Anda di halaman 1dari 5

Phylum Platyhelminthes Minot, 1876

Berdasarkan tabel data karakter, dapat dilihat bahwa salah satu karakter yang
membedakan antara Phylum Platyhelminthes dengan Mollusca yaitu Phylum
Platyhelminthes memiliki lapisan tubuh triploblastik aselomata, tidak memiliki massa
visceral, dan tubuhnya berbentuk pipih dorsoventral. Menurut Collins (2017), secara
bahasa Platyhelminthes berasal dari dua kata bahasa yunani, yaitu “platy” yang
artinya pipih dan “helminthes” yang artinya cacing. Menurut Kastawi (2005),
habitat Platyhelminthes adalah di laut, perairan tawar, dan daratan yang lembap.
Platyhelminthes yang hidup tidak parasit biasanya berlindung di bawah bebatuan,
daun, mata air, dan lain-lain. Sedangkan, Platyhelminthes yang parasit membutuhkan
beberapa macam inang untuk kelangsungan hidupnya. Ada yang hidup di ternak
Mammalia, peredaran darah manusia, kantung kemih katak, otot babi, unggas, dan
beberapa jenis Vertebrata lainnya.
Classis Turbellaria Ehrenberg, 1831
Turbellaria ditemukan di seluruh lingkungan akuatik, seperti air laut, air
tawar, maupun air payau. Kebanyakan Turbellaria berukuran 1 mm. Bentuk
tubuhnya bervariasi, seperti gelendong, vermiform atau berbentuk daun yang
ditutupi dengan epitel beraneka ragam yang khas. Sel sensorik (misalnya mata,
ciliated pits, dan rhabdite) dan sistem saraf pusat terkonsentrasi di bagian
anterior, sedangkan organ reproduksi terletak di bagian posterior. Posisi faring,
baik tipe simplex, plicatus, atau rosulatus, bervariasi di sepanjang sumbu tubuh
utama. Pori mulut selalu terletak di bagian perut. Ekskresi terjadi melalui sistem
protonephridial. Turbellaria adalah Invertebrata hermaphrodite. Struktur
reproduksi yang paling mencolok adalah bagian berbeda dari organ persetubuhan
jantan yang membentuk stylets dengan bentuk dan kompleksitas berbeda. Gonad
betina berpasangan atau tidak berpasangan, dan telurnya endolecithal atau
ectolecithal (Thorp et al., 2014). Berdasarkan referensi tersebut maka salah satu
karakter diagnostik dari Classis Turbellaria yang ada pada tabel data karakter
yaitu memiliki rhabdit. Menurut Martin (1978), rhabdit merupakan struktur yang
berfungsi sebagai pelindung atau berfungsi sebagai tempat produksi lendir untuk
luncuran siliaris.
Ordo Rhabdocoela Meixner, 1925
Familia Dalyelliidae Graff, 1905
Spesies Dalyellia viridis Shaw, 1791
Berdasarkan tabel data karakter, yang membedakan Dalyellia viridis
dengan spesies lainnya yaitu tidak memiliki proglotid, hidupnya bebas di alam
(free living), dan bersimbiosis dengan ganggang hijau. Berdasarkan referensi
Douglas (1987), Dalyellia viridis memiliki panjang sekitar 2,5-3,5 mm
berwarna hijau. Dalyellia viridis dapat menghasilkan 18-25 telur per individu.
Fotosimbiosis ditemukan di anggota Phylum Platyhelminthes air tawar Ordo
Rhabdocoela, tetapi ini mungkin sistem yang paling tidak dipahami. Dalyellia
viridis, Typhloplana viridata dan Phaenocora typhlops merupakan spesies
Ordo Rhabdocoela yang hidup bersimbiosis dengan alga hijau Chlorella sp.
Menurut Szumko (2010), Dalyellia viridis biasa ditemukan di kolam di seluruh
Eropa dan Amerika Utara. Satu atau lebih spesies Dalyellia viridis dapat
ditemukan di sebagian besar kolam air tawar yang tergenang baik permanen
maupun sementara. Tidak seperti banyak cacing pipih yang hidup bebas yang
bersifat predator, Dalyellia viridis adalah pemakan bangkai, memakan detritus
- potongan-potongan kecil tumbuhan dan hewan yang mati di air kolam.
Classis Trematoda Rudolphi, 1808
Trematoda memiliki bentuk tubuh seperti daun. Tubuhnya tertutup
kutikula. Saluran pencernaannya lengkap tanpa anus terdiri dari mulut, faring, dan
intestin. Organ ekskresi berupa protonefridia. Bersifat hermaphrodite, kecuali
pada Familia Digenia (Kastawi, 2005). Trematoda hidup sebagai parasit di tubuh
hewan lain. Kebanyak memiliki alat penghisap (sucker) yang melekat ke organ-
organ internal atau permukaan-permukaan luar dari hewan inang. Lapisan luar
yang keras membantu melindungi parasit di dalam inangnya. Organ-organ
reproduksi menempati hampir di seluruh bagian dalam dari cacing-cacing ini
(Campbell & Reece, 2008).
Ordo Echinostomida La Rue, 1957
Familia Fasciolidae Railliet, 1895
Spesies Fasciola hepatica Linnaeus, 1758
Berdasarkan tabel data karakter, yang membedakan spesies Fasciola hepatica
dengan spesies lainnya yaitu spesies ini memiliki proglotid. Karakter lainnya
yang dimiliki oleh Fasciola hepatica yaitu tidak memiliki rhabdit, hidup
sebagai parasit, memiliki sucker pengait, dan tidak memiliki rostelum.
Menurut Jasin (1992), Fasciola hepatica dewasa mempunyai panjang tubuh
antara 12-29 mm. Spesies ini berbentuk pipih seperti daun dengan bentuk bahu
yang khas yang disebabkan oleh kerucut kepalanya (chepalic cone), batil hisap
kepala dan perut yang sama besarnya dengan kerucut kepala, memiliki usus
yang bercabang di vertikulum, testis yang bercabang banyak dan tersusun
sebagai tandem, kelenjar vitellaria yang bercabang-cabang secara merata di
bagian lateral dan posterior badan, uterus pendek dan berkelok-kelok.
Fasciola hepatica hidup parasit di dalam empedu atau dalam pembuluh darah
hati manusia dan hewan ternak seperti babi, sapi, kerbau, dan domba.
Classis Cestoda
Cacing pita (Cestoda) bersifat parasit. Cacing pita dewasa sebagian besar
hidup di dalam Vertebrata, termasuk manusia. Kebanyakan cacing pita, bagian
ujung anterior atau scolex dipersenjatai dengan penghisap dan kait yang
digunakan untuk melekatkan diri ke lapisan usus inangnya. Cacing pita tidak
memiliki mulut dan rongga gastrovaskular. Mereka mengabsorpsi nutrien yang
dilepaskan oleh pencernaan di dalam usus inang. Absrorpsi terjadi di seluruh
permukaan tubuh cacing pita (Kastawi, 2005).
Ordo Cyclophyllidea
Familia Taeniidae Ludwig, 1886
Spesies Taenia solium Linnaeus, 1758
Berdasarkan tabel data karakter, spesies Taenia solium memiliki
karakter sebagai berikut hidup sebagai parasit, memiliki sucker pengait, dan
memiliki rostelum. Taenia solium merupakan hewan parasit, hal ini sesuai
dengan referensi dari Suriawanto, dkk (2014), taeniasis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh cacing pita dari Genus Taenia. Sistiserkosis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi larva dari Taenia sp. Sistiserkosis pada
manusia umumnya disebabkan infeksi oleh larva Taenia solium. Menurut
Susanty (2018), Taenia solium merupakan parasit yang berada dalam usus
manusia. Spesies ini dapat mencemari lingkungan dengan telur atau
proglotidnya apabila sanitasi tidak memadai. Spesies dewasanya berbentuk
panjang sekitar 2-8 m, bersegmen, memiliki skoleks, leher, dan srobila yang
merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid. Spesies ini bahkan ada yang dapat
hidup mencapai 25 tahun. Alat penghisapnya berbentuk bulat berukuran
sekitar 1 mm, mempunyai 4 buah batil isap, terletak pada skoleksnya. Spesies
Taenia solium biasa ditemukan di Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Afrika.
Phylum Mollusca Cuvier, 1795
Berdasarkan tabel data karakter, dapat dilihat bahwa salah satu karakter yang
membedakan antara Phylum Platyhelminthes dengan Mollusca yaitu Phylum
Mollusca memiliki lapisan tubuh triploblastik selomata, memiliki massa visceral,
hidup bebas di alam (free living). Menurut Kastawi (2005), secara bahasa Mollusca
berasal dari molus bahasa yunani yang artinya lunak. Jadi, Mollusca merupakan
kelompok hewan invertebrate yang bertubuh lunak dan multiseluler. Mollusca ini
mudah ditemukan di berbagai tempat, baik darat mapun di air. Phylum ini dapat
dibedakan individu jantan dan betina, namun beberapa jenis merupakan
hermaphrodite yaitu memiliki 2 kelamin (jantan dan betina) dalam satu tubuh.
Classis Monoplacophora Odhner, 1940
Berdasarkan tabel data karakter, karakter diagnostik yang dimiliki oleh Classis
Monoplacophora yaitu, cangkang berbentuk topi (caplike shell), memiliki
monopectinate gills. Berdasarkan referensi dari Lindberg (2009), Monoplacophora
berukuran kecil dan mirip limpet, memiliki tubuh memanjang dan cangkang
tunggal. Dalam fosil Monoplacophora, bukaan (bukaan cangkang) bervariasi
dalam bentuk dari hampir melingkar hingga berbentuk buah pir. Tinggi cangkang
juga bervariasi dan berkisar dari yang relatif datar hingga tinggi. Hewan
Monoplacophoran memiliki kepala yang tidak jelas dengan struktur mulut yang
rumit pada permukaan ventral. Mulut biasanya dikelilingi oleh bibir anterior yang
menebal berbentuk V dan tentakel pasca-oral.
Ordo Tryblidiida Lamche, 1957
Familia Neopilinidae Knight & Yochelson, 1958
Spesies Neopilina galatheae Lemche, 1957
Berdasarkan tabel data karakter, karakter yang membedakan spesies
Neopilina galatheae dengan spesies lainnya yaitu cangkang berbentuk topi
(caplike shell), memiliki monopectinate gills, memiliki semu serial repetition
(pseudosegmentation), Molussca dari Classis Monoplacophora adalah spesies
klasik dan mungkin kasus paling mencolok dari 'fosil hidup' di laut dalam,
sampai ditemukannya Neopilina galatheae dari kedalaman 3570 m di lepas
pantai Kosta Rika di Pasifik timur. Spesies ini dianggap punah sejak
Devonian, hampir 400 juta tahun yang lalu (Kano et al., 2012). Neopilina
galatheae hidup dengan memakan terutama foraminifera. Ia juga
membutuhkan radiolaria dan diatom sebagaimana dibuktikan dengan sisa-sisa
makhluk tersebut di perutnya. Tubuh Neopilina galatheae memiliki simetris
bilateral dan menunjukkan segmentasi metamerik. Neopilina galatheae
memiliki panjang sekitar 3,7 cm, lebar 3,3 cm dan tinggi 1,4 cm. Sisi
punggung tubuh ditutupi oleh cangkang tipis. Cangkangnya melingkar secara
garis besar. Cangkang terdiri dari lapisan prismatik tengah berkapur tebal dan
lapisan nacreous berkapur, ditutupi oleh periostracum. Ketiga lapisan
cangkang ini terbentuk dari tepi mantel. Bagian tubuh yang lembut hanya
terlihat dari sisi perut. Di sekeliling kaki dan kepala terdapat alur pallial dalam
yang berisi lima pasang insang. Ada delapan pasang otot dorso-ventral pada
spesies ini. Otot-otot ini berasal dari cangkang dan meluas ke dinding median
alur pallial (Lindberg, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. & Reece, J.B., 2008. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Collins, J.J., 2017. Platyhelminthes. Current Biology, 27(7), pp. 252-256.
Douglas, A.E., 1987. Experimental Studies on Symbiotic Chlorella in the Neorhabdocoel
Turbellaria Dalyellia viridis and Typhloplana viridata. British Phycological Journal,
22(2), pp. 157-161.
Jasin, M., 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kastawi, Y., 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press.
Lindberg, D.R., 2009. Monoplacophorans and the Origin and Relationships of Mollusks. Evo
Edu Outreach, 2(1), pp. 191-203.
Martin,G.G., 1978. A New Function of Rhabdites: Mucus Production for Ciliary Gliding.
Zoomorphologie, 91(3), pp. 235-248.
Suriawanto, N., Guli, M.M., Miswan., 2014. Deteksi Cacing Pita (Taenia solium L.) Melalui
Uji Feses Pada Masyarakat Desa Purwosari Kecamatan Torue Kabupaten Parigi
Moutong Sulawesi Tengah. Jurnal Biocelebes, 8(1), pp. 17-28.
Susanty, E., 2018. Taeniasis solium dan Sistiserkosis pada Manusia. Journal of Medical
Science, 12(1), pp. 1-6.
Szumko, S., 2010. Mystery Organism Identified: the Flatworm, Dalyellia viridis. MLive
Media Group. http://www.annarbor.com/passions-pursuits/mystery-organism-
identified---the-flatworm-dalyellia-viridis/
Thorp, J.H., Rogers, D.C., 2014. Ecology and General Biology 4th Edition. USA: Academic
Press.

Anda mungkin juga menyukai