Anda di halaman 1dari 5

Subphylum Myriapoda Latreille, 1802

Tubuh yang dimiliki oleh subphylum Myriapoda antara lain memiliki kepala yang
tampak jelas dengan sepasang antenna dan tiga pasang mulut yang berfungsi sebagai
pengunyah makanan. Setiap pada bagian segmennya yang dimiliki pada Myriapoda ini
terdiri dari dua segmen yang menyatu serta memiliki dua pasang kaki dimana ciri
tersebut dimiliki oleh hewan kaki seribu, sedangkan pada hewan lipan di setiap segmen
batang tubuh lipan memiliki sepasang kaki. Lalu, ciri khas yang dimiliki oleh subphylum
Myriapoda terdapat cakar beracun pada bagian segmen tubuhnya yang terdapat di bagian
depan dimana racunnya tersebut dapat melumpuhkan mangsa dan dapat membantu untuk
mempertahankan diri (Agustiani, 2018).
Berdasarkan dari data tabel karakter, pada subphylum Myriapoda ini memiliki
mandibula dan memiliki lebih dari 5 pasang kaki untuk berjalan. Selain itu, pada bagian
daerah kepalanya terdapat antenna dan memiliki struktur mata yang jamak atau disebut
dengan facet. Terdapat eksoskeleton dimana eksoskeleton tersebut tersusun oleh kitin
yang biasanya disebut dengan chitineous.

Classis Chilopoda Latreille, 1817


Berdasarkan dari data tabel karakter yang dimiliki oleh Classis Chilopoda
dibandingkan dengan classis yang lainnya yaitu memiliki lebih dari 4 sel kerucut pada
bagian di setiap ommatidia. Sistem pernapasan yang dimiliki oleh Chilopoda adalah
sistem pernapasan trakeal. Chilopoda dapat bergerak dengan menggunakan kaki yang
dimana lokomosi pada Chilopoda tersebut hanya dengan kaki. Menurut Prasetiyo
(2014), batang badan pada classis Chilopoda terdapat sepasang organ modifikasi dari
bagian kaki dimana berfungsi untuk melindungi diri yaitu sting organ. Jumlah
sepasang kaki pada Chilopoda tersebut dapat digunakan sebagai pembeda pada tiap
ordonya.

Ordo Scolopendromorpha Pocock, 1895


Familia Scolopendridae Leach, 1816
Spesies Scolopendra polymorpha Wood, 1861
Ordo Scutigeromorpha Pocock. 1895
Familia Scutigeridae Leach, 1814
Spesies Scutigera smithii Newport, 1844
Berdasarkan dari data tabel karakter, yang membedakan Scutigera smithii
dengan spesies lainnya adalah antenna yang dimiliki oleh Scutigera smithii
terdapat tambahan pada bagian telson dan panjang antenna pada telson ini
melebihi panjang tubuh spesies Scutigera smithii. Selain itu, pada bagian kakinya
memiliki satu pasang kaki di setiap ruas tubuh spesies tersebut serta tidak
memiliki struktur furcula. Menurut Ansari, dkk (2016), struktur furcula berfungsi
sebagai alat pelompat dengan cara kerja yang mirip dengan pegas sehingga dapat
melompat hingga mencapai 75-100 mm tetapi struktur furcula tersebut tidak
dimiliki oleh spesies Scutigera smithii.

Classis Diplopoda de Blainville in Gervais, 1844


Berdasarkan dari data tabel karakter, classis Diplopoda tidak memiliki fase
nauplius dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Suwandi (2019), Diplopoda ini
memiliki kaki sekitar 30 atau lebih dari 30 pasang maupun tungkai. Ruas-ruas pada
Diplopoda kebanyakan terdiri dari 2 pasang. Bentuk tubuh yang dimiliki oleh classis
tersebut seperti tabung dan memiliki sungut yang pendek dimana terdapat tujuh ruas.
Namun, pada classis Diplopoda yang baru saja menetas hanya memiliki tiga pasang
kaki.
Ordo Polydesmida Leach, 1815
Familia Rhachodesmidae Carl, 1903
Spesies Pararhachistes potosinus Chamberlin, 1943
Berdasarkan dari data tabel karakter, yang membedakan spesies
Pararhachistes potosinus dengan spesies lainnya adalah memiliki dua pasang
kaki yang terdapat di setiap bagian ruas tubuh. Antenna pada telson yang dimiliki
oleh spesies Pararhachistes potosinus ini panjangnya tidak melebihi panjang
tubuhnya.
Subphylum Crustacea Brünnich, 1772
Crustacea yang terdiri dari hewan-hewan laut seperti kepiting dan lobster yang
dimana memiliki masing-masing fungsi ekologis yang sangat penting (Khoo et al., 2019).
Berdasarkan data tabel karakter, subphylum Crustacea memiliki fase hidup yang dimana
sebagai nauplius. Lalu, terdapat sel kerucut pada setiap ommatidia yang berjumlah 4 sel.
Menurut Hasly, dkk (2019), Crustacea memiliki mata majemuk yang didalamnya terdapat
sistem visual yang melibatkan banyak komponen sehingga mata majemuk tersebut terdiri
dari unit reseptif individu yang disebut dengan ommatidia.
Classis Maxillopoda Dahl, 1956
Maxillopoda memiliki tubuh dengan ukuran yang kecil dan pendek. Bagian tubuh
yang terdapat pada classis Maxillopoda ini pendek yang dimana terdiri dari kepala,
dada, perut, dan sebuah telson. Kepala pada Maxillopoda memiliki ruas sebanyak 5
ruas, dada sebanyak 6 ruas, dan perut sebanyak 4 ruas (Hardiyanti, 2018).
Berdasarkan data tabel karakter, classis Maxillopoda memiliki appendages yang
berupa thoraxic limb dan panjang antenna pada telson yang melebihi panjang
tubuhnya.

Ordo Sessilia Lamarck, 1818


Familia Balanidae Leach, 1817
Spesies Balanus trigonus Darwin, 1854
Berdasarkan data tabel karakter, yang membedakan spesies Balanus
trigonus dengan spesies lainnya adalah spesies tersebut tidak memiliki lokomosi
atau sessil. Balanus trigonus memiliki sistem pernapasan filtrasi dengan organ
cirri. Lalu, terdapat mulut yang berupa rongga bukkal. Menurut Thiyagarjan, dkk
(2006), Balanus trigonus merupakan suatu spesies yang dikenal sebagai teritip
segitiga. Selain itu, habitatnya berada di laut yang beriklim hangat.

Classis Branchiopoda Latreille, 1817


Berdasarkan data tabel karakter, Branchiopoda memiliki appendages berupa setae
dimana setae yang dimiliki oleh Branchiopoda sebanyak 5-6 pasang, Hal ini sesuai
dengan referensi dari Hardiyanti (2018), classis Branchiopoda merupakan hewan
yang hidup berada di air tawar serta memiliki jumlah segmen tubuh dan appendage
yang sangat bervariasi. Selain itu, terdapat maksila yang tereduksi atau tidak dan
memiliki kaki yang bentuknya seperti daun contohnya Lepidocaris rhyniensis.

Ordo Diplostraca Gerstraecker, 1866


Familia Daphniidae O.F. Müller, 1785
Spesies Daphnia magna Straus, 1820
Berdasarkan data tabel karakter, yang membedakan spesies Daphnia
magna dengan spesies lainnya adalah memiliki sistem pernapasan dengan insang
dan terdapat bagian mulut yang berupa filter. Menurut Canton (1978), tubuh
bagian utama yang dimiliki oleh Daphnia magna adalah chitin shell carapace.
Cangkangnya tersebut transparan sehingga mudah untuk diamati. Spesies Daphnia
magna pada saat masih muda dengan bertambah besar, bagian cangkangnya tidak
dapat tumbuh. Lalu, Daphnia magna dapat menghasilkan shell yang disebut
dengan instar dimana cangkang dari tubuh induknya dilepaskan ke dalam air
hingga melewati 4-6 instar sebelum bereproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, T. N., 2018. Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda Di Hutan Pinus
Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi. Bandung :
Universitas Pasundan.

Ansari., Awawin, I. A., Nurmi. & Firman, R. A., 2016. Jenis-Jenis Collembola Di Kawasan
Rinon Pulo Aceh. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry.

Canton, J. H. & Adema, D. M. M., 1978. Reproducibillity Of Short-Term and Reproduction


Toxicity Experiments With Daphnia magna and Comparison Of The Sensitivity Of
Daphnia magna With Daphnia pulex and Daphnia cucullata In Short-Term Experiments.
Hydrobiologis, 59(2), pp. 135-140.

Hardiyanti, S., 2018. Kelimpahan Arthropoda Pada Formasi Pantai Karangsong Kabupaten
Indramayu Sebagai Sumber Belajar Biologi. Bandung : Universitas Pasundan.

Hasly, I. R. J., Wazir, M. & Roza, Y., 2019. Pola Pergerakan Blue Swimming Crab (Poratunus
pelagicus) Terhadap Cahaya. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 10(1), pp. 1-14.

Khoo, M. D. Y., Tiong, N. J. L., & Cai, Y., 2019. The Freshwater Decapod Crustaceans Of Bukit
Timah Nature Reserve, Singapore. Gardens Bulletin Singapore, 71(1), pp. 575-581.
Prasetiyo, D. H., 2014. Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada Cagar Alam
Manggis Gadungan dan Perkebunan Kopi Mangli Di Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri.
Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.

Suwandi, A. E., 2019. Keanekaragaman Makrofauna Tanah dan Kandungan C-Organik Pada
Tempat Pemrosesan Akhir Bakung. Bandar Lampung. Lampung : UIN Raden Intan.

Thiyagarajan, V., Stanley, C. K., Sam, C. K., Cheung. &Pei, Y. Q., 2006. Cypris Habitat
Selection Facilitated by Microbial Films Influences The Vertical Distribution Of Subtidal
Barnacle Balanus trigonus. Microbial Ecology, 51, pp. 431-440.

Anda mungkin juga menyukai