PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
adanya sistem saraf dan sistem indra. Pada cacing hati terdapat dua bintik mata
pada bagian kepalanya. Bintik mata tersebut mengandung pigmen yang disebut
oseli. Indra peraba pada Planaria disebut aurikula atau telinga, ada juga yang
memiliki organ keseimbangan dan organ untuk mengetahui arah aliran air
(Tjay dan Kirana, 2015).
Kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya filum ini
akan merugikan manusia, selain merugikan manusia, ada pula cacing pita yang
merugikan domba dan anjing, dahulu banyak orang-orang Cina, Jepang dan Korea
yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis, disamping belum berkembang
ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau setengah
matang. Fasciola hepatica hidup parasit di dalam empedu atau dalam pembuluh
darah hati manusia dan hewan ternak seperti sapi, babi, kerbau, dan domba
(Harti, 2010).
Platyhelminthes dapat di klasifikasi menjadi empat kelas, yaitu Turbellaria
atau cacing berambut getar, yaitu cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan
bulu getarnya, Trematoda atau cacing isap yang mempunyai alat pengisap dan alat
kait untuk melekatkan diri pada inangnya, Cestoda atau cacing pita dan
Monogenea merupakan cacing pipih yang memiliki usus bercabang-cabang
menuju seluruh tubuh sehingga peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah,
tetapi langsung diedarkan dan diserap tubuh dari cabang usus tersebut
(Fried dan George, 2005).
Planaria dikenal sebagai hewan hermafrodit. Individu planaria yang
bereproduksi secara seksual atau sexual strain mampu membentuk organ
reproduksi yang berkembang pasca masa embrional, sedangkan individu yang
bereproduksi secara aseksual atau asexual strain, gagal membentuk organ
reproduksi sehingga mutlak bereproduksi melalui pembelahan transversal. Hal
lain yang memungkinkan adalah diduga planaria di perairan tersebut lebih
memilih moda reproduksi aseksual daripada seksual karena didominasi oleh
planaria asexual strain (Palupi et al., 2015).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Platyhelminthes bisa bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan
meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut
biasanya dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga bisa bereproduksi
secara seksual dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat
hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada
batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip indukny
(Natadisastra dan Ridad, 2009).
Universitas Sriwijaya
terletak dibagian lateral tubuh pada bagian cranial. Planaria merupakan hewan
triploblastik aselomata dengan tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom.
Semua ruangan yang terletak di antara organ viseral tersusun oleh mesenkim,
yang lebih dikenal dengan sebutan parenkim (Palupi et al., 2015).
Cacing pita merupakan salah satu cacing parasit yang memiliki alat kelamin
ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen dan tidak memiliki saluran
cerna. Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga panjangnya bisa
mencapai 20 m atau lebih. Tubuh manusia dapat dimasuki cacing ini apabila
memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang tidak matang. Jenis cacing pita
yang terkenal adalah Taenia saginata dan Taenia solium. Bagian scolex memiliki
pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada dinding usus
inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali panjang proglottid,
dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin jantan dan betina dan
stuktur lainnya (Tjay dan Kirana, 2015).
Cacing pipih atau trematoda pada umumnya berbentuk seperti daun dan
juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies Skitosoma yang berbentuk lebih
memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Skitosoma menulari dari bentuk
aktifnya atau cercacirae. Fasciola atau cacing hati khusus terdapat pada domba
dan menimbulkan pembesaran hati, jarang sekali menulari manusia. Infeksi cacing
ini dinamakan masing-masing schis-tosomiasis dan fascioliasis. Cacing pipih
hanya memiliki usus yang bercabang-cabang menuju seluruh tubuh sehingga
peredaran makanan tidak melalui pembuluh darah, tetapi langsung diedarkan dan
diserap tubuh dari cabang usus tersebut. Sistem ini disebut dengan sistem
pencernaan gastrovaskuler (Natadisastra dan Ridad, 2009).
Ketiga kelas Platyhelminthes lainnya bersifat parasitik. Monogenea
cenderung memiliki tahapan-tahapan siklus hidup yang sederhana. Monogenea
merupakan hermafrodit, tetapi jarang memfertilisasi dirinya sendiri. Monogenea
merupakan ektoparasit pada ikan laut dan ikan air tawar, amphibi, reptil, &dan
juga pada averterbrata lain. Satu inang monogenea dapat berukuran 0,2 sampai 0,5
mm, dengan alat penempel posterior sampai opisthaptor (Fried dan George,
2005).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
4.1. Deskripsi
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui hasil
sebagai berikut.
4.1.1. Planaria sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Fillum : Platyhelminthes
1
Kelas : Rhabditophora
2 Ordo : Triclaidida
Famili : Planariidae
3 Genus : Planaria
Spesies : Planaria sp.
Nama Umum : Cacing pipih
Keterangan gambar :
1. Caput
2. Truncus
3. Caudal
Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
Planaria sp. termasuk ke dalam filum Platyhelminthes dengan memiliki ciri tubuh
yang pipih dengan kepala berbentuk hampir menyerupai segitiga dan memiliki
kemampuan untuk beregenerasi. Menurut Palupi et al. (2015) Planaria termasuk
dalam Filum Platyhelminthes yang memiliki bentuk tubuh pipih dan simetri
bilateral. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan tubuh
planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua ruangan yang terletak di
Universitas Sriwijaya
antara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal dengan sebutan
parenkim.
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Planaria sp.
Universitas Sriwijaya