PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan
adalah metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat
permanen dengan menggunakan paraffin sebagai media embedding dengan tebal
irisan kurang lebih mencapai 10-15 µm. Alat yang digunakan untuk dapat
mencapai hasil irisan10-15 µm adalah mikrotom (Nugroho, 2006).
Fiksasi merupakan material segar yang dimasukkan ke dalam larutan FAA
setelah itu dimasukan kedalam vacump pump hingga udara dalam jaringan
tersedot keluar. Selain itu, Dehidrasi adalah proses pembuangan larutan FAA yang
kemudian diganti berturut-turut dengan alkohol 50%, 70%, 95%, alkohol absolut,
alkohol berbanding xylol 3 kali dengan perbandingan yang berbeda, dan xylol
absolut 2 kali. Dengan lama perendaman dalam masing-masing larutan adalah
selama 3 jam (Mursidawati dan Sunaryo, 2012).
Infiltrasi adalah proses pemasukan serbuk parafin sedikit-sedikit ke dalam
botol sampel hingga jenuh dan botol ditempatkan pada suhu ruang dalam keadaan
tertutup. Botol kemudian dibuka dan disimpan dalam oven bersuhu 60ºC.
Infiltrasi dilakukan agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga
jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu di embedding atau proses penanaman
yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke
seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada
kaca objek, pewarnaan jaringan tumbuhan seringkali dengan menggunakan
safranin ataupun fast green (Nugroho, 2006).
Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau penanaman
jaringan ke dalam balok-balok parafin atau cetakan sehingga memudahkan proses
penyayatan dengan bantuan mikrotom. Parafin yang digunakan untuk menanam
jaringan harus memiliki titik leleh yang sama dengan parafin yang digunakn
waktu infiltrasi. Parafin ketiga yang dipakai pada infiltrasi dapat digunakan
langsung untuk penanaman dengan syarat memang sudah bersih dari bahan
penjernih (Sari et al., 2016).
Universitas Sriwijaya
2.1. Klasifikasi Ziziphus mauritiana
Klasifikasi tanaman Bidara atau Ziziphus mauritiana adalah sebagai berikut
(Grice, 2002).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rhamnaceae
Genus : Ziziphus
Spesies : Ziziphus mauritiana
Nama Umum : Bidara
Universitas Sriwijaya
tergantung pada iklim dan lingkungannya. Ketinggian cepat tumbuh dan mulai
memproduksi buah dalam tiga tahun (Ahmad et al., 2018).
Pohon Ziziphus mauritiana selalu hijau atau setengah meranggas, tumbuh
tegak, atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang terkulai atau declinatus
memiliki goresan tak beraturan, berwarna abu-abu atau hitam pudar setiap
percabangan ranting terdapat dua duri yang mengalami modifikasi pada bagian
ujungnya., satu berkelok dan yang lainnya lurus. Batangnya silinder, berwarna
coklat kemerahan, pada batang yang sudah tua akan berwarna keabu-abuan
pudar, permukaan kasar, keras dan berkayu (Latif, 2002).
Ziziphus mauritiana berdaun tunggal dengan letak yang berselang-seling,
berbentuk bundar-lonjong, berukuran 2 sampai 9 cm x 1,5 sampai 5 cm, dengan
tepian yang berkilap, tidak berbulu. Tulang daun membujur nyata dengan tangkai
daun berukuran panjang 8-15 mm. Daun Ziziphus mauritiana berwarna hijau dan
akan mengering ketika menua. Bunganya kecil, dan termasuk bunga majemuk,
berwarna hijau kekuningan, yang terletak pada axilar daun atau inflorescence,
berpuncak datar, serta bergerombol (Marwat, 2009).
Gagang bunga bidara panjangnya 2-3 mm, berwarna kekuningan, berbau
harum. Daun mahkota berjumlah 5 helai, dengan daun kelopaknya berjumlah 5
dan bercuping bercuping. Benang sari 5 utas, dengan bakal buah tenggelam
beruang 1-4 dan tangkai putik bercabang 2. Cakramnya bercuping 10 atau
beralur-alur. Bunganya uniseksual, yang muncul dari ketiak daun, berbentuk
payung menggarpu, dengan panjang 1-2 cm, dan tersusun atas 7-20 kuntum
bunga, adapun tipe polen pada Ziziphus marauritiana adalah Tricolporat
(Anjum, 2005).
2.3. Trikoma
Trikoma merupakan salah satu derivate dari epidermis yang berasal dari
bahasa yunani yang artinya rambut-rambut yang tumbuh dan berasal dari sel-sel
epidermis dengan bentuk, susunan serta fungsinya yang memang
bervariasi.Trikoma pada jaringan epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya
pertahanan dari serangga, yang ditentukan oleh adanya kelenjar atau glandula atau
tidak adanya glandula atau nonsecretory, kerapatan, panjang, bentuk, dan
Universitas Sriwijaya
ketegakaan trikoma. Struktur maupun morfologi trikoma memiliki keragaman dan
dapat dijadikan sebagai kunci dari identifikasi marga, spesies, subspecies dan
varietas dari berbagai family yang diteliti (Dewi et al., 2015).
BAB 3
Universitas Sriwijaya
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
setelah itu larutan di ganti dengan johansen II + safranin 1% dimalamkan, setelah
itu masuk ke dalam larutan johansen III selama 2 jam, lalu johansen IV selama 2
jam, johansen V selama 2 jam, kemudian masuk ke dalam larutan TBA selama 2
jam dengan 3 kali pengulangan, untuk pengulangan yang terakhir dimalamkan,
setelah itu masuk ke dalam TBA: minyak parafin dengan perbandingan 1:1 selama
2 jam. Selajutnya masuk ke tahap infiltrasi, sampel dituangi dengan parafin 48 0C
selama 2 jam dengan 3 kali pengulangan, pengulangan yang terakhir dimalamkan,
lalu masuk ke parafin 580C selama 2 jam dengan 3 kali pengulangan,
pengulangan yang terakhir dimalamkan juga. Setelah itu masuk ke tahap
embedding (penanaman), sesudah sampel dari pergantian parafin 580C selama 3
kali pengulangan di masukkan ke dalam kotak kertas, di susun dengan rapid an
jangan sampai ada udara yang terperangkap pada saat proses penanaman
berlangsung, dan dibiarkan membeku. Kemudian masuk ke tahap penyayatan.
Balok parafin yang sudah dirapikan di tempel di balok kayu, disayat dengan
menggunakan mikrotom putar, dibuat sayatan melintang dan sayatan paradermal
pada daun, jika kita benar dalam proses penyayatan maka akan terbentuk pita
parafin yang rapi dan berurutan. Tahap selanjutnya adalah penempelan, ambil
kaca objek yang bersih yang sudah direndam di dalam alkohol kemudian
dikeringkan selanjutnya di tetesi dengan larutan haupt’s adhesive, dan gosok,
ratakan dengan ujung jari, lalu tetesi dengan formalin 4% , setelah itu letakkan
sayatan diatasnya dengan rapi lalu letakkan kaca objek di papan pemanas, jika ada
formalin yang berlebih isap dengan kertas penghisap. Kemudian tahap selanjutnya
adalah pewarnaan dengan safranin-fastgreen. Sampel yang sudah diletakan di
kaca objek yang sudah biberi label sebagai penanda dimasukkan ke dalam larutan
xylol 1 selama 24 jam, lalu di masukkan ke dalam xylol 2 selama 10 menit,
alkohol 100% selama 10 menit, alkohol 96% 10 menit, alkohol 70% selama 10
menit, alkohol 50% selama 10 menit, alkohol 30% selama 10 menit, aquades
selama 2 menit, safranin selama 2 jam, lalu cuci lagi dengan aquades selama 2
menit, alkohol 30% selama 10 menit, alkohol 50% selama 10 menit, alkohol 70%
selama 10 menit, alkohol 96% selama 10 menit, fastgreen selama 1 menit, alkohol
100% selama 10 menit 2 kali pengulangan, alkohol: xylol (1:1) selama 10 menit,
xylol 1 selama 10 menit xylol 2 dikeluarkan jika sudah siap untuk melakukan
Universitas Sriwijaya
penutupan. Tahap selanjutnya setelah selesai pewarnaan sayatan di tutup dengan
meneteskan Canada balsam dan ditutup dengan kaca penutup. Tahap selanjutnya
pemberian label dengan keterangan nama spesies, organ, dan penampang, lalu
diamati di bawah mikroskop, kemudian diambil gambarnya dengan kamera.
BAB 4
Universitas Sriwijaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Xylem
Floem
Trikoma
Epidermis
Gambar 1. Sayatan melintang daun dan batang daun dari Zizyphus marauritiana
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018.
Sayatan paradermal daun Zizyphus marauritiana menunjukkan jaringan
seperti pada lapisan terluar terdapat epidermis yang sudah tidak utuh lagi. Hal ini
dikarenakan pada saat proses embedding yang masih meninggalkan gelembung
udara di dalam parafin, pada saat pewarnaan terlalu lama di dalam xylol, larutan
safranin, dan fastgreen, dan serta saat penutupan terlalu banyak menggunakan
entelan. Menurut Praptomo (2010), metode parafin juga memiliki kelemahan
diantaranya jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
Perbesaran 40x10
Epidermis
Universitas Sriwijaya
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018.
Sayatan melintang batang Zizyphus marauritiana menunjukkan adanya
jaringan seperti jaringan pembuluh xylem dan floem, juga dari sayatan melintang
batang Zizyphus marauritiana terlihat adanya trikoma dan epidermis yang masih
sedikit utuh.
Perbesaran 40x10
Epidermis
Trikoma
Perbesaran 10x
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
1. Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya jaringan misalnya saat pemotongan,
balok parafin dan pisau pemotong tidak dingin.
2. Sayatan paradermal daun Zizyphus marauritiana menunjukkan jaringan terluar
atau epidermis yang sudah tidak utuh lagi.
3. Sayatan melintang batang Zizyphus marauritiana menunjukkan adanya jaringan
pembuluh xylem dan floem, juga trikoma dan epidermis yang masih sedikit
utuh.
4. Kelemahan dari metode parafin diantaranya jaringan menjadi keras, mengerut
dan mudah patah.
5. Sayatan melintang daun dan batang daun dari Zizyphus marauritiana terdapat
trikoma yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K., Mohd Y., Munirah A. R., Yakob, M. A., Raja J. R. Y., Nurulwahidah
F., Khalijah A., Rozana O., Dan Ariffin, M. F. M. 2018. Tumbuhan Bidara
Dalam Al-Qur’an Dan Hadith: Analisis Terhadap Manfaatnya Berasaskan
Kepada Penyelidikan Semasa . Malaysia: University Of Malaya.
Universitas Sriwijaya
Devi, E.R. 2015. Pengembangan Lks Materi Alga Dengan Memanfaatkan Media
Preparat Whole Mount Mikroalga. Jurnal Bioedu. 4(3): 949-956.
Dewi, V.P., Iin H., Dan Sri W. 2015. Studi Trikoma Daun Pada Famili Solanaceae
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 1(2):
209-218.
Latif, Am. 2002. Chinee Apple Indian Jujube Zizhiphus Mauritiana. America:
Queensland Government.
Marwat , S. K. 2009. Fruit Plant Species Mentioned In The Holy Qura’n And
Ahadith And Their Ethnomedicinal Importance. Pakistan: American-
Eurasian Journal. 5(2): 1-8.
Praptomo, 2010. Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun Dan Batang Serai Wangi
(Cymbopogon Winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap Dan Air
Dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknik Pomits. 2(1): 93-97.
Rezkina Br.S. A., Inyoman R., Dan Ida A. M. 2016. Identifikasi Dan Karakterisasi
Sumber Daya Genetik Buah-Buahan Lokal Di Kabupaten Klungkung. E-
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5(2): 103-115.
Sari, D.P., Umi, F., Dan Riezky, M.P. 2016. Profil Hands On Activity Pada Mata
Kuliah Mikroteknik Di Prodi Pendidikan Biologi Fkip Uns. Proceeding
Biology Education Conference. 13(1): 476-481.
Taufiq, 2018. Aktifitas Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut
(Ziziphus Mauritiana Lam.) Terhadap Pertumbuhan candida Albicans Dan
Escherichia Coli. Jurnal Kesehatan. 3(1): 1-8.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Daun Bidara Sayatan Melintang Daun dan
Batang Daun Bidara
Universitas Sriwijaya