Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGELOLAAN HAMA TERPADU

“Metode Sampling, Metode Pengamatan, dan Metode Monitoring Terhadap


Agroekosistem”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, M.S.

Oleh :
NI LUH MAD TARINA NANDA HARUM PUTRI
NIM. 1706511065

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
yang dimana makalah ini berjdul “Metode Sampling, Pengamatan, dan Monitoring
Terhadap Agroekosistem”. Pada makalah ini akan membahas mengenai tiga metode
yang digunakan dalam menganalisis kondisi agroekosistem dalam Pengelolaan Hama
terpadu. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan penulis semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Serta diharapkan untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi paper agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
paper ini.

Denpasar, 15 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4

2.1 Metode Sampling...........................................................................4


2.1.1 Faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan sampel.....5
2.1.2 Metode Pengambilan Sampel...............................................7
2.2 Metode Pengamatan.......................................................................9
2.3 Metode Monitoring......................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................11

3.1. Simpulan......................................................................................11
3.2. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, pengendalian hama mulai menggunakan pendekatan ekologi.
Menurut Kartohardjono (2011), strategi pendekatan ekologi sebagai dasar
pengendalian hama secara hayati ini meminimalkan risiko yang merugikan dengan
melakukan pengelolaan segala komponen pada lingkungan tersebut.. Penelitian Suana
& Haryanto (2013) pada tanaman jambu mete, bahwa salah satu upaya untuk
memperbesar potensi laba-laba sebagai musuh alami hama, dapat dengan cara
mengelola keanekaragaman pada ekosistemnya. Adanya keragaman spesies laba-laba
pada tanaman jambu mete, maka akan memiliki potensi untuk mengendalikan hama
juga semakin besar. Peran serangga netral juga dapat ditingkatkan dengan menjaga
polulasinya agar tetap stabil.

Penelitian Latumahina & Ismanto (2011), menyebutkan bahwa keragaman


semut dapat menjadi indikator kestabilan ekosistem, karena semakin tinggi
keragaman semut, maka rantai makanan dan proses ekologis (pemangsaan,
parasitisme, kompetisi, simbiosis dan predasi) semakin kompleks dan bervariasi.
Oleh karena itu, berpeluang menimbulkan keseimbangan dan kestabilan. Keragaman
yang tinggi mengindikasikan adanya keseimbangan ekosistem yang mantap karena
memiliki tingkat elastisitas yang tinggi dalam menghadapi guncangan dalam
ekosistem dan sebaliknya ekosistem dengan keragaman yang rendah menunjukkan
adanya tekanan sehingga akan mempengaruhi kualitas ekosistem.

Pengedalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsep atau cara berpikir
dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan menerapkan

1
2

berbagai teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan untuk mencegah
kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah
kerusakan lingkungan dan ekosistem. Dengan kata lain, pengendalian hama terpadu
adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multi-disiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
menerapkan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel.

Pengendalian OPT dilakukan berdasarkan hasil Analisis Agroekosistem


(AAES) dengan tujuan lebih mengutamakan pada berfungsinya faktor pengendali
alami seperti predator, parasitoid, dan patogen hama daripada menggunakan pestisida
kimia. Namun apabila dengan cara tersebut populasi dan serangan hama terus
meningkat melampaui tingkat toleran ekonomis, petani dapat mempertimbangkan
melakukan tindakan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia.

Organisme atau kumpulan organisme tersebar di permukaan bumi sesuai


kemampuan pergerakannya atau kondisi lingkungan seperti adanya pengaruh luas
Kawasan (luas pulau), ketinggian tempat, dan letak geografis. Kita perlu mengetahui
tentang pola penyebaran kelompok organisme yang dapat membantu dalam
mengambil keputusan tentang metode apa yang akan digunakan untuk mengestimasi
kepadatan atau keimpahan suatu populasi ( Krebs,1989).

Agroekosistem atau ekosistem pertanian adalah bentuk ekosistem buatan


manusia untuk memperoleh produk pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Pengelolaan OPT dalam agroekosistem memerlukan perencanaan karena
merupakan suatu tindakan yang mengoptimalkan pengendalian OPT secara ekonomi
dan ekologi salah satunya perencanaan monitoring. Monitoring (pemantauan)
merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam pengambilan keputusan
pengendalian hama pada penanggulanan hama, hubungan antara pengembilan
keputusan dengan kegiatan pemantauan sangat erat alasannya karena nilai ambang
ekonomi dan ambang kendali yang ditetapkan tidak akan ada yang artinya jika tidak
3

ada data yang akurat dan dapat di percaya data tersebut biasanya didapat dari kegiatan
pemangtau atau monitoring hal tersebut membuat kegiatan monitoring wajib
dilaksankan.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk agroekosistem yaitu,


metode sampling, metode pengamatan, dan monitoring terhadap agroekosistem.
Seluruh metode itu sangat penting kita pahami dalam pembelajaran agroekosistem.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas maka didapat
rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Metode Sampling terhadap agroekosistem?


2. Apa yang dimaksud dengan Metode Pengamatan terhadap agroekosistem?
3. Apa yang dimaksud dengan Metode Monitoring terhadap agroekosistem?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan yang telah dijabarkan diatas maka didapat tujuan


sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bentuk metode sampling terhadap agroekosistem.


2. Untuk mengetahui bentuk metode pengamatan terhadap agroekosistem.
3. Untuk mengetahui bentuk metode Monitoring terhadap agroekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Sampling


Sampling adalah langkah yang pertama dalam metode pengelolaan hama,
sedang metode sampling tersedia cukup banyak, yang pada dasarnya digolongkan
kedalam dua golongan, yaitu secara acak dan sistematis. Pemilihan metode sampling
yang sesuai untuk menduga populasi hama tertentu ditentukan oleh jenis hama dan
pola sebaran populasi hama tersebut. Metode sampling dikatakan baik apabila mudah
dilaksanakannya, mempunyai ketelitian yang tinggi, dan biayanya murah.

Sampling adalah kegiatan pengambilan sampel atau contoh. Menurut ilmu


statistic sampel adalah bagian suatu populasi atau universum. Populasi yang
dimaksudkan seperti populasi tanaman padi yang merupakan seluruh tanaman padi
yang berada pada suatu tempat. Pada metode sampel atau sampling merupakan
metode awal sebelum melakukan pengamatan. Cara pendekatan metode sampling
sangat berhubungan dengan sebaran hama dilapangan karena jika mengetahui
distribusi hama di lapangan maka akan mempermudah menentukan teknik sampling
yang paling tepat. Metode sampling dapat dibedakan menjadi probability
sampling dan non probability sampling. Menurut Crabb et al. (1994), probability
sampling dalam metode sampling terdiri atas:

1. Diagonal adalah pengambilan sampel yang dimulai dari sudut menuju kearah
lawan membentuk alur diagonal.
2. W path adalah suatu pengambilan sampel dimulai dari sudut dengan berseling
membentuk alur W.
3. Stratified random sampling adalah pembagian lahan menjadi beberapa bagian
kemudian pengambilan secara acak dilakukan untuk masing-masing bagian.

4
5

4. Simple random sampling adalah pola acak atau tidak beraturan. Teknik ini tidak
efisien apabila digunakan untuk melakukan pengambilan sampel pada suatu
daerah yang keragaman spasial tinggi terutama antara satu tempat dengan
tempat lainnya. Pengambilan ini dikatakan random dikarenakan teknik
pengambilan sampel menggunakan bantuan table dengan ketentuan data harus
homogen.

Selanjutnya, Non probability sampling terdiri dari :

1. Purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan


tertentu, pemilihan didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya

2. Quota sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan

3. Accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan, yang


berarti siapa saja yang secara kebetulan bertemy dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
sesuai sebagai sumber data.

2.1.1 Faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan sampel


Pelaksanaan pengambilan sampel selalu dibayangi dengan kemungkinan
berbuat kesalahan baik yang dilakukan secara sadar ataupun yang tidak sadar dalam
pengambilan sampel banyak di jumpai sumber bias berikut ini 3 sumber bias yang
utama yaitu :

1. Sifat dan Keterampilan Petugas

Dalam program pengamatan hama dan ekosistem selalu mengikutsertakan


banyak petugas pengamat hama dan petani yang memiliki keanekaragaman sifat,
6

pengetahuan dan keterampilan yang sangat mempengaruhi mutu data yang terkumpul
serta terjasinya kesalahan yang tidak dapat di hindari. Hasil analisis dan kesimpulan
yang diproleh dari data semacam itu tentu saja akan menghasilkan kesimpulan yang
salah dan rekomendasi tindakan pengendalian yang kurang tepat. Untuk memperkecil
kesalahan tersebut sebelum melaksanakan kegiatan pengamatan perlu diadakan
pendidikan dan pelatihan khusus bagi para pengamat dan petani tentang bagaimana
seharusnya seseorang melakukan pengamatan ekosistem dengan benar. Metode
pelatihan yang paling baik adalah pelatihan yang langsung di adakan di lapangan
dengan mengikuti pertumbuhan tanaman dan dinamika populasi serangga selama satu
musim tanam diskusi antar pengamat tentang hasil hasil pengamatan dapat dilakukan
untuk mengurangi perbedaan pengetahuan dan keterampilan pengamat sehingga
kualitas data pengamatan dapat semakin di percaya ketelitianya.

2. Keadaan Lingkungan Setempat

Sumber biasa lainya yang tidak dapat di hindari adalah keadaan lingkungan
setempat yang mempengaruhi aktifitas dan prilaku serangga yang diamati. Banyak
jenis serangga aktif pada siang hari dan ada juga yang aktif pada malam hari, atau
aktif pada jam jam tertentu. Untuk mengurangi bias, waktu pengamatan harus di
sesuaikan dengan irama kehidupan serangga. Ada beberapa serangga yang
aktivitasnya tidak di pengaruhi oleh waktu dalam satu hari sehingga waktu
pengamatan tidak perlu di sesuaikan. Banyak keadaan lingkungan lain seperti curah
hujan, kebasahan, suhu, tanah, dan juga cara bercocok tanam yang mungkin
berpengaruh terhadap aktivitas serangga. Perubahan yang terjadi pada factor factor
tersebut perlu di perhatikan sebelum dilakukan kegiatan pengamatan.

3. Sifat Sebaran Spesial Serangga

Para pengamat seringkai menganggap bahwa serangga terebar secara merata


di seluruh daerah atau petak pengamatan dengan demikian jumlah unit sampel yang
diamati cukup sedikit karna sudah dianggap dapat menggambarkan sifat populasi di
7

seluruh lapangan padahal kenyataanya di lapangan menunjukkan bahwa


kecendrungan sebaran serangga bersifat bergerombol atau berkelompok. Sifat sebaran
atau distribusi special individu serangga yang diamati di lapangan merupakan factor
pentin yang harus di perhatikan dalam menetapkan metode pengambilan sampel ada 3
sifat sebaran serangga yang umum yaitu : (a) Sebaran regular atau rata yang
mengikuti distribusi teoritik binomial positif; (b) Sebaran random yang mengikuti
distribusi teoritik poisson; dan (c) Sebaran mengelompok yang mengikuti sebaran
teoritik binomial negatif.

2.1.2 Metode Pengambilan Sampel


Yang dimaksud dengan dengan metode pengambilan sampel adalah cara atau
tehnik yang memperoleh data tentang kepadatan populasi serangga yang diamati.
Ukuran kepatan populasi suatu serangga yang biasa di gunakan adalah dalam bentuk
jumlah individu per suatu satuan luas permukaan tanah. Data ini dapat di gunakan
untuk menghitung atau menduga beberapa jumlah individu yang ada pada suatu
daerah pengamatan. Sampai saat ini untuk studi ekologi dan pelaksanaan program
PHT di kenal ada 3 metode pokok pengambilan sampel yaitu:

1. Metode Mutlak

Metode pengambilan sampel mutlak menghasilkan angka pendugaan populasi


dalam bentuk jumlah individu per satuan unit permukaan tanah atau habitat serangga
yang diamati dengan angka kepadatan populasi yang di proleh tersebut langsung
dapat dilakukan pendugaan kepadatan populasi pada suatu wilatah pengamatan
tertentu. Dalam pelaksanaan sampling terlebih dahulu di tetapkan unit sampel, dalam
hal ini berupa satuan luas permukaan tanh misal 1x1 m². semua individu serangga
yang diamati dan berada pada unit sampel kemudian di kumpulkan dan di hitung
jumlahnya. Untuk suatu petak pengamatan biasanya diambil beberapa unit sampel,
angka kepadatan yang terkumpul dari beberapa unit sampel dapat untuk menghitung
kepadatan populasi dari suatu petak pengamatan. Apabila ingin menduga berapa
8

jumlah populasi serangga dalam suatu wilayah yang luasnya 1.000 m², dapat
mengalikan angka rata rata kepadatan per m² dengan kelipatan 1.000

2. Metode Nisbi (Relatif)

Metode pengambilan sampel nisbi menghasilkan angka penduga populasi


yang sulit di konversikan dalam unit permukaan tanah karna banyaknya faktor yang
mempengaruhi angka penduga tersebut. Cara pengambilan sampel dengan
menggunakan alat alat perangkap serangga seperti perangkap jebakan (pitfall trap)
atau perangkap lampu (light trap). Data hasil penangkapan serangga akan sulit di
konversikan pada unit permukaan tanah. Demikian juga cara pengambilan sampel
dengan jarring ayun (sweep net) dapat dimasukkan dalam metode nisbi.
Dibandingkan dengan metode mutlak, metode nisbi merupakan metode yang lebih
mudah dan praktis karna umumnya dengan metode ini individu serangga lebih mudah
tertangkap dan di hitung.tetapi dilihat dari segi ketelitian statistic metode ini termasuk
rendah.

3. Metode Indeks Populasi

Apabila pada metode mutlak dan metode nisbi untuk menduga sifat populasi
masih di kumpulkan dan di hitung individu serangga yang teramati, tetapi pada
metode indeks populasi pengamat hanya mengukur dan menghitungg apa yang di
tinggalkan oleh serangga tersebut yang biasanya berupa kotoran, kokon, sarang dan
lain lain.

Angka-angka yang dikumpulkan dengan metode ini bukan angka jumlah


individu dari populasi melainkan merupakan gambaran populasi dalam bentuk suatu
indeks.Tentu saja indeks populasi memiliki ketelitian sangat rendah sehingga tidak
dapat digunakan sebagai penduga angka populasi sesungguhnya. Namun, karena
kepraktisannya indeks populasi masih dapat digunakan terutama dalam proses
penentuan keputusan dan dalammenaksir niali kerusakan tanaman yang diderita.
9

2.2 Metode Pengamatan


Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi
hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan
pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan
yang akan dilakukan.

Pengamatan adalah salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan tanaman


perkebunan yang meliputi pengumpulan informasi tentang populasi dan atau tingkat
serangan OPT perkebunan serta keadaan pertanaman dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Idealnya pengamatan dilakukan sendiri
oleh petani pemilik kebun secara berkelompok di bawah bimbingan petugas
perlindungan perkebunan.

Kegiatan pengamatan yang dilakukan tersebut digunakan dalam proses


pengambilan keputusan dalam pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman melalui
Pemantauan/Monitoring. Hubungan antara asas pengambilan keputusan dengan
kegiatan pemantauan sangat erat. Nilai Ambang Ekonomi yang ditetapkan tidak
bermanfaat apabila tidak diikuti kegiatan pemantauan yang teratur dan dapat
dipercaya. Sebaliknya program pemantauan tidak bermanfaat apabila tidak dikaitkan
dengan suatu aras penentuan keputusan pengendalian seperti ambang ekonomi.

Pemantauan adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara berkala


pada suatu obyek di lokasi tertentu untuk kepentingan pengambilan keputusan.
Pengamatan yang dilakukan secara insidentil yang tidak digunakan
untukpengambilan keputusan bukan merupakan kegiatan pemantauan. Kaitan antara
kegiatan pengamatan dan aras pengambilan keputusan PHT dapat dijelaskan melalui
bagan sistem organisasi pelaksanaan PHT seperti berikut ini :
10

Pengamatan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan dengan


dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Secara rinci
pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatan keliling adalah sebagai berikut.

a) Pengamatan Tetap

Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petak yang


mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap lampu, curah hujan,
dan stasiun meteorologi pertanian khusus. Pengamatan ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas
serangan. Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagian
terbesar wilayah pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocok tanam, dan
varietasnya. Pengamatan Perangkap lampu Kepadan populasi OPT dan musuh alami
yang efektif yang tertarik cahaya diamati pada satu atau lebih perangkap lampu yang
mewakili wilayah pengamatan. Perangkap lampu ditempatkan jauh dari faktor-faktor
yang akan mempengaruhi banyaknya serangga pengganggu tanaman atau musuh
alaminya tertarik cahaya. Lampu dinyalakan dari senja sampai fajar. Serangga yang
tertangkap diidentifikasi dan dihitung. Pengamatan dilakukan setiap hari serta
dilaporkan setiap dua minggu.

b) Pengamatan Keliling atau Patroli.


11

Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman


terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari informasi
tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling atau
patroli dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah pengamatan. Sebelum
melaksanakan pengamatan, PHP disarankan menemui petani/kelompok tani
pemandu, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya guna memperoleh
informasi tentang adanya serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayah
kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan
mengkonsentrasikan pengamatannya. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan
pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut yaitu
pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan.

2.3 Metode Monitoring


Pemantauan atau monitoring adalah suatu kegiatan pengamatan yang
dilakukan secara berkala pada suatu objek dilokasi tertentu untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Agroekosisrem memiliki sifat yang dinamik selalu berubah-
ubah dari waktu ke waktu bahkan perbedaan tempat agar mempermudah
mendapatkan informasi yang akurat maka itu dilakukan kegiatan pemantauan atau
monitoring secara berkala.

Monitoring merupakan suatu komponen penting dalam suatu program IPM


(Integrated Pest Management). Hasil monitoring akan memberikan informasi tentang
populasi hama, lokasi dan kondisi yang mendukung pertumbuhan hama. Manajer
pengendalian hama membutuhkan informasi ini untuk membuat keputusan tentang
treatment yang terbaik. Monitoring digunakan untuk:

1. Mendetaksi populasi hama pada tahap dini, pada saat lebih mudah untuk
dikontrol.
2. Mendapatkan pusat populasi hama dan membatasi penyebarannya.
3. Menilai besarnya populasi hama dan kerusakan yang ditimbulkannya.
12

4. Menentukan layout bangunan dan mencatat kondisi yang mendukung


timbulnya masalah hama.
5. Mengevaluasi keberhasilan program pengendalian hama.

Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan atau monitoring perlu ditetapkan


siapa yang menjadi pelaksana pemantauan, apakah petani atau petugas lapangan
pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pemantauan seperti para POPT
(Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan). Secara ideal apabila semua petani
dan kelompok tani pernah memperoleh pelatihan pengamatan atau pelatihan PHT di
SLPHT. Tanggung jawab pemantauan di tingkat lapangan adalah petani beserta
kelompoknya. Petugas lapangan pemerintah dapat memanfaatkan data hasil
pemantauan petani tersebut untuk menyusun laporan mengenai kondisi OPT dan
ekosistem di wilayahnya masing-masing. Keberadaan POPT yang diberi tugas
melakukan pengamatan masih diperlukan terutama dalam melakukan koordinasi
kegiatan PHT di daerah atau wilayah kerjanya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Sampling adalah kegiatan pengambilan sampel atau contoh, metode sampling
merupakan langkah yang pertama dalam metode pengelolaan hama yang pada
dasarnya digolongkan kedalam dua golongan, yaitu secara acak dan sistematis.
Pemilihan metode sampling yang sesuai untuk menduga populasi hama tertentu
ditentukan oleh jenis hama dan pola sebaran populasi hama tersebut. Metode
sampling dikatakan baik apabila mudah dilaksanakannya, mempunyai ketelitian yang
tinggi, dan biayanya murah.

Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang


saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi
hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan
pengamatan secara rutin.

Pengamatan adalah salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan tanaman


perkebunan yang meliputi pengumpulan informasi tentang populasi dan atau tingkat
serangan OPT perkebunan serta keadaan pertanaman dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Pengamatan OPT pada tanaman pangan
dan hortikultura dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan
keliling atau patroli. Secara rinci pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatan
keliling adalah sebagai berikut.

c) Pengamatan Tetap

11
12

Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petak yang


mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap lampu, curah hujan,
atau stasiun meteorologi pertanian khusus. Pengamatan dilakukan setiap hari serta
dilaporkan setiap dua minggu.

d) Pengamatan Keliling atau Patroli.

Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman


terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari informasi
tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling atau
patroli dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah pengamatan.

Monitoring merupakan suatu komponen penting dalam suatu program IPM


(Integrated Pest Management). Pemantauan atau monitoring adalah suatu kegiatan
pengamatan yang dilakukan secara berkala pada suatu objek dilokasi tertentu untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Monitoring digunakan untuk:

1. Mendetaksi populasi hama pada tahap dini, pada saat lebih mudah untuk
dikontrol.
2. Mendapatkan pusat populasi hama dan membatasi penyebarannya.
3. Menilai besarnya populasi hama dan kerusakan yang ditimbulkannya.
4. Menentukan layout bangunan dan mencatat kondisi yang mendukung
timbulnya masalah hama.
5. Mengevaluasi keberhasilan program pengendalian hama.

3.2. Saran
Dengan demikian saran yang dapat penulis berikan kepada petani agar
terlebih dahulu mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dilapangan. Sehingga
petani dapat mengambil keputusan dalam menentukan metode-metode yang akan
digunakan sesuai dengan permaslahan tersebut dan metode tersebut dapat meberikan
solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2020). Pengamatan - BPT BUN SALATIGA. Tersedia Online pada:


http://bptbunsalatiga.com/index.php/kinerja/pengamatan. (Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2020)

Apriliyanto, E., & Sarno. (2018, Mei). Pemantauan Keanekaragaman Hama dan
Musuh Alami pada Ekosistem Tepi dan Tengah Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.). Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal
, 35(2), 69-70.

Aqilah, A.R. (2016). Teknik Pengamatan Hama Tanaman. Tersedia Online pada:
http://planthospital.blogspot.com/2016/04/teknik-pengamatan-hama-
tanaman.html. (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020)

Junaidi. (2016). Monitoring dan Sampling dalam Penerapan Pengelolaan Hama


Terpadu (PHT). Tersedia Online pada:
https://junaiditambak.blogspot.com/2016/04/monitoring-dan-sampling-
dalam-penerapan.html. (Diakses pada tanggal 13 Oktober 2020).

Pertiwi, D. (2014). Pengendalian OPT Ramah Lingkungan. Tersedia Online Pada


http://distan.jogjaprov.go.id/pengendalian-opt-ramah-lingkungan/. (Diakses
pada tanggal 13 Oktober 2020)

Stikes Bhakti Mandala Husada. (2016). Makalah Teknik Sampling. Tersedia Online
pada: http://sidfirman82.blogspot.com/2015/06/makalah-teknik-
sampling.html. (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai