Oleh:
Anggi M Marsusyi
NIM A1L012156
Oleh:
Anggi M Marsusyi
NIM A1L012156
Oleh:
Anggi M Marsusyi
NIM A1L012156
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian,
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Anggi M Marsusyi
NIM. A1L012156
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT., atas nikmat dan
diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
2. Dr. Ir. Noor Farid, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberi
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan doa maupun materi
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Meskipun
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 4
C. Manfaat ........................................................................................... 5
vii
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 57
A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................................. 64
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xi
RINGKASAN
xii
SUMMARY
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan termasuk tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan diperbanyak baik
secara vegetatif dengan umbi, maupun generatif dengan biji (TSS=True Shallot
Seed). Umumnya bawang merah dikonsumsi setiap hari sebagai bumbu masakan,
dan juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan suhu panas
pendek, oleh karena itu bawang merah ini dapat dijadikan bahan diversifikasi
pangan di Indonesia. Selain itu bawang merah juga komoditas hortikultura yang
memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta memiliki prospek
pasar yang baik. Nilai gizi yang terkandung dalam 100g umbi bawang merah
penghasil utama bawang merah yang ditandai dengan dengan luas areal panen di
atas seribu hektar per tahun adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Selatan. Delapan provinsi ini menyumbang 96,8 persen dari produksi total
bawang merah di Indonesia pada tahun 2013. Sementara itu, lima provinsi di
1
Pulau Jawa yang terdiri dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten memberikan kontribusi sebesar 78,1 persen
dari produksi total bawang merah nasional (Badan Pusat Statistik, 2017). Tabel 1,
berkembangnya industri olahan. Mengacu pada rerata luas areal panen, yaitu
sebesar 103.759,5 ha, maka pemenuhan kebutuhan bawang merah tahun 2018
memerlukan perluasan areal panen sekitar 17.432 ha atau sekitar 6.000 ha per
2
Tabel 2. Proyeksi kebutuhan bawang merah tahun 2018-2025
Kebutuhan (Ton)
Tahun
Konsumsi Benih Industri Ekspor Total
2018 1.022.751 105.900 45.000 105.000 1.278.651
2019 1.038.092 106.900 45.000 110.000 1.299.992
2020 1.067.527 107.900 50.000 110.000 1.335.427
2021 1.083.540 108.900 50.000 110.000 1.352.440
2022 1.114.077 109.900 55.000 120.000 1.398.977
2023 1.130.788 110.900 75.000 125.000 1.441.688
2024 1.177.179 111.900 75.000 125.000 1.489.079
2025 1.194.837 116.900 80.000 150.000 1.541.737
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura, Kementerian Pertanian (2017)
Produksi bawang merah sangat ditentukan oleh jenis media tanam yang
digunakan. Jenis media tanam adalah salah satu faktor yang sangat penting selain
varietas bawang yang ditanam serta kecukupan hara dan pemeliharaan tanaman
dalam teknik budidaya tanaman bawang merah. Penggunaan media tanam yang
tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam. Secara umum media
tanam yang digunakan haruslah memiliki sifat yang ringan, murah, mudah
tersebut kini menjadi ancaman yang sangat serius dalam bidang pertanian. Perlu
mengatasi hal tersebut, salah satunya teknik budidaya secara hidroponik kultur
substrat dengan media tanam alternatif selain tanah untuk digunakan dalam usaha
3
pertanian khususnya tanaman bawang merah. Namun masih perlu beberapa hal,
yaitu:
1. Genotipe bawang merah apa yang memiliki potensi produksi lebih tinggi
2. Jenis media substrat mana yang memiliki nilai efisiensi lebih baik dan
Hasil Lima Genotipe Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Secara Hidroponik
Kultur Substrat”.
B. Tujuan
merah.
4
3. Mengetahui dampak adanya interaksi antara genotipe bawang merah
C. Manfaat
pengembangan selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Taksonomi
2. Morfologi
yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar
kedalaman antara 15-20cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5mm. Bawang
merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang berbentuk seperti
cakram, tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas, di atas discus
terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua
yang berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Balai
berlubang dan bagian ujungnya runcing berwarna hijau muda sampai tua, dan
letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek, sedangkan bunga
bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara
30-90cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar
6
seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga
berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan
bakal buah berbentuk hampir segitga. Buah bawang merah berbentuk bulat
dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Biji bawang
merah berbentuk pipih, berwarna putih, tetapi akan berubah menjadi hitam setelah
antara 5,5 sampai 6,5. Pada pH asam (pH tanah di bawah 5,5), garam alumunium
(Al) yang terlarut dalam tanah bersifat racun yang dapat menyebabkan tanaman
bawang merah menjadi kerdil. Sedangkan pada pH basa (pH di atas 6,5) garam
mangan (Mn) tidak diserap sehingga umbinya kecil dan hasilnya rendah
3. Ekologi
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi kurang lebih 1100m (ideal 0-800m) di atas permukaan laut,
Produksi terbaik dihasilkan di dataran rendah yang didukung suhu udara antara
25-32oC dan beriklim kering. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
kelembapan udara 80-90%, dan curah hujan 300-2500mm pertahun. Angin adalah
sistem perakaran bawang merah yang sangat dangkal, maka angin kencang akan
7
Bawang merah membutuhkan tanah yang subur gembur dan banyak
lempung berdebu. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan bawang merah ada
jenis tanah Latosol, Regosol, Grumosol, dan Aluvial dengan derajat keasaman
(pH) tanah 5,5-6,5 dan drainase dan aerasi dalam tanah berjalan dengan baik,
tanah tidak boleh tergenang oleh air karena dapat menyebabkan kebusukan pada
tanpa media tumbuh dari tanah. Sistem hidroponik adalah cara produksi tanaman
yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika
menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi (Rosliani
Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos
yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya
tanaman tanpa tanah. Sejarah mencatat bahwa hidroponik sudah dimulai oleh
Bangsa Babylonia pada tahun 600 SM yaitu berupa taman gantung (hanging
garden). Taman gantung ini adalah hadiah dari Raja Nebukadnezar II untuk istri
8
tercintanya bernama Amytis, yang juga sebagai permaisuri. Istilah hidroponik
lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR. WF.
melakukan percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang
berisi mineral sehingga tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh
sampai ketinggian 300cm dan memiliki buah yang lebat. Sebelumnya beberapa
ahli phatologi tanaman juga melakukan percobaan dan penelitian untuk dapat
melakukan bercocok tanam tanpa media tanah sebagai media tanam, sehingga
pada masa itu bermunculan istilah-istilah seperti Nutri Culture, Water Culture,
Teknologi hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu kultur
air dan kultur substrat. Kultur air tidak membutuhkan media keras untuk
kultur substrat tergantung dari jenis media yang dipergunakan, dapat berupa sabut
kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai
pengganti media tanah. Berikut jenis teknologi hidroponik yang telah diketahui
diantaranya, yaitu:
1. Kultur air
Nutrient Film Technique adalah teknik hidroponik dimana aliran air yang
sangat dangkal dan mengandung semua nutrisi terlarut yang diperlukan untuk
kedap air. Kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, sedikit lebih dari
9
sebuah lapisan tipis (film) air. Sebuah sistem NFT yang dirancang berdasarkan
pada penggunakan kemiringan saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan
panjang saluran yang tepat. Keuntungan utama dari sistem NFT dari bentuk-
bentuk lain dari hidroponik adalah bahwa akar tanaman yang terkena kecukupan
pasokan air, oksigen dan nutrisi. Kelemahan dari NFT adalah bahwa NTF ini
Drip-Irrigation, juga dikenal sebagai irigasi tetes atau irigasi mikro atau
irigasi lokal, adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan
permukaan tanah atau langsung ke zona akar, melalui jaringan katup, pipa,
tabung, dan emitter. Hal ini dilakukan melalui tabung sempit yang memberikan air
10
perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa diminimalkan sehingga efisiensinya
tinggi. Irigasi tetes dapat dibedakan menjadi 2 yaitu irigasi tetes dengan pompa
dan irigasi tetes dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan pompa yaitu irigasi
tetes yang sistem penyaluran air diatur dengan pompa. Irigasi tetes pompa ini
umumnya memiliki alat dan perlengkapan yang lebih mahal daripada sistem
irigasi gravitasi. Irigasi tetes dengan sistem gravitasi yaitu irigasi tetes dengan
gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber (Sibarani, 2005). Berikut adalah
c. Aeroponics
tanpa tanah atau media substrat (dikenal sebagai geoponics). Budidaya aeroponics
tanaman) tumbuh. Tidak seperti hidroponik di mana air sebagai media tumbuh
11
dilakukan tanpa media tumbuh. Karena air digunakan dalam aeroponics untuk
dasar dari tumbuh aeroponik adalah untuk tumbuh tanaman digantung di dalam
menjuntai dan batang bawah dengan solusi dikabutkan atau disemprot air kaya
2. Kultur Substrat
dimana akar tanaman tumbuh pada media tanaman porous selain tanah yang
Hidroponik kultur substrat banyak digunakan karena dianggap lebih efektif dalam
12
menghemat air dan nutrisi, karena pada sistem ini nutrisi diberikan sesuai dengan
karena itu diperlukan beberapa persyaratan media tanam hidroponik yang steril,
porous, ringan, dan mudah di dapat supaya dapat menahan nutrisi lebih lama.
kultur substrat pada berbagai jenis media tanam. Beberapa jenis media tanam
1. Arang sekam
Arang sekam adalah hasil pembakaran dari sekam padi dengan warna hitam
komposisi arang sekam paling banyak mengandung SiO2 yaitu 52% dan unsur C
sebanyak 31%. Komposisi lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu
13
ppm, Zn 14,10 ppm dan pH 6,8. Karakteristik lain dari arang sekam adalah ringan
(Berat Jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan
air tinggi, berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan
efektif (Douglas, 1985). Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa media arang
sekam memiliki nilai persentase stek bertunas tertinggi pada tanaman melati
media tanam (dari kandungan karbon organik yang tinggi) akan tetapi
Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang
terikat dengan struktur pengikat yang menyerupai kait. Sel-sel sekam yang
14
Kandungan silica diperkirakan berada dalam lapisan luar (De Datta, 1981),
(Houston, 1972). Silica sekam dalam bentuk tridymite dan crytabolalite yang
akan dapat mengikat air dan melepaskannya jika tanah menjadi kering.
yang ringan.
tanaman.
tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar, arang lebih
yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit. Arang dapat ditumbuk, kemudian
15
dikempa menjadi briket dalam berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis
penggunaannya dibanding kayu bakar. Arang dapat diolah lebih lanjut menjadi
arang aktif, dan sebagai bahan pengisi dan pewarna pada industri karet dan
plastik.
disebut sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya
oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian besar menjadi
karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang terjadi pada suhu 150-
300oC. pembentukan arang tersebut disebut sebagai pirolisis primer. Arang dapat
mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan
sektor usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang memanfaatkan bagian
tempurung kelapa dapat dijadikan sabagai bahan dasar briket arang. Tempurung
kelapa yang akan dijadikan arang harus dari kelapa yang sudah tua, karena lebih
padat dan kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dari kelapa yang masih
muda. Harga jual arang tempurung kelapa terbilang cukup tinggi. Karena selain
16
Penambahan arang tempurung kelapa pada tanah dapat meningkatkan
karena memiliki kapasitas tukar kation cukup tinggi sehingga berpotensi dalam
Mayoritas jenis tanah pengaruh tidak langsung yaitu melalui ion hidrogen lebih
masih toleransi dengan perbedaan konsentrasi ion hidrogen yang besar, selama
dalam keseimbangan yang cukup antara unsur hara masih dapat dipertahankan
tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 4).
17
3. Pasir
Pasir termasuk tanah Regosol yang dalam taksonomi tanah lebih dikenal
dengan sub-ordo Psamments yang berarti pasir dari ordo Entisol. Jenis tanah
tanah yang telah tua horizon sudah mulai terbentuk horizon A1 lemah, berwarna
kelabu, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan
setempat, memiliki kandungan bahan organik rendah, kandungan air dan lempung
rendah sehingga membatasi pemanfaatannya. Bobot pasir yang agak berat akan
memermudah tegaknya stek batang. Tidak hanya itu, keunggulan media tanam
pasir adalah kemudahan dalam pemakaian dan dapat menambah sistem aerasi dan
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan adalah Tipe pasir yang
tak jarang dipakai sebagai media tanam. Oleh sebab memiliki pori-pori
berkapasitas besar (pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering
kecil jadi mudah terkikis oleh air. Media pasir lebih membutuhkan irigasi dan
pemupukan yang lebih intensif. Faktor tersebut yang menyebabkan pasir jarang
dipakai sebagai media tanam dengan cara tunggal. Pemakaian pasir sebagai media
kerikil, batu-batuan, alias bahan organik yang disesuaikan dengan tipe tanaman.
Media tanam alternatif yang baik untuk hidroponik kultur substrat pada sayuran
adalah pasir, atau campuran pasir dan arang sekam dengan perbandingan volume
18
1:1 (Suwandi, 1993). Media tanam tersebut memiliki banyak keuntungan
dibandingkan tanah, seperti bobotnya lebih ringan, lebih bersih dan bebas dari
D. Nutrisi AB Mix
hidroponik, karena media nutrisi cair adalah salah satu sumber hara bagi tanaman.
Unsur makro hara dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam
larutan relatif tinggi. Termasuk makro hara adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Mikro
hara hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe,
Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda
pekatan B tidak dapat dicampur karena bila kation kalsium (Ca2+) dalam pekatan
A bertemu dengan anion sulfat (SO4-) dalam pekatan B akan terjadi endapan
kalsium sulfat (CaSO4) sehingga unsur Ca2+ dan S tidak dapat diserap oleh akar
tanaman dan menunjukkan gejala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation
kalsium (Ca2+) dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B
akan terjadi endapan ferri-fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap
oleh akar dan tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi Fe (Sjarif et al., 2011).
19
Menurut Nugraha (2014) aplikasi perlakuan pupuk AB mix memiliki
pertumbuhan vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam, pakchoy dan
kandungan unsur makro dan mikro hara yang dibutuhkan tanaman telah
terkandung di dalam larutan hara AB mix dan nutrisi yang diperoleh tanaman dari
Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem
atau aliran listrik di dalam air dengan EC meter. Selain EC, pH juga faktor yang
penting untuk dikontrol. Formula nutrisi yang berbeda memiliki pH yang berbeda,
dilarutkan dalam air. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang
5,5 sampai 6,5. Ketersediaan Mn, Cu, Zn, dan Fe berkurang pada pH yang lebih
20
III. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan pada Oktober 2015 hingga Januari 2016.
B. Materi Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan dalam screen
house seluas 5 m2, bibit bawang merah Varietas Tiron, Varietas Bima Curut,
Varietas Mentes, Varietas Pancasona dan galur G4, nutrisi AB Mix, fungisida,
insektisida, H2PO4, KOH dan air. Materi penelitian yang digunakan adalah arang
tempurung kelapa, arang sekam, campuran antara pasir dan arang sekam.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain: Polybag (20 x
thermometer, kalkulator, mistar, jangka sorong, oven, kamera dan alat tulis.
21
C. Rancangan Percobaan
media tanam yang terdiri dari tiga taraf, yaitu M1= Media arang tempurung
kelapa, M2= Media arang sekam, M3= Media campuran arang sekam dan pasir
(perbandingan volume 1:1). Faktor kedua adalah ragam genotipe tanaman bawang
merah, yaitu V1= Varietas Tiron, V2= Galur G4, V3= Varietas Bima Curut, V4=
kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali. Satu unit percobaan terdiri atas 1
Faktorial.
Bobot umbi per rumpun yang ditimbang adalah umbi bawang merah tanpa
bagian daun dan akar setelah dikeringkan. Bobot per umbi kering dikenal dengan
istilah bobot layak jual atau bobot komersil. Bagian umbi bawang merah
Bobot yang ditimbang adalah umbi bawang merah tanpa bagian daun dan
akar. Bobot umbi segar adalah bobot umbi per rumpun setelah tanaman dipanen
dan dibersihkan (dicuci). Umbi segar yang telah dibersihkan kemudian ditimbang
22
3. Bobot per umbi kering (g)
Bobot per umbi kering diperoleh berdasarkan bobot rata-rata umbi per
rumpun setelah dikeringkan. Karakter bobot per umbi kering dapat diperoleh
dengan cara nilai bobot umbi kering dibagi dengan jumlah umbi per rumpun.
terbentuk.
Diameter umbi diukur dengan jangka sorong pada bagian umbi bawang
merah setelah panen. Umbi yang diukur adalah umbi per rumpun kemudian
Bobot bagian tajuk (daun) bawang merah per rumpun yang ditimbang
setelah dikeringkan dengan oven hingga bobot konstan. Penimbangan bobot tajuk
Bobot per rumpun akar yang ditimbang setelah akar bawang merah
dikeringkan dengan oven hingga bobot konstan. Penimbangan bobot akar kering
23
8. Bobot tanaman kering (g)
Bobot tanaman kering adalah akumulai bobot umbi, akar dan tajuk setelah
dikeringan. Bobot tanaman kering diperoleh setelah bobot umbi, akar dan tajuk
Bobot tajuk (daun) tanaman bawang merah per rumpun yang ditimbang
setelah panen dan dibersihkan. Penimbangan bobot tajuk segar dengan timbangan
analitik.
Bobot akar bawang merah per rumpun yang ditimbang setelah panen dan
dibersihkan dari sisa media tanam. Penimbangan bobot akar segar dengan
timbangan analitik.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan media tanam hingga ujung daun
Jumlah daun dihitung banyaknya daun setiap rumpun. Daun yang dihitung
24
14. Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur dari pangkal akar hingga ujung akar terpanjang setelah
Volume akar diamati setelah panen dengan cara akar dimasukkan pada
gelas ukur berisi air. Volume air sebelum dan setelah akar dimasukkan dicatat,
E. Pelaksanaan Penelitian
Secara garis besar tahapan penelitian tersusun atas beberapa kegiatan, yaitu:
persiapan alat, bahan dan screen house, pembuatan larutan AB Mix, persiapan
dan pelaporan.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian seperti: lima
genotipe bawang merah (Tiron, G4, Bima Curut, Mentes, Pancasona), arang
tempurung kelapa, arang sekam, pasir, larutan AB Mix, H3PO4, KOH, polybag
meliputi beberapa kegiatan, yaitu pemasangan atap screen house dengan plastik
mika 0,25 dan pembersihan barang-barang yang tidak terpakai yang berada dalam
25
screen house. Hal ini dilakukan agar screen house siap untuk digunakan sebagai
tempat penelitian.
dalam 50 liler air dengan EC awal sebesar 1,5 mS/cm hingga umur tanaman 15
hari setelah tanam, selanjutnya pada umur 16 hari setelah tanam nilai EC
ditingkatkan menjadi 2,0 mS/cm. Nilai EC 2,0 mS/cm ini dipertahankan hingga
tinggi dapat ditambahkan H3PO4 dan apabila pH terlalu rendah dapat ditambahkan
KOH.
Media tanam tanam yang digunakan adalah arang tempurung kelapa, arang
sekam dan pasir. Teknik pembuatan media arang tempurung kelapa adalah
sebanyak 1kg arang tempurung kelapa yang telah diayak dimasukkan dalam
polybag ukuran 20 x 30cm, kemudian diberi air hingga kondisi media lembap,
tercatat bobot media pada kondisi lembap seberat 3,9kg. Pembuatan media arang
sekam adalam sebanyak 1,5kg arang sekam kering dimasukkan dalam polybag
berukuran 20 x 30cm, kemudian diberi air hingga kondisi media lembap sehingga
arang sekam dengan pasir, teknik pembuatannya dengan cara menyiapkan arang
sekam dengan pasir dengan perbandingan volume 1:1 (4/10 bagian polybag arang
sekam + 4/10 bagian polybag pasir), kedua jenis media dihomogenkan dan
26
dimasukkan dalam polybag. Media diberi air hingga bobot media mencapai
10,7kg. Media basah didiamkan selama satu malam untuk keesokan harinya siap
digunakan.
4. Penanaman benih
Sebelum ditanam benih bawang merah yang akan ditanam dipangkas bagian
5. Pemeliharaan tanaman
Kondisi air dalam polybag terus dikontrol setiap harinya dan dipertahankan
pada bobot 3,9 kg media arang tempurung kelapa, 4,9 kg arang sekam dan 10,7 kg
7. Analisis data
karakter yang diamati. Apabila terdapat pengaruh, maka dilanjutkan dengan Uji
8. Pelaporan
27
F. Analisis Data
Data yang diperoleh diuji dengan analisis varians pada taraf kesalahan 5%,
jika terdapat perbedaan, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
dua golongan, yaitu karakter pertumbuhan dan karakter hasil. Data yang diperoleh
varian. Hasil analisis tersebut selengkapnya disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5. Matriks hasil analisis varian karakter pertumbuhan dan hasil bawang
merah berdasarkan respon genotipe, pengaruh media tanam serta
interaksi antara genotipe dengan media tanam
F-hitung
No Karakter Satuan
G M GxM
Pertumbuhan
1 Tinggi tanaman Cm 15,42** 23,41** 1,06 tn
2 Jumlah daun helai 6,38** 53,43** 4,27**
3 Panjang akar Cm 4,52** 94,22** 1,40 tn
4 Volume akar cm3 23,79** 4,36 * 1,90 tn
5 Bobot akar segar G 2,86 * 102,06** 0,49 tn
6 Bobot tajuk segar G 186,98** 507,30** 11,03**
7 Bobot tanaman segar G 301,96** 637,68** 14,49**
8 Bobot akar kering G 0,21 tn 4,90 * 2,39 *
9 Bobot tajuk kering G 6,43** 7,96** 1,11 tn
10 Bobot tanaman kering G 155,02** 172,95** 10,06**
Hasil
11 Diameter umbi Cm 62,46** 66,83** 7,53**
12 Jumlah umbi buah 9,51** 7,74** 2,29 tn
13 Bobot per umbi kering G 20,19** 4,07 * 4,48**
14 Bobot umbi segar G 209,88** 219,33** 13,96**
15 Bobot umbi kering G 161,26** 173,46** 10,70**
Keterangan: G= genotipe; M= Media; G x M= interaksi; tn= tidak berpengaruh;
*= berpengaruh pada taraf kesalahan 5%; **= berpengaruh pada
taraf kesalahan 1%.
seluruh karakter pengamatan kecuali karakter bobot akar kering. Jenis media
29
merah. Terjadi interaksi antara genotipe dengan media tanam pada karakter
jumlah daun, bobot tajuk segar, bobot tanaman segar, bobot akar kering, bobot
tanaman kering, diameter umbi bobot per umbi kering, bobot umbi segar dan
bobot umbi kering (Tabel 5). Karakter yang berbeda berdasarkan analisis varian,
diuji lanjut dengan UJGD taraf kesalahan 5%. Di bawah ini disajikan tabel
perbedaan respon antar genotipe bawang merah pada karakter pertumbuhan dan
genotipe lain yang digunakan dalam penelitian. Diketahui rerata panjang akar
Varietas Tiron dan Mentes berbeda dengan Varietas Bima Curut dan Pancasona.
Dijumpai perbedaan respon genotipe pada karakter volume akar, Varietas Tiron
tidak berbeda dengan Mentes, tetapi kedua varietas tersebut berbeda dengan
varietas lainnya.
Diketahui karakter bobot tajuk kering Varietas Bima Curut berbeda dengan
genotipe lainnya. Varietas tersebut memiliki rerata bobot tajuk kering paling
bobot akar segar, Varietas Pancasona berbeda dengan seluruh genotipe kecuali
30
Varietas Bima Curut. Karakter jumlah umbi Varietas Mentes berbeda dengan
genotipe lainnya, terjadi kenaikan rerata jumlah umbi bawang merah pada varietas
Beberapa karakter yang dipengaruhi jenis media tanam antara lain tinggi
tanaman, panjang akar, volume akar, bobot tajuk kering, bobot akar segar dan
jumlah umbi. Berikut ini adalah hasil uji lanjut pengaruh media tanam terhadap
Tabel 7. Pengaruh media tanam terhadap karakter pertumbuhan dan karakter hasil
bawang merah
Media
Karakter Arang tempurung Arang Campuran arang
kelapa Sekam sekam+pasir
Tinggi tanaman (cm) 33,59 a 37,39 b 39,19 b
Panjang akar (cm) 11,63 a 14,97 b 17,14 c
Volume akar (cm3) 0,89 b 0,89 b 0,81 a
Bobot tajuk kering (g) 0,38 a 0,39 a 0,47 b
Bobot akar segar (g) 0,48 a 0,83 b 1,34 c
Jumlah umbi (buah) 5,27 a 5,80 a 7,00 b
Keterangan: Angka pada baris yang sama tiap karakter diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda pada UJGD taraf kesalahan 5%.
tempurung kelapa. Dijumpai kenaikan nilai rerata panjang akar, bobot akar segar
dan jumlah umbi yang ditanam pada media arang tempurung kelapa hingga media
merah yang ditanam pada media campuran arang sekam+pasir, tetapi tanaman
yang ditanam pada media arang tempurung kelapa tidak berbeda dengan yang
ditanam pada media arang sekam. Selain itu, terjadi kenaikan nilai rerata bobot
tajuk kering tanaman bawang merah yang ditanam pada media campuran arang
31
Berdasarkan hasil penelitian, terjadi interaksi antara genotipe bawang merah
dengan media tanam yang digunakan. Di bawah ini adalah tabel interaksi genotipe
dengan media tanam pada beberapa karakter tanaman bawang merah (Tabel 8).
Tabel 8. Interaksi antara genotipe dengan jenis media tanam terhadap karakter
pertumbuhan dan hasil bawang merah
Genotipe
Karakter
V1 V2 V3 V4 V5
Pertumbuhan
Jumlah daun M1 23,00 c x 20,67 bc x 19,67 ab x 21,00 bc x 17,67 a x
(helai) M2 31,67 c y 26,00 b y 34,67 c z 26,67 b y 22,67 a y
M3 36,00 c z 26,33 a y 28,00 a y 31,00 b z 33,00bc z
Bobot tajuk M1 4,76 a x 5,41 b x 7,44 d x 6,41 c y 6,11 c x
segar (g) M2 6,14 a y 6,12 a y 9,65 c y 6,08 a x 7,28 b y
M3 7,58 a z 8,52 b z 12,01 e z 9,64 d z 9,22 c z
Bobot tanaman M1 19,31 a x 19,21 a x 24,36 c x 22,59 b x 22,06 b x
segar (g) M2 21,27 b y 20,66 a y 29,39 e y 23,64 c y 24,45 d y
M3 25,10 b z 24,43 a z 35,71 d z 30,00 c z 29,52 c z
Bobot akar M1 0,14 b y 0,11 a x 0,12 ab x 0,12 ab x 0,14 b x
kering (g) M2 0,17 c y 0,14 ab y 0,15 bc y 0,12 a x 0,13ab x
M3 0,12 a x 0,17 b z 0,16 b y 0,17 b y 0,17 b y
Bobot tanaman M1 12,50 b x 11,63 a x 14,77 e x 14,09 d x 13,16 c x
kering (g) M2 12,81 b x 11,88 a x 17,13 d y 14,85 c y 14,61 c y
M3 14,54 b y 13,01 a y 20,87 d z 17,45 c z 16,94 c z
Hasil
Diameter umbi M1 1,18 b x 1,23 b x 1,88 d x 1,06 a x 1,51 cx
(g) M2 1,32 a y 1,97 d y 2,08 d y 1,73 c z 1,52 bx
M3 1,54 a z 2,00 c y 2,60 d z 1,61ab y 1,67 by
Bobot per umbi M1 2,47 c x 1,32 a x 4,02 d y 1,85 b x 2,51 cx
kering (g) M2 2,48 a x 3,68 b z 3,42 b x 2,11a xy 2,59 ax
M3 2,35 a x 2,75 a y 4,84 b z 2,30 a y 2,46 ax
Bobot umbi M1 14,22 b x 13,34 a x 16,38 d x 15,73 c x 15,34 cx
segar (g) M2 14,29 b x 13,78 a y 18,93 e y 16,77 d y 16,23 cy
M3 16,21 b y 14,06 a z 22,41 d z 19,15 c z 18,71 cz
Bobot umbi M1 11,98 b x 11,14 a x 14,21 e x 13,58 d x 12,69 cx
kering (g) M2 12,27 b x 11,42 a x 16,48 d y 14,40 c y 14,08 cy
M3 13,99 b y 12,33 a y 20,14 d z 16,85 c z 16,37 cz
Keterangan:M1: Arang tempurung kelapa; M2: Arang sekam; M3: Campuran
arang sekam+pasir.
V1: Tiron; V2: Galur G4; V3: Bima Curut; V4: Mentes; dan V5:
Pancasona.
Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a,b, c, d, e) yang sama
tidak berbeda pada UJGD taraf kesalahan 5%.
Angka pada kolom yang sama pada tiap karakter diikuti oleh huruf (x,
y, z) menunjukkan kenaikan atau penurunan dari ketiga perlakuan.
32
Berdasarkan Tabel 8, terjadi interaksi antara genotipe dengan media tanam
pada beberapa karakter pertumbuhan dan karakter hasil. Akibat adanya interaksi,
karakter jumlah daun Galur G4 tidak dipengaruhi jenis media arang sekam dan
seluruh jenis media tanam yang digunakan. Selain itu, rerata jumlah daun Varietas
Bima Curut yang ditanam pada media arang sekam adalah rerata jumlah daun
Varietas Tiron, Mentes dan Pancasona dijumpai pada media campuran arang
sekam+pasir, tetapi rerata jumlah daun antara kedua genotipe tersebut tidak
berbeda pada media arang tempurung kelapa. Hal serupa terjadi pada Varietas
Rerata bobot tajuk segar terrendah Varietas Mentes dijumpai pada media
arang sekam, sedangkan rerata bobot tajuk terrendah genotipe lainnya dijumpai
pada media arang tempurung kelapa, sebagai akibat dari adanya interaksi antara
genotipe dengan media tanam. Tidak dijumpai perbedaan bobot tajuk segar antara
Varietas Tiron, Galur G4 dan Varietas Mentes yang ditanam pada media arang
sekam, terjadi hal sebaliknya pada bawang merah Varietas Tiron, Galur G4 dan
Varietas Mentes yang ditanam pada media lainnya. Rerata bobot tajuk segar
Varietas Bima Curut adalah rerata bobot tajuk segar tertinggi diantara genotipe
33
Nilai rerata bobot tanaman segar tertinggi dijumpai pada genotipe yang
ditanam pada media campuran arang sekam+pasir, diikuti oleh media arang
dengan media tanam, rerata bobot tanaman segar Varietas Tiron dan Galur G4
tidak berbeda apabila ditanam pada media arang tempurung kelapa. Hal serupa
juga dijumpai antara Varietas Mentes dengan Pancasona pada media tersebut
tempurung kelapa dengan media arang sekam tidak memengaruhi rerata bobot
akar kering Varietas Tiron, Mentes dan Pancasona, tetapi dijumpai pengaruh
terhadap Varietas Bima Curut dan Galur G4. Hal tersebut diakibatkan interaksi
genotipe dengan media tanaman yang digunakan. Rerata bobot akar kering
Varietas Bima Curut yang ditanam pada media arang tempurung kelapa tidak
berbeda dengan genotipe lainnya, tetapi berbeda dengan Varietas Mentes (pada
media arang sekam) serta dengan varietas Tiron (pada media campuran arang
sekam+pasir).
dipengaruhi oleh media arang tempurung kelapa dan media arang sekam.
Sedangkan ketiga genotipe lainnya dipengaruhi oleh dua media tersebut. Dijumpai
perbedaan rerata bobot tanaman kering seluruh genotipe yang ditanam pada media
arang tempurung kelapa, tetapi pada media arang sekam dan campuran arang
sekam+pasir rerata bobot tanaman kering Varietas Mentes tidak berbeda dengan
34
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui karakter diameter umbi bawang
merah Galur G4 tidak dipengaruhi oleh media arang sekam dan media campuran
arang tempurung kelapa dan media arang sekam. Rerata diameter umbi tertinggi
Varietas Mentes dijumpai pada media arang sekam, hal tersebut tidak terjadi pada
genotipe lainnya. Berdasarkan hasil analisis, rerata diameter umbi bawang merah
Varietas Bima Curut yang ditanam pada media arang tempurung kelapa dan media
masing media. Hal tersebut tidak terjadi pada bawang merah Varietas Bima Curut
yang ditanam pada media arang sekam, diketahui diameter umbi Varietas Bima
Karakter bobot per umbi kering Varietas Tiron dan Pancasona tidak
dipengaruhi oleh seluruh jenis media tanam, sedangkan Varietas Mentes hanya
dipengaruhi oleh media arang tempurung kelapa dan media campuran arang
sekam+pasir. Meskipun dipengaruhi oleh seluruh jenis media, rerata bobot per
umbi kering tertinggi Galur G4 berbeda dengan Varietas Bima Curut. Bobot per
umbi kering tertinggi dijumpai pada bawang merah Galur G4 yang ditanam pada
media arang sekam, diikuti oleh media campuran arang sekam+pasir kemudian
media arang tempurung kelapa. Sedangkan rerata bobot per umbi kering Varietas
Bima Curut dijumpai pada media campuran arang sekam+pasir, diikuti oleh
media arang tempurung kelapa dan media arang sekam. Selain itu, bobot per umbi
kering bawang merah Varietas Bima Curut yang ditanam pada media arang
35
genotipe lainnya pada masing-masing media, sedangkan bobot per umbi kering
Varietas Bima Curut yang ditanam pada media arang sekam tidak berbeda dengan
Karakter bobot umbi segar Varietas Tiron tidak dipengaruhi oleh media
arang tempurung kelapa dan media arang sekam, tetapi dipengaruhi oleh media
dipengaruhi oleh seluruh jenis media yang digunakan. Bobot umbi segar Varietas
Mentes tidak berbeda dengan Pancasona yang ditanam pada media arang
tempurung kelapa dan pada media campuran arang sekam+pasir, tetapi karakter
bobot umbi segar antara kedua genotipe tersebut yang ditanam pada media arang
Karakter bobot umbi kering bawang merah Varietas Bima Curut, Mentes
dan Pancasona dipengaruhi oleh seluruh media, tetapi Varietas Tiron dan Galur
G4 tidak dipengaruhi oleh media arang tempurung kelapa dan media arang sekam.
Rerata bobot umbi kering Varietas Mentes dan Pancasona yang ditanam pada
media arang sekam dan media campuran arang sekam+pasir tidak berbeda satu
sama lain. Sedangkan dijumpai perbedaan rerata bobot umbi kering antara kedua
genotipe tersebut apabila ditanam pada media arang tempurung kelapa (Tabel 8).
berdasarkan interaksi antara genotipe dengan media tanam diuji lanjut dengan
36
Tabel 9. Nilai rerata karakter pertumbuhan dan hasil tertinggi berdasarkan
interaksi antara genotipe dengan media tanam
No. Karakter Kombinasi Perlakuan Rerata
Pertumbuhan
1 Jumlah daun Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 36,00 b
(helai) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 26,33 a
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam 34,67 b
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 31,00ab
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 33,00ab
2 Bobot tajuk Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 7,58 a
segar (g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 8,52 b
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 12,01 d
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 9,64 c
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 9,22bc
3 Bobot tanaman Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 25,10 a
segar (g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 24,34 a
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 35,71 c
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 30,00 b
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 29,52 b
4 Bobot tanaman Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 14,54 b
kering (g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 13,01 a
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 20,87 d
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 17,45 c
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 16,94 c
Hasil
5 Diameter umbi Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 1,54 a
(g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 2,00 b
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 2,60 c
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 1,73 a
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 1,67 a
6 Bobot per Varietas Tiron pada Media Arang Sekam 2,48ab
umbi kering Galur G4 pada Media Arang Sekam 3,68bc
(g) Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 4,84 c
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 2,30 a
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam 2,59ab
7 Bobot umbi Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 16,21 b
segar (g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 14,60 a
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 22,41 d
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 19,15 c
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 18,71 c
8 Bobot umbi Varietas Tiron pada Media Arang Sekam+Pasir 13,99 b
kering (g) Galur G4 pada Media Arang Sekam+Pasir 12,33 a
Varietas Bima Curut pada Media Arang Sekam+Pasir 20,14 d
Varietas Mentes pada Media Arang Sekam+Pasir 16,85 c
Varietas Pancasona pada Media Arang Sekam+Pasir 16,37 c
Keterangan: Angka pada kolom yang sama pada tiap karakter diikuti oleh huruf (a,
b, c, d, e) yang sama tidak berbeda pada UJGD taraf kesalahan 5%.
37
Interaksi antara genotipe dengan media tanam adalah hubungan timbal balik
antara genotipe tanaman dengan media tanam sebagai tempat tumbuh kembang
tanaman tidak hanya ditentukan oleh kualitas genotipe serta kualitas lingkungan
diketahui bahwa terjadi interaksi antara genotipe tanaman bawang merah dengan
kombinasi terbaik antara genotipe dengan jenis media tanam. Berdasarkan hasil
analisis, diketahui bahwa bawang merah Varietas Bima Curut yang ditanam pada
media campuran arang sekam+pasir memiliki nilai rerata paling tinggi diantara
kombinasi perlakuan lainnya pada beberapa karakter, antara lain karakter bobot
tajuk segar, bobot tanaman segar, bobot tanaman kering, diameter umbi, bobot
B. Pembahasan
a. Tinggi tanaman
tinggi tanaman seluruh genotipe tidak berbeda kecuali Varietas Mentes, dengan
nilai rerata tinggi tanaman terrendah dibandingkan genotipe lainnya (Tabel 6).
38
Diketahui bahwa karakter tinggi tanaman bawang merah dipengaruhi media arang
tempurung kelapa, tetapi tidak dipengaruhi kedua media lainnya. Rerata tinggi
tanaman bawang merah terrendah dijumpai pada tanaman bawang merah yang
ditanam di media arang tempurung kelapa, yaitu sebesar 33,59cm (Tabel 7).
Diduga rendahnya karakter tinggi tanaman bawang merah yang ditanam pada
media arang tempurung kelapa disebabkan oleh suhu media tersebut. Warna
hitam pekat pada arang tempurung kelapa menimbulkan jerapan panas atau kalor
Peningkatan suhu pada media berpengaruh pada pertumbuhan bawang merah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman.
(2006) yang menyatakan bahwa arang tempurung kelapa yang ditumbuk halus
memiliki luas permukaan paling besar diantara media lainnya. Luas permukaan
pemadatan pada media arang tempurung kelapa dengan adanya porositas yang
rendah sehingga akar tanaman sulit untuk berkembang. Pengangkutan hara oleh
39
b. Jumlah daun
media arang sekam dan media campuran arang sekam+pasir, tetapi dipengaruhi
seluruh jenis media tetapi dengan pola yang berbeda. Varietas Bima Curut yang
ditanam pada media arang sekam, memiliki rerata jumlah daun terbanyak diantara
media lainnya, sedangkan rerata jumlah daun terbanyak Varietas Tiron, Mentes
perbedaan media arang sekam dan media campuran arang sekam+pasir, tetapi
tidak dijumpai perbedaan antara kedua genotipe tersebut pada media arang
tempurung kelapa. Hal serupa terjadi pada Varietas Bima Curut dan Mentes. Gen
divisualisasikan dalam jumlah daun yang beragam. Perbedaan jumlah daun yang
c. Panjang akar
Berdasarkan hasil analisis, karakter panjang akar Varietas Bima Curut dan
Pancasona berbeda dengan Varietas Tiron dan Mentes, tetapi panjang akar seluruh
genotipe tidak berbeda dengan Galur G4 (Tabel 6). Varietas Pancasona adalah
sistem perakan dengan baik, sehingga memiliki nilai panjang akar yang besar.
40
Meskipun demikian, panjang akar berkaitan dengan ketahanan tanaman saat
terjadi kekurangan air. Hal ini disebabkan karena pada saat kekurangan air,
ketersediaan air yang cukup, sehingga tanaman tersebut dapat bertahan hidup.
Tanaman berakar panjang akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
Dedywiryanto, 2008).
akar dipengaruhi oleh seluruh jenis media yang digunakan. Rerata panjang akar
tertinggi dijumpai pada media campuran arang sekam+pasir, diikuti oleh media
arang sekam dan media arang tempurung kelapa (Tabel 7). Hal tersebut diduga
akibat adanya porositas yang baik pada media campuran arang sekam+pasir
sehingga pertumbuhan dan perkembangan akar terjadi secara optimum. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Fahmi (2014) bahwa pasir sering digunakan sebagai
media tanam pengganti fungsi tanah, keunggulan media tanam pasir adalah
kelembapan air pada media tanam dengan baik, karena butiran pasir tidak saling
rapat sahingga mudah sekali merembeskan air dan meneruskan udara serta mudah
Perkolasi yang tinggi pada pasir disebabkan sifat porus yang dimiliki oleh
media yang dangkal, karena sel-selnya tidak dapat memertahankan turgor yang
41
diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang terdapat di lapisan tanah lebih dalam
masih dikelilingi oleh media yang lembap sehingga akar tersebut akan terus
tumbuh, dengan demikian sistem akar akan memperbanyak diri dengan cara
hidroponik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (1995) yang menerangkan
bahwa sekam padi lebih mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, tidak mudah
menggumpal dan sumber kalsium bagi tanaman. Akar tanaman dapat tumbuh
dengan sempurna karena sekam terjamin kebersihannya (steril) dan bebas dari
jasad renik yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman seperti cacing, bakteri,
hal ini dikarenakan pada media yang telah dicampur dengan arang sekam, struktur
d. Volume akar
faktor genotipe yang berinteraksi dalam tubuh tanaman dengan faktor lingkungan
(Sitompul dan Guritno, 1995). Karakter volume akar Varietas Pancasona berbeda
dengan seluruh genotipe lain dan memiliki nilai rerata volume akar teringgi,
sedangkan rerata volume akar Varietas Mentes dan Tiron lebih rendah dibanding
42
seluruh genotipe yang digunakan (Tabel 6). Kemampuan sistem perakaran untuk
menyerap unsur hara dan sebagainya. Kemampuan tersebut adalah sifat atau
Karakter volume akar bawang merah yang ditanam tidak dipengaruhi oleh
media arang tempurung kelapa dan media arang sekam, tetapi dipengaruhi oleh
volume akar bawang merah (Tabel 7). Dijumpai perbandingan terbalik antara
nilai karakter volume akar dengan nilai panjang akar akibat pengaruh media
tanam. Diduga hal tersebut diakibatkan pertumbuhan akar lateral yang tinggi pada
media arang tempurung kelapa yang bersifat cenderung padat sehingga mampu
et al. (1991), adanya gangguan fisik terhadap akar berupa pelukaan atau
akar, sehingga sebaran akar akan lebih luas. Semakin halus partikel suatu media,
maka akan semakin besar luas permukaan media tersebut. Luas permukaan suatu
media memiliki korelasi positif dengan kepadatan media akibat kecilnya ruang
pori yang tersedia. Tanaman akan beradaptasi pada media yang terlalu padat
dengan cara menambah jumlah akar yang muncul meskipun tidak terlalu panjang
43
e. Bobot akar segar
Nutrisi dan air untuk kelangsungan hidup tanaman diperoleh dari tanah atau
jenis media tanam lain sebagai tempat tumbuh dan berkembang. Proses
penyerapan nutrisi dan air melalui akar tanaman. Bobot akar segar suatu tanaman
ditentukan panjang dan volume akar sebagai dampak dari proses pertumbuhan dan
Varietas Pancasona dengan genotipe lain selain Varietas Bima Curut. Meskipun
tidak berbeda, terjadi kenaikan rerata bobot akar segar dari Varietas Bima Curut
perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman
(Nofyangtri, 2011).
Karakter bobot akar segar dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan.
Dijumpai rerata bobot akar segar bawang merah tertinggi yang ditanam pada
media arang tempurung kelapa (Tabel 7). Perbedaan respon tanaman terhadap
ragam jenis media diduga berkaitan dengan osmosis yang terjadi pada bagian
akar. Ketiga jenis media yang digunakan dalam penelitian adalah dua jenis arang
yang memiliki kemampuan menyerap air dan nutrisi yang kemudian diserap oleh
akar tanaman melalui proses osmosis (difusi air). Air yang diserap oleh media
lebih kecil dan lebih banyak diserap langsung oleh akar tanaman, hal tersebut
44
f. Bobot tajuk segar
Bobot tajuk segar Varietas Tiron, Galur G4 dan Varietas Mentes yang
ditanam pada media arang sekam tidak berbeda, terjadi hal sebaliknya pada
Varietas Tiron, Galur G4 dan Varietas Mentes yang ditanam pada lainnya. Hal
digunakan. Varietas Bima Curut memiliki rerata bobot tajuk segar tertinggi
diantara genotipe lainnya pada seluruh media tanam yang digunakan. Rerata bobot
tajuk segar terrendah Varietas Mentes dijumpai pada media arang sekam,
sedangkan rerata bobot tajuk terrendah genotipe lainnya dijumpai pada media
arang tempurung kelapa. Rerata bobot tajuk segar Varietas Mentes mengalami
penurunan dari media arang tempurung kelapa ke media arang sekam, dan
kenaikan terjadi dari media arang sekam ke media campuran sekam+pasir. Hal
tersebut tidak terjadi pada keempat genotipe lainnya (Tabel 8). Varietas Mentes
yang digunakan dalam penelitian adalah varietas bawang merah yang memiliki
rata-rata jumlah daun per umbi 5-7 helai, karakteristik daun secara visual dapat
dijumpai pada diameter daun yang lebih kecil dibandingkan varietas lainnya
dijumpai pada genotipe bawang merah yang ditanam pada media campuran arang
sekam+pasir, diikuti oleh media arang sekam kemudian media arang tempurung
kelapa. Rerata bobot tanaman segar Varietas Tiron tidak berbeda dengan Galur
45
G4 yang ditanam pada media arang tempurung kelapa. Hal serupa dijumpai antara
Varietas Mentes dengan Pancasona pada media tersebut (arang tempurung kelapa)
(Tabel 8). Kondisi tersebut diakibatkan adanya interaksi genotipe dengan media
tanam yang digunakan dalam penelitian. Rerata bobot tanaman segar tertinggi
dijumpai pada Varietas Bima Curut yang ditanam pada media campuran arang
sekam+pasir (Tabel 9). Hal ini diduga sifat pasir yang memiliki sistem aerasi
Serta arang sekam yang mampu mengikat unsur hara khususnya nitrogen
sehingga bobot tanaman segar pada media campuran sekam dengan pasir
memiliki bobot tanaman segar yang besar. Menurut Napitupulu dan Winarto
(2010), tanaman sukulen disebabkan oleh pemberian hara N yang terlalu tinggi.
akibat interaksi genotipe dengan tanaman jenis media arang tempurung kelapa
dengan media arang sekam tidak memengaruhi rerata bobot akar kering Varietas
Tiron, Mentes dan Pancasona, tetapi dijumpai pengaruh terhadap Varietas Bima
Curut dan Galur G4. Rerata bobot akar kering Varietas Bima Curut yang ditanam
pada media arang tempurung kelapa tidak berbeda dengan genotipe lainnya, tetapi
berbeda dengan Varietas Mentes (pada media arang sekam) serta dengan varietas
Terjadi penurunan bobot akar kering Varietas Tiron yang ditanam pada
kemampuan Varietas Tiron untuk menyesuaikan diri dengan sifat fisik media
46
campuran arang sekam+pasir yang memiliki porositas dan perkolasi yang tinggi,
tersebut mengakibatkan rendahnya kadar air pada permukaan media dan terjadi
penurunan bobot akar kering pada Varietas Tiron. Hal ini diperkuat oleh
Bima Curut berbeda dengan varietas lainnya (Tabel 6). Bawang merah Varietas
Bima Curut adalah varietas unggul dari segi produksi, memiliki tinggi tanaman
Varietas ini sangat sesuai ditanam di dataran rendah (Jumini et al., 2011). Gambar
gambar berikut.
Gambar 4. Bawang merah Varietas Bima Curut pada media campuran arang
sekam+pasir umur 6 hari setelah tanam (HST).
47
Karakter bobot tajuk kering bawang merah ditentukan oleh jenis media
tanam. Karakter bobot tajuk kering dipengaruhi oleh media arang sekam+pasir,
tetapi tidak dipengaruhi oleh kedua media tanam lainnya (Tabel 7). Berdasarkan
Tajuk adalah bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah atau
media. Khususnya pada tanaman bawang merah bagian tajuk tanaman terdiri dari
batang semu dan daun. Daun adalah komponen penting yang berfungsi sebagai
semakin tinggi biomassa maka senyawa kimia yang terkandung di dalamnya lebih
banyak sehingga meningkatkan berat kering tajuk. Berat kering tanaman erat
Bobot tanaman kering adalah akumulasi dari bobot tajuk kering, bobot umbi
kering dan bobot akar kering (sama seperti cara menghitung bobot tanaman
Tiron dan Galur G4 tidak dipengaruhi oleh media arang tempurung kelapa dan
media arang sekam. Sedangkan ketiga genotipe lainnya dipengaruhi oleh dua
48
media tersebut. Diketahui rerata bobot tanaman kering seluruh genotipe yang
ditanam pada media arang tempurung kelapa berbeda satu dengan lainnya, tetapi
pada media arang sekam dan media campuran arang sekam+pasir rerata bobot
tanaman kering Varietas Mentes tidak berbeda dengan Varietas Pancasona (Tabel
8). Rerata bobot tanaman kering tertinggi dijumpai pada Varietas Bima Curut
Penurunan kadar air saat melalui proses pengeringan tidak sama tiap
genotipenya, sehingga hasil analisis statistik pada bobot tanaman kering sedikit
berbeda dengan hasil analisis statistik pada bobot tanaman segar. Selain
dijumpai pada media campuran arang sekam+pasir. Hal tersebut diduga karena
menyerap air paling rendah diatara media lainnya, air mudah diperkolasikan dan
air bagi tanaman sangat memengaruhi laju asimilasi bersih, yaitu laju penimbunan
berat kering per satuan luas daun per satuan waktu. Hal ini sesuai dengan
ketersediaan air dalam tanah justru meningkatkan laju asimilasi bersih yang
49
2. Karakter Hasil Bawang Merah
a. Diameter umbi
Akibat interaksi antara geotipe dengan media tanam, media arang sekam
umbi bawang merah Galur G4, sedangkan Varietas Pancasona tidak dipengaruhi
oleh media arang tempurung kelapa dan media arang sekam. Interaksi juga
media arang sekam, hal tersebut tidak terjadi pada genotipe lainnya. Berdasarkan
hasil analisis, rerata diameter umbi bawang merah Varietas Bima Curut yang
ditanam pada media arang tempurung kelapa dan media campuran arang
tidak terjadi pada bawang merah Varietas Bima Curut yang ditanam pada media
arang sekam, diketahui diameter umbi Varietas Bima Curut tidak berbeda dengan
Galur G4 (Tabel 8). Rerata diameter umbi terbesar dijumpai pada Varietas Bima
Curut yang ditanam pada media campuran arang sekam+pasir (Tabel 9),
sedangkan diameter umbi terkecil dijumpai pada Varietas Mentes yang ditanam
besar dengan diameter lebih dari 2cm dan berwarna merah tua (Basuki, 2009).
Varietas Bima Curut memiliki ukuran umbi yang besar dan diameter yang lebar.
Dijumpai bahwa pertumbuhan Varietas Bima Curut paling cepat diantara varietas
Varietas Bima curut memiliki keterkaitan dengan diameter umbi varietas tersebut.
50
Hal ini diperkuat oleh Deviana et al. (2014) yang menyatakan bahwa cadangan
cadangan makanan yang maksimal maka benih akan tumbuh lebih cepat karena
b. Jumlah umbi
Rerata jumlah umbi tiap genotipe yang digunakan dalam penelitian berbeda-
beda. Akibat interaksi genotipe dengan media tanam, karakter jumlah umbi
Curut berbeda dengan Varietas Tiron, Mentes dan Pancasona tetapi tidak berbeda
dengan Galur G4. Jumlah umbi tertinggi dijumpai pada Varietas Mentes,
sedangkan Galur G4 dan Varietas Bima Curut memiliki rerata jumlah umbi lebih
rendah dibanding genotipe lain yang diuji (Tabel 6). Diketahui bahwa karakter
diameter umbi berbanding terbalik dengan karakter jumlah umbi. Varietas Bima
Curut memiliki rerata diameter umbi tertinggi, tetapi memiliki jumlah umbi
terrendah diantara yang lainnya. Hal tersebut berarti tiap genotipe bawang merah
memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam karakter
mengakibatkan respon yang berbeda terhadap produksi dan hasil umbi secara
Hasil (produksi) suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh jenis media tanam
yang digunakan. Bawang merah adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomis
pada bagian umbi. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka karakter jumlah umbi
sangat penting untuk diteliti. Karakter jumlah umbi dipengaruhi oleh jenis media
51
tanam, karakter jumlah umbi tertinggi dijumpai pada media campuran arang
tempurung kelapa (Tabel 7). Diduga hal ini berkaitan dengan sifat fisik media
pasir yang bersifat porus, sehingga banyak ruang pori yang terbentuk dan
kepadatan media yang rendah. Hal ini sesuai dengan keterangan Siregar et al.
(2014) yang menyatakan bahwa tidak adanya gangguan fisik pada saat proses
berasal dari umbi utuh sudah dapat membentuk umbi sesuai dengan umurnya.
penting. Hal ini didukung oleh Savvas dan Manos (1999) yang menyatakan bahwa
pemberian arang sekam padi dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Keadaan fisik
pertumbuhan. Hasil analisis dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014) arang
sekam padi memiliki kandungan silika yang berupa senyawa kimia silikon
dioksida (SiO2) yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh pembentukan umbi.
per umbi kering Varietas Tiron dan Pancasona tidak dipengaruhi oleh seluruh
jenis media tanam, sedangkan Varietas Mentes hanya dipengaruhi oleh media
dipengaruhi oleh seluruh jenis media, interaksi rerata bobot per umbi kering
tertinggi pada antara Galur G4 berbeda dengan Varietas Bima Curut. Bobot per
52
umbi kering tertinggi Galur G4 dijumpai pada bawang merah yang ditanam pada
media arang sekam, diikuti oleh media campuran arang sekam+pasir kemudian
media arang tempurung kelapa. Sedangkan rerata bobot per umbi kering tertingg
Varietas Bima Curut dijumpai pada media campuran arang sekam+pasir, diikuti
Selain itu, bobot per umbi kering bawang merah Varietas Bima Curut yang
ditanam pada media arang tempurung kelapa dan media campuran arang
sedangkan bobot per umbi kering Varietas Bima Curut yang ditanam pada media
arang sekam tidak berbeda dengan Galur G4 pada media yang sama (Tabel 8).
Diduga bobot per umbi kering memiliki korelasi dengan diameter umbi yang
ditanam. Hal ini sesuai dengan keterangan yang merenangkan bahwa ciri-ciri
semakin besar ukuran umbi yang digunakan akan meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah batang, jumlah daun, jumlah umbi, dan bobot basah dan kering tiap umbi
Berdasarkan hasil UJGD taraf kesalahan 5%, diketahui bahwa media arang
tempurung kelapa dan media arang sekam tidak berpengaruh pada karakter bobot
umbi segar Varietas Tiron, tetapi dipengaruhi oleh media campuran arang
53
seluruh jenis media yang digunakan. Terjadi kenaikan bobot umbi segar pada tiap
genotipe selain Varietas Tiron, dari media arang tempurung kelapa hingga media
campuran arang sekam+pasir. Selain itu, akibat interaksi genotipe dengan media
tanam bobot umbi segar Varietas Mentes yang ditanam pada media arang
tempurung kelapa dan media campuran arang sekam+pasir tidak berbeda dengan
bobot umbi segar Varietas Pancasona pada masing-masing media, tetapi terdapat
perbedaan karakter bobot umbi segar antara kedua genotipe tersebut yang ditanam
Bobot umbi segar tertinggi dijumpai pada Varietas Bima curut yang
ditanam pada media campuran arang sekam+pasir (Tabel 9), sedangkan bobot
umbi segar terrendah dijumpai pada G4 yang ditanam pada media tempurung
kelapa (Tabel 8). Media tanam sangat penting diperhatikan dalam mendukung
pertumbuhan tanaman. Salah satu ciri media yang baik ialah dapat memasok
oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Tiap jenis media
tanam memiliki bobot dan porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam
memilih media sebaiknya dicari kombinasi media tanam yang tepat sesuai dengan
jenis tanaman.
Kombinasi sifat fisik pasir yang porus sehingga sistem aerasi media berjalan
dengan lancar serta arang sekam yang mampu mengikat hara sehingga
penyerapan unsur hara yang baik pada media campuran arang sekam+pasir. Hal
ini didukung oleh pernyataan Fahmi (2014) yang menyatakan bahwa media tanam
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
54
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif
yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau
tanahnya lebih cepat kering. Kekurangan sifat pada media pasir dapat dipenuhi
oleh sifat arang sekam yang sangat mudah mengikat air dan memiliki kandungan
Berbagai jenis unsur hara yang disediakan dan diberikan pada tanaman
selama penelitian melalui larutan AB mix, salah satunya adalah unsur Posfor (P).
Hal tersebut berarti ketersediaan unsur P yang cukup dalam media dan mampu
diserap dengan baik oleh tanaman sangat penting untuk meningkatkan hasil
tanaman dan perkembangan akar tanaman, dan akhirnya terjadi peningkatan hasil
yang berbeda pada taraf lingkungan yang berbeda. Penampilan yang baik akan
didapat jika tanaman ditanam pada lingkungan yang optimum (Buhaira et al.,
2014). Tanaman bawang merah memiliki nilai ekonomis tertinggi pada bagian
umbi. Bagian yang dikonsumsi adalah umbi bawang merah yang telah melalui
proses pengeringan, dengan demikian karakter bobot umbi kering adalah karakter
dipertimbangkan nilai susut bobot dan biomassa pada suatu varietas yang
ditanam.
55
Interaksi antara genotipe dengan media tanam mengakibatkan karakter
bobot umbi kering bawang merah Varietas Bima Curut, Mentes dan Pancasona
dipengaruhi oleh seluruh media, tetapi Varietas Tiron dan Galur G4 tidak
dipengaruhi oleh media arang tempurung kelapa dan media arang sekam.
Interaksi berdampak terhadap Varietas Mentes dan Pancasona yang ditanam pada
media arang sekam dan media campuran arang sekam+pasir, rerata bobot umbi
rerata bobot umbi kering antara Varietas Mentes dan Pancasona yang ditanam
pada media arang tempurung kelapa (Tabel 8). Bobot umbi kering tertinggi
dijumpai pada Varietas Bima Curut yang ditanam pada media arang sekam+pasir
(Tabel 9).
diduga karena sifat fisik media yang baik serta kandungan kimia arang sekam
yang kaya akan nutrisi. Pasir bersifat porus sehingga aerasi media yang terjadi
bawang merah serta menambah bobot umbi kering bawang merah sebagai hasil
dari timbunan fotosintat. Dugaan tersebut diperkuat oleh Kiswando (2011) yang
menyatakan bahwa salah satu cara memerbaiki media tanam dengan drainase
buruk adalah menambahkan arang sekam pada media tersebut (Indranada, 1989).
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
bahwa:
tanaman, panjang akar, volume akar, bobot tajuk kering, bobot akar segar
karakter jumlah daun, bobot tajuk segar, bobot tanaman segar, bobot akar
kering, bobot tanaman kering, diameter umbi, bobot per umbi kering,
bobot tajuk segar, bobot tanaman segar, bobot tanaman kering, diameter
57
B. Saran
terhadap karakter pertumbuhan dan hasil bawang merah dalam sistem hidroponik
kultur substrat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Amilah dan Y. Astuti. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Taoge dan Kacang
Hijau pada Media Vacin dan Went (VW) terhadap Pertumbuhan Kecambah
Anggrek Bulan (Phalaenopis amabilis L.). Buletin Penelitian. 09: 78-96.
Cheema, K. L., A. Saeed, and M. Habib. 2003. Effect of Showing Date on Set
Size in Various Cultivars of Onion (Allium cepa L.). International Journal
of Biollogical Agriculture. 5(2):185-187.
59
De Datta, S. K, 1981. Principles and Practises of Rice Production. John Wiley
Sons, New York. 234 hal.
Deviana, W., Meirani dan S. Silitonga. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Merah (Allium ascallonicum L.) dengan Pembelahan Umbi Bibit pada
Beberapa Jarak Tanam. Jurnal Agroteknologi. 2 (3): 1113-1118.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan oleh H. Susilo. 1994. Universitas Indonesia, Jakarta.
428 hal.
Hasanah, F. N. dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek batang nilam
(Pogostemoncablin Benth.) setelah direndam IBA (indole butyric acid)
padakonsentrasi berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 15 (2): 1-6.
Houston, D.F. 1972. Rice: Chemistry & Technology, 1st Ed. Amer: Assoc. Cereal
Chem. Inc., St. Paul, Minnesota, USA. p.272-300.
Indranada, H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta. Hal
19-20.
Jumini, A. Marliah dan R. farmi. 2011. Respon Beberapa Varietas Bawang Merah
Akibat Perbedaan Jarak Tanam dalam Sistem Tumpangsari pada Lahan
Bekas Tsunami. Jurnal Floratek. 6: 55-61.
60
Marsoem, S. 2002. Tantangan dan prospek pengembangan usaha hidroponik.
Dalam: Pelatihan aplikasi teknologi hidroponik untuk pengembangan
agribisnis perkotaan. Creata-IPB. Bogor. 16 hal.
Nugraha, R. U., 2014. Sumber Hara Sebagai Pengganti AB mix pada Budidaya
Sayuran Daun Secara Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi Dan
Holtikultura. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 98 hal.
PPKS. 2014. Kompos Bio Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan. 121 hal.
Proctor, A., and S. Palaniappan, 1989, Soy oil lutein adsorption by rice hull ash.
J. Am. Oil Chem. Soc., 66:1618-1621.
61
Roberto, K. 2003. How To Hydroponics 4th Edition. The Futuregarden Press, New
York. 326 hal.
Suharno. 1979. Sekam Padi sebagai Sumber Energi Alternatif. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Industri Bandung, Bandung. 197 hal.
62
Sumarni, N., Rosliani, R dan Suwandi. 2001. Pengaruh kerapatan tanaman dan
jenis larutan hara terhadap produksi umbi mini bawang merah asal biji
dalam kultur agregat hidroponik. J. Hort., 11 (3): 163-9.
Suwandi. 1993. Pengaruh media dan hara dalam kultur agregat hidroponik
tanaman cabai paprika. Bul. Penel. Hort. 25 (3):8-13.
Suyekti. 1993. Pengaruh Jenis Media dan Larutan Hara pada Tanaman Dracaena
godseffiana “Fried manii“ yang ditanam secara hidroponik. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. 57 hlm.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Denah percobaan
M2V5 M3V2 M1V1 M2V3 M3V1 M1V2 M2V1 M3V5 M1V3 M2V4 M3V3 M1V4 M2V2 M3V4 M1V5
M3V4 M1V3 M2V4 M3V5 M1V4 M2V5 M3V3 M1V5 M2V2 M3V2 M1V1 M2V3 M3V1 M1V2 M2V1
M1V2 M2V1 M3V3 M1V5 M2V2 M3V4 M1V1 M2V3 M3V1 M1V4 M2V4 M3V5 M1V3 M2V5 M3V2
Keterangan
M1 = Media arang tempurung kelapa
M2 = Media arang sekam
M3 = Media campuran arang sekam+pasir
V1 = Bawang merah varietas Tiron
V2 = Bawang merah galur G4
V3 = Bawang merah varietas Bima Curut
V4 = Bawang merah varietas Mentes
V5 = Bawang merah varietas Pancasona
65
Lampiran 2. Deskripsi bawang merah Varietas Tiron
66
Lampiran 3. Deskripsi bawang merah Varietas Mentes
67
Lampiran 4. Deskripsi bawang merah Varietas Pancasona
68
Lampiran 5. Deskripsi bawang merah Varietas Bima Curut
69
RIWAYAT HIDUP
70