Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN POST PARTUM NORMAL


TRIMESTER II

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas


Dosen: Hj. Santi W,SKp,M.kep,Sp.Mat

Disusun oleh: KELOMPOK I

WASMAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN KEMENKES CIREBON


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan


kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, yaitu sempurnanya
kesehatan fisik dan mental. Pembangunan kesehatan itu merupakan salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional yang harus dicapai oleh
Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum.
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirohardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah
yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal dan
masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap
keadaan kritis yang terjadi (Saefudin, 2002). Perlu adanya pembahasan dan kajian
mengenai perawatan kesehatan masa post partum. Diharapkan makalah ini dapat
menjadi acuan dalam realisasi program perawatan kesehatan post partum normal.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Sebagai pemenuhan kewajiban mahasiswa pada mata kuliah Maternitas.
2. Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap klien
atau pasien post partum normal.
BAB
PEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORI MASA NIFAS

A. Pengertian

Prawirohardjo (2000) menjelaskan bahwa nifas (puerperium) adalah masa


mulai setelah partus dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, alat genetalia baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil membutuhkan waktu 3 bulan.
Sedangkan Manjoer (2000), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir setelah 6 minggu. Puerperium atau masa nifas mulai setelah
partus selesai dan berakhir (Hanifa, 2002).
Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:
1. Puerperium dini (immediate puerperium) adalah dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan yaitu 0-24 jam post partum.
2. Puerperium intermediate adalah waktu 1-7 hari post partum yaitu pulihnya alat-
alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu 1-6 minggu post partum yaitu waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.

B. Perubahan fisiologi pada masa nifas

1. Alat genetalia
Alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusar, segera setelah
lahirnya plasenta tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari diatas pusat, pada hari ke-5
post partum tinggi uterus yaitu 7 cm di atas simphysis. Sesudah 12 hari post partum
uterus tidak dapat diraba lagi diatas symphisis. Tebal Dinding uterus sendiri adalah
1,25 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain.
Bagian bekas implantasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan otot-otot uterus
berkontraksi setelah post partum, pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara
anyaman otot uterus akan terjepit, proses ini yang mengakibatkan pendarahan dapat
berhenti setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi yang terjadi adalah sebagai berikut:
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI
Segera setelah persalinan 2 cm dibawah pusar
12 jam setelah persalinan 1 cm diatas pusar dan menurun kira-kira
1 cm setiap hari
Hari ke-2 setelah persalinan 1 cm dibawah pusar
Hari ke-3/4 setelah persalinan 2 cm dibawah pusar
Hari ke-10 pasca kelahiran Tidak teraba

3. Serviks
Segera setelah persalinan atau post partum, bentuk serviks agak menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks, uteri terbentuk
semacam cincin.
4. Vagina dan perineum
a. Vagina nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
b. Perineum
Episiotomi:
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi:
TK I: Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II: Meluas sampai dengan otot perineal
TK III: Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV: melibatkan dinding anterior rektal
Pada post partum terdapat lochia, yaitu cairan atau sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina. Adapun macam-macam lochia adalah sebagai berikut:
a. Lochia rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, cairan yang keluar berwarna
merah dan berlangsung selama 2 hari pasca persalinan
b. Lochia sanguinolenta
Berisi darah dan lendir, cairan yang keluar berwarna merah agak kekuningan
dan berlangsung pada hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochia serosa
Berisi darah berwarna kuning, berlangsung dari hari ke 7-14 hari pasca
persalinan
d. Lochia alba
Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan
5. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
6. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungnya turun”
setelah melahirkan karena ligament, fasia dan jaringan alat peunjang genetalia
menjadi agak kedor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi, keuntungan lain ialah dapat mencegah stasis darah yang mengakibatkan
trombosis masa nifas.
7. Sistem pencernaan
a. Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
b. Nafsu makan kembali normal.
c. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
8. Sistem perkemihan
Uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil hemoragi.
9. Sistem integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang sebelumnya.

C. Perubahan Psiklogi pada masa nifas

Sering ditemui perubahan psikologi pada saat nifas, diantaranya bonding dan
Attechment.
1. Bonding
a. Pengertian Bonding
Bonding adalah daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan batin
antara orang tua dan bayinya (Bobak, 2004). Bonding adalah menggambar suatu
hubunagan yang berawal dari saling memikat diantara orang-orang seperti orang tua
dan anaknya ketika pertama kali bertemu. Bonding merupakan langkah awal untuk
saling tertarik dan berespon orang tua dan bayi serta merupakan dasar untuk
menciptakan kasih sayang dan menerima bayinya sebagai anggota keluarga.
b. Prinsip Bonding
Prinsip Bonding tidak sebatas memperhatikan bayi kepada ibu, memberitahu
jenis kelamin, panjang dan berat badan saja tetapi ada prinsip-prinsip yang
mendasarinya, yaitu:
1) Pada menit pertama sesudah kelahiran adalah masa paling optimal untuk
dilakukan bonding.
2) Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali diberikan kepada orang tua
(memandang berkata, dan melakukan sesuatu).
3) Monotropi adalah proses yang terstruktur dimana pada satu waktu orang
tuanya hanya dapat berespon pada satu bayi.
4) Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda seperti
gerakan tubuh dan gerakan mata.
5) Awal penentu perkembangan masa depan.
c. Proses terjadinya bonding
Ikatan batin diawali oleh rasa kasih sayang tehadap bayi. Bayi-bayi yang
menderita karena diabaikan, rasa jemu dan kecemasan, tidak merasa cukup aman
untuk membentuk suatu ikatan batin dengan orang tua. Tetapi, terbentuk bukan hanya
karena bayi diberi makan dan dimandikan saja atau hanya berespon kebutuhan-
kebutuhan mendasar dari bayi, proses ikatan batin tak akan berlangsung. Ikatan batin
terjadi bila orang tua belajar untuk peka bahkan terhadap sinyal-sinyal yang paling
halus, seperti ekspresi wajah. Gerakan tangan dan melakukan sesuatu. Cara terbaik
untuk melakukan ikatan batin dengan bayi adalah memperhatikan secermat mungkin
apa yang dikatakan melalui bahasa tubuh selain memberikan respon terhadap tanda-
tanda yang lebih nyata sifatnya,seperti tangisan atau anggukan (Bobak dan Jansen,
2000).
2. Attechment
a. Pengertian attachment
Attechment adalah suatu perubahan perasaan satu sam lain yang paling
mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan kepuasan. Attechment
adalah suatu perasan kasih sayang atau kesehatan yang mengikat antara satu orang
dengan orang lain.Attechment adalah unik,spesifik dan memerlukan kesabaran.
b. Prinsip Penguatan suatu proses Attechment
Ketidaknyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu (pemberian perawatan dalam
bentuk yang lain) dan diganti dengan kesenangan,ibu memberikan dengan pertasaan
senang dan puas. Ibu akan mengulurkan tangan pada bayi, menjaga kontak mata
antara ibu dengan bayi dan berbicara dengan baik, ibu menjadi infant, dicintai dan
dapat berinteraksi sebagai penguat agen atau setiap peristiwa. Ibu menjadi sesuatu
yang bermakna lain pada kehidupan Infant (Bobak, 2000).
c. Proses terjadinya Attechment
Proses attachment dijelaskan sebagai suatu linear, dimulai saat ibu hamil,
semakin menguat pada awal periode pasca partum dan begitu terbentuk akan menjadi
konstan dan konsisten. Hal ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental
sepanjang rentan kehidupan.

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah lengkap: Hb, Ht, leukosit, trombosit


2. Urine lengkap: Makroskopik (glukosa, prtein, bilirubin, urobilinogen, keasaman,
keton).

E. Komplikasi

1. Infeksi Nifas
a. Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Demam dalam
nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38ºC yg terjadi selama 2
hari berturut-turut. Kuman-kuman penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau
endogen, kuman-kumannya seperti streptococcus, bacil, E. coli, staphylococcus.
b. Faktor Predisposisi
1) Pendarahan
2) Trauma persalinan
3) Partus lama
4) Retensio plasenta
5) KU ibu (anemia dan malnutrition)
c. Macam-macam infeksi nifas
1) Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki
endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
2) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung
mencapai peritonium sehingga menyebabkan peritonitis.
3) Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada putting susu. Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena
hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul
dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara
kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
4) Infeksi payudara
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama
pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi
adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses.
5) Thrombophlebitis
Penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua
golongan vena yg memegang peranan, yaitu:
 Vena-vena dinding rahim ligamentum. Latum (vena ovarica, vena uterina,
dan vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic;
 Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut
tromboplebitis femoralis;
6) Pendarahan post partum
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Tahap pendarahan Post partum adalah sebagai berikut:
 Early post partum (primer), terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
 Late post partum (sekunder), terjadi lebih dr 24 jam pertama setelah bayi
lahir
Hal-hal yang menyebabkan pendarahan Post partum diantaranya:
 Atonia uteri: Gagalnya uterus berkontraksi dengan baik setelah persalinan
 Retenio plasenta: Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu lebih
dari 30 menit setelah bayi lahir
 Inversio Uteri: Keadaan dimana keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya ke dalam kavum uteri
 Robekan jalan lahir: Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari pendarahan Post partum. Gejalanya adalah pendarahan segera,
darah segar mengalir segera setelahh bayi lahir, kontraksi uterus baik,
plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah, menggigil
Robekan perinium di bagi 4, diantaranya yaitu:
 Tingkat 1: Robekan hanya pada selaput lender vagina atau tanpa mengenai,
kulit perineum
 Tingkat 2: Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis tapi tidak mengenai sfingter ani
 Tingkat 3: Robekan mengenai seluruh perinium dan otot springter ani
 Tingkat 4: Robekan sampai mukosa rectum
F. Penanganan

Tindakan yang diberikan untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bgaiman membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air, pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali
sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan
dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal, yaitu:
1) Mengurangi jumlah produksi ASI
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi
kuat sehingga rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat
membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal seperti:
1) Tidur terlentang dengan lengan samping, menarik nafas, tahan nafas ke
dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5. Rieks dan
ulangi 10 kali
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakkan latihan sebanyak 30 kali
4. Gizi
Cara atau teknik ibu menyusui harus menyesuaikan beberapa hal, yaitu:
a. Mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
d. Tablet zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Menggunakan bra yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau asi yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting
susu yang tidak lecet
d. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi di
keluarkan dan diminumkan dengan sendok
e. Apabila payudara bengkak, akibat bendungan ASI, tindakan yang harus
dilakukan adalah:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju areola atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
3) Keluarkan asi sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh asi, keluarkan dengan tangan
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya
mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat
membantu merencanaka keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena
itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap
lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.

II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian Dasar data Klien

1. Aktivitas atau Istirahat


Dapat tampak berenergi atau kelelahan/keletihan mengantuk.
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50-70kali/menit) karena hipersensitifitas TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesik atau anestesta atau meningkat
pada respon terhadap pemberian oksotoxin atau hipertensi karena kehamilan. Edema,
bila ada mungkin dependen (misalnya, ditemukan pada ekstremitas bawah, atas dan
bawah).
3. Integritas Ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya perilaku
menunjukkan kurang kedekatan. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf
untuk perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol dapat mengekspresikan rasa takut
mengenai kondisi bayi baru lahir atau perawatan segera pada neonatal.
4. Eliminasi
Hemoroid sering ada menonjol kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis
pubis atau karakter Uriruarius mungkin dipasang.
5. Makanan atau Cairan
Dapat mencegah haus lapar atau mual
6. Neurosensori Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah
Neurosensori Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesia spinal dan analgesia.
7. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Misalnya setelah nyeri trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih
penuh atau perasaan dingin dengan menggigil.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur menunjukkan respon-respon hormonal dan psikologi atau


ketidak nyamanan proses kelelahan persalinan atau kebutuhan tuntutan anggota
keluarga.
Dengan kriteria hasil:
a. Mengungkapkan keluhan, kesulitan tidur
b. Perasaan cepat marah
Hasil yang diharapkan:
a. Mengidentifikasi penyesuaian untuk menerima perubahan yang diperlukan
oleh tuntutan keluarga
b. Sedikitnya 8 jam tidur setiap malam dan tidur siang setiap hari
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji persepsi klien terhadap kelelahan, Mengindentifikasi persepsi klien
kebutuhan tidur dan kekurangan tidur tentang masalah
2 Kaji lingkungan Rumah sakit, ukuran Bantu klien dalam merencanakan
dan situasi keluarga serta kesediaan periode tidur atau istirahat siang-
bantuan malam, secara kritis dalam jadwal
anggota keluarga.
3 Anjurkan perlunya istirahat lebih awal Klien punya tanggung jawab untuk
daripada biasanya merawat bayi serta melakukan peran-
peran barunya, situasi ini
mengakibatkan kelelahan berlebihan,
memperberat kekurangan tidur.
4 Beri informasi yang berhubungan Tidur dan ketidakefektifan
dengan aspek-aspek positif tentang mencerminkan laju metabolic basal
istirahat dan tidur dan memungkinkan oksigen dan
nutrient digunakan untuk pemulihan
5 Anjurkan untuk pembatasan jumlah Kelelahan berlebihan dapat
dan lamanya waktu kunjungan diakibatkan dari penggunaan waktu
kunjungan yang sering
6 Anjurkan klien untuk menggunakan Membantu memperbaiki kadar Hb
tablet vitamin dan zat besi setiap hari yang diperlukan untuk transfort
dan pilih diet yang tepat oksigen dan meningkatkan pemulihan,
membantu mengatasi devisiensi
nutrient yang memperberat proses
kelelahan berlebihan dan tidak ada
kadar energy

2. Nyeri karena pengeluaran lochia


Tujuan: Nyeri teratasi
kriteria hasil:
a. Ekspresi wajah tenang
b. Secara verbal pasien menyatakan nyeri hilang atau berkurang
c. Pasien tidak mengelus-elus perutnya lagi
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji dan catat lokasi nyeri, lamanya, Dapat memberikan informasi tentang
intensitasnya, dan kaji tinggi fundus nyeri dan membantu dalam pemilihan
uteri intervensi
2 Berikan Health Education tentang Dengan beraktivitas, akan
pentingnya beraktivitas untuk memperlancar pengeluaran lochia dan
memperlancar pengeluaran lochia mengurangi rasa nyeri
3 Ajarkan tekhnik relaksasi napas dalam Menurunkan ketegangan otot dan
dengan menarik nafas panjang lewat dapat meningkatkan koping pasien
hidung dan menghembuskan lewat terhadap nyeri
mulut, dilakukan 3-4 kali
BAB
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus dan berakhir kira-kira 6
minggu. Akan tetapi, alat genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil membutuhkan waktu 3 bulan.
2. Teori keperawatan bagi klien atau pasien Post matur normal adalah dengan
pengkajian dasar data klien dan diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC, Bandung.


Bobak I.M dan Jansen M.D. 2000. Keperawatan Maternitas dan ginekologi, jilid I.
Yayasan IAPKP, Bandung.
Hanifa. 2002. Dalam. Huliana. 2003. Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran UNPAD. 1993. Obstetri Fisiologi. Elemen, Bandung.
Huliana. 2003. Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UNPAD. 1993.
Obstetri Fisiologi. Elemen, Bandung.
Manjoer. 2000. Dalam. Prawirohardjo, 2006. Ilmu Kebidanan Jilid II. Yayasan Bina
Pustaka. Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan Jilid II. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Prawirohardjo, S. 1999. Ilmu Kebidanan Jilid I. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Saefudin, 2002. Maternitas. Dalam. Prawirohardjo, 2006. Ilmu Kebidanan Jilid II.
Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai