Anda di halaman 1dari 8

VARIASI INTRA POPULASI

Oleh :
Nama : Siska Noviana Dewi
NIM : B1A017018
Rombongan :V
Kelompok :6
Asisten : Pradina Damayanti

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu biologi membedakan taksa hewan menjadi dua filum yaitu filum
Invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) dan Chordata (hewan bertulang
belakang). Semua hewan Chordata selama perkembangannya memiliki rangkaian fitur
unik, diantaranya notochord, tabung saraf dorsal dan otot-otot tersegmentasi. Filum
Chordata terdiri dari vertebrata dan juga dua lainnya taksa vertebrata, yaitu Urochordata
dan Cephalochordata. Chordata pada gilirannya adalah bagian dari superfilum
Deuterostome, yang juga termasuk filum Echinodermata, Hemichordata dan filum yang
baru-baru ini dijelaskan Xenoturbellida. Subfilum Urochordata (tunicata) dan
Cephalochordata disebut juga Chordata Invertebrata karena pada awalnya memiliki
rencana tubuh Chordata dasar tetapi mengalami perkembangan morfologi dewasa
sederhana dengan sejumlah kecil jenis sel khusus. Dua taksa Chordata vertebrata,
Cephalochordata secara morfologis lebih mirip dengan vertebrata daripada dengan
Urochordate dewasa (Tunicata) (Gupta, 2015). Semua spesies vertebrata adalah
Chordata, tetapi yang membedakan dari Chordata Invertebrata adalah dengan
meningkatnya kompleksitas morfologis dan sejumlah struktur turunannya atau jaringan
spesifik jenis vertebrata dan secara kolektif yang disebut inovasi vertebrata. Perluasan
perkembangan transkripsi yang penting adalah faktor keluarga, seperti keluarga gen
Sox, diyakini telah memainkan peran penting dalam pembentukan inovasi Vertebrata
(Heenan et al., 2015).
Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Subfilum
vertebrata dimasukkan dalam kelompok Craniata karena hewan-hewan yang masuk
dalam vertebrata sudah memiliki tulang tengkorak atau dapat dikatakan bahwa semua
hewan yang masuk dalam golongan vertebrata sudah memiliki otak yang ukurannya
relatif besar dan sudah dilengkapi dengan tulang Cranium. Vertebrata juga sudah
memiliki tulang penyokong tubuh yang disebut columna vertebralis, pembagian
tubuhnya sudah lengkap yaitu terbagi atas kepala, leher, badan dan ekor. Hampir semua
organ tubuh terutama organ-organ reproduksinya mengalami kemajuan baik dalam
pertumbuhan, struktur dan fungsinya, kecuali bentuk dari notochord, nervecord dan
celah-celah insang (Chaeri et al., 2016).
Vertebrata memiliki beberapa karakter taksonomi. Vertebrata memiliki rangka
internal yang tersusun atas tulang rawan atau tulang sejati yang menguatkan notokorda.
Tulang rawan atau tulang sejati tersebut merupakan vertebrae yang mengelilingi
notokorda. Notokorda pada vertebrata tingkat tinggi hanya ada pada awal
perkembangan vertebrae akan menggantikannya secara sempurna. Vertebrata mmiliki
wadah otak yang tersusun atas tulang rawan atau tulang sejati yaitu cranium yang
membungkus dan melindungi otak, serabut-serabut saraf halus agian dorsal membesar
di ujung anteriornya. Vertebrata memiliki sepasang mata yang berkembang sebagai
tonjolan yang keluar ke arah lateral dari otak. Vertebrata memiliki sepasang organ
pendengaran yang menjadi organ utama keseimbangan yang pada vertebrata tingkat
rendah disebut cochlea dan mengandung sel-sel yang sensitif pada vibrasi suara. Sistem
sirkulasi vertebrata adalah sistem sirkulasi tertutup (Campbell et al., 2008).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Identifikasi Karakter Taksonomi Vertebrata antara lain:


1. Praktikan mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter taksonomi
hewan .
2. Praktikan mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan vertebrata.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Karakter taksonomi hewan vertebrata yaitu karakter morfologi, anatomi


fisiologi, tingkah laku, ekologi, molekuler yang dapat digunakan untuk dasar
pengelompokan ke dalam taksa-taksa tertentu atau membedakan suatu taksa dengan
taksa lain (Wahid, 2012). Anggota spesies dari vertebrata memiliki beberapa karakter
taksonomi, yaitu memiliki rangka internal yang tersusun atas tulang rawan atau tulang
sejati yang menguatkan notokorda. Karakter taksonomi hewan vertebrata bahwa
memiliki Tulang belakang berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer
atau notokorda (kordadorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik,
setelah dewasa akan mengalami penulangan menjadi system penyokong tubuh
sekunder, yaitu tulang belakang (vertebrae). Vertebrata memiliki beberapa ciri khas
yaitu adanya columna vertebrae yang disusun dari tulang rawan dan tulang sejati,
memiliki aktivitas yang umumnya tinggi, dan memperlihatkan tingkat sefalisasi yang
sangat maju yaitu terakumulasinya saraf dan organ perasa di kepala (Haendel et al.,
2014).
Chondricthyes merupakan ikan yang ikan bertulang rawan dengan karakternya
yaitu memiliki rahang mulut pada bagian depannya. Kulitnya tertutup sisik, siripnya
berpasangan, serta sirip ekor yang tidak seimbang. Choncricthyes memiliki jantung
yang beruang dua, rangkanya bertulang rawan, sehingga notokorda yang ada pada ikan
muda pun lambat laun tergantikan oleh tulang rawan. Golongan Chondricthyes tidak
memiliki tulang rusuk. Ikan ini tidak memiliki sumsum tulang, sehingga sel darah
merah diproduksi di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya, yaitu organ leydig
(penghasil sel darah merah). Organ unik lainnya adalah epigonal yang berperan sebagai
sistem kekebalan. Contoh dari golongan ini adalah hiu, pari, skate, dan kimera atau hiu
hantu (Putri et al., 2018).
Actinopterygii adalah ikan yang merupakan bagian dari 27.000 lebih spesies
ikan bersirip duri (ray-finned fish). Ikan bersirip duri berasal dari perairan air tawar dan
menyebar ke lautan. Berbagai jenis ikan bersirip duri kembali ke perairan tawar pada
beberapa titik dalam evolusinya. Ikan bersirip duri berfungsi sebagai protein utama bagi
manusia. Actinopterygii memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur
sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri. Contoh ikan bersirip duri adalah ikan mas
(Cyprinus carpio), ikan cupang (Betta splendens), ikan gurami (Osphronemus
gouramy), ikan badut (Premnas biaculeatus) (Campbell et al., 2008). Kebiasaan makan
an pergerakan dalam lingkungan oleh beberapa spesies kelas dapat memicu perbedaan
morfologis intraspesies (Ayyubi et al., 2018).
Kelas Sarcopterygii berasal dari kata sarcos yang berarti berdaging, dan kata
pteryx yang berarti sayap atau sirip. Kelas ini memiliki karakter yaitu ikan dengan sirip
berdaging dan tubuh relatif berat. Karakter lainnya adalah memiliki sirip-sirip
berpasangan dan tulang-tulang kerangka dalam tubuh yang kokoh. Lobus muscular
terdapat pada dasar anus dan sirip dorsal kedua. Ekor subkelas ini berbentuk
diphycercal, ususnya dilengkapi dengan katup spiral. Contoh: Latimeria (Coelacanth),
Neoceratodus, Lepidosiren (ikan paru-paru) (Pratomo & Bayu, 2010). Ikan paru-paru
juga termasuk dalam clade Sarcopterygii, di samping Latimeria coelacanth, dan
tetrapoda. Sudah lama ada perdebatan tentang hubungan filogenetik yang tepat antara
tiga kelompok sarcopterygians yang masih ada, tetapi sekarang diterima secara luas
bahwa lungfish adalah saudari takson ke tetrapoda di depan coelacanth, menggunakan
morfologis, dan garis bukti molekuler. Genus lungfish yang bertahan hidup, Lepidosiren
dan Protopterus bersama-sama membentuk Lepidosirenidae, sedangkan Neoceratodus,
lungfish Australia, adalah Lepidosirenida hanya anggota yang tersisa dari
Neoceratodontidae (Clement et al., 2015).
Kelas Amfibi yang merupakan kelas yang terdiri dari hewan yang hidupnya di
dua alam. Misalnya katak. Amfibi menghabiskan semua hidupnya di air, dan sedikit di
daratan ini merupakan mekanisme perkembangan spesial untuk memproteksi telur
mereka dari kekeringan. Amfibi memiliki ciri-ciri umum fase larvanya, kecebong
(berudu), bernafas menggunakan insang luar yang kemudian mengalami metamorfosis
menjadi anak katak dengan pernafasan berupa paru-paru. Ada juga yang tidak
mempunyai paru-paru sehingga sampai dewasa akan bernafas menggunakan kulit dan
menyebabkan kulitnya selalu basah dan glanduran (Sahari & Erif, 2018). Amfibi selalu
berasosiasi dengan air. Faktor yang mempengaruhi kehidupan amfibi adalah suhu. Suhu
tubuh amfibi berfluktuasi mengikuti suhu lingkungan yaitu toleransi suhu pada kisaran
3o C-27o C. Suhu udara berpengaruh dalam pengaturan siklus perilaku dan reproduksi.
Amfibi merupakan jenis hewan yang poikiloterm, yaitu tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri sehingga suhu tubuhnya sangat tergantung pada kondisi
lingkungannya. Kulit amfibi merupakan salah satu organ respirasi yang penting dan
berhubungan dengan kondisi eksternal tubuh, sehingga kelembaban kulit dibutuhkan
untuk menjaga fluktuasi tubuh yang akan berpengaruh terhadap proses-proses tubuhnya
(Adhiaramanti & Sukiya, 2016).
Kata Reptilia/Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Kelas Reptilia
adalah kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-
paru. Reptil memiliki karakter vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur
bercangkang, dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan
kehilangan cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering.
Secara umum habibat reptil terbagi menjadi 5 yakni terestrial, arboreal, akuatik, semi
akuatik, dan fossorial. Reptil menghuni hampir seluruh permukaan bumi kecuali
antartika. Reptil merupakan hewan yang bergantung pada tipe habitatnya. Kemungkinan
jumlah dan keragaman reptil akan lebih banyak saat musim hujan (Yudha, et al., 2015).
Kelas Aves termasuk dalam subfilum Chordata, yang diturunkan dari hewan
berkaki dua. Aves dibagi dalam 29 ordo yang terdiri dari 158 famili. Karakter Aves
diantaranya adalah memiliki tulang belakang, berdarah panas dan berkembangbiak
melalui telur. Tubuhnya tertutup bulu dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk
terbang. Aves memiliki pertukaran zat yang cepat karena terbang memerlukan banyak
energi. Suhu tubuhnya tinggi dan tetap sehingga kebutuhan makanannya banyak.
Homoiotermis, suhu sedikit diatas 40o C. Hampir setiap bagian dari anatomi aves yang
khas termodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang.
Tulang-tulang aves memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah, yang
membuat mereka kuat namun ringan. Adaptasi lain yang mengurangi berat Aves adalah
tidak adanya beberapa organ. Aves betina, misalnya memiliki satu ovarium. Selain itu,
aves modern juga tidak bergigi, suatu adaptasi yang mengurangi bobot kepala
(Campbell et al., 2008).
Kelas mamalia adalah kelompok satwa yang memiliki ciri utama menyusui dan
melahirkan anaknya. Berdasarkan berat badan dewasa, mamalia dibagi menjadi dua
ketegori yaitu mamalia kecil < 5 kg dan mamalia besar dengan berat > 5 kg. Mamalia
memiliki peran yang penting dalam ekosistem antara lain sebagai penyubur tanah,
penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi. Ciri umum dari
mamalia antara lain: mempunyai kelenjar susu (Glandula mamae) pada hewan betina,
mempunyai rambut (bukan bulu) pada seluruh tubuhnya, serta mempunyai kemampuan
bergerak sangat cepat (Sulistyadi, 2018).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara identifikasi karakter taksonomi


vertebrata adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop
stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum acara identifikasi karakter
taksonomi vertebrata adalah beberapa spesimen hewan vertebrata dan alkohol 70%.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara identifikasi karakter taksonomi


vertebrata adalah:
1. Karakter pada beberapa spesimen hewan vertebrata yang telah disiapkan kemudian
di amati.
2. Beberapa hewan vertebrata yang telah disiapkan kemudian diidentifikasi
berdasarkan karakter morfologi yang diamati, kemudian hasil identifikasi hewan
tersebut dideskripsikan.
3. Tabel hasil pengamatan karakter dan identifikasi pada beberapa hewan vertebrata
dilengkapi.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Adhiaramanti, T. & Sukiya, 2016. Keanekaragaman Anggota Ordo Anura di


Lingkungan Universitas Negeri Yogyakarta. Journal Biologi, 5(6), pp. 62-73.

Ayyubi, H., Agung, B., & Sugiyarto. 2018. Karakteristik morfologis populasi ikan
tawes Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1849)dari lokasi perairan berbeda di
Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1), pp. 65-78.

Campbell, N. A., Reece, J. B.,Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,Minorsky, P.


V. & Jakson, R. B., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Chaeri, A., Kusbiyanto, Priyo, S., & Sugiharto, 2016. Ciri-ciri dan Pola Perkembangan
Tubuh Hewan Vertebrata. Jakarta: Universitas Terbuka.

Clement, A.M., Johan, N., Robin, S., & Per, E.A., 2015. Brain – Endocast Relationship
in the Australian Lungfish, Neoceratodus forsteri, Elucidated from Tomographic
Data (Sarcopterygii: Dipnoi), PLoS ONE, 10(10), pp.1-17.

Gupta, R. S., 2015. Molecular signatures that are distinctive characteristics of the
vertebrates and chordates and supporting a grouping of vertebrates with the
tunicates. Molecular phylogenetics and evolution, 94, pp. 383-391.

Haendel, M. A., 2014. Unification of multi-species vertebrate anatomy ontologies


for comparative biology in Uberon. Journal of Biomedical Semantics, 5 (21), pp.
1-13.

Heenan, P., Lisa, Z., & Megan, J.W., 2015. Evolution of the Sox gene family within the
chordate phylum. Gene, (15), pp. 1-22.

Pratomo, H. & Bayu, R., 2010. Identifikasi Pisces. Jakarta: Universitas Terbuka.

Putri, V., Ahmad, A., & Ani, W., 2015. Perancangan Komunikasi Visual Untuk
Meningkatkan Konsumsi Ikan Laut Pada Anak Muda Di Surabaya, Jurnal DKV
Adiwarna, 3(2), pp. 1-11.

Sahari, S. & Erif, A., 2018. Analisis Miskonsepsi Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam
Siswa Kelas 5 SDN Mrican 1 dan SDN Mrican 2 Kota Kediri Tahun Pelajaran
206/2017. Simki Pedagogia, 2(2), pp. 1-8.

Sulistyadi, E., 2016. Karasteristik Komunitas Mamalia Besar di Taman Nasional Bali
Barat (TNBB). Zoo Indonesia, 25(2), pp. 142-159.

Wahid, A., 2012. Analisis Karakteristik Sedimentasi di Waduk PLTA Bakaru. Jurnal
Hutan dan Masyarakat, 2(2), pp.229-236.

Yudha, D.S., Epilurahman, R., Muhtianda, I.A., Ekarini, D.F., & Ningsih, O.C., 2015.
Keanekaragaman Spesies Amfibi dan Reptil di Kawasan Suaka Margasatwa.
Jurnal MIPA, 38 (1), pp. 7-12.

Anda mungkin juga menyukai