Anda di halaman 1dari 5

Phylum Arthropoda Latreille, 1829

Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki oleh karena
itu cir-ciri utama hewan yang termasuk dalam phylum ini adalah kaki yang tersusun
atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota phylum ini adalah terbanyak dibandingkan
dengan phylum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Habitat hewan anggota
Phylum Arthropoda yaitu di air dan di darat (Jasin, 1992). Arthropoda berperan
sebagai makrodekomposer yang membantu siklus nutrient di hutan dengan cara
menguraikan (dekomposisi) serasah daun di dasar hutan dan menguraikan kayu-kayu
atau pohon yang telah mati, sehingga nutrien yang terkandung dalam serasah daun
atau tumbuhan mati dilepaskan atau dibebaskan kembali ke dalam ekosistem hutan
untuk mengalami daur ulang selanjutnya (Toly, 2019).
Subphylum Chelicerata Heymons, 1901
Hewan pada Subphylum Chelicerata memiliki karakter diagnostik yaitu memiliki
chelicerae dan memiliki empat pasang kaki jalan. Menurut Farley (2012), Chelicerata
berasal dari bahasa Yunani chele berarti capit dan keros yang artinya tanduk.
Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba, kalajengking, dan tungau. Kebanyakan
anggotanya berukuran kecil dan terdapat di daerah yang kering dan hangat, namun
beberapa hidup di perairan. Chelicerata termasuk dalam Phylum Arthropoda. Banyak
jenis Chelicerata yang mempunyai kelenjar racun yang terdapat di rahang atau taring
racun sebagai sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh
atau jaringan lunaknya. Gigitan atau sengatan berbagai jenis laba-laba atau
kalajengking menimbulkan kesakitan bahkan kematian. Beberapa jenis tungau
merupakan hama tumbuhan dan jenis lainnya, juga sebagai parasit pada manusia dan
ternak atau menjadi inang perantara berbagai protozoa dan virus yang menyebabkan
penyakit tertentu.
Classis Pycnogonida Latreille, 1810
Pycnogonida berasal dari bahasa Yunani pykno yang artinya banyak atau tebal dan
gony artinya lutut. Pycnogonida memiliki tubuh bagian perut yang tereduksi
karena hampir hilang, sementara kakinya panjang dan mencakar. Kepalanya
memiliki belalai panjang dengan mulut terminal yang tidak biasa dan beberapa
mata sederhana pada pusat tuberkulum. Bagian kepala juga terdapat sepasang
cakar dan sepasang ovigers, tempat telur dibawa. Secara keseluruhan, sulit untuk
membedakan ujung hewan pada classis ini, mana yang merupakan kepala.
Pycnogonida memakan Invertebrata bertubuh lunak, khususnya Cnidaria,
menghisapnya dengan proboscesnya, dan Pycnogonida larva sering hidup sebagai
parasit di dalam jaringan Cnidarian. Usus Pycnogonida memiliki divertikula yang
sangat panjang yang meluas ke ujung kaki (Hedgpeth, 1960).
Ordo Pantopoda Gerstaecker, 1863
Familia Acheliidae Semper, 1874
Spesies Ammothea australiensis Flynn, 1919
Menurut tabel data karakter spesies Ammothea australiensis memiliki
chelicerae, memiliki 4 pasang kaki jalan, tidak memiliki fase Nauplius, tidak
memiliki antenna, eksoskeleton tersusun terutama oleh kitin, lokomosi hanya
dengan kaki, struktur mata ocelli/tunggal, system pernapasan dengan insang,
tidak memiliki furcula, dan memiliki struktur oviger. Menurut data dari
website koleksi Museum Victoria, Ammothea australiensis memiliki badan
berwarna kuning pucat hingga coklat muda, biasanya tanpa tanda. Bagian
mulut di depan tubuh (belalai) lebih panjang dari badan. Delapan kaki berjalan
beruas-ruas yang menempel di sisi-sisi bagasi. Rentang kaki hingga 2 cm.
Spesies ini adalah laba-laba laut yang paling sering diamati di sepanjang garis
pantai selatan. Di pantai terbuka dengan gelombang energi tinggi, mereka
berlindung di celah-celah, parit atau daerah yang jauh dari gelombang pasang
utama. Jantan membawa telur, memegangnya di antara bagian tubuh yang
disebut ovigers yang menggantung di bawah hewan.
Classis Euchelicerata Weygoldt & Paulud, 1979
Karakter yang dimiliki hewan Classis Euchelicerata yaitu tidak memiliki antena,
memiliki sepasang chelicerae, memiliki sepasang pedipalp, memiliki empat
pasang kaki jalan, memiliki dua tagmata yang terdiri dari prosoma
(cephalothorax) dan opisthosoma (abdomen) (Haug et al., 2012).
Ordo Ixodida Koch, 1844
Familia Ixodidae Koch, 1844
Spesies Ixodes scapularis Say, 1821
Berdasarkan data yang ada pada tabel data karakter, karakter yang
membedakan spesies Ixodes scapularis dengan spesies lainnya yaitu spesies
ini memiliki scutum. Menurut Patterson (2017), spesies Ixodes scapularis
memiliki kaki berwarna hitam, memiliki scutum yang berbentuk bulat,
memiliki palp yang panjang dan ramping.
Classis Arachnida Lamarck, 1801
Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-laba, akan
tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba. Umumnya anggota kelas
ini hidup di darat. Tubuhnya terdiri atas dua bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh
belakang (Suwignyo, 2005). Ukuran Arachnida bervariasi dari 0,08 mm hingga
21 cm bahkan lebih. Arachnida memiliki tubuh yang tersegmentasi, kerangka
tubuh yang keras, dan kebanyak merupakan predator. Arachnida tidak memiliki
rahang, tubuhnya dibagi menjadi prosoma (cephalothorax) dan opisthosoma
(abdomen). Cephalothorax di bagian punggungnya ditutupi oleh karapas (Culin et
al., 2018).
Ordo Scorpiones C. L. Koch, 1837
Familia Scorpionidae Latreille, 1802
Spesies Opistophthalmus glabrifrons Peters, 1861
Berdasarkan tabel data karakter, spesies Opistophthalmus glabrifrons
memiliki chelicerae, memiliki empat pasang kaki jalan, tidak memiliki fase
Nauplius, tidak memiliki antena, eksoskeleton tersusun terutama oleh kitin,
lokomosi hanya dengan kaki, struktur mata ocelli atau tunggal, sistem
pernapasan trakeal, tidak memiliki furcular, tidak memiliki oviger, memiliki
struktur stinger dan pincer. Menurut Gaban (1997), spesies Opistophthalmus
glabrifrons dikenal dari daerah kering dengan rezim suhu berbeda (di daerah
dengan cuaca beku sampai daerah dengan suhu di atas 40 derajat).
Distrubusinya tampaknya lebih ditentukan oleh kekerasan tanah daripada jenis
tanah. Tanah berpasir tampaknya harus dihindari karena jenis tanah yang
sangat subur dapat menyulitkan spesies tersebut untuk menggali. Warnanya
bervariasi, tetapi biasanya kuning kecokelatan hingga kecokelatan. Pedipalp,
tungkai, metasoma (ekor) dan telson berwarna lebih terang dari pada batang
dan bagian posterior karapas. Ukuran dewasa spesies ini adalah 9-11,5 cm.
Jantan dalam spesies ini memiliki metasoma (ekor) yang lebih panjang dan
tebal serta tangan pedipalp yang lebih memanjang.

Subphylum Myriapoda Latreille, 1802


Myriapoda memiliki tubuh beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu pasang atau
dua pasang kaki. Tubuhnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan
abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di
darat terutama tempat yang banyak mengandung sampah, misal kebun dan di bawah
batu-batuan. Di bagian kepala terdapat kelopak mata, antena dan mulut. Myriapoda
memiliki susunan saraf tangga tali, sistem pernapasan dengan trakea, sistem peredaran
darahnya terbuka, dan berkembang biak dengan bertelur (Larson et al., 2001).
Classis Chilopoda Latreille, 1817
Chilopoda disebut juga centipedes, tubuh agak pipih dorsoventral, bersegmen 15-
173 segmen, hidup di darat, bernafas dengan trakea, terdapat antena satu pasang
pada daerah kepala, seluruh tubuh bersegmen agak pipih dan memanjang, kaki
satu pasang untuk setiap segmen, beberapa memiliki racun contohnya
Scolopendra sp. (Syulasmi, 2016).
Ordo Scolopendromorpha
Familia Scolopendridae Leach, 1815
Spesies Scolopendra polymorpha Wood, 1861
Berdasarkan tabel data karakter, spesies Scolopendra polymorpha memiliki
mandibular, memiliki lebih dari lima pasang kaki jalan, tidak memiliki fase
nauplius, memiliki satu pasang kaki per ruas tubuh, memiliki antenna,
memiliki antena tambahan pada telson, panjang antena pada telson tidak
melebihi panjang tubuh, eksoskeleton tersusun terutama oleh kitin, lokomosi
hanya dengan kaki, struktur mata facet atau jamak, memiliki lebih dari empat
sel kerucut di tiap ommatidia, sistem pernapasan trakeal, tidak memiliki
furcular, dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Ahmed & Hussen
(2016), Scolopendra polymorpha tersebar di daerah tropis dan subtropis. Kaki
pada spesies ini terdiri dari lima podomer (prefemur, femur, tibia, tarsus 1,
tarsus 2), dan pretarsus. Spesies Scolopendra polymorpha dewasa memiliki
panjang sekitar 18-19 cm, berwarna coklat muda hingga coklat bata.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S.T., Hussen, F, S., 2016. First Record of Two Scolopendromorph centipedes;
Scolopendra subspinipes Leach, (1815) and Scolopendra polymorpha Wood, (1861)
with Additional Notes on Scolopendra cingulata Latreille, (1829) in Iraq. ZANCO
Journal of Pure and Applied Sciences, 28(6), pp. 174-182.
Culin, J., Goodnight, M.L., Lotha, G., Pallardy, R., Rogers, K., Setia, V., Singh, S.,
Tikkanen, A., Young, G., 2018. Arachnid. Encyclopedia Britannica
https://www.britannica.com/animal/arachnid [Diakses pada 6 April 2021].
Farley, R.D., 2012. Ultrastruktur Pembangunan Buku Insang di Embrio dan Instar Pertama
Kepiting Tapal Kuda Limulus Polyphemus L. (Chelicerata, Xiphosura). Farley
Frontiers in Zoology, 8(9), pp. 1-22.
Gaban, D., Opistophthalmus glabrifrons (Peters). Forum American Tarantula Society, 6(6),
pp. 196.
Haug, C., Sallam, W.S., Maas, A., Waloszek, D., Kutschera, V., Haug, J.T., 2012.
Tagmatization in Stomatopoda Reconsidering Functional Units of Modern-day Mantis
Shrimps (Verunipeltata, Hoplocarida) and Implications for The Interpretation of
Fossils. Frontiers in Zoology, 9(1), pp. 31.
Hedgpeth, J.W., 1960. Treatise on Invertebrate Paleontology. Kansas: Geological Society of
America and University of Kansas Press.
Jasin, M., 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Larson, H.C.P., Roberts, L., Allan., 2001. Integarted Principles Of Zoology, Eleventh
Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Patterson, J.W., Duncan, A.M., Mclntyre, K.C., Lloyd, V.K., 2017. Evidence for Genetic
Hybridization Between Ixodes scapularis and Ixodes cookie. Canadian Journal of
Zoology, 95(8), pp. 527-537.
Patullo, B., 2017. Ammothea australiensis Pycnogonid in Museums Victoria Collections.
https://collections.museumsvictoria.com.au/species/8736 [Diakses pada 5 April
2021].
Suwignyo, S., 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syulasmi, A., 2016. Evolusi dan Sistematika Makhluk Hidup. Tanggerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Toly, S.R., 2019. Keragaman dan Kelimpahan Komunitas Arthropoda Permukaan Tanah dan
Kanopi Tumbuhan di Hutan Taman Wisata Alam Baumata. Jurnal Biotropikal Sains,
16(1), pp. 93-105.

Anda mungkin juga menyukai