Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

SISTEM PEMANTAUAN EKOSISTEM DAN TEKNIK PENGAMATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

DAVID MANDELA PUTRA SINAGA 1906112292

RHIDO SIPANGKAR 1906112397

ULVI GUSTIAN 1906112397

FAHIRA ANGGTAINI 1906112489

SAMUEL PAKPAHAN 1906112513

NURUL ANJALINA 1906112581

ROFIL RAHMAT HIDAYAT 1906112813

SELO PUTRA TANIRAN 1906112883

NATALIA YOSEPHINE S 1906113347

KAROLINA HUTABARAT 1906113837

AGROTEKNOLOGI-A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas semua berkat dan
rahamat –Nyasehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “(Sistem Pemantauan Ekosistem Dan Teknik Pengamatan)” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca. Terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Agus
Sutikno,S.P,M.P yang telah membantu dan membimbing dalam
pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Harapan semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman


yang miliki sangat kurang. Oleh kerena itu diharapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan Makalah ini.

Pekanbaru, 28 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Peran Pengamatan Dalam Pengendalian Hama Terpadu.........................................3
2.2 Pengambilan Sampel dan Program Pengamatan......................................................5
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesalahan Pengambilan Sampel......................5
2.4 Sifat Pengambilan Sampel........................................................................................6
2.5. Pengembangan Program Pengambilan Sampel.......................................................8
2.6. Program Pengamatan Petugas Perlindungan Tanaman Di Indonesia.......................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam penerapan PHT, pengamatan ekosistem merupakankegiatan yang

sangat menentukan keberhasilan dalam mengambil keputusan tentang

pengendalian OPT.Hubungan antara arah pengambilan keputusan dengan kegiatan

pemantauan sangat erat. Nilai Ambang Ekonomi yang ditetapkan tidak

bermanfaat apabila tidak diikuti kegiatan pemantauan yangteratur dan dapat

dipercaya. Sebaliknya program pemantauan tidak bermanfaat apabila tidak

dikaitkan dengan suatu arahpenentuan keputusan pengendalian seperti ambang

ekonomi. Pemantauan adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara

berkala pada suatu obyek di lokasi tertentu untuk kepentingan pengambilan

keputusan. Pengamatan yang dilakukan secara insidental yang tidak digunakan

untuk pengambilan keputusan bukan merupakan kegiatan pemantauan.

Agroekosistem merupakan sistem yang dikelola oleh petani dengan tujuan

agar diperoleh produksi pertanian tinggi, populasi hama dan kerusakan tanaman

dapat dipertahankan pada aras yang tidak merugikan, serta residu pestisida di

makanan dan lingkungan dapat ditetapkan seminimal mungkin. Agroekosistem

bersifat dinamik, selalu berubah antar waktu danantar tempat serta sangat peka

terhadap pengaruh dari dalam dan luarekosistem. Agar sasaran pengelolaan

agroekosistem tersebut dapat dicapai, diperlukan informasi tentang keadaan dan

dinamika ekosistem yang diperoleh dari kegiatan pemantauan Kegiatan

pengamatan dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keadaan

ekosistem meliputi keadaan cuaca, air, tanah, populasi hama dan penyakit, musuh

alami, kerusakan tanaman, pertumbuhan tanaman dan lain-lain.

1
Di lapangan, populasi serangga berpengaruh pada kerusakan tanaman.

Itulah sebabnya, pengamatan populasi hama penting dilakukan untuk menduga

tingkat kerusakan tanaman, tentu saja dengan mempertimbangkan jenis hama dan

tanaman. Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga

bentuk, yaitu (1) pengamatan populasi mutlak, (2) pengamatan populasi relatif

dan (3) pengamatan indeks populasi.

Hasil pengamatan kemudian dianalisis, dan jika ditemukan bahwa

populasi organisme pengganggu di atas Ambang Ekonomi (AE), maka dilakukan

pengendalian dengan teknik pengendalian yang mampu menurunkan populasi

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhdengan cepat, misalnya dengan

pestisida. Parameter AE dapat saja berupa data populasi ataupun data kerusakan.

Data populasi hama dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per

satuan/unit sampel, sedangkan data kerusakan dinyatakan dalam persentase (%)

serangan (intensitas kerusakan).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan memahami arti penting sistem pemantauan ekosistem dan

teknik pengamatan.

2. Mengetahui dan memahami hubungan antara sistem pemantauan

ekosistem dan teknik pengamatan.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemantauan

ekosistem dan teknik pengamatan.

4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis atau metode-metode pengamatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Pengamatan Dalam Pengendalian Hama Terpadu


Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang
sesuatu obyek yang diamati/dikaji/diteliti. Pengamatan bisa dilakukan secara
berkala maupun insidentil. Ada beberapa maksud atau tujuan pengamatan yaitu
pengamatan untuk pengumpulan data penelitian, pengamatan untuk penyusunan
lapangan dan pengamatan untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pengamatan
yang dilakukan secara berkala pada suatu obyek pengamatan tertentu untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan disebut PEMANTAUAN.
Kegiatan pemantauan dalam PHT merupakan kegiatan utama yang membedakan
sistem PHT dengan sistem pengendalian hama secara konvensional.

Dalam (Rahadi dkk, 2019) Untuk menentukan serangan hamatikus,


perhitungan yang digunakan adalahperhitungan intensitas serangan hama dan
penyakit.Selama ini perhitungan intensitas serangan hama danpenyakit diukur
dengan metode manual yaitu dengandiantaranya dengan pengamatan tetap
danpengamatan keliling. Pengamatan tetap dilakukansecara berkala, sedangkan
pengamatan kelilingdilakukan dengan mejelajahi wilayah pengamatan(Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 2007). Pengamatan OPT ini dapat dilakukan
secara manual dengan cara mengelompokkan lahan dan mengambil sampel pada
titik yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan penghitungan intensitas serangan
dari OPT yang diamati.Sementara dengan metode lain yaitu metodepengukuran
luas serangan hama dan penyakit,dilakukan melalui pengambilan foto udara
yangdilakukan untuk menduga luasan serangan penyakittungro dan luas serangan
hama tikus. Dari metodepengambilan luasan serangan penyakit melalui fotoudara
yang dilakukan didapatkan hubungan antaraluasan serangan penyakit tungro
dengan penurunanhasil mengikuti persamaan polygonomial pangkattiga
(Megantara, 2018).

Dalam penerapan PHT, pengamatan ekosistem merupakan kegiatan yang


sangat menentukan keberhasilan dalammengambil keputusan tentang
pengendalian OPT.Hubungan antara Aras Pengambilan keputusan dengan
kegiatanpemantauan sangat erat. Nilai Ambang Ekonomi yang ditetapkantidak

3
bermanfaat apabila tidak diikuti kegiatan pemantauan yangteratur dan dapat
dipercaya. Sebaliknya program pemantauan tidak bermanfaat apabila tidak
dikaitkan dengan suatu araspenentuan keputusan pengendalian seperti ambang
ekonomi. Pemantauan adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara
berkala pada suatu obyek di lokasi tertentu untuk kepentingan pengambilan
keputusan. Pengamatan yang dilakukan secara insidentil yang tidak digunakan
untukpengambilan keputusan bukan merupakan kegiatan pemantauan.

Prinsip PHT meliputi pemanfaatan musuh alami, budidaya tanaman sehat,


pengamatan berkala dan petani ahli PHT. Mariyono dan Irham (2001)
menunjukkan bahwa PHT berdampak positif terhadap ekonomi petani karena
mampu mengurangi penggunaan pestisida serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani secara tidak langsung. Konsep pengendalian hama terpadu
(PHT) merupakan upaya yang dikembangkan pemerintah dalam rangka
mengurangi penggunaan pestisida disektor pertanian. Peraturan Menteri Pertanian
No.48/Permentan/OT.140/10/2009 menyebutkan bahwa PHT adalah upaya
pengendalian serangan organisme penganggu tanaman dengan teknik
pengendalian dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara
ekonomi dan kerusakan lingkungan hidup dan menciptakan pertanian yang
berkelanjutan. (Sri, 2016)

Pengambil keputusan merupakan lembaga atau perseorangan yang


menetapkan keputusan dan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk pengelolaan
ekosistem termasuk tindakan pengendalian hama. Setelah diambil keputusan
tentang tindakan pengelolaanekosistem yang perlu dilakukan, keputusan tersebut
segera langsung diterapkan di lapangan dalam bentuk tindakan pengelolaan.
Tindakan pengelolaan tersebut dapat dalam bentuk pengendalian hama dengan
pestisida kimia, teknik pengendalianhama lainnya atau tidakan pengelolaan
ekosistem lainnya. Salah satu model pengambilan keputusan yang sederhana
adalah Ambang Ekonomi dalam bentuk populasi hama atau intensitas kerusakan
tanaman. Apabila data populasi hasil pemantauan menunjukan telah sama atau
melampaui AE, keputusannya adalahsegera dilakukan pengendalian kimia untuk
mengembalikan populasi hama ke aras keseimbangan umumnya. Bila dibawah

4
AE, tidak perlu dilaksanakan pengendalian kimiawi Dalam pelaksanaan kegiatan
pemantauan perlu ditetapkan siapa yang menjadi pelaksana pemantauan apakah
petani atau petugas lapangan pemerintah yang ditugasi melakukan pemantauan
sepertipara POPT.Idealnya apabila semua petani dan kelompok tani pernah
memperoleh pelatihan pengamatan atau pelatihan PHT di SLPHT,tanggung jawab
pemanatauan di tingkat lapangan adalah petani beserta kelompoknya.

2.2 Pengambilan Sampel dan Program Pengamatan


Sampel atau contoh dalam pengertian statistik merupakan bagiansuatu
populasi atau universum. Populasi hama pada suatu tempat merupakan seluruh
individu hama yang ada di tempat tersebut. Misal yang dimaksud populasi
tanaman padi adalah seluruh tanaman padi yang ada pada suatu tempat. Sasaran
program pengamatan adalah menghitung jumlah seluruh individu dari suatu
populasi secara tepat. Tetapi untuk menghitung semua individu sangat sulit atau
tidak mungkin dilaksanakan. Dalam praktek pangamatan, petugas pengamat
hanya mengamati sebagian kecil anggota populasi yang berupa sampel. Karena itu
sebelum melakukan pengamatan para petugas pengamatan harus melakukan
pengambilan sampel atau sampling. Dari data sampel dapat diduga sifat-sifat
populasi termasuk jumlah individu dalam populasi Permasalahan penting yang
dihadapi dalam setiap pengambilan sampel adalah menentukan jumlah anggota
sampel yang tepat dan dapat mewakili keseluruhan anggota populasi. Apabila
penentuan anggota sampel tidak benar, data sampel tidakdapat digunakan untuk
menduga sifat populasi dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang tinggi.
Dengan demikian kesimpulan yang diambil menjadi kurang tepat serta tidak
sesuai dengan sifat populasi sesungguhnya.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesalahan Pengambilan Sampel


1. Sifat dan keterampilan petugas pengamat
Mengikut sertakan banyak pengamatan dalam kegiatan pengamatan
mengakibatkanhasil kesimpulan yang salah. Upayanya adalah membuat
buku petunjuk standarisasitabel pengmatan yang jelas dan mudah
digunakan para pengamat.
2. Keadaan lingkungan setempat

5
Keadaan lingkungan yang mempengaruhi aktivitas serangga yang
kita amati. Menyesuaikan dengan irama kehidupan serangga.
3. Sifat sebaran spasial serangga
Sifat sebaran serangga harus diketahui terlebih dahulu karena akan
digunakan untuk menentukan besar ukuran dan bentuk unit sampel,
frekuensi pengamatan, ukuransampel, dll

2.4 Sifat Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel adalah cara atau tehnik memperoleh data
tentang kepadatan populasi serangga yang diamati.

1. Metode mutlak
Metode ini menghasilkan angka pendugaan populasi dalam bentuk
jumlah individu per satuan permukaan tanah atau habitat serangga yang
kita amati.
2. Metode nisbi
Menghasilkan angka penduga populasi yang sulit untuk
dikonversikan dalam unit permukaan tanah karena banyaknya factor yang
mempengaruhi angka penduga.
3. Metode indeks populasi
Menghasilkan hitungan dari apa yang ditinggalkan dari hama tersebut

E. Penyusunan Program Pengambilan Sampel

1. Penentuan unit sampel


Unit pengamatan yang terkecil yang pada unit tersebut kita adakan
pengukuran dan penghitungan terhadap individu serangga yang ada, dan
apa yang ditinggalkan olehserangga yang diamati.
Unit sampel merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit
tersebut diadakan pengukuran dan penghitungan oleh pengamat terhadap
individu serangga yang ada, dan apa yang ditinggalkan oleh serangga yang
menjadi obyek pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapa variabel
pengamatan yang dapat diperoleh dari unit sampel dapat berupa kepadatan
atau populasi hama, populasi musuh alami, intensitas kerusakan, dll. Ada
berbagai jenis unit sampel yang saat ini digunakan dalam praktek

6
pengamatan baik untuk program penelitian atau untuk pengambilan
keputusan pengendalian hama. Biasanya unit sampel dikembangkan
berdasarkan sifat biologi serangga dan belajar dari pengalaman
sebelumnya. Unit sampel dapat berupa:
a. Unit luas permukaan tanah 1 x 1 m2
b. Unit volume tanah
c. Bagian tanaman seperti rumpun, batang, daun, pelepah daun
d. Dalam bentuk stadia hamanya sendiri. Sering digunakan untuk
evaluasi dalam musuh alami seperti jumlah larva parasit atau larva inang,
dst.
2. Penentuan interval pengambilan sampel
Jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu pengamatan yang
berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Interval pengambilan
sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu
pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Banyak
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan interval pengamatan
antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yang diamati,
tujuan pengambilan sampel, faktor cuaca, dll. Untuk serangga yang
mempunyai siklus pendek dan kapasitas reproduksi tinggi, interval
pengamatan harus pendek agar tidak kehilangan informasi dari lapangan.
Demikian juga keadaan ini berlaku bagi komoditas tanaman yang peka
terhadap serangan hama seperti kapas, dan juga untuk jenis hama yang
peningkatan kerusakannya berjalan cepat.
3. Penentuan ukuran sampel
Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan penentuan
berapa jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu
pengamatan sangat menentukan kualitashasil pengamatan. Ukuran sampel
dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu varians (s2) yang
menjelaskan distribusi data sampel, dan biaya pengambilan sampel yang
terdiri atas ongkos tenaga dan alat-alat pengambilan sampel. Secara umum
dapat dikatakan semakin besar ukuran sampel (n) semakin dapat dipercaya
harga penduga parameter populasi. Tetapi apabila ukuran sampel besar

7
maka biaya pengambilan sampel juga semakin besar. Sebaliknya bila unit
sampel terlalu sedikit, analisa statistik akan menghasilkan keputusan yang
memiliki ketepatan dan ketelitian rendah, sehingga kualitas dan kegunaan
hasil pengamatan diragukan.
4. Desain atau pola pengambilan sampel
Ada beberapa pola yang dapat digunakan untuk menetapkan unit
sampel yang mana dari keseluruhan populasi yang harus diamati yang
menjadi anggota sampel. Pola yang paling ideal adalah secara acak
(random sampling), kemudian dikenal
a. Pola acak berlapis
b. Pola pengambilan sampel sistematik
c. Pola pengambilan sampel purposive atau yang sudah ditentukan

5. Mekanik pengambilan sampel


Segala tehnik atau cara untuk meperoleh dan mengumpulkan serta
menghitungindividu serangga yang diamati atau bahan yang ditinggalkan
oleh setangga yangdiamati pada unit sampel yang telah ditentukan.
Mekanik sampel yang sering dilakukan oleh para pengamat kita
adalah pengamatan langsung di lapangan. Tidak semua serangga dapat
dihitung secara langsung sehingga masih diperlukan peralatan atau alat
khusus yang dapat digunakan untuk mengumpulkan individu serangga dan
kemudian dihitung jumlahnnya

2.5. Pengembangan Program Pengambilan Sampel


Untuk mengurangi kelemahan dan waktu yang lama dalam pengambilan
sampel perlumenggunakan tehnik sampel yang lebih praktis seperti pengambilan
sampel berurutan.

2.6. Program Pengamatan Petugas Perlindungan Tanaman Di Indonesia


1.Metode pengamatan

Pengamatan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan dengan


dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Secara
rinci pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatan keliling adalah sbb:

8
a. Pengamatan tetap

Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petak contoh


tetap yang mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan, perangkap lampu,
curah hujan, stasiun meteorologi pertanian khusus.

1) Pengamatan petak tetap


Pengamatan pada petak contoh tetap bertujuan untuk mengetahui
perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitas
serangan. Petak contoh tetap ditempatkan pada lima jenis tanaman
dominan. Untuk komoditas terluas diamati empat petak contoh tetap
sedangkan empat komoditas lainnya masing-masing diamati satu petak
contoh. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat
delapan petak contoh pengamatan tetap.Petak contoh ditentukan secara
purposive, sehingga mewakili bagian terbesar wilayah pengamatan dalam
hal waktu tanam, teknik bercocok tanam, dan varietasnya. Pada masa
peralihan antara dua musim tanam, pengamatan diteruskan pada petak-
petak contoh yang dapat mewakili wilayah pengamatan dalam waktu
tersebut. Karena itu petak contoh pada masa antara dua musim tanam
dapat berpindah sesuai dengan keadaan tanaman yang dapat mewakili
wilayah pengamatan.
2). Pengamatan Perangkap lampu
Kepadan populasi OPT dan musuh alami yang efektif yang tertarik
cahaya diamati pada satu atau lebih perangkap lampu yang mewakili
wilayah pengamatan. Perangkap lampu ditempatkan jauh dari faktor-
faktor yang akan mempengaruhi banyaknya serangga pengganggu
tanaman atau musuh alaminya tertarik cahaya. Lampu dinyalakan dari
senja sampai fajar. Serangga yang tertangkap diidentifikasi dan dihitung.
Pengamatan dilakukan setiap hari serta dilaporkan setiap dua minggu.

b. Pengamatan Keliling atau Patroli

Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui tanaman


terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam serta mencari informasi

9
tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida. Pengamatan keliling
atau patroli dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah pengamatan. Sebelum
melaksanakan pengamatan, PHP disarankan menemui petani/kelompok tani
pemandu, penyuluh atau sumber lain yang layak dipercaya; untuk memperoleh
informasi tentang adanya serangan OPT dan kegiatan pengendalian di wilayah
kerjanya. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai
dan mengkonsentrasikan pengamatannya. Penentuan daerah yang dicurigai
didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah
tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan.
Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati lima petak contoh yang terletak
pada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan garis
diagonal tersebut (B, C, D dan E). Jumlah rumpun yang diamati tiap unit contoh
adalah 10 rumpun/batang. Komponen-komponen yang diamati adalah luas
tanaman terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, stadia/umur
tanaman, varietas dan tindakan pengendalian yang pernah dilakukan petani.
Dalam tiap petak contoh diamati 5 unit jumlah rumpun contoh yang diamati
dalam tiap unit contoh adalah sepuluh rumpun/tanaman.

2. Metode Pengambilan Contoh

a. Tanaman Pangan

Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman pangan (padi dan


palawija) dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan tetap tiap petak
contoh ditentukan tiga unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis
diagonal petak contoh (A) dan di pertengahan potongan-potongan garis diagonal
yang terpanjang (B dan C). Tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh. Dari
petak contoh itu diamati intensitas serangan OPT, kepadatan populasi OPT dan
kepadatan populasi musuh alami yang efektif. Dalam tiap unit contoh diamati 10
rumpun contoh.

b. Tanaman Sayuran

10
Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman sayur-sayuran
dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap 0,1 ha atau 50 tanaman contoh per
hektar. Pengambilan tanaman contoh ditentukan secara acak (random).

c. Tanaman Buah-buahan, hias, obat-obatan dan rempah-rempah

Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman buah-buahan, hias dan


obat-obatan dan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan petak contoh,
yaitu kecamatan. Tanaman yang diamati dibagi 3 kriteria seperti berikut:

1. Tanaman dominan (terbanyak) : 15 tanaman/rumpun

2. Tanaman dengan jumlah sedang : 10 tanaman/rumpun

3. Tanaman dengan jumlah sedikit : 5 tanaman/rumpun

Tanaman contoh ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu random (acak) dan
diagonal. Cara random dilakukan pada perkebunan rakyat/pekarangan rumah,
sedangkan cara diagonal dilakukan (seperti pengambilan contoh pada tanaman
padi) pada perkebunan besar

3. Penilaian Kerusakan

Penilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan


OPT yang sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan OPT dapat
berupa kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak. Untuk
menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap
mutlak digunakan rumus sebgai berikut:

I = ----------- X 100%

a+b

Keterangan:

I : Intensitas serangan (%)

11
a : Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman, rumpun
tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.

b : Banyaknya contoh yang tidak terserang (tidak menunjukkkan gejala


serangan).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang
sesuatu obyek yang diamati/dikaji/diteliti. Pengamatan bisa dilakukan secara
berkala maupun insidentil. Ada beberapa maksud atau tujuan pengamatan yaitu
pengamatan untuk pengumpulan data penelitian, pengamatan untuk penyusunan
lapangan dan pengamatan untuk pengambilan keputusan.

Di lapangan, populasi serangga berpengaruh pada kerusakan tanaman.


Itulah sebabnya, pengamatan populasi hama penting dilakukan untuk menduga
tingkat kerusakan tanaman, tentu saja dengan mempertimbangkan jenis hama dan
tanaman. Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu (1) pengamatan populasi mutlak, (2) pengamatan populasi relatif
dan (3) pengamatan indeks populasi.
Hasil pengamatan kemudian dianalisis, dan jika ditemukan bahwa
populasi organisme pengganggu di atas Ambang Ekonomi (AE), maka dilakukan
pengendalian dengan teknik pengendalian yang mampu menurunkan populasi
dengan cepat, misalnya dengan pestisida. Parameter AE dapat saja berupa data
populasi ataupun data kerusakan. Data populasi hama dinyatakan dalam bentuk
jumlah individu hama per satuan/unit sampel, sedangkan data kerusakan
dinyatakan dalam persentase (%) serangan (intensitas kerusakan).

3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami konsep dalam
pengamatan dan pengambilan sampel agar memudahkan mahasiswa dalam
menerapkannya dilapangan mudah

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahadi, I. K. S., Wijaya, I. M. A. S., & Tika, I. W. 2019. Intensitas Serangan


Hama Tikus Tanaman Padi Menggunakan Metode Pengamatan Keliling
Berhubungan Linier dengan Luas Serangan Hasil Analisi Foto Udara.
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian), 7(2), 279-286.

Sari, N., Fatchiya, A., & Tjitropranoto, P. 2016. Tingkat Penerapan


Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sayuran di Kenagarian Koto Tinggi,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Penyuluhan, 12(1).

Sembel, 2012. Serangga –serangga Hama Tanaman Pangan, Umbi dan Sayuran.
Penerbit Bayumedia Publishing Malang

Tangkilisan, v. 2015. Populasi dan Serangan napholocrosis medialis Pada


Tanaman Padi Sawah Dikecamatan Ranoyapo Kabupaten Minahasa
Selatan. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Ratulangi Manado

14

Anda mungkin juga menyukai