Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara tropik yang berada di wilayah khatulistiwa
terbentang antara 06˚04'30ʺ Lintang Utara-11˚00'36ʺ Lintang Selatan. Di
Indonesia pola persebaran buah-buahan dan berbagai jenis tumbuhan umumnya
mengikuti pola persebaran iklim.Wilayah Indonesia tergolong beriklim basah,
sehingga berbagai jenis tumbuh-tumbuhan terutama buah-buahan dapat tumbuh
dengan subur.Indonesia memiliki potensi besar sebagai penghasil buah tropis yang
mampu bersaing di pasar ekspor manca negara, namun hal tersebut harus
didukung dengan kualitas dari sumber daya genetik buah-buahan lokal yang di
hasilkan (Rezkina et al., 2016).
Salah satu tanaman obatyang digunakan dan dipercaya masyarakatluas untuk
pengobatan adalah Pohon Bidara Laut atau Ziziphus mauritiana Lam. Dalam
kehidupan sehari-hari, bidara Laut dapat digunakan sebagai pohon ruqyah dan
obat-obatan herbal yang diyakini, salah satu fungsinya yaitu sebagai obat sariawan
atau kandidiasis atau keputihan, infeksi saluran kemih, diare, dan lain-lain.
Secara tradisional tanaman ini digunakan sebagai tonik. Selain itu juga digunakan
untuk menghentikan mual, muntah dan untuk meredakan nyeri dalam kehamilan
dan untuk penyembuhan luka (Taufiq, 2018).
Hewan dan tumbuhan dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat
dengan berbagai metode yang telah ditemukan, metode tersebut yang paling
umum adalah mikroteknik. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak
metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan
digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan
dengan metode smear ataupun embedding dan seringkali pula dengan metode
whole mount. Sedangkan sel tumbuhan kebanyakan dibuat dengan menggunakan
metode yang lebih ringan daripada sel hewan karena struktur sel hewan dan sel
tumbuhan yang berbeda. Metode yang paling umum digunakan untuk melihat
jaringan dan sel adalah metode parafin dengan bahan utamanya adalah blok
parafin (Sedjo, 2004).

Universitas Sriwijaya
Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan
adalah metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat
permanen dengan menggunakan paraffin sebagai media embedding dengan tebal
irisan kurang lebih mencapai 10-15 µm. Alat yang digunakan untuk dapat
mencapai hasil irisan10-15 µm adalah mikrotom (Nugroho, 2006).
Fiksasi merupakan material segar yang dimasukkan ke dalam larutan FAA
setelah itu dimasukan kedalam vacump pump hingga udara dalam jaringan
tersedot keluar. Selain itu, Dehidrasi adalah proses pembuangan larutan FAA yang
kemudian diganti berturut-turut dengan alkohol 50%, 70%, 95%, alkohol absolut,
alkohol berbanding xylol 3 kali dengan perbandingan yang berbeda, dan xylol
absolut 2 kali. Dengan lama perendaman dalam masing-masing larutan adalah
selama 3 jam (Mursidawati dan Sunaryo, 2012).
Infiltrasi adalah proses pemasukan serbuk parafin sedikit-sedikit ke dalam
botol sampel hingga jenuh dan botol ditempatkan pada suhu ruang dalam keadaan
tertutup. Botol kemudian dibuka dan disimpan dalam oven bersuhu 60ºC.
Infiltrasi dilakukan agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga
jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu di embedding atau proses penanaman
yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke
seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada
kaca objek, pewarnaan jaringan tumbuhan seringkali dengan menggunakan
safranin ataupun fast green (Nugroho, 2006).
Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau penanaman
jaringan ke dalam balok-balok parafin atau cetakan sehingga memudahkan proses
penyayatan dengan bantuan mikrotom. Parafin yang digunakan untuk menanam
jaringan harus memiliki titik leleh yang sama dengan parafin yang digunakn
waktu infiltrasi. Parafin ketiga yang dipakai pada infiltrasi dapat digunakan
langsung untuk penanaman dengan syarat memang sudah bersih dari bahan
penjernih (Sari et al., 2016).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum kali ini bertujuan untuk melihat struktur jaringan dan organ
tumbuhan Ziziphus mauritiana pada metode parafin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sriwijaya
2.1. Klasifikasi Ziziphus mauritiana
Klasifikasi tanaman Bidara atau Ziziphus mauritiana adalah sebagai berikut
(Grice, 2002).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rhamnaceae
Genus : Ziziphus
Spesies : Ziziphus mauritiana
Nama Umum : Bidara

2.2. Morfologi Ziziphus mauritiana


Zizyphus marauritiana termasuk ke dalam tanaman C3. Dinamakan tanaman
C3 karena produk fiksasi karbon organik pertama tanaman ini adalah senyawa
berkarbon-tiga, 3-fosfogliserat. Tanaman C3 memproduksi makanan apabila
stomatanya tertutup pada hari yang panas dan kering. Tingkat CO 2 yang menurun
dalam daun akan mengurangi bahan ke siklus Calvin yang membuat keadaan
memburuk, enzim rubisco dapat menerima O2 sebagai pengganti CO2. Produknya
terurai dan dari satu potong senyawa berkarbon dua dikirim keluar dari kloroplas.
Mitokondria dan peroksisom kemudian memecah molekul berkarbon dua menjadi
CO2. Proses ini disebut fotorespirasi, karena proses ini terjadi dalam cahaya dan
mengkonsumsi O2 tidak seperti fotosintesis, fotorespirasi tidak menghasilkan ATP
dan makanan (Marwat, 2009).
Bidara atau Ziziphus mauritiana merupakan semak berduri hingga 15 meter
dengan diameter 40 cm atau lebih. Rimbunan daunnya redup, banyak cabang yang
terlihat dan memiliki duri stipular. Daunnya bulat telur atau ellipsoid dengan 3
vena longitudinal di pangkalan. Panjangnya sekitar 2,5-3,2 cm, panjang 1,8-3,8
cm lebar dan memiliki gigi yang halus pada ujungnya. Daunnya berwarna hijau
gelap dan mengkilap di atas, serta hijau pucat atau abu-abu hijau di bagian bawah

Universitas Sriwijaya
tergantung pada iklim dan lingkungannya. Ketinggian cepat tumbuh dan mulai
memproduksi buah dalam tiga tahun (Ahmad et al., 2018).
Pohon Ziziphus mauritiana selalu hijau atau setengah meranggas, tumbuh
tegak, atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang terkulai atau declinatus
memiliki goresan tak beraturan, berwarna abu-abu atau hitam pudar setiap
percabangan ranting terdapat dua duri yang mengalami modifikasi pada bagian
ujungnya., satu berkelok dan yang lainnya lurus. Batangnya silinder, berwarna
coklat kemerahan, pada batang yang sudah tua akan berwarna keabu-abuan
pudar, permukaan kasar, keras dan berkayu (Latif, 2002).
Ziziphus mauritiana berdaun tunggal dengan letak yang berselang-seling,
berbentuk bundar-lonjong, berukuran 2 sampai 9 cm x 1,5 sampai 5 cm, dengan
tepian yang berkilap, tidak berbulu. Tulang daun membujur nyata dengan tangkai
daun berukuran panjang 8-15 mm. Daun Ziziphus mauritiana berwarna hijau dan
akan mengering ketika menua. Bunganya kecil, dan termasuk bunga majemuk,
berwarna hijau kekuningan, yang terletak pada axilar daun atau inflorescence,
berpuncak datar, serta bergerombol (Marwat, 2009).
Gagang bunga bidara panjangnya 2-3 mm, berwarna kekuningan, berbau
harum. Daun mahkota berjumlah 5 helai, dengan daun kelopaknya berjumlah 5
dan bercuping bercuping. Benang sari 5 utas, dengan bakal buah tenggelam
beruang 1-4 dan tangkai putik bercabang 2. Cakramnya bercuping 10 atau
beralur-alur. Bunganya uniseksual, yang muncul dari ketiak daun, berbentuk
payung menggarpu, dengan panjang 1-2 cm, dan tersusun atas 7-20 kuntum
bunga, adapun tipe polen pada Ziziphus marauritiana adalah Tricolporat
(Anjum, 2005).

2.3. Trikoma
Trikoma merupakan salah satu derivate dari epidermis yang berasal dari
bahasa yunani yang artinya rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-sel
epidermis dengan bentuk, susunan serta fungsinya yang memang
bervariasi.Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya
pertahanan dari serangga, yang ditentukan oleh adanya kelenjar atau glandula atau
tidak adanya glandula atau nonsecretory, kerapatan, panjang, bentuk, dan

Universitas Sriwijaya
ketegakaan trikoma. Struktur maupun morfologi trikoma memiliki keragaman dan
dapat dijadikan sebagai kunci dari identifikasi marga, spesies, subspecies dan
varietas dari berbagai family yang diteliti (Dewi et al., 2015).

2.4. Kandungan Kimia


Bidara atau yang dikenal dengan bahasa latin Ziziphus mauritiana Lam. telah
diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Salah satu bagian tanaman
Ziziphus mauritiana telah dibuktikan memiliki aktivitas antioksidan adalah bagian
daunnya. Berdasarkan aktivitas antioksidan yang dimiliki, daun
Ziziphus mauritiana diduga memiliki aktivitas adaptogenik. Efek empiris yang
dimiliki oleh Ziziphus mauritiana sebagai tonik juga memperkuat dugaan bahwa
Ziziphus mauritiana memiliki aktivitas adaptogenik (Samirana et al., 2015).

Ekstrak dari biji Ziziphus mauritiana memiliki potensi untuk menangani


aktivitas dan pengaruh radikal bebas, sebagai potensi anti kanker, anti microba
serta anti malaria. Ekstrak biji juga tersedia untuk proses induksi karena tekanan
oksida alkohol dengan cara mengubah radikal bebas menjadi produk lebih stabil
atau dengan memperkuat sistem antioksidan. Metode pengolahan dibantu dengan
enzim secara signifikan membantu meningkatkan jumlah terlarut zat terlarut,
jumlah fenolik dan aktivitas antioksidan (Ahmad et al., 2018).

Tanaman Bidara Laut mengandung berbagai senyawa seperti pektin A,


glikosida saponin, alkaloid, asam triterpenoat, flavonoid dan lipid. Bidara Laut
mengandung asam triterpenoat seperti asam kolubrinat, asam alpitolat,
3-O-trans-p-kumaroilmaslinat, asam oleanolat, asam betulonat, asam oleanonat,
asam zizyberenalat dan asam betulinat. Aktivitas antimikroba daun dan buah
bidara laut menunjukkan efek antifungi dan antibakteri yang terdapat pada ekstrak
etanol, n-heksan masing-masing sebesar 1,32 mg permL dan 2,21 mg permL dan
telah diidentifikasi adanya kandungan senyawa alkaloid, glikosida saponin, serta
flavonoid (Taufiq, 2018).

BAB 3

Universitas Sriwijaya
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 September-12
Oktober 2018 pada pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis, baki plastik,
balok kayu, botol balsam dengan batang kaca, botol tempat bahan kimia, botol
untuk fiksasi, botol vial, bunsen, gelas benda berlekuk, gelas pewarnaan, hotplate,
jarum ose, kaca objek, kaca penutup, kamera, kertas label, lap tangan, mikroskop,
mikrotom, oven parafin 480C dan 580C, pinset, pipet tetes, pompa vakum, rak
tabung reaksi, scapel, silet, tempat untuk menyimpan preparat, tisu. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah asam nitrat, asam asetat glasial, alkohol, aquades,
Canada balsam, daun serai wangi, fastgreen, formalin, gliserin, haupt’s adhesive,
larutan bayklin, larutan TBA, 480C dan 580C, safranin, xylol.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Metode Parafin
Dikoleksi daun bidara atau Ziziphus mauritiana dengan persyaratan
bahannya harus dalam keadaan segar, bahan tidak boleh terjepit, dan bahan
dipotong kecil-kecil sesuai dengan larutan fiksatif. Selanjutnya bahan di fiksasi di
dalam larutan FAA minimal 24 jam, setelah itu bahan di aspirasi dengan
menggunakan pompa vakum untuk menghilangkan atau mengelurkan udara yang
terdapat dalam jaringan di lakukan sampai benar-benar tidak ada lagi udara dalam
jaringan tumbuhan tersebut, pompa vakum dihidupkan selama satu jam, lalu
dimatika sebentar kemudian diulangi lagi proses aspirasinya. Kemudian sampel
tanaman masuk ke tahap dehidrasi untuk menghilangkan atau menarik air dari
jaringan tumbuhan, dengan seri alkohol-TBA, alkohol 50 % dilakukan 2 kali
pengulangan selama 30 menit, lalu diganti dengan johansen I selama 2 jam,

Universitas Sriwijaya
setelah itu larutan di ganti dengan johansen II + safranin 1% dimalamkan, setelah
itu masuk ke dalam larutan johansen III selama 2 jam, lalu johansen IV selama 2
jam, johansen V selama 2 jam, kemudian masuk ke dalam larutan TBA selama 2
jam dengan 3 kali pengulangan, untuk pengulangan yang terakhir dimalamkan,
setelah itu masuk ke dalam TBA: minyak parafin dengan perbandingan 1:1 selama
2 jam. Selajutnya masuk ke tahap infiltrasi, sampel dituangi dengan parafin 48 0C
selama 2 jam dengan 3 kali pengulangan, pengulangan yang terakhir dimalamkan,
lalu masuk ke parafin 580C selama 2 jam dengan 3 kali pengulangan,
pengulangan yang terakhir dimalamkan juga. Setelah itu masuk ke tahap
embedding (penanaman), sesudah sampel dari pergantian parafin 580C selama 3
kali pengulangan di masukkan ke dalam kotak kertas, di susun dengan rapid an
jangan sampai ada udara yang terperangkap pada saat proses penanaman
berlangsung, dan dibiarkan membeku. Kemudian masuk ke tahap penyayatan.
Balok parafin yang sudah dirapikan di tempel di balok kayu, disayat dengan
menggunakan mikrotom putar, dibuat sayatan melintang dan sayatan paradermal
pada daun, jika kita benar dalam proses penyayatan maka akan terbentuk pita
parafin yang rapi dan berurutan. Tahap selanjutnya adalah penempelan, ambil
kaca objek yang bersih yang sudah direndam di dalam alkohol kemudian
dikeringkan selanjutnya di tetesi dengan larutan haupt’s adhesive, dan gosok,
ratakan dengan ujung jari, lalu tetesi dengan formalin 4% , setelah itu letakkan
sayatan diatasnya dengan rapi lalu letakkan kaca objek di papan pemanas, jika ada
formalin yang berlebih isap dengan kertas penghisap. Kemudian tahap selanjutnya
adalah pewarnaan dengan safranin-fastgreen. Sampel yang sudah diletakan di
kaca objek yang sudah biberi label sebagai penanda dimasukkan ke dalam larutan
xylol 1 selama 24 jam, lalu di masukkan ke dalam xylol 2 selama 10 menit,
alkohol 100% selama 10 menit, alkohol 96% 10 menit, alkohol 70% selama 10
menit, alkohol 50% selama 10 menit, alkohol 30% selama 10 menit, aquades
selama 2 menit, safranin selama 2 jam, lalu cuci lagi dengan aquades selama 2
menit, alkohol 30% selama 10 menit, alkohol 50% selama 10 menit, alkohol 70%
selama 10 menit, alkohol 96% selama 10 menit, fastgreen selama 1 menit, alkohol
100% selama 10 menit 2 kali pengulangan, alkohol: xylol (1:1) selama 10 menit,
xylol 1 selama 10 menit xylol 2 dikeluarkan jika sudah siap untuk melakukan

Universitas Sriwijaya
penutupan. Tahap selanjutnya setelah selesai pewarnaan sayatan di tutup dengan
meneteskan Canada balsam dan ditutup dengan kaca penutup. Tahap selanjutnya
pemberian label dengan keterangan nama spesies, organ, dan penampang, lalu
diamati di bawah mikroskop, kemudian diambil gambarnya dengan kamera.

BAB 4

Universitas Sriwijaya
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil dengan empat


penampang yaitu penampang melintang daun dan batang daun, penampang
paradermal daun, penampang melintang batang, dan penampang paradermal
batang. Hasil preparat dengan metode parafin dan telah diamati menunjukkan
kenampakan dari penampang melintang daun dan batang daun dari
Zizyphus marauritiana, terdapat trikoma yang begitu banyak, dan dengan
bagian-bagian jaringan yang sedikit rusak. Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan rusaknya jaringan misalnya saat pemotongan, balok parafin dan
pisau pemotong tidak dingin. Menurut Nugroho (2006), pembuatan preparat atau
sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai
alat pemotongnya. Perbesaran 40x10

Xylem

Floem

Trikoma
Epidermis

Gambar 1. Sayatan melintang daun dan batang daun dari Zizyphus marauritiana
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018.
Sayatan paradermal daun Zizyphus marauritiana menunjukkan jaringan
seperti pada lapisan terluar terdapat epidermis yang sudah tidak utuh lagi. Hal ini
dikarenakan pada saat proses embedding yang masih meninggalkan gelembung
udara di dalam parafin, pada saat pewarnaan terlalu lama di dalam xylol, larutan
safranin, dan fastgreen, dan serta saat penutupan terlalu banyak menggunakan
entelan. Menurut Praptomo (2010), metode parafin juga memiliki kelemahan
diantaranya jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
Perbesaran 40x10

Epidermis

Gambar 2. Sayatan Paradermal daun Zizyphus marauritiana

Universitas Sriwijaya
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018.
Sayatan melintang batang Zizyphus marauritiana menunjukkan adanya
jaringan seperti jaringan pembuluh xylem dan floem, juga dari sayatan melintang
batang Zizyphus marauritiana terlihat adanya trikoma dan epidermis yang masih
sedikit utuh.
Perbesaran 40x10
Epidermis

Trikoma

Gambar 3. Sayatan Melintang Batang Zizyphus marauritiana


Sumber : Dokumen Pribadi, 2018.
Sayatan paradermal batang menunjukkan bagian-bagian bewarna merah
adalah bagian yang menunjukan kelenjar yang terdapat dalam batang. Menurut
Devi (2015), jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan
muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang
dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat
penampang dari bagian-bagian tumbuhan.

Perbesaran 10x

BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut.

Universitas Sriwijaya
1. Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya jaringan misalnya saat pemotongan,
balok parafin dan pisau pemotong tidak dingin.
2. Sayatan paradermal daun Zizyphus marauritiana menunjukkan jaringan terluar
atau epidermis yang sudah tidak utuh lagi.
3. Sayatan melintang batang Zizyphus marauritiana menunjukkan adanya jaringan
pembuluh xylem dan floem, juga trikoma dan epidermis yang masih sedikit
utuh.
4. Kelemahan dari metode parafin diantaranya jaringan menjadi keras, mengerut
dan mudah patah.
5. Sayatan melintang daun dan batang daun dari Zizyphus marauritiana terdapat
trikoma yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K., Mohd Y., Munirah A. R., Yakob, M. A., Raja J. R. Y., Nurulwahidah
F., Khalijah A., Rozana O., Dan Ariffin, M. F. M. 2018. Tumbuhan Bidara
Dalam Al-Qur’an Dan Hadith: Analisis Terhadap Manfaatnya Berasaskan
Kepada Penyelidikan Semasa . Malaysia: University Of Malaya.

Anjum P. Q. 2005. Pollen Flora Of Pakistan –Xliv Rhammaceae. Pakistan:


Journal Botany. 7(2): 61-82.

Universitas Sriwijaya
Devi, E.R. 2015. Pengembangan Lks Materi Alga Dengan Memanfaatkan Media
Preparat Whole Mount Mikroalga. Jurnal Bioedu. 4(3): 949-956.

Dewi, V.P., Iin H., Dan Sri W. 2015. Studi Trikoma Daun Pada Famili Solanaceae
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 1(2):
209-218.

Grice, A. C. 2002. The Biology Of Australian Weeds 39. Ziziphus Mauritiana


Lam. Plant Protection Quarterly. Iucngisd. 17: 2-11.

Latif, Am. 2002. Chinee Apple Indian Jujube Zizhiphus Mauritiana. America:
Queensland Government.

Marwat , S. K. 2009. Fruit Plant Species Mentioned In The Holy Qura’n And
Ahadith And Their Ethnomedicinal Importance. Pakistan: American-
Eurasian Journal. 5(2): 1-8.

Mursidawati, S. Dan Sunaryo. 2012. Studi Anatomi Endofitik Rafflesia Patma Di


Dalam Inang Tetrastigma Sp. Buletin Kebun Raya. 15(2): 71-80.

Nugroho, H. L. 2006. Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Depok:


Penebar Swadaya.

Praptomo, 2010. Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun Dan Batang Serai Wangi
(Cymbopogon Winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap Dan Air
Dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknik Pomits. 2(1): 93-97.

Rezkina Br.S. A., Inyoman R., Dan Ida A. M. 2016. Identifikasi Dan Karakterisasi
Sumber Daya Genetik Buah-Buahan Lokal Di Kabupaten Klungkung. E-
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5(2): 103-115.

Samirana, P. O., Taradipta, I. D. M. R., Dan Leliqia, N. P. E. 2015. Uji Aktivitas


Adaptogenik Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana Auct. Non
Lamk.) Dengan Metode Swimming Endurance Test Pada Mencit Galur
Balb/C. Jurnal Farmasi Udayana. 4(2): 56-59.

Sari, D.P., Umi, F., Dan Riezky, M.P. 2016. Profil Hands On Activity Pada Mata
Kuliah Mikroteknik Di Prodi Pendidikan Biologi Fkip Uns. Proceeding
Biology Education Conference. 13(1): 476-481.

Sedjo, S. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Taufiq, 2018. Aktifitas Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut
(Ziziphus Mauritiana Lam.) Terhadap Pertumbuhan candida Albicans Dan
Escherichia Coli. Jurnal Kesehatan. 3(1): 1-8.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
Daun Bidara Sayatan Melintang Daun dan
Batang Daun Bidara

Sayatan Paradermal Daun Bidara Sayatan Melintang Batang Bidara

Sayatan Paradermal Batang Bidara

Sumber: (Dokumen Pribadi, 2018).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai