Disusun Oleh: 1. RYAN ARDIANSYAH (1201100 ) 2. FHELA BEKTI K. (1201100 ) 3. AHMAD SAID (12011020) 4. AROHMAN N (12011023) 5. JUNITA SAMOSIR (12011026 6. LYAS ZULAIKHA (1201102 ) 7. FERI ANDIKA (1201103 )
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bibit berdasarkan pengertiannya adalah merupakan bahan tanam yang diambil dari bagian tanaman (akar, batang, dan daun) yang digunakan untuk fungsi budidaya tanaman berikutnya. Batasan tersebut digunakan juga dalam dunia jamur tetapi dalam dunia perjamuran tidak dikenal istilah benih jamur, meskipun penumbuhannya melalui spora hasil perkembangbiakan generatif (Sugianto, 2002). Bibit jamur tiram adalah hal yang pertama dan utama dalam mengerjakan budidaya jamur tiram , hal yang harus kita perhatikan adalah menentukan kualitas bibit jamur tiram yang akan di gunakan. karena tingkat keberhasilan dalam proses budidaya jamur tiram sangat di tentukan oleh kualitas bibit yang digunakan. Bibit jamur tiram yang terbaik adalah bibit jamur tiram yang menggunakan media terbaik pula dengan hasil panen yang memuaskan, yaitu bibit jamur tiram dengan media jagung, karena jagung adalah media yang nutrisi nya paling cocok dan sangat dibutuhkan oleh jamur tiram. dengan menggunakan jagung kebutuhan nutrisi jamur terpenuhi sehingga tumbuh jamur sangat subur dan besar-besar nantinya. Bibit jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media dasar agar-agar ( PDA) . Sebagai inokulan bibit F0 adalah jaringan jamur yang berasal dari jamur pilihan .Bisa diperbanyak dalam media dasar, baik cawan petri, tabung reaksi, tabung pipih dll. Keturunan dari bibit ini akan menghasilkan jamur yang cepat tumbuh, seragam , besar- besar. 1 botol F0 akan menghasilkan sekitar 70-80 botol bibit F1. Bibit jamur tiram F0 atau banyak juga orang-orang menyebutnya dengan kultur murni, jaringan murni, PDA atau biakan murni, bibit jamur tiram tingkat ini adalah tingkatan pertama, dimana cara membuatnya di ambil langsung dari spora jamur tiram itu sendiri dengan menggunakan PDA (Potatos Dextrosa Agar) sebagai tempat media tumbuh kembang misilium bibit jamur tiram.
B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui pembuatan media PDA 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan bibit jamur F0. 3. Mahasiswa mampu dan mempraktekan pembuatan bibit jamur F0
II. TINJAUAN PUSTAKA Dasar Teori Jamur merupakan organisme eukariot (sel-selnya mempunyai inti sejati) yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan sejati dengan dinding sel jamur terdiri atas zat kitin. Tubuh atau soma jamur disebut hifa yang berasal dari spora dan sel jamur tidak mengandung klorofil. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dari bahan organik yang ada di sekitar dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa kemudian diserap. Jamur tiram membentuk struktur reproduksi seksual yang berada di dalam struktur tubuh buah yang bentuknya mencolok dan ukurannya makroskopik. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnyaSemua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. (wiki,2011). Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Klasifikasi jamur tiram : Kingdom : Fungi Filum : Basidiomycota Kelas : Homobasidiomycetes Ordo : Agaricales Family : Tricholomatacea Genus : Pleurotus Spesies :P.ostreatus
Kistinnah (2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Pembuatan bibit F0 PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel spora jamur tiram diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur jaringan dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk dikuasai oleh pembudidaya jamur karena dari sinilah semua proses multiplikasi atau pengembangan jamur tiram berlangsung.(Anonim.2010). Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air, listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksanaan harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik (Yusnita, 2003). Kadang-kadang latar belakang pengetahuan tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi. Pelaksana juga dituntut dalam hal keterampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi : persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapangan. (Yusnita, 2003).
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Praktikum Pertanian Tanpa Tanah pada acara pembuatan F0 jamur ini dilakuakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada hari Jumat, 2014 pukul 08.00 WIB s/d selesai.
B. Alat dan Bahan a. Alat : 1. Botol Pipih 2. Autoclaf 3. Kapas 4. Karet 5. Alumunium Foil 6. Cutter 7. Pinset 8. Bunzen 9. Alkohol 10. Gelas ukur 11. Kotak pembibitan b. Bahan : 1. Kecambah segar 200 gr 2. Dextrosa 20 gr 3. Agar 20 g 4. Air steril / air destilasi 1 liter 5. Induk jamur C. Cara Kerja 1. Cuci kecambah dengan air bersih. 2. Rebus kecambah dengan air sebanyak 1ltr selama -+ 15-20 mnt atau sampai lunak kira-kira air menjadi 500 ml dari 1ltr tadi 3. Ambil cairan hasil rebusan kedalam gelas ukur dengan takaran 450ml-500ml 4. Masukan Dextrosa dan Agar- agar masing-masing 7gr seperti keterangan di atas 5. Aduk sampai larut dan merata kemudian masukan cairan tadi kedalam botol (tabung reaksi tergantung keinginan) masing-masing 10ml 6. Kemudian tutup botol /tabung dengan kapas dan lapisi dengan kertas email kemudian ikat dengan karet bila perlu. 7. Sterilkan botol yang berisi cairan PDA tadi dalam Autoclave selama kurang lebih 30-45menit dalam suhu 121c, tekanan 1,5 - 2 atm. Pertahankan kondisi ini selama kurang lebih 45 menit. 8. Biarkan mendingin hingga suhu kurang lebih 37c 9. Keluarkan botol-botol tadi dan letakkan dalam posisi miring/tidur agar cairan bisa melebar dengan tujuan memperbanyak area media. Jangan sampai cairan mencapai mulut botol. Jika cairan PDA agar tadi sudah mengeras, barulah siap untuk di Inokulasikan bibit yang didapat dari jamur langsung. Catatan : Sebelumnya botol dibersihkan dan disteril dengan merebus botol dengan air mendidih selama kurang lebih 10 menit. Memang dalam membuat bibit PDA, kebersihan, sterilisasi tempat, alat dan bahan adalah syarat utama dalam menunjang keberhasilannya. a. Dengan kultur jaringan : 1. Menuang/ memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer ke dalam petridish, memasukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk jel/mulai memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan. 2. Sambil menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat- alat tersebut sudah dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish), LAFC dibersihkan menggunakan alkohol dan di UV terlebih dahulu 20-30 menit, setelah akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan. 3. Mencuci jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang akan digunakan untuk bahan bibit dengan kultur jaringan. 4. Setelah media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang sebelumnya disemprotmenggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat-alat yang lain yaitu petridish, scapel, blade, lampu bunsen dan jamur, semua disemprot alkohol terlebih dahulu. 5. Setelah semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan cara: Memasang blade pada scapel Menyalakan lampu Bunsen Mensterilkan pinset dan scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam alcohol Membelah jamur merang menjadi 2 bagian diatas permukaan petridish, didalam belahan tersebut terdapat seperti tankai itu di potong menjadi beberapa bagian Potongan-potongan bagian tubuh jamur tersebut dimasukkan kedalam media, masing-masing media dalam petridish diisi 3 potongan Setelah digunakan scapel dan blade kembali disterilkan 6. Setelah inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril 7. Melakukan pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan dibersihkan. 8. Setelah miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
b. Dengan spora : 1. Menuang/ memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer ke dalam petridish, memesukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk jel/mulai memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan. 2. Sambil menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat- alat tersebut sudah dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish, tissue), LAFC dibersihkan menggunakan alkohol dan di UV terlebih dahulu 20-30 menit, setelah akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan. 3. Mencuci jamur merang (Volvariella volvaceae) yang akan digunakan untuk bahan bibit dengan kultur jaringan. 4. Setelah media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang sebelumnya disemprot menggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat- alat yang lain yaitu petridish, scapel, blade, lampu bunsen dan jamur, semua disemprot alkohol terlebih dahulu. 5. Setelah semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan cara: Memasang blade pada scapel Menyalakan lampu Bunsen Mensterilkan pinset dan scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam alcohol Memotong tangkai jamur mengguankan scapel dan pinset. Bagian yang digunakan adalah bagian tudungnya Mengambil tissue dan ditaruh di pemukaan petridish, kemudian pegang tudung jamur menggunakan pinset dan bagian lamela diketuk-ketukkan kedalam tissue agar spora dalam jamur tersebut jatuh ke dalam tissue Spora yang ada pada tissue tersebut dimasukkan ke dalam media PDA dengan cara hati-hati. Setelah inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril Melakukan pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan dibersihkan. Setelah miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil Dari hasil praktikum pembuatan bibit F0 dengan menggunakan tubuh buah jamur tiram.Pemilihan indukan jamur ini sangat penting karena bagian yang diambil dari jaringan tubuh jamur itulah yang merupakan inti dari perkembangan miselium pada bibit PDA selanjutnya . Pembuatan bibit induk F0 dengan kultur jaringan: a. Diperoleh tiga buah petri yang didalamnya telah tertanam jaringan dari jamur Tiram yang selanjutnya ditunggu beberapa hari sampai tumbuh hifa b.Pada setiap masing-masing petri terdapat dua jaringan yang ditanam sehingga keseluruhannya terdapat 6 (enam) jaringan yang tertanam. c. Setelah selang hari pertama dan hari kedua dan selanjutnya pada jaringan yang di tanam pada media PDA sudah terlihat tumbuh namun dari kelima petri tersebut terkontaminasi dari organisme lain yang di tandai dengan tumbuhnya hyfa atau mikro organisme lain yang berwarna hitam dan juga berwarna hijau.
B. Pembahasan Bibit jamur tiram F0 atau banyak juga orang-orang menyebutnya dengan kultur murni, jaringan murni, PDA atau biakan murni, bibit jamur tiram tingkat ini adalah tingkatan pertama, dimana cara membuatnya di ambil langsung dari bagian tubuh buah maupun spora jamur tiram itu sendiri dengan menggunakan PDA (Potatos Dextrosa Agar) sebagai tempat media tumbuh kembang misilium bibit jamur tiram. Pembuatan bibit dengan menggunakan PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel pada spora jamur tiram diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur jaringan dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk dikuasai oleh pebudidaya jamur karena dari sinilah semua proses multiaplikasi atau pengembangan jamur tiram berlangsung. Sekilas tentang PDA, PDA adalah singkatan dari Potato Dextrosa Agar merupakan campuran media dari larutan 200 gram kecambah ditambah 20gram Dextrosa dan 20 gram bubuk agar-agar. Pada media PDA ini di inokulasikan / dibibitkan biakan yang diambil dari bagian tubuh jamur tiram Lalu dari biakan murni yang diambil dari tubuh jamur tersebut bereaksi pada media PDA dengan perkembangan sel-sel spora jamur. Selanjutnya jika biakan murni dari indukan jamur tersebut dapat berkembang dengan baik,maka terjadilah duplikasi-duplikasi sel-sel spora yang sangat banyak membentuk jaringan hifa miselium yang berkembang dengan baik pada media PDA tersebut. Biakan tersebut harus murni dan tidak terkontaminasi oleh organisme lain. Selain itu kemampuan untuk memperlakukan biakan murni tersebut sampai diperoleh bibit jamur juga merupakan faktor penting yang harus dikuasai oleh pembibit jamur. Agar didapatkan bibit jamur sesuai dengan yang diinginkan maka pengetahuan teknik mikrobiologi harus diketahui dan dipraktikkan dengan baik oleh pembibit jamur atau petani jamur. Teknik mikrobiologi sendiri mengandung pengertian semua teknik yang dilakukan dengan aturan tertentu untuk menangani semua pekerjaan yang berhubungan dengan mikrobia. Dalam pembibitan jamur, terutama dalam pembuatan biakan murni dan biakan induk, semua tahap kegiatan harus dilakukan dengan teknik mikrobiologi. Dengan penerapan teknik mikrobiologi ini akan mendukung keberhasilan dalam pembuatan bibit jamur. Beberapa tahap kegiatan pembibitan jamur yang dilakukan dengan teknik mikrobiologi diantaranya dengan pembuatan media biakan, sterilisasi media, pembuatan media agar-agar cawan dan media agar-agar miring, pemindahan biakan jamur, pembuatan biakan murni, pemeliharaan biakan murni dan pembuatan biakan induk. Sistem kultur jaringan memiliki keuntungan yaitu penghematan tenaga, waktu, tempat, dan biaya. Kultur jaringan menggunakan dasar teori sel seperti dikemukakan oleh Schleiden dan Schwan bahwa sel mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi merupakan kemampuan setiap sel, dari bagian sel yang diambil dan diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik kultur jaringan antara lain adalah pemilihan eksplan yaitu bagian dari tanaman yang digunakan dalam kulturasi, penggunaan media yang sesuai dan keadaan lingkungan yang aseptis. Ketersediaan nutrisi bagi jamur sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas jamur sehingga dapat berproduksi tinggi. Kemampuan jamur untuk dapat memanfaatkan nutrisi yang telah tersedia pada substrat tanam dapat diketahui dengan menghitung nilai efisiensi biologis. Biokonversi adalah proses enzimatik yang dapat merubah suatu senyawa menjadi produk lain yang strukturnya hampir sama, dengan demikian melalui teknologi biokonversi diharapkan dapat memperbaiki nilai gizi suatu bahan pangan, terutama yang kandungan dinding selnya tinggi, menjadi suatu produk badan buah jamur yang bermutu tinggi, karena melalui teknologi tersebut dapat meningkatkan nilai gizi, protein, persentase lignin menurun, tidak menyebabkan polusi, dan tidak menghasilkan racun. Dalam praktikum pembuatan bibit F0 ini ada kendala yang dihadapi seperti: 1. Hasil bibit atau biakan terkontaminasi Kontaminasi terjadi karena adanya mikroorganisme lain yang tumbuh di media tanam. Kontaminasi cendawan pada media PDA jamur tiram akan terlihat dalam waktu 2-4 hari, ditandai adanya misellium lain selain inti. Misellium kontaminan bisa berwarna lain atau serupa dengan misellium inti jamur. Oleh karena itu perlu jeli membedakan tipe pertumbuhan misellium.Kontaminasi ditandai dengan adanya lendir di sekitar media. Penyebab kontaminasi di budidaya jamur tiram ada 2, yaitu bakteri dan cendawan. Kontaminasi cendawan pada media bibit PDA jamur tiram ditandai dengan adanya misellium lain selain misellium inti (maksudnya misellium jamur yang dibudidaya). Bila kita amati setiap hari, kita akan menemukan letak kontaminan yang berbeda, dengan cara ini kita bisa memperkirakan penyebab kontaminasi. Ketika kita menanam kultur jaringan dari biakan murni berupa jamur tiram ataupun jamur kancing itu sekarang kita bayangkan dulu ada berapa banyak mikroorganisme yg melayang-layang di udara, pasti jumlahnya sangat banyak dan memenuhi setiap milimeter volum di udara. Dan ketika kita menanam kultur dengan biakan murni jamur tiram, apakah sudah kita sadari bahwa terjadi kontak udara bermikroorganisme itu dengan media yang telah kita buat. Pada dasarnya kontaminasi itu terjadi karena adanya kontak udara dengan media. Dari tahap yang sudah kita lakukan yaitu mencampurkan bahan media dan agar lalu di aduk hingga homogen didalam gelas ukur yang sudah mendidih lalu dimasukan ke autoklaf dan di dinginkan. Ketika ingin mengisolasi spora dari jamur yang kita inginkan, madia yang telah beku tersebut dipanaskan lagi hingga mencair lalu dituang ke dalam petridisk, dan didiamkan lagi hingga membeku, lalu siap ditanami spora. Sekarang kita perhatikan lagi, kontak udara dengan media F0 jamur terjadi ketika : 1. Menuangkan stok ke dalam petridisk, kalau medianya masih benar-benar panas tidak terjadi apa-apa, tetapi kalau sudah mendingin pasti disitu ada kemungkinan mikroorganisme bisa survive / bertahan. Sebenernya petridisk yang siap tanam itu bagian dalamnya sudah steril, berhubung media yang dituangkan sudah agak mendingin, maka terjadi kontak udara dengan permukaan dalam dipetridisk itu dan bakteri atau mikroorganisme kontaminan bertahan, selanjutnya akan menyebabkan kontaminasi. 2. Kontak udara saat isolasi. Idealnya isolasi spora dilakukan dengan cepat agar meminimalisir kontak dengan udara. Tapi terkadang ada saja kendala, bahan tanam yang sulit dieksekusi, persiapan belum sempurna sehingga terjadi pemindahan alat dari luar ke dalam laminar / enkas, akibatnya zona steril yang cuma 1/3 dari luas laminar jadi berkurang. 2. Belum memiliki keahlian mengenai seluk beluk kultur jaringan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan miselium bisa berupa faktor fisik, kimia ataupun biologi. Diantaranya yaitu suhu, pH, kelembaban, kandungan air, O2, CO2, kualitas kultur jamur (F0), dan kontaminan. Kualitas kultur jamur F0 pun harus baik, agar mendapatkan bibit F1 yang baik pula. Ciri-ciri bibit F0 dengan kualitas baik adalah miselium yang tumbuh pada media PDA terlihat putih tebal dan tidak terkontaminasi. Hal yang harus dihindasi selama proses pertumbuhan miselium adalah kehadihan kontaminan. Karenanya pastikan anda untuk selalu menjaga ksteruilan bibit, media tanam, dan peralatan yang digunakan pada sat penanaman bibit. Kehadiran kontaminan dapat menjadi pesaing dalam mendapatkan nutrient pada substrat, yang menyebabkan penurunan hasil jamur bahkan tidak bisa panen sama sekali. V. KESIMPULAN
1. Jika pembuatan f0 terkontaminasi maka akan mengakibatkan pertumbuhan hifa terganggu 2. 2 Penerapan teknik mikrobiologi akan mendukung keberhasilan dalam pembuatan f0 3. Menggunakan kultur jaringan dapat memperhemat waktu yang ada 4. Ketersediaan nutrisi sangat berpengaruh untukpertumbuhan jamur untuk berproduksi tinggi 5. Jika petridis yang digunakan untuk membuat f0 terkontaminasi maka kemungkinan kegagalan dalam pembuatan f0 akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Parjimo dan Agus Andoko, Budidaya jamur, jamur kuping, jamur tiram, dan jamur merang, Agro Media Pustaka 2007 Sugianto, A. 2002. Topik Ekologi Jamur Tiram Putih dan Apek Budidayanya. PPS Unpad. Bandung 71 hal.