah. B. Belalai menampilkan 4 baris kait (h) dengan akar
(r). C. Kerah duri (cs) dan area tanpa duri (sa). D. Posterior akhir
jantan menampilkan cement reservoir duct (crd), bursal cap (bc),
dan bursa (b). E. Posterior akhir betina menampilkan gonopore (g),
uterus (u), uterine bell (ub), dan vagina (v). F. Ovarian ball. G.
Discharged eggs.

Iran J Parasitol. 2015 Oct-Dec; 10(4): 605–616

 Polyacanthocephala

Polyacanthocephala adalah kelas cacing parasit dalam filum


acanthocephala. Polyacanthocephala dengan satu genus
Polyacanthorhynchus memiliki dua perbedaan kantung ligamen pada betina
dan dua panjang piriformis ke kelenjar semen tubular dengan inti raksasa
pada jantan.

4. Filum Brachiopoda

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Superfilum : Lophotrochozoa
Filum : Brachiopoda

23
Brachiopoda berasal dari bahasa Yunani kuno "brachión" yang berarti "lengan"
dan "pous" yang berarti "kaki" adalah filum dari hewan laut yang memiliki katup
keras (cangkang) pada permukaan atas dan bawah, tidak seperti pengaturan kiri dan
kanan pada bivalvia (kerang kerangan) mollusca. Katup brachiopoda berengsel
dibagian belakang, sedangkan bagian depan dibuka untuk makan dan ditutup untuk
perlindungan. Rentang hidup berkisar 3 sampai 30 tahun. Gamet matang (ova atau
sperma) mengapung dari gonad (kalenjer reproduksi) ke rongga tubuh (coelom)
utama dan kemudian keluar ke dalam rongga mantel.

Dua kelompok utama yang diakui dalam klasifikasi "tradisional", yaitu :


 Artikulata yang memiliki engsel bergigi dan otot membuka dan menutup secara
sederhana. Larva planktonik spesies artikulata tidak menyerupai bentuk dewasa,
melainkan terlihat seperti gumpalan dengan kantung kuning telur (yolk sec) dan
tetap diantara plankton untuk beberapa hari sebelum meninggalkan perairan
untuk metamorfosis.

 Inartikulata yang memiliki engsel tanpa gigi dan sistem yang lebih kompleks dari
otot yang digunakan untuk menjaga kedua bagian sejajar. Larva brachiopoda
inartikulata adalah miniatur bentuk dewasa dengan lofofor (mahkota tentakel di
mana silia / rambut rambut halus membuat arus air yang memungkinkan mereka
untuk menyaring partikel makanan dari air) yang memungkinkan larva untuk
mencari makan dan berenang selama berbulan bulan sampai hewan menjadi
cukup berat hidup di dasar laut.

24
Dalam brachiopoda, sebuah padikel seperti tangkai menonjol dari sebuah
lubang di salah satu katup, yang dikenal sebagai katup padikel, menambatkan
hewan ke dasar laut tetapi bebas dari lumpur yang akan menghalangi bukaan.
Brachiopoda hanya hidup di laut dan sebagian besar spesies menghindari lokasi
dengan arus yang kuat atau gelombang. Brachiopoda tinggal di daerah air dingin
dan cahaya rendah. Di antara brachiopoda hanya Lingulid (Lingula sp.) telah
dipancing secara komersial, pada skala yang sangat kecil.

Selain klasifikasi tradisional brachiopoda ke artikulata dan inartikulata,


sebuah klasifikasi yang dirancang pada 1990-an berdasarkan bahan dasar
cangkang, menyatukan Craniida dan Artikulata dalam Calciata, yang memiliki
cangkang kalsit. Lingulida dan Discinida dikombinsikan dalam Lingulata,
memiliki cangkang yang terbuat dari kitin dan kalsium fosfat. Sebuah skema
tiga bagian, juga dari tahun 1990-an, menempatkan Craniida dalam kelompok
tersendiri yaitu Craniformea. Lingulida dan Discinida dikelompokan sebagai
Linguliformea. Rhynchonellida dan Terebratulida sebagai Rhynchonelliformea

Subfilum dan Kelas

Klasifikasi terbaru brachiopoda dikelompokan menjadi 3 subfilum yang


meliputi:

 Linguliformea

Linguliformea adalah subfilum dari inartikulata brachiopoda.


Linguliformea adalah awal dari brachiopoda, mulai dari periode Kambrium
sampai periode Holosen. Tetapi sebagian besar punah pada akhir Devon.
Artikulasi dalam brachiopoda ini kurang. Brachiopoda ini memiliki
adduktor dan otot miring, tapi tidak memiliki otot diduktor. Anus terletak
disisi tubuh. Pedikel adalah perpanjangan berongga dari dinding tubuh
ventral. Dinding tubuh posterior memisahkan punggung dan mantel ventral.
Cangkang biasanya terdiri dari apatit (kalsium fosfat). Kelas Linguliformea
dibagi menjadi:
1. Lingulata
Lingulata adalah kelas brachiopoda yang tertua dari semua brachiopoda
yang telah ada sejak periode kambrium (541 juta tahun yang lalu). Mereka
juga merupakan brachiopoda yang perubahan bentuknya dari awal hingga
sekarang mengalami sedikit perubahan. Lingulata memiliki cangkang
berbentuk lidah (nama lingulata sendiri berasal dari bahasa Latin yang
berarti "lidah") dengan tangkai berdaging panjang atau padikel. Cangkang
lingulata terdiri dari kombinasi kalsum fosfat, protein dan kittin tidak seperti
kebanyakan hewan laut lainnya yang cangkangnya terbuat dari kalsium
karbonat. Genus Lingula (Bruguiere, 1797) adalah genus tertua dari kelas
Lingulata

25
Kelas Lingulata
Spesies Lingula Anatina
Source: www.aquarium.co.jp

2. Paterinata
Paterinata adalah kelas dari linguliformea brachiopoda yang telah
punah pada era Paleozoic.

Kelas Paterinata
Spesies Paterina Zenobia
Source: The Burgess Shale

 Craniiformea

Craniiformea adalah subfilum dari inartikulata brachiopoda. Spesies dalam


subfilum craniiformea tidak mempunyai padikel atau gagang bunga. Cangkang
mereka terdiri dari kalsium karbonat. Craniiformea sebelumnya dianggap
sebagai superfamily Acrotretida, akan tetapi berdasarkan kombinasi yang khas
dari kurangnya mekanisme gigi dan engsel antara katup, tidak adanya pedikel
dan adanya cangkang berkapur telah mengangkat status craniiformea menjadi
subfilum dari brachiopoda.
Kelas Craniiformea dibagi menjadi:

26
1. Craniata
Craniata merupakan satu-satunya kelas brachiopoda dari subfilum
craniiformea. Craniata (sebelumnya Craniforma) berasal dari periode Kambrium
dan masih ada hingga masa kini. Mereka memiliki cangkang inarkulata kalsit,
tidak memiliki lophophore dan selalu melekat pada substrat yang keras
(biasanya brachiopoda lain yang menjadi substratnya). Kelas ini dibagi menjadi
3 ordo yang salah satu ordonya yang masih hidup sampai sekarang yaitu
Craniida.

Kelas Craniata
Spesies Crania Craniolaris
Source: Wikiwand

 Rhynchonelliformea

Rhynchonelliformea adalah nama yang sekarang diberikan pada


brachiopoda artikulasi, kelompok artikulata yang direvisi menjadi subfilum.
Perbedaan utama antara rhynchonelliformea yang dijelaskan dalam Treatise Part
H, revisi 2000/2007 dan artikulata dalam Treatise Part H, 1965, terletak pada
kelompok yang termasuk, posisi dan pengaturan taksonomi mereka.
Kelas rhyncholliformea (sebelumnya Artikulata) dibagi menjadi :

1. Obolellata

Kelas Obolellata
Spesies Obolella Crassa
Source: Wikipedia

27
2. Kutorginata

Kelas Kutorginata
Spesies Nisusia Burgessensis
Source: The Burgess Shale

3. Chileata

Kelas Chileata
Source: Fossiilid.info

4. Strophomenada

Kelas Stropomenada
Ordo Stropomenida
Source: (biophotos)

28
5. Rhynchonellata

Kelas Rhynchonellata
Spesies Megathiris Detruncata
Source: Peter Grobe

Kelas strophomenada dan rhynchonellata ditemukan hidup sampai sekarang,


rhynchonellata sebagai penyusun utama founa brachiopoda modern, strophomenada
hanya sebagai penyumbang kecil sedangkan obolellata, kutorginata dan chiliata telah
punah. Dalam klasifikasi treatise yang lebih tua (1965), kelas artikulata dibagi
menjadi 6 ordo, yaitu Orthida, Pentamerida, Rhynchonellida, Spiriferida,
Terebratulida dan Strophomenida. Orthida, Pentamerida, Rhynchonellida,
Spiriferida dan Terebratulida digabungkan menjadi Rhynchonellata. Strophomenida
menjadi Strophomenada dengan penambahan Orthotetida dan Billingsellida serta
pemisahan Chiliata. Obolellata dan Kutorginata sebelumnya termasuk dalam
inartikulata, namun sekarang telah dikenal sebagai artikulata primitif.

5. Filum Chaetognata
Chaetognatha yang berarti "rahang bulu" berasal dari kata chaeton = sikat ;
gnatos = rahang atau mulut., dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah
filum dari cacing laut yang merupakan komponen terbesar dari plankton laut di
seluruh dunia. Sekitar 20% dari spesies yang diketahui adalah makhluk bentik dan
dapat melekat pada alga dan batu. Mereka ditemukan di seluruh perairan laut, dari
permukaan perairan tropis hingga ke laut dalam dan daerah kutub. Chaetognatha
berbentuk seperti torpedo atau panah, oleh sebab itu dinamakan "cacing panah" dan
tidak berwarna atau transparan. Mereka memiliki ukuran antara 2 sampai 120
milimeter. Cacingcacing ini merupakan predator dari copepoda, larva ikan, krustasea,
dan chaetognatha lainnya. Cacing panah menggunakan mekanoreseptor yang dapat

29
merasakan pergerakan air untuk mendeteksi organisme lain, dan pada beberapa
spesies memiliki racun di kepalanya yang membantu menaklukan mangsa yang
tertangkap. Selain menjadi predator aktif, chaetognatha juga merupakan sumber
makanan penting bagi ikan dan binatang laut lainnya.

1. Klasifikasi
Klasifikasi Chaetognatha terdiri dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan
Sagittoidea. Namun kelas yang paling dikenal adalah kelas Sagittoidea karena
sejauh ini yang berhasil diteliti lebih lanjut mengenai Chaetognatha hanyalah
melalui kelas ini. Selain itu juga, kelas Sagittoidea termasuk komponen
plankton yang terbanyak ditemui hidup di lautan tropik. Berikut adalah
contoh spesies dari Chaetognatha :
Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Sagittidae
Genus : Pseudosagitta
Spesies: Pseudosagitta maxima

Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Spadellidae
Genus : Spadella
Spesies: Spadella cephaloptera

Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Sagittidae
Genus : Sagitta
Spesies: Sagitta chilensis

30
2. Ciri Umum
Berikut adalah beberapa ciri umum yang dimiliki oleh Chaetognhata :
 Bentuk tubuh seperti panah, berwarna transparan, memiliki sepasang sirip
 Memiliki tubuh yang transparan
 Merupakan predator laut yang biasanya mencari mangsanya dengan
mendeteksi getaran yang dihasilkan oleh copepoda dan zooplankton
lainnya, kemudian menggunakan kait dan gigi yang tajam di depan tubuh
untuk mengambil korban mereka dan melumpuhkan mereka dengan
neurotoksin
 Ada sekitar 120-125 spesies Chaetognhata yang telah diketahui
 Kebanyakan planktonik, tetapi sejumlah kecil spesies bentik atau tinggal di
atas dasar laut

3. Morfologi dan Anatomi


Tubuh chaetognatha berbentuk seperti anak panah yang biasanya
memiliki 2 pasang sirip lateral dan juga ekor. Dimana 2 pasang sirip lateral
ini dapat bergabung menjadi sepasang sirip lateral yang memanjang. Sirip
lateral ini mirip dengan bulu terbang pada panah. Sebagian besar
chaaetognatha memiliki tubuh luar yang transparan tanpa adanya kutikula dan
2 lapisan sel. Jaringan internal dan organ termasuk otot dan jaringan saraf,
usus dan struktur reproduksi akan terlihat melalui dinding tubuh. Terdapat
banyak bagian struktural yang tidak biasa, seperti epidermis yang berlapis
lapis serta terdapat korona cilliata yang masih belum diketahui
fungsinya.Tidak terdapat sistem sirkulasi atau pertukaran gas, atau sistem
ekskresi. Tubuhnya jelas dibedakan menjadi bagian kepala, badan, dan ekor.
Kepala biasanya berbentuk bulat dan pipih, memiliki sistem otot yang
rumit. Saat mulut dibuka, lubang bestibular dan gigi terlihat di ventral
permukaan. Kail lebih panjang daripada gigi namun keduanya memiliki
struktur yang sama. Jumlah dan bentuk kait bervariasi menurut spesies,
jumlah meningkat dan dan berkurangnya gigi dan kail tergantung pada usia.
Wilayah tubuh terkadang memiliki collarete yang memanjang dan terlihat.
Usus tidak memiliki pelengkap kecuali tonjolan lateral dan anterior yang

31
disebut diverticula alimentary yang hanya ada di beberapa speises. Collarete
dan usus diverticula dapat terlihat melalui dinding tubuh.

4. Reproduksi dan Siklus Hidup


Chaetognatha merupakan hewan hermaprodit, dengan ovarium yang
berpasangan di dalam trunk dan sepasang testis pada bagian ekornya, setiap
individu menghasilkan sperma dan sel telur ( Brusca dan Brusca 1990 ).
Fertilisasi tidak dilakukan oleh satu individu melainkan dengan cara saling
bertukar sel sperma dan sel telur yang dilakukan oleh dua individu yang
dibuahi secara internal (Brusca dan Brusca 1990, Todd et al. 1996). Telur
yang dihasilkan merupakan zigot hasil fertilisasi ( dilapisi oleh zat seperti
jelly ); perkembangan terjadi secara langsung dan tidak melewati keseluruhan
tahap sebagai larva atau metamorfosis secara sempurna; waktu yang
diperlukan telur untuk menetas cukup cepat yaitu kurang lebih dalam waktu
48 jam ( Brusca dan Brusca 1990 ). Telur yang dapat dihasilkan oleh ovarium
adalah berkisar antara 30 1000 ( McLaren 1996 ).

Plasma nutfah dan sel benih selama daur hidup dari chaetognatha. Semasa
oogenis (1), plasma nuftah ( yang berwarna hijau ) berada di dalam dan
disekitar vesikel germinal (GV). Masa proses pematangan dan fertilisasi
internal di kutub vegetal (2), plasma nuftah memungkinkan untuk menjadi
fragmen. Setelah proses pembuahan (3), granula kecil akan melapisi korteks
vegetal (V) dan akan bergabung selama amphimixy (4). Pada mitosis (5),
granula kecil akan bergabung menjadi single granula besar. Granula besar
akan terpisah menjadi satu atau dua blastomer dan terus diwariskan oleh satu
vegetal menjadi tahap pembelahan 32sel (7). Granula germinal akan
didistribusikan menjadi dua blastomer di tahap pembelahan 64 sel (8). Plasma

32
nuftah ditemukan di dalam empat kemungkinan PGC pada ujung archentron
di gastrula (9) Keempat PGC menjadi plasma nutfah pada anakan jantan
(posterior) dan anakan betina (anterior) (10) Yang menimbulkan
spermatoscytes dan oocytes pada dewasa.
Chaetognatha kebanyakan merupakan holoplankton dan berlimpah di
seluruh dunia dan sebagian merupakan benthic. Sehingga pada siklus
hidupnya, kebanyakan Chaetognatha dewasa merupakan plankton.

5. Ekologi
Chaetognatha, yang berarti bulurahang, dan umumnya dikenal sebagai
cacing panah, adalah filum dari cacing laut predator yang merupakan
komponen utama dari plankton di seluruh dunia. Sekitar 20% dari spesies
yang dikenal adalah bentik. Mereka ditemukan di semua perairan laut, dari
perairan tropis permukaan dan pemukaan dangkal ke laut dalam dan daerah
kutub. Kebanyakan chaetognatha transparan dan berbentuk torpedo, tetapi
beberapa spesies laut dalam yang oranye. Mereka berbagai ukuran 2120
milimeter (0,0794,724 dalam).

6. Filum Hemichordata
Hemichordata artinya hewan chordata yang chorda dorsalisnya tidak
sempurna,sesuai dengan namanya hemichordata berasal dari kata (hemi: semu,
chorda: penyokong tubuh dalam). Hemichordata adalah devisi yang berbentuk
cacing laut deuterostome binatang, umumnya dianggap sebagai saudara dari grup
echinodermata. Mereka kembali ke yang lebih rendah atau tengah Cambrian dan
penting termasuk kelas fosil disebut graptolites, sebagian besar yang menjadi
punah di Carboniferous (Kardong, K.V :2006).
Hemichordata merupakan hewan yang bentuknya seperti cacing berlidah
yang tergolong dalam subfilum chordata, atau lebih tepatnya chordata rendah.
Hemikordata hidup secara soliter maupun koloni. Bertubuh lunak dan mudah
putus.
A. Ciri-ciri Filum Hemichordata
Bentuk tubuh menyerupai cacing laut dan halus
Tubuh terdiri atas 3 bagian yaitu: proboscis, kolar dan trunkus
Notokord hanya ditemukan pada bagian anterior (bucal diverticulum)

33
Mempunyai banyak pasang celah insang
Jaringan syaraf terbenam pada lapisan epidermis dorsal dan ventral
Selom tubuh dibagi atas 3 bagian yang tidak saling berhubungan
Sistem sirkulasi darah masih sangat sederhana
Alat reproduksinya terpisah (gonokoris)

B. Habitat atau Ekologi Filum Hemichordata


Habitat hemichordata adalah pantai di daerah panas atau sedang
sepanjang lautan Pasifik Amerika utara dan California , atau hidup di laut yang
dalam. Kebiasaan hemikordata adalah: membenamkan diri dalam pasir . Caranya:
hemikordata menggali liang dengan probosisnya . Dinding liang yang digali
direkatkan dengan lendir yang disekresikan oleh kelenjar lendir dari seluruh
permukaan tubuh hewan tersebut.

C. Klasifikasi Filum Hemichordata


Filum hemichordata terbagi atas 3 kelas, yaitu :
1. Kelas Enteropneusta
Ciri khusus dari kelas Enteropneusta adalah :
 Merupakan hewan soliter,menyerupai cacing laut yang bisa membenamkan
diri dipasir, dan umumnya diketahui sebagai‘acorn’atau cacing berlidah
 Tubuh dibedakan atas: Proboscis dipisahkan dari bagian badan oleh cincin
kolar yang tebal, leher (Collar) yang pendek, badan (Truncus) yang
memanjang.
 Epidermis bersilia dan mengandung banyak kelenjar
 Memiliki beberapa celah insang dan gonad
 Saluran pencernaan makanan lurus dengan ujung terminal berupa anus
 Jenis Kelamin terpisah
 Contoh: Balanoglossus, (Saccoglossus = Dolichoglossus), dan Ptychodera
(Kardong, K.V : 2006).

34
Gambar 1 : Kelas Enteropneusta

1.1 Saccoglossus
(Sumber gambar : Kardong, K.V : 2006)

Gambar 2 : Spesies dari kelas Enteropneusta yaitu Saccoglossus


Klasifikasi Ilmiah :
Regnum : Animalia
Phylum : Hemichordata
Classis : Enteropneusta
Ordo : Enteropneusta
Familia : Harrimaniidae
Genus : Saccoglossus
Species : Saccoglossus sp

35
Saccoglossus hampir ada di seluruh dunia.Spesies terkecilnya yaitu
Enteropneusta.Kebiasaan habitat dan struktur Saccoglossus mirip dengan
Balanoglossus.Ia tinggal di spiral dengan memutar liang. Belalai hewan ini
sangat panjang.Leher bagian anterior meliputi 3-4 pasang celah insang.Gonad
bagian eksternal di tandai oleh genital dorso-lateral lipatan.Jenis kelamin terpisah
dan pembuahan secara eksternal (Kardong, K.V : 2006).

2. Kelas Pterobranchia

Gambar 3 : Pterobranchia
Kelas Pterobranchia didirikan oleh Ray Lankester pada tahun 1877. Pada waktu
itu, ditemukan genus tunggal berupa Rhabdopleura. Rhabdopleura pada awalnya
dianggap sebagai polyzoon menyimpang, tetapi ketika laporan Challenger pada
Cephalodiscus diterbitkan di tahun 1887, menjadi jelas bahwa Cephalodiscus sekarang
termasuk genus kedua dalam urutan serta memiliki afinitas ke arah Enteropneusta.
Pterobrancia merupakan cacing kecil yang hidup di dalam tabung yang berada di
dasar laut atau sering diperairan yang relatif dalam. Pterobranchia hidup dengan cara
berkelompok atau berkoloni. Panjang individu tidak lebih 12 mm. Tubuh terdiri atas
probosis yang berbentuk seperti tameng (perisai) dan tangan-tangan yang mengandung
tentakel terdapat di bagian dorsal kelepak (Collar). Tangan tentakel tersebut disebut
tangan lophophore. Tentakel berfungsi untuk menangkap makanan yang berupa
organisme kecil dan disalurkan oleh cillia ke mulut. Pterobranchia makanan dengan
menyaring plankton dari air dengan bantuan silia yang melekat pada tentakelnya.Ada
sekitar 30 spesies hidup yang dikenal dalam kelompok ini.

36
Cacing acorn, tubuh mereka dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebuah belalai
anterior, kerah, dan batang. Belalai yang lebar dan pipih di ujung, dan di sebagian besar
spesies mengandung kelenjar tabung yang mengeluarkan bahan organik di mana
pterobranchia akan menghabiskan kehidupan dewasanya. Kerah ini dikenakan sejumlah
senjata besar, masing-masing mencakup deretan tentakel sepanjang satu sisi.Jumlah
senjata bervariasi antara spesies, dengan apa-apa 1-9 pasang.Tentakel yang dibahas
dalam silia membantumenyaring makanan dari air.
Reproduksi Pterobranchia dapat dilakukan secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual umumnya dengan menggunakan budding yang tumbuh sebagai
koloni dan memulai sebagai individu baru. Sedangkan reproduksi seksualnya hampir
sama dengan kelas Enteropneusta yaitu dengan fertilisasi luar tubuh.
Ciri-ciri dari pterobranchia antara lain sebagai berikut:
 Merupakan hewan yang hidupnya menetap, berbentuk soliter atau koloni
dan merupakan hewan air
 Proboscis dilengkapi dengan tentakel bersilia, yang berfungsi
menggerakkan makanan melalui aliran air
 Collar dilengkapi dua hingga lebih lengan-lengan bertentakel
 Saluran pencernaan makanan berbentuk U dengan arus dorsal yang letaknya
dekat mulut
 Gonad jumlahnya sedikit
 Perkembangbiakan terjadi melalui pembentukan kuncup.

2.1 Ordo Rhabdopleurida


Ciri-ciri dari ordo Rhabdopleurida adalah :
 Berbentuk koloni
 Memiliki celah ingsang
 Memiliki satu buah gonad
 Memiliki satu pasang lengan yang bertentakel
 Contoh : Rhabdopleura (Kardong, K.V, 60 : 2006)

37
Gambar 4 :Rhabdopleura spesies dari kelas Pterobranchia
Klasifikasi Ilmiah :
Regnum : Animalia
Phylum : Hemichordata
Classis : Pterobranchia
Ordo : Rhabdopleurida
Familia : Rhabdopleuridae
Genus : Rhabdopleura
Species : Rhabdopleura sp
Rhabdopleura adalah bentuk membran benar terjadi di berbagai belahan dunia
termasuk atlantik utara dan bagian utara dari laut utara.Koloni yang melekat pada batu,
karang, dan biota laut sessile.Koloni terbaring tertutup dalam sistem percabangan tabung
membran disebut coenoecium.

2.2 Ordo Cephalodiscida


Ciri-ciri Cephalodiscida antara lain sebagai berikut :
 Merupakan hewan soliter atau hidup di tempat yang mengandung
gelatin
 Memiliki dua celah insang
 Memiliki satu pasang gonad
 Memiliki 4-6 lengan yang bertentakel
 Contoh: Cephalodiscus (www.wikipedia.com)

38
Gambar 5 : Cephalodiscus
Klasifikasi Ilmiah :
Regnum : Animalia
Phylum : Hemichordata
Classis : Pterobranchia
Ordo : Cephalodiscida
Familia : Cephalodiscidae
Genus : Cephalodiscus
Species : Cephalodiscus sp
Cephalodiscus ditemukan di dasar laut di berbagai kedalaman, terutama di selatan
belahan.Banyak orang hidup bersama dalam banyak rumah agar-agar bilik disebut
coenoecium, karena itu mereka telah dipanggil kolonial.Setiap individu atau zooid adalah
2-3 mm panjang dan memiliki belalai, kleher dan badan tetapi struktur ini terlihat hanya
di bawah hati.Biasanya Cephalodiscus tidak terlihat seperti Balanoglossus.Belalai ini
berbentuk perisai dan mulut.Belalai coelom membuka keluar (Kardong, K.V : 2006)

3. Kelas Graptozoa (†)


 Anggota dari kelas ini diketahui sebagai anggota hemichordata yang sudah
punah
 Bukti-bukti utamanya hanya bisa diketahui dari struktur fosil yang
bentuknya seperti tabung/pembuluh
 Setiap hewan berlindung dalam kelompoknya
 Anggota dari kelas ini diketahui melimpah pada periode ordovisium dan
periode Silur
 Contoh: Dendroogroptus (Kardong, K.V., 60 : 2006)

39
Gambar 6 : Fosil dari Graptolita
(Sumber :http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/hemichordat.html)

D. Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Filum Hemichordata


a. Morfologi
(Sumber : Kardong, K.V., 56 : 2006)

Gambar 7 : Morfologi filum Hemichordata


Hemichordata bertubuh lunak, silindris, dan bersilia memanjang, serta
dilindungi oleh mukosa.Panjang tubuh antara 2 cm hingga 2-5 m.Berwarna
abu-abu, dan ada juga yang kemerahan.Hemichordata memiliki bau khas.
Tubuh simetris bilateralnya dibagi atas :
1) Proboscis

40
Proboscis terletak pada ujung anterior tubuh, ukurannya bervariasi
tergantung jenisnya. Proboscis berongga dan tersusun atas dinding otot
yang tebal.
2) Collar
Collar terletak di sebelah posterior tangkai proboscis dan sebelah anterior
truncus. Tersusun oleh otot sirkuler dan longitudinal. Permukaan kolar
biasanya disesuaikan dengan peninggian, tekanan dan aktivitas dari
hewan tersebut ketika membenamkan diri dalam tanah. Collar ukurannya
lebih pendek dari pada proboscis. Collar memiliki 2 rongga yang
masing-masing dipisahkan oleh mesenteri dorsal dan ventral.
3) Truncus
Truncus dibagi atas:
a) Daerah anterior
b) Daerah pertengahan
c) Daerah posterior (Kardong, K.V : 2006)

41
b. Anatomi
(Sumber : Kardong, K.V : 2006)

Gambar 8 : Anatomi filumHemichordata

Tubuh hemichordata ditandai dengan Organisasi tripartit.


Anteroposterior sumbu dibagi menjadi tiga bagian: yang prosome anterior,
yang mesosome menengah, dan metasome posterior. Tubuh cacing acorn
adalah cacing berbentuk dan dibagi ke proboscis anterior, leher menengah,
dan badan posterior.Proboscis adalah tubuh berotot dan bersilia, digunakan
dalam penggerak dan dalam pengumpulan dan transportasi partikel
makanan.Mulut Terletak Antara proboscis dan leher.Badan adalah bagian
terpanjang dari hewan.Pada bagian ini terdapat faring, yang berlubang dengan
celah insang (atau celah faring), kerongkongan, usus yang panjang, dan anus
terminal, serta mengandung gonad.
Prosome dari pterobranchia bergerak ke otot dan bersilia berbentuk
perisai yang digunakan dalam gerak dan mengeluarkan coenecium
tersebut.Mesosome meluas ke satu pasangan (dalam genus Rhabdopleura)
atau beberapa pasang (dalam genus Cephalodiscus) senjata tentakel
digunakan dalam Feeding filter. Metasome atau batang mengandung saluran
pencernaan melingkar, gonad, dan meluas ke kontraktil individu tangkai itu
menghubungkan ke anggota lain dari koloni.Dalam genus Cephalodiscus,

42
individu aseksual diproduksi kontraktil tinggal melekat pada badan induk
individu sampai pengembangan.

c. Fisiologi
1. Sistem Pencernaan Makanan
Sistem percernaan pada beberapa spesies hemichordata memiliki
perabung transversal berpasangan, dorsal di belakang insang, yang
mengindikasikan seka pencernaan. Mulut membuka lebar di batas ventral
anterior leher, di belakang proboscis: berikutnya rongga bukal yang
berdilatasi dan kemudian faring, dengan lubang berbentuk U di kedua sisi
yang menghubungkan dengan kantung insang. Usus yang lurus, dengan
seka kantung hati (“hepatica dorsal”), mengarah ke anus terminal.

Gambar 9: Sistem Pencernaan


2. Sistem Peredaran Darah
Sistem sirkulasi mencakup pembuluh middorsal dimana darah tak
berwarna mengalir di bagian anterior (seperti pada annelida) dan sebuah
pembuluh midventral. Keduanya bergabung di jantung, dorsal ke
notokord, dan terdapat cabang-cabang lain di dekat celah
insang.Kontraksi pembuluh yang lebih besar kemungkinan meyebabkan
darah bersirkulasi.

43
Gambar 10: Sistem Peredaran Darah
3. Sistem Respirasi
Rongga pada proboscis dan leher kemugkinan terisi dengan air
melalui poridorsal : ketika bagian ini menjadi membengkak, hewan
tersebut menggali pasir atau lumpur, dibantu oleh gerak otot batang tubuh :
Campuran air dan pasir yang mengandung sampah organik memasuki
mulut air masuk melalui celah insang untuk respirasi.

Gambar : 11 sistem respirasi

4. Sistem Ekskresi
Sebuah glomerulus kecil yang tidak berpasangan, atau kelenjar
proboscis di duga menjadi organ ekskresi pada Hemichordata (Kardong,
K.V : 2006)

44
Gambar 12 : Sistem Ekskresi pada Hemichordata

5. Sistem Reproduksi
Cacing acorn memiliki jenis kelamin biologis
yang terpisah, meskipun setidaknya beberapa spesies juga mampu
bereproduksi aseksual. Yang terdapat banyak gonad, yang terletak dekat
dengan faring dan melepaskan gamet melalui pori kecil dekat celah insang.
Cacing acorn betina meletakkan sejumlah besar telur tertanam yang
kemudian dibuahi oleh laki-laki eksternal sebelum arus air menyebar dan
membubarkan telur individu.
Kebanyakan spesies, telur menetas menjadi larva planktonik dengan
tubuh memanjang ditutupi silia. Pada beberapa spesies, ini berkembang
secara langsung menjadi dewasa, tetapi pada spesies lain ada tahap
peralihan bebas berenang disebut sebagai larva tornaria. Larva tornaria
sangat mirip dalam penampilan dengan larva bipinnaria dari starfishes,
dengan band-band yang berbelit-belit silia menjalankan seluruh tubuh
karena perkembangan embrio dari blastula dalam telur juga sangat mirip
dengan echinodermata, ini menunjukkan hubungan dekat filogenetik
antara kedua kelompok.
Alur mulai terbentuk beberapa hari atau minggu di sekitar bagian
tengah tubuh larva, dengan bagian anterior akhirnya ditakdirkan untuk
menjadi belalai, sedangkan sisanya membentuk leher dan badan. Larva
akhirnya menetap dan berubah menjadi dewasa kecil untuk mengambil

45
gaya hidup menggali.Pterobranchiabereproduksi dengan tunas dan secara
seksual.
(Sumber :http://www.Wikipedia_encyclopedia.html , 2008 )

Gambar12 : Sistem Reproduksi

6. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sel serabut di dasar epidermis.
Konsentrasinya menyediakan “korda” saraf middorsal dan midventral,
dengan penghubung berbentuk cincin di antara keduanya di bagian leher.
Korda yang menebal, berongga pada beberapa spesies, terdapat di leher,
dorsal terhadap rongga mulut dan memiliki banyak serabut saraf di
epidermis proboscis.

Gambar13 : Sistem Saraf pada Hemichordata

7. Filum Chordata

Vertebrata adalah anggota filum Kordata (Chordata). Chordata adalah


hewan bilateria (bersimetri bilateral) dan berada di dalam Bilateria. Mereka

46
tergolong ke dalam kelas hewan yang dikenal sebagai Deuterostomia. Deuterostom
yang paling diketahui selain vertebrata adalah ekinodermata, kelompok yang
mencakup bintang laut dan bulu babi. Akan tetapi dua kelompok deuterostomia
invertebrata, sefalokordata dan urokordata berkerabat lebih dekat vertebrata
dibandingkan dengan invertebrata yang lain. Bersama dengan lampre dan vertebrata
kedua kelompok tersebut membentuk Chordata.
Filum Chordata memiliki simetri bilateral, dengan tiga lapisan nutfah,
tubuh pada dasarnya bersegmen-segmen, saluran pencernaan sempurna, dan selom
berkembang dengan baik. Tiga karakteristik mengagumkan membedakan mereka
dari hewan yang lain yaitu, tali saraf tunggal, dorsal dan berbentuk pipa, sebuah
notokorda dan celah insang di faring. Karakteristik ini semua berbentuk pada embrio
awal Chordata, dan mereka dipertahanan, berubah atau dapat menghilang ketika
dewasa.

Gambar 2.1 Karakteristik dasar Filum Chordata


Notokorda merupakan struktur penyokong pertama tubuh Chordata. Pada
embrio awal notokorda terbentuk di atas usus primitif sebagai batang sel yang
ramping yang mengandung matriks bergelatin dan diselubungi di dalam jaringan ikat
fibrous. Pada cacing lidah, notokorda pendek dan anterior. Pada tunicata notokorda

47
terdapat di ekor dan hanya selama tahap larva. Pada lancelet dan vertebrata tingkat
tinggi, notokorda memanjang hampir sepanjang tubuh. Notokorda dipertahankan
sepanjang hidup sebagai penyokong sumbu utama pada lancelet dan lintah laut,
tetapi pada ikan sampai mamalia notokorda kemudian dikelilingi atau digantikan
oleh ruas-ruas tulang belakang.
Tali saraf terbentuk di permukaan dorsal pada embrio awal segera setelah
tahap gastrula. Pelipatan ke dalam dari endoderm menghasilkan sebuah tabung
berongga (korda) yang terletak di atas notokorda. Ujung anterior membesar sebagai
“vesikula serebrum” pada larva tunicata dan pada lancelet, tetapi pada semua
vertebrata, ujung anterior menebal dan terdiferensiasi menjadi otak, untuk menjadi
lebih kompleks secara progresif pada vertebrata tingkat tinggi. Jaringan saraf pada
cacing lidah menyebar. Pada tunicata, korda dan vesikula berdegenerasi menjadi
ganglion pada saat metamorfosis. Dari lintah laut sampai ke depan, tali saraf
kemudian di kelilingi oleh lengkung neural vertebrata yang melindunginya dari luka,
dan otak di lingkupi oleh otak atau kranium.
Celah insang yang berpasangan berkembang pada sisi faring embrionik
(saluran pencernaan). Masing-masing terbentuk dari pembentukan kantung luar
endoderm di faring dan bersamaan dengan pembentukan kantung dalam ektoderm di
luar tubuh, dinding yang menghalangi menjadi retak untuk membentuk celah insang.
Perkembangan karakteristik terlihat pada hiu atau ikan, dimana setiap celah di batasi
oleh banyak filamen ramping yang mengandung pembuluh darah, untuk membentuk
insang. Air yang mengandung oksigen terlarut masuk ke dalam mulut dan faring dan
keluar melalui filamen, tempat darah memberikan karbondioksida dan mendapatkan
oksigen, sehingga insang berperan dalam proses respirasi eksternal. Semua Chordata
akuatik mulai dari cacing lidah sampai amfibi, bernapas dengan insang. Pada amfibi
yang bertransformasi dari larva akuatik ke individu dewasa yang menghirup udara,
insang hilang pada saat metamorfosis. Reptil, burung dan mamalia semua
mengembangkan beberapa pasang celah insang selama kehidupan embrio awal,
tetapi mereka tidak pernah fungsional dan segera tertutupi semua hewan ini
kemudian membutuhkan paru-paru untuk menghirup udara pada saat mereka
menetas atau dilahirkan.
Filum Chordata (Y. Chorda, tali) terdiri atas cacing lidah pendek, tunicata,
serta lanselet dan vertebrata, lintah laut, hiu dan ikan pari, ikan bertulang, amfibi,
reptil, burung dan mamalia. Chordata tingkat rendah sebagian besar berukuran kecil,

48
semua hidup di laut, dan sebagaian tunikata hidup sesil. Adapun karakteristik atau
ciri–ciri umum filum Chordata sebagaimana telah disebutkan, maka secara terperinci
adalah:
1. Adanya sefalisasi
2. Tubuh simetris bilateral
3. Tubuh bersegmen-segmen
4. Kondisi triploblastic, selom berkembang biak
5. Segmentasi yang bersifat metameri
6. Adanya notochord (corda dorsalis) yaitu struktur penyokong pertama
tubuh Chordata
7. Adanya sebuah tabung korda saraf yang terletak dorsal dari notochord
8. Adanya celah-celah insang faringeal
9. Fertilisasi internal atau eksternal dan secara seksual alat kelamin jantan
Berupa penis dan alat kelamin betina berupa vagina.
10. Alat pencernaan lengkap mulai dari mulut, esofagus, faring, lambung, usus
halus, usus besar, rectum dan anus.
11. Alat pernapasan berupa insang bagi yang hidup di air, dan paru-paru bagi yang
hidup di darat dan
12. Sistem peredaran tertutup
Filum Chordata terbagi atas 5 subfilum. Pada setiap subfilumnya memiliki
beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum. Adapun ciri-ciri atau karakteristik umum
dari subfilum Chordata yaitu:
a.) Subfilum Hemichordata.
Subfilum Hemichordata memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum
yaitu:
1.) Memiliki tubuh yang berukuran kecil
2.) Hewan bertubuh lunak
3.) Habitatnya hidup di dasar laut yang berpasir atau berlumpur
4.) Memiliki celah insang yang berpasangan
5.) Organ reproduksi diosius
6.) Jaringan saraf dorsal serta ventral
7.) Hidup berkoloni
8.) Memiliki notokorda pendek di sebelah anterior

49
b.) Subfilum Urochordata/Tunicata
Subfilum Urochordata memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum
yaitu:
1.) Habitatnya hidup di daerah tropis, terutama daerah perairan pantai yang
dangkal, seperti: di laut
2.) Reproduksi secara seksual, dan beberapa secara aseksual dengan tunas
3.) Hidup berkoloni
4.) Memiliki celah insang
5.) Urochordata bertubuh pendek
6.) Urochordata dewasa tidak memiliki notochord ataupun cekungan
nervechord
c.) Subfilum Cephalochordata (Lancelet)
Subfilum Cephalochordata memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik
umum yaitu:
1.) Bentuk tubuh mirip bentuk ikan
2.) Tidak memiliki sirip atau kepala yang jelas
3.) Kelamin terpisah
4.) Fertilisasi eksternal
5.) Memiliki celah insang faringeal
6.) Tubuh ramping bersegmen
7.) Notokorda dan korda saraf memanjang sepanjang tubuh
8.) Habitat hidup di perairan dangkal
9.) tubuh tidak bersegmen, pipih seperti ikan

d.) Subfilum Agnatha


Subfilum Agnatha memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum yaitu:
1.) Tidak mempunyai rahang
2.) Kerangka bertulang rawan
3.) Hidup secara parasit pada ikan.
4.) Hidup dewasa di laut, mulut dan berkembang biak di air tawar
5.) Bersifat parasit hidup menempel dan menghisap darah inangnya.
6.) Notokord tetap ada sepanjang hidup
7.) Tidak memiliki anggota badan yang berpasangan

50
e.) Subfilum Gnathostomata
Subfilum Gnathostomata memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik umum
yaitu:
1.) Gnathostomata memiliki rahang dan apendiks yang berpasangan
2.) Haitanya di air laut dan di darat.
3.) Anggota badan berpasangan
Chordata berdasarkan ada tidaknya kepala, hewan-hewan anggota filum ini dibagi
atas 5 subfilum, yaitu:
1. Subfilum Hemichordata (Hemi = setengah): notokorda pendek, di sebelah
anterior. Jaringan saraf dalam epidermis. Celah insang banyak (Enteropneusta).
Celah insang 2 atau tak ada (Pterobranchia). Hidup dalam koloni, dengan kulit
berkitin. Contoh: Graptozoa sp dan Balanoglossus sp.
2. Subfilum Urochordata (Oura = ekor): larvanya kecil seperti berudu, notochord
dan nervecord terdapat di daerah ekor, hewan dewasa transparan, tanpa
notochord berbentuk tubular, globular, atau tidak beraturan, tubuh diselubungi
testa, tanpa rongga tubuh, organ reproduksi umumnya berumah dua dan ada
yang hermafrodit. Contoh: Appendicularis sp dan Ascidia intestinalis.
3. Subfilum Cephalochordata (Chepale = kepala): tubuh tidak bersegmen, pipih
seperti ikan, tanpa testa, epidermis hanya satu lapis, tanpa sisik, notochord dan
nervecord terdapat di sepanjang tubuh dan tetap sampai stadium dewasa, organ
reproduksi diosius, gonad berjumlah 26 pasang atau tidak berpasangan,
memiliki endostil, hidup tersebar di perairan pantai dan celah insang banyak
(Leptocardii). Contoh: Amphioxus lanceolatus dan Amphioxides sp.
4. Subfilum Agnatha: tidak memiliki rahang, bentuk badan ramping dan panjang
serta mampu hidup di perairan laut dan tawar, rangka terdiri atas tulang rawan,
sirip tidak berpasangan, di bagian ventral tubuh terdapat mulut dan lubang
hidung, tubuhnya panjang silindris, bernafas dengan insang dan parasit pada
ikan besar. Contoh: ikan bermulut bundar (Cyclostomata sp), belut laut
(Petromyzon sp) dan ikan Hantu ( Myxine sp.)
5. Subfilum Gnathostomata: hewan ini memiliki rahang bersendi dan dapat
digerakkan ke atas dan juga ke bawah. Contoh: ikan badut (Premnas
biaculeatus) dan ikan kakap merah (Lutjanus bitaeniatus).

51
SUBFILUM HEMICHORDATA

Subfilum Hemichordata (setengah Chordata) sering disebut adelochordata


(Chorda yang tidak tampak). Kedudukan Hemichordata dalam Chordata tidak begitu
pasti. Subfilum ini terdiri atas sejumlah hewan-hewan yang mempunyai bentuk
seperti cacing. Hemichordata berukuran kecil, hewan bertubuh lunak, dari dasar laut
yang berpasir atau berlumpur. Hewan ini memiliki celah insang yang berpasangan,
struktur pendek yang diidentifikasi sebagai notokorda dan jaringan saraf dorsal serta
ventral.

Gambar 2.3 Cacing lidah, Saccoglossus

Oleh sebab itu dianggap sebagai anggota paling rendah dari filum Chordata oleh
sebagian besar ahli zoologi. Pada individu dewasa, struktur celah insang batang
insang berkitin, dan banyak gonad mirip dengan struktur pada Amphioxus.
Berbentuk ramping dan memiliki panjang 25 sampai 2.500 mm (1 sampai 100 inci).
Hewan ini sebagian besar hidup di perairan yang dangkal tetapi beberapa spesies
hidup di perairan yang lebih dalam, bahkan mencapai 4.500 meter. Mereka
menggali secara dangkal dengan menggunakan probosis halus. Lendir lengket yang
disekresikan oleh kelenjar di kulit menyebabkan pembentukan tempat
penyimpanan berbentuk pipa dari pasir atau puing-puing lainnya tempat setiap
hewan tersebut tinggal. Beberapa cacing lidah inimemiliki aroma yang tetap dan
sering tidak enak.

52
Gambar 2.4 Cacing lidah (Subfilum Hemichordata), tampilan dorsal

Tubuh terdiri atas probosis, leher, dan badan yang panjang. Di belakang leher
terdapat banyak celah insang di kedua sisi. Di bagian ventral celah insang ini
terdapat parabung lateral yang menandakan adanya gonad. Beberapa spesies
memiliki perabung transversal berpasangan, dorsal di belakang insang, yang
mengindetifikasikan seka pencernaan. Mulut membuka lebar di batas ventral
anterior leher, di belakang probosis, berikutnya rongga bukal yang berdilatasi dan
kemudian faring dengan lubang berbentuk U tinggi di kedua sisi yang
menghubungkan dengan kantung insang. Usus yang lurus, dengan seka hepatika
dorsal (kantung hati) mengarah ke anus terminal. Rongga pada probosis dan leher
pori dorsal kemungkinan terisi dengan air melalui pori dorsal, ketika bagian ini
menjadi membengkak, hewan tersebut menggali pasir atau lumpur, dibantu oleh
gerak otot batang tubuh. Campuran air dan pasir yang mengandung sampah organik
memasuki mulut, air masuk melalui celah insang untuk respirasi, material oraganik
berperan sebagai makanan dan pasir dikeluarkan melalui anus.

Sistem sirkulasi mencangkup pembuluh middorsal dimana darah tak berwarna


mengalir di bagian anterior (seperti pada annelida) dan sebuah pembuluh midventral.
Keduanya bergabung ke “jantung”, dorsal ke notokorda dan terdapat cabang-cabang
lain di dekat celah insang. Kontraksi pembuluh yang lebih besar kemungkinan
menyebabkan darah bersirkulasi. Sebuah glomerulus kecil yang tidak berpasangan,
atau kelenjar probosis diduga menjadi organ ekskresi.
Dinding tubuh terdiri atas epidermis tebal uniselular dengan banyak sel mukus,
di bawah bagian yang merupakan lapisan otot. Notokorda merupakan pembentukan
kantung keluar, pendek anterior dan di dekat saluran pencernaan di bagian belakang

53
probosis. Terdapat juga kerangka probosis kecil. Sistem saraf terdiri atas sel dan
serabut di dasar epidermis. Konsentrasinya menyediakan “korda” saraf middorsal
dan midsentral, dengan penghubung berbentuk cincin di antara keduanya di bagian
leher. Korda yang menebal, berongga pada beberapa spesies, terdapat di leher,
dorsal terhadap rongga mulut dan memiliki banyak serabut saraf di epidermis
probosis. Selom direprentasikan oleh lima rongga, satu di probosis dan sepasang
masing-masing di leher dan batang tubuh.

Jenis kelamin terpisah, dengan banyak gonad di dua baris dorsolateral dari
belakang leher keseka gastrik, masing-masing ketika matang melepaskan isi
kandungannya ke eksterior melalui pori yang terpisah, dan fertilisasi terjadi secara
eksternal. Pada beberapa spesies, telur menghasilkan larva tornaria yang berbentuk
oval, kecil, agak transparan, dan dengan pita permukaan dari silia. Pada saat
metamorfosis probosis dan leher menjadi terlihat. Spesies Amerika berkembang
langsung tanpa tahap larva. Cacing lidah dapat metegenerasi bagian batang tubuh,
probosis, dan leher. Beberapa kolonial kecil (Chepalodiscus,
Rhabdopleura) memiliki bentuk menyerupai cacing lidah dalam hal struktur umum,
tetapi hanya memiliki satu pasang celah insang atau tidak ada. Chepalodiscus
menyekresikan “rumah” yang menyembunyikan banyak individu, masing-masing
dengan saluran pencernaan berbentuk U.

Sistematika

Subfilum Hemichordata terbagi atas 2 kelas yang penting, yaitu:


1. Kelas Enteropneusta, memiliki bentuk tubuh seperti cacing dengan ukuran 9-45
cm. Umumnya terdapat di perairan dangkal, di bawah batu dan karang dan
meliang dalam lumpur dan pasir. Tubuh umumnya lunak dan terdiri dari belalai,
kelepak (collar), dan badan yang panjang. Pada belalai (probosis) terdapat cillia
yang berfungsi sebagai tenaga penggerak dan mengalir butir-butir makanan
yang menempel pada lendir ke mulut. Kelepak berbentuk silinder, bagian
anterior menutupi belalai dan bagian ventral terletak mulut. Reproduksi seksual,
dioecious dan pembuahan terjadi di luar. Telur mentas menjadi larva tornaria
yang berenang bebas. Contoh: Balanoslossus sp dan Ptychodera sp.
2. Kelas Pterobranchia, merupakan hewan kecil yang hidup di dalam tabung,
berkelompok atau berkoloni. Panjang individu tidak lebih 12 mm. Tubuh terdiri

54
atas probosis yang berbentuk seperti tameng (perisai) dan tangan-tangan yang
mengandung tentakel terdapat di bagian dorsal kelepak (collar). Tangan tentakel
tersebut disebut tangan lophophore. Tentakel berfungsi untuk menangkap
makanan yang berupa organisme kecil dan disalurkan oleh cillia ke mulut.
Reproduksi aseksual dengan membentuk pertunasan sehingga menghasilkan
sebuah koloni yang lebih besar. Contoh: Cephalodiscus sp dan Rhabdopleura
sp.

SUBFILUM UROCHORDATA

Subfilum Urochordata disebut juga subfilum Tunicata. Urochordata


menempati laut, kutub sampai daerah tropis dan dari perairan pantai yang dangkal
hingga kedalaman 4,8 km. Beberapa spesies hidup bebas dan spesies yang lain
melekat (sesil) setelah tahap larva bebas selama beberapa waktu, beberapa soliter,
yang lain berkoloni, individu-individu mengelompok dalam penutup yang umum.
Urochordata bervariasi dalam hal ukuran mulai dari individu yang hampir
mikroskopis hingga individu lainnya yang mencapai diameter sebesar 30,5 cm.
Metode reproduksi organisme ini bervariasi. Beberapa secara seksual, beberapa
secara aseksual dengan tunas. Nama kelompok mengacu kepada “tunik” yang
disekresikannya atau penutup seperti kantung yang menyelaputi seluruh tubuh.
Urochordata yang paling dikenal adalah sea aquirt atau ascidian, yang ketika
disentuh tiba-tiba menyemprotkan air dari lubang pada penutup tubuh.
Urochordata dipahami dengan baik dengan mempertimbangkan pertama-tama
larva hidup bebas sari seekor ascidian dan kemudian individu dewasanya. Larva
menunjukkan karakteristik Chordata, tetapi beberapa karakteristik diantaranya tidak
ada pada individu dewasa dan larva yang lain memiliki karakteristik yang tidak
jelas karena adaptasi ke cara hidup sesil. Larva ascidian kemudian bertelur. Telur
berukuran kecil yang difertilisasi bersegmen-segmen untuk membentuk blastula dan
kemudian gastrula, embrio memanjang dan segera menetas sebagai larva yang
berenang bebas, seperti kecebong katak. Ekornya mengandung notokorda penopang,
sebuah tali saraf dorsal berbentuk pipa dan sepasang otot bersegmen lateral. Organ
yang lain ditahan ke anterior dan kepala yang lebih besar + daerah badan. Ujung
anterior mengandung tiga kelenjar mukosa atau kelenjar adhesif. Saluran
pencernaan sempurna dengan mulut, celah insang yang erlubang-lubang, usus dan

55
anus, terdapat sistem sirkulasi dengan pembuluh darah dan selom. Selain tali saraf
sistem saraf dan struktur sensori mencangkup (1) vesikula serebrum dan posterior
terhadapnya (2) ganglion batang tubuh (3) organ optik median dengan retina, lensa,
pigmen, dan kornea serta (4) otolit berpigmen atau telinga melekat kecil ke sel
rambut yang halus.

Metamorfosisnya setelah hidup bebas selama beberapa jam atau hari, larva
kecil melekat secara ventral dengan menggunakan kelenjar adhesif ke sebuah batu
atau ke tiang dermaga. Transformasi cepat (metamorfosis mundur) terjadi selama
sebagian besar karakteristik Chordata menghilang. Ekor sebagian diabsorbsi dan
sebagian dilepaskan, notokorda, tali saraf dan ototnya ditarik ke dalam tubuh dan
diabsorbsi. Dari sistem saraf hanya ganglion batang tubuh yang dipertahankan.
Kantung brankial atau kantung “insang” membesar, mengembangkan banyak
apertura, dan diinvasi oleh pembuluh-pembuluh darah. Lambung dan usus tumbuh.
Bagian tubuh hewan diantara titik perlekatan dan mulut tumbuh dengan cepat,
menyebabkan “tubuh” di dalamnya berotasi secara dorsoventral hampir 180 derajat
sehingga “mulut” berada di ujung atas atau ujung yang tidak melekat. Akhirnya,
gonad dan saluran terbentuk di mesoderm antara lambung dan usus. Kelenjar adhesif
menghilang dan tunik tumuh ke atas untuk menutup keseluruhan tubuh hewan.
Ascidian dewasa berbentuk silindris atau bulat melekat dengan menggunakan dasar
atau tangkai.

Gambar 2.5 Struktur tubuh subfilum Urochordata

Hewan ini diselaputi dengan lapisan elastis kuat, test atau tunik dari material
seperti selulosa (jarang pada hewan). Test ini dilapisi oleh mantel bermembran yang

56
mengandung serabut otot dan pembuluh darah. Terdapat dua lubang eksternal, sifon
arus masuk (apertura brankial) diatas dan sifon arus keluar (apertura atrial) di salah
satu sisi. Air yang masuk ke dalam sifon arus masuk. Membawa organisme kecil
yang berperan sebagai makanan dan oksigen untuk respirasi, air yang keluar melalui
sifon arus keluar membuang limbah dan sel kelamin. Di dalam test dan mantel
terdapat rongga atrial yang mengandung sebuah kantung brankial yang terdilatasi
dan banyak mengandung pori. Sistem pencernaan
dimulai dari mulut yang diikuti dengan sebuah lingkaran tentakel sensori seperti
rambut di jalan masuk ke kantung brankial. Di sepanjang dinding midventral
kantung brankial terdapat endostil, sebuah lekuk vertikal yang dilapisi dengan silia
dan sel mukus dimana makanan dan air yang masuk ditangkap dan digerakkan ke
bawah. Karena hanya memakan plankton, ascidian tidak membutuhkan embelan
yang besar untuk menangani makanan. Dari dasar kantung brankial, esofagus
mengarah ke lambung yang terdilatasi yang menghubungkan ke usus, lambung dan
usus terdapat di luar kantung brankial. Usus melengkung ke atas untuk berakhir di
anus di bawah sifon arus keluar. Sebuah kelenjar pencernaan terhubung ke lambung.
Dinding kantung brankial memiliki banyak pori yang dibatasi oleh sel-sel
bersilia yang menghentak untuk menggerakkan air dari dalam kantung ke rongga
antrial, dari mana air mengalir ke sifon untuk keluar. Sistem dalam sirkulasi
mencakup jantung berbentuk tabung ke rongga viseral di dekat lambung. Setiap
ujung jantung terhubung sebuah pembuluh besar atau aorta, satu mendistribusikan
kelambung, dinding test dan salah satu sisi kantung brankial, pembuluh lain
melayani sisi kantung yang berlawanan. Di dinding kantung sebuah rangkaian yang
saling berkomunikasi dari pembuluh kecil di sekeliling pori dalam kantung brankial
berperan sebagai mekanisme respirasi.

Pembuluh ini merupakan ruang di dalam jaringan dan tidak memiliki lapisan
endotelium. Urochordata merupakan kelompok yang unik karena jalur aliran darah
berbalik pada interval pendek. Jantung dan pembuluh darah tidak memiliki katup. Di
dekat usus terdapat struktur, tanpa saluran dianggap berperan dalam ekskresi.
Satu-satunya peninggalan sistem saraf adalah ganglion batang tubuh panjang di
mantel anatara kedua sifon, dengan saraf berbagai bagian. Di dekatnya terdapat
kelenjar neural, kemungkinan memiliki sifat-sifat endokrin dan agak mirip dengan
struktur pituitari.

57
Ascidian bersifat monoesis, tetapi mandul sendiri. Ovarium adalah kelenjar
besar berongga di lengkung intestinal, dan oviduk, pararel terhadap usus, membuka
di rongga atrial dekat anus. Testis terdiri atas banyak tubulus bercabang, di
permukaan ovarium dan usus, yang mengeluarkan isinya ke vas deferens yang
pararel terhadap oviduk. Beberapa unicata juga berproduksi secara aseksual dengan
tunas. Ascidian sederhana, setiap individu terdapat pada test yang terpisah, umum di
perairan laut dan yang lain hidup di kedalaman hingga 5.220 m. Banyak individu
yang putih pucat atau kekuningan, beberapa memiliki warna yang cerah. Gabungan
ascidian sebagai berikut:

Gambar 2.6 Urochordata gabungan (Botryllus

Gabungan ascidian tumbuh menjadi massa lunak dengan banyak individu kecil
terpisah yang tertanam di penutup yang umum. Kedua tipe melekat ke batu, kayu,
dan material lain di dalam air. Contoh: Molgula sp. (soliter), Otryllus sp. (koloni)

Sistematika

Subfilum Urochordata terbagi atas 3 kelas yang penting, yaitu:


1. Kelas Larvacea, hewan dewasa mempunyai tubuh bertesta, bentuk seperti larva,
berukuran 5 mm, notochord, otak, dan nevecord tetap bertahan sampai dewasa,
berukuran kecil yang difertilisasi bersegmen-segmen untuk membentuk blastula
dan kemudian gastrula, embrio memanjang dan segera menetas sebagai larva
yang berenang bebas, seperti kecebong katak. Contoh: Oikopleura sp dan
Appendicularia sp.

58
2. Kelas Ascidiacea, memiliki bentuk tubuh bervariasi, hidup soliter atau berkoloni,
biasanya sesil setelah hilangnya notochord, hewan dewasa kehilangan
nervecord, testa permanen dan berlubang. Contoh: Clavelina sp, Ciona sp,
Molgula sp, Ascidia sp dan Ascidia intertinalis
3. Kelas Thaliacea, ukuran tubuh bervariasi, hewan dewasa kehilangan notochord
dan ekor, testa permanen, tubuh dilengkapi dengan serbuk otot sirkular, aurikel
terbuka ke arah posterior, reproduksi dapat terjadi secara aseksual. Contoh:
Doliolum denticulatum, Phyrosoma sp dan Salpa sp.

SUBFILUM CEPHALOCHORDATA

Cephalochordata merupakan golongan kecil dengan bentuk menyerupai ikan.


Subfilum cephalochordata biasanya hidup di daerah perairan pantai yang dangkal,
hanya menyisakan ujung anteriornya yang menonjol. Kadang kala hewan ini muncul
untuk berenang dengan menggunakan gerakan lateral tubuh yang cepat. Seperti
Amphioxus sp. Tubuh berbentuk ramping dan padat secara lateral, meruncing di
kedua ujung, tidak terdapat kepala yang jelas seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.7 Subfilum Chepalochordata

Sirip dorsal median bawah di sepanjang sebagian besar bagian tubuh dan sirip
preanal dari atriopori sampai ke anus terdiri atas ruangan-ruangan yang
mengandung jejari sirip dari jaringan ikat. Ekor memiliki sirip bermembran.
Anterior terhadap sirip ventral, tubuh memipih di permukaan bawah dengan lipatan
metapleural di sepanjang setiap sisi. Mulut terletak ventral di ujung anterior, anus di
sisi kiri dekat dasar sirip ekor dan atriopori merupakan lubang ventral tambahan di

59
depan anus. Penutup tubuh merupakan batang ramping dari sel tinggi bergelatin
yang dikelilingi oelh selubung jaringan ikat. Struktur pendukung yang lain
mencakup penguatan di tudung oral, jejari sirip, dan batang halus dengan hubungan
silang di batang insang.

Di sepanjang setiap sisi tubu dan ekor, spesies yang berbeda-beda memiliki 50
sampai 85 otot (miomer). Masing-masing terdiri atas serabut otot yang memanjang
dan dipisahkan antara yang satu dengan yang lain oleh septa tipis dari jaringan ikat.
Kedua otot tersebut, dikedua sisi, posisinya berselang seling. Otot berkontraksi
untuk menghasilkan pembungkukan ke arah lateral untuk menggali dan berenang.
Otot transversal di lantai rongga atrial, di antara lipatan metapleural berfungsi untuk
mendorong air ke eksterior. Saluran pencernaan yang lurus dan sederhana
dengan tudung oral (vestibula) anterior dikelilingi oleh sekitar 22 siri bukal
berdaging di belakangnya terdapat beberapa batang bersilia. Lubang mulut yang
melingkar terdapat di dalam membran (velum) posterior di tudung oral dan dijaga
oleh 12 tentakel velar yang menghalangi partikel besar untuk masuk. Silia di dalam
tudung ketika hidup, menghasilkan efek rotasi dan disebut “organ roda”. Siri
tentakel dan tudung mengandung struktur sensori. Di belakang mulut terdapat faring
yang padat dan besar dengan banyak celah insang diagonal di sisinya. Setelah faring
usu yang lurus dan sempit, yang berujung di anus. Hati yang ramping dan berbentuk
seperti kantung diperkirakan menyekresikan getah pencernaan, melekat secara
ventral ke bagian anterior usu dengan baik di dalam selom bagian depan.
Faring menggantung di bagian dorsal, dibawah notokorda, tetapi
menggantung bebas di dalam rongga, atrium, di dalam otot dinding tubuh. Atrium
merupakan rongga eksternal, dilapisi dengan ektoderm (oleh sebab itu, bukan selom)
dan terhubung ke atriopori. Faring mengandung alur middorsal (lekuk hiperbrankial)
yang dilapisi dengan sel bersilia dan di bagian midventral terdapat lekuk yang sama,
endostil, dengan sel bersilia dan sel kelenjar.

60
Gambar 2.8 Amphioxus sp

Air yang mengandung organisme kecil dimasukkan ke mulut dengan aksi silia,
makanan diperangkap oleh lendir di endostil dan dibawa secara posterior ke usus,
sedangkan air melintas di antara batang insang ke atrium dan kemudian ke eksterior
melalui atriopori. Sistem sirkulasi agak mirip dengan sistem sirkulasi pada Chordata
yang lebih tinggi, tetapi tidak memiliki jantung. Selain pembuluh darah yang jelas,
terdapat ruang terbuka tempat darah yang tidak berwarna masuk ke jaringan. Darah
dari saluran pencernaan mengalir secara anterior di dalam vena subintestinal ke vena
porta hepatika yang masuk ke hati, kemudian darah tersebut berkumpul di vena
hepatika dan dengan darah lain dari bagian posterior tubuh melintas ke depan di
aorta ventral di bawah endostil dan ke cabang-cabang di setiap batang insang primer.
Setiap cabang memiliki bulbus kecil yang berdenyut, dan bersama-sama mereka
berfungsi sebagai jantung, mendorong darah ke atas di batang insang, tempat darah
tercampur dengan gas dan kemudian mengumpul di aorta dorsaal yang berpasangan.
Aorta dorsal bergabung di belakang faring untuk membentuk satu aorta dorsal di
mana darah masuk secara posterior untuk menyuplai tubuh dan usus dan akhirnya
melalui kapiler ke bagian vena. Sebagian darah yang mengandung oksigen melintas
ke dapan di aorta dorsal kanan ke ujung anterior tubuh. Jalur umum aliran darah di
Amphioxus dengan demikian mirip dengan aliran darah di Chordata yang lebih
tinggi dan berlawanan dengan aliran darah pada invertebrata seperti annelida.
Respirasi dihasilkan dari perjalanan air yang mengandung oksigen dari faring
melalui 100 atau lebih celah insang di setiap sisi dan melintasi batang insang, yang
mengandung pembuluh darah. Aliran air ini dibantu oleh silia di batang insang.
Sistem insang dari amphioxus mirip dengan sistem insang pada chordata tingkat

61
tinggi selama kehidupan larva awal, permukaan dalamnya berasal dari endoderm
dan permukaan luarnya berasal dari ektoderm. Lalu diselubungi oleh pertumbuhan
dinding penutup yang membentuk rongga atrial di luar insang. Selom, selama
perkembangan dibentuk oleh lima kantung embrionik seperti pada hemichordata
pada amphioxus dewasa, selom mengecil dan menjadi lebih kompleks, kecuali
disekeliling usus. Sistem eskresi terdiri atas sekitar 100 pasang nefridia kecil bersilia
di relik dorsal selom di atas faring. Nefridia menghubungkan selom ke rongga atrial
dan menunjukkan kesamaan struktural dengan nefridia pada beberapa cacing
annelida.

Sistem saraf terdapat di atas notokorda, sistem tersebut terdiri atas satu tali
saraf dorsal dengan kanal sentral kecil. Ujung anterior sedikit membesar untuk
membentuk vesikula serebrum median, dengan sebuah lubang olfaktori middorsal,
sebuah bintik mata dari pigmen hitam yang berukuran kecil dan nonsensori, serta
dua pasang “saraf” kranial. Tali saraf memberikan sepasang saraf ke setiap miotom
secara bergantia, akar dorsal menjadi berfungsi sensori dan motori, akar ventral
hanya berfungsi motor. Epidermis permukaan tubuh dan bagian mulut memiliki sel
bersilia, agaknya berfungsi sensori.

Sistematika

Subfilum Cephalochordata terbagi atas 1 kelas yang penting, yaitu:


1. Kelas Leptocardii, memiliki tubuh kecil, memanjang, pipih, seperti bentuk ikan,
tetapi tidak ada sirip atau kepala yang jelas. Notokorda dan korda saraf tumbuh
baik dan terletak membujur sepanjang tubuh dan tetap ada selama hidup. Faring
dengan banyak celah insang terdapat dalam ruang atrial. Kelamin terpisah.
Fertilisasi eksternal. Contoh: Amphioxus sp dan Branchiostoma sp.

SUBFILUM AGNATHA

Agnatha merupakan vertebrata yang tidak berahang. Subfilum Agnatha


meliputi hewan–hewan mirip ikan yang telah punah disebut Ostrakoderma (berkulit
cakngkang) yang dibungkus oleh beberapa lempengan bertulang sebagai pelindung.
Agnatha umumnya berukuran kecil dengan panjang kurang dari 50cm. Sebagian
besar tidak memiliki sirip yang berpasangan dan merupakan hewan yang tinggal di

62
dasar perairan yang bergeliat di sepanjang hamparan arus atau dasar laut, tetapi ada
juga beberapa spesies yang lebih aktif memiliki sirip berpasangan. Mulut mereka
berbentuk bundar atau berupa bukaan mirip celah dan tidak memiliki rahang.
Sebagian besar hewan Agnatha adalah penyedot lumpur atau pemakan suspensi yang
mengambil sedimen dan serpihan bahan organik yang tersuspensi melalui mulutnya
dan kemudian meneruskannya melalui celah insang, tempat terperangkapnya
makanan.

Sistematika

Subfilum Agnatha terbagi atas 2 kelas yang penting, yaitu:


1. Kelas Ostracodermi merupakan hewan yang sudah punah.
2. Kelas Cylostomata, memiliki tubuh berupa kombinasi antara kepala dan badan,
berbentuk silindris. Ekor pipih lateral. Sirip median. Ada corong bukal (buccal
funnel/corong mulut) di sebelah ventral kepala dan bergigi. Satu lubang hidung.
Dua buah mata, tertutup dengan kulit tembus cahaya (bukan kelopak mata). Di
belakang tiap mata ada 7 celah insang. Di sepanjang sisi tubuh terdapat
titik-titik perasa. Seluruh tubuh tertutup dengan epitel berlendir. Contoh:
Petromyzon sp dan Entphenus sp

SUBFILUM GNATHOSTOMATA

Gnathostomata merupakan vertebrata yang berahang. Subfilum Gnathostomata


(mulut berahang) menggantikan sebagian besar hewan agnatha. Kelas ikan yang
masih hidup (Chodrichthyes dan Osteichthyes) pertama kali muncul pada masa Silur
dan awal masa Devon; brsama-sama dengan suatu kelompok yang diberi nama
plakoderma (placoderm) berkulit lempeng yang tidak memiliki keturunan yang
hidup. Vertebrata berahang juga memiliki dua pasang anggota badan berpasangan.
Sementara itu, hewan Agnatha tidak memiliki anggota badan yang berpasangan atau
hanya memiliki sepasang.

Sistematika

Subfilum Gnathostomata terbagi atas 2 superkelas yang penting, yaitu:

63
1. Superkelas Pisces, memiliki otak yang terbagi menjadi regio, otak itu dibungkus
dalam kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) dan
sepasang mata dan bernapas dengan menggunakan insang.

a.) Kelas Placodermi (punah)


b.) Kelas Chondrichthyes, memiliki rangka yang tersusun atas tulang rawan,
mulut berahang kuat dan terletak di bawah tubuh, bernapas dengan insang,
memiliki indra yang berkembang dengan baik, fertilisasi terjadi secara
internal. Contoh: ikan hiu (Squalus sp),ikan pari (Raja sp) dan chimaera
(Shimaera sp)

1.) Subkelas Elasmobranchii

(a.) Ordo Lamniformes (bangsa hiu)


(b.) Ordo Squaliformes (bangsa hiu)
(c.) Ordo Squatiniformes (hiu nona)
(d.) Ordo Rajiformes (ikan pari)

2.) Subkelas Holocephali

(a.) Ordo Chimaerifrmes (chimera atau ratfishes)

c.) Kelas Osteichthyes, memiliki rangka yang tersusun atas tulang keras dan
mengandung matriks kalsium fosfat, mulut terletak di bagian depan tubuh,
terdapat celah insang di tiap sisi kepala, fertilisasi terjadi secara eksternal
dan bersifat ovipar, habitat di perairan tawar. Contoh: sturgeon (Acipenser
sturio), gar (Lepidosteus osseus), ikan lele (Ameiurus melas) dan belut
(Anquilla sp)

1.) Subkelas Actinopterygii


2.) Subkelas Sarcopterygii

(a.) Superordo Crossopterygii


(b.) Superordo Dipnoi (ikan paru-paru)

64
2. Superkelas Tetrapoda, memiliki rangka yang tersusun atas tulang keras dan
mengandung matriks kalsium fosfat, mulut terletak di bagian depan tubuh,
terdapat celah insang di tiap sisi kepala, fertilisasi terjadi secara eksternal dan
habitat di perairan tawar.

a.) Kelas Amphibia. Contoh: Anura sp (kodok atau katak) dan Salamander
(Caundata sp)

1.) Subkelas Lissamphibia (ampfibi modern)

(a.) Ordo Anura (katak atau kodok)


(b.) Ordo Urodela (salamander)
(c.) Ordo Apoda Atau Gymnophiona

b.) Kelas Reptilia. Contoh: kura-kura (Chelydra sp), dan Chleonia sp.

1.) Subkelas Anapsida

(a.) Ordo Testudinata (kura-kura)

2.) Subkelas Lepodosauria

(a.) Ordo Squamata (kadal, ular, komodo, biawak)

3.) Subkelas Archosauria

(a.) Ordo Crocodilia (buaya dan aligator)

c.) Kelas Aves. Contoh: merpati (Columbia fasciata) dan burung hantu (Bubo
virgianus)

1.) Subkelas Neornites (semua jenis burung yang ada)

d.) Kelas Mammalia. Contoh: manusia

1.) Subkelas Prototheria

(a.) Infrakelas Ornithodelphia (monotremata, mamal bertelur)

2.) Subkelas Metatheria (marsupialia, sebangsa kangguru)

(a.) Infrakelas Eutheria (mamal berplasenta)

65
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A, N, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga
Hickman, dkk. 2008. Integrated the principles of Zoology. New York: McGraw-Hill.
Kardong, K.V. (2006). Vertebrates: Comparative Anatomy, Function, Evolution. New
York: McGraw-Hill.
Parker, T.J. & Haswell, W.A. (1978).Textbook of zoology. London: The Macmillan Press
Ltd., 1978)
Ettershank, G., I.A.E. Bayly & B.J. Smith. (1978). Some General Concepts. Dalam:
Marshall, A.J. & W.D. Williams. (Eds.). 1-23. Invertebrate Zoology. Vol. I.
London: ELBS & McMillan.

Grell, K.G. (1973). Protozoology. Berlin: Springer-Verlag.

66

Anda mungkin juga menyukai