Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR DASAR- DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

(PENYAKIT BLENDOK PADA TANAMAN JERUK)

DISUSUN OLEH :
RIDO SUGIYAMA GURNING
1906155635
&
BASRI HANI ANDREAS SIRAIT
1906155671
AGROTEKNOLOGI-A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas semua berkat dan rahamat –
Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Penyakit
Blendok Pada Tanaman Jeruk (citrus)” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Terima kasih kepada dosen pembimbing
yaitu Bapak Ir. Muhammad Ali, M Sc. yang telah membantu dan membimbing dalam
pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .

Harapan semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu diharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah ini.

Ukui Satu , 15 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................3
BAB II BIOLOGI.....................................................................................................................4
2.1 Klasifikasi Pantogen Blendok...................................................................................4
2.2 Morfologi Pantogen Blendok....................................................................................6
BAB III GEJALA PENYAKIT...............................................................................................7
3.1 Ciri Gejala Pantogen.................................................................................................7
BAB IV PENYEBARAN PENYAKIT...................................................................................8
4.1 Mekanisme Jamur Menginfeksi Tanaman.............................................................8
BAB V TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT.............................................................10
5.1 Cara Pengendalian Pantogen Blendok..................................................................10
BAB VI PENUTUP................................................................................................................12
6.1 Ringkasan.................................................................................................................12
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 1 Pantogen Blendok.........................................................................................................5


GAMBAR 1 2 Morfologi Pantogen Blendok........................................................................................7
GAMBAR 1 3 Gejala penyakit A) Diplodia basah (Kulit mengelupas dan mengeluarkan blendok
berwarna kuning keemasan) dan B) Diplodia kering (Kulit mengelupas).............................................8
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tujuan utama di buat-Nya makalah ini adalah untuk menpelajari

tentang penyakit blendok pada tanaman jeruk . Diharapkan dengan di

buat-Nya mkalh ini , maka dapat membuat pembaca lebih tahu dan

mengerti tentang penyakit blendok pada jeruk. Guna mencapai tujuan

pembuatan makalah tersebut, maka kami berusaha membuat makalah

sebaik dan sejelas mungkir. Guna membuat pembaca mengerti dengan

betul mengenai penyakit blendok pada tanaman jeruk.

Tercapainya pembuatan makalah ini tidak lepas dari kinerja

yang dilakukan oleh kami dan juga pada dosen pembimbing kami yang

turut membantu kami. Juaga bantuan dari refrensi dari internet dan

merangkum –Nya menjadi menjadi satu , supaya pembaca dapat lebih

mengerti tentang penyakit blendok pada tanaman jeruk.

Penyakit Blendok/ Diplodia merupakan salah satu penyakit utama

pada jeruk. Penyakit Blendok dapat terjadi apabila ada patogen

menyerang cendawan Botryodiplodia theobromae Pat.yang patogenik

menyerang tanaman yang rentan, yang tumbuh pada lingkungan yang

sesuai untuk patogen, dan petani kurang intensif dalam pemeliharaan

tanaman.

1
Tingkat serangan penyakit blendok dapat dipakai sebagai tolok ukur

terhadap tingkat pemeliharaan yang sudah dilakukan, makin intensif

pemeliharaan dapat menurunkan tingkat serangan penyakit. Kondisi

lingkungan yang mempermudah serangan patogen diantaranya kondisi

kekeringan, adanya pelukaan, perbedaan suhu siang dan malam yang

tinggi dan pemeliharaan yang kurang optimal.Penyakit ini juga dikenal

sebagai penyakit blendok karena salah satu gejalanya adalah keluarnya

blendok (gum) dari batang yang teriinfeksi.

Penyakit blendok dapat diketahui dengan mudah apabila tanaman sudah

bereaksi terhadap serangan patogen dengan mengeluarkan substansi

pertahanan berupa blendok (gum/gumosis). Diketahui ada dua jenis

Diplodia yaitu basah dan kering. Diplodia basah, batang, cabang, atau

ranting yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning keemasan

dan pada stadia lanjut, kulit tanaman mengelupas. Diplodia kering, kulit

batang atau cabang tanaman yang terserang akan mengering tanpa

mengeluarkan blendok, sehingga gejalanya lebih sulit diamati. Pada

bagian celah kulit terlihat adanya masa spora jamur berwarna putih atau

hitam. Serangan pada batang utama akan lebih berbahaya dibandingkan

pada cabang atau ranting. Serangan yang melingkar pada cabang

mengakibatkan bagian tanaman diatas serangan akan kering dan mati.


I.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat tujuan, sebagai berikut :

1. Pembaca dapat mengetahui apa itu penyakit Blendok pada tanaman jeruk
(citrus).
2. Pembaca dapat mengetahui penyebab penyakit Blendok pada tanaman jeruk (
citrus).
3. Pembaca dapat mengetahui gejala penyakit Blendok pada tanaman jeruk
(citrus).
4. Pembaca dapat mengetahui penyebaran penyakit Blendok pada tanaman
jeruk (citrus).
5. Pembaca dapat mengetahui teknik pegendalian penyakit Blendok pada
tanaman jeruk (citrus).
BAB II

BIOLOGI

II.1 Klasifikasi Pantogen Blendok

Jeruk merupakan buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia, dengan rasa

yang segar, dan mengandung vitamin C. Buah jeruk ada berbagai macam jenis, yang

paling terkenal dan diminati adalah jeruk keprok dan jeruk manis. Jeruk yang saat ini

dikembangkan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis yaitu jeruk manis dan sitrun

berasal dari Asia Timur dan jeruk nipis, jeruk purut dan jeruk bali dari Asia Tenggara

Otto H (2017, hlm. 1). Penyakit Diplodia atau Blendok merupakan penyakit utama yang

menyebabkan kematian pada batang dan cabang tanaman jeruk di Indonesia. Sebutan

penyakit Blendok digunakan karena kebanyakan batang dan cabang yang terserang dan

bereaksi mengeluarkan blendok. Penyebaran penyakit ini di Indonesia hampir di seluruh

pertanaman jeruk, terutama yang telah berumur lebih dari 10 tahun dengan pemeliharaan

yang kurang intensif. Serangan melingkar pada cabang dan batang utama menyebabkan

kematian bagian tanaman diatas titik serangan, bahkan menyebabkan kematian

tanaman.11

Gejala Diplodia ada 2 macam  yaitu diplodia basah dan kering. Gejala diplodia

basah ditunjukkan dengan adanya blendok atau gumosis berwarna kuning keemasan pada
cabang atau ranting terserang, pada stadia lanjut, kulit tanaman mengelupas atau bahkan

bisa mengakibatkan kematian (Dwiastuti 2011).  Gejala diplodia kering lebih sulit

dikenali pada awal serangan, karena tidak ada blendok yang merupakan reaksi

hipersensitif tanaman yang terinfeksi untuk melokalisasi patogen agar tidak berkembang.

Pada serangan lanjut atau parah baru terlihat kulit batang atau cabang mengelupas,

kemudian mengering atau bahkan bisa mengakibatkan kematian (Triwiratno 2002).

GAMBAR 1 1 Pantogen Blendok

Kasifikasi

Jamur Botryodiplodia theobromae termasuk pada kelas Ascomycetes. Menurut

Dwiastuti (2016, hlm 105) menyatakan klasifikasi cendawan Botryodiplodia

theobromae sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Kelas : Ascoomycetes

Ordo : Dothideales

Famili : Botryosphaeraceae
Genus : Botryodiplodia

Spesies : Botryodiplodia theobromae

II.2 Morfologi Pantogen Blendok

Penyakit disebabkan adanya cendawan Botryodiplodia thebromae. Cendawan ini

dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup kemudian pecah dan

berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai sekat berwarna gelap,

penyebaran dilapangan terutama oleh air. Menurut Khairani et al (2017, hlm.20)

“B.theobromae memiliki karakter koloni aerial, hifaa bersepta, berwarna putih hingga

abu-abu kehitaman”.

Cendawan Botryodiplodia theobromae terdapat dua macam yaitu, Diplodia

theobromae dan diplodia kering. Terdapat perbedaan bentuk morfologi antara dilodia

basah dan diplodia kering. Menurut BPTP “Diplodia basah tanaman yang terserang

akan mengeluarkan blendok yang berwarna kuning keemasan dari batang atau

cabang…. Diplodia kering pada bagian celah-celah kecil kulit terlihat adanya massa

spora cendawan berwarna putih atau hitam”.


GAMBAR 1 2 Morfologi Pantogen Blendok

BAB III

GEJALA PENYAKIT

III.1 Ciri Gejala Pantogen

Pada dasarnya serangan Botryopdiplodia theobromae mudah untuk diamati,

penyakit oleh jamur Botryodiplodia theobromae ad dua macam yaitu, diplodia basah

dan diplodia kering. Pada diplodia basah tanaman yang terserang akan mengeluarkan

blendok berwarna kuning emas dari mulai batang atau cabang-cabang tanaman. Bagian

kulit yang terserang blendok setelah beberapa lama akan mongering dan mengelupas.

Belndok biasanya berkembang melingkari batang dan cabang yang dapat menyebabkan

menyebabkan kematian. Pada diplodia kering pada gejala awal sukar untuk diketahui.

Pada bagian kulit batang dan cabang tanaman jeruk yang terserang akan mongering,

lalu terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah tersebut akan

terlihat adanya massa spora jamur berwarna putih hingga hitam. Pada diplodia kering
perluasan kulit yang mongering sangat cepat, apabila hingga melingkar pada bagian

cabang dan batang akan menyebabkan daun menguning dan akhirnya tanan akan

menyebabkan kematian Ditlin.Horti.Kementan (2012).

GAMBAR 1 3 Gejala penyakit A) Diplodia basah (Kulit mengelupas dan mengeluarkan blendok
berwarna kuning keemasan) dan B) Diplodia kering (Kulit mengelupas).
BAB IV

PENYEBARAN PENYAKIT

IV.1 Mekanisme Jamur Menginfeksi Tanaman

Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup,

kemudan pecah, dan berwarna hitam. Konidium terutama disebarkan oleh air dan serangga…

konidium berbentuk jorong, bersel 1 dan kemudian pada saat dewasa konidium bersel 2, dan

berwarna gelap. Pathogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting, dan kulit cabang

terinfeksi Ditlin.horti(2012, hlm. 1). Menurut Sinaga et al. “Botryodiplodia theobromae

mudah menyebar melalui tanah, percikan air hujan, dan alat-alat pertanian.” Selain itu

kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat dan perlukaan pada

tanaman merupakan kondisi yang baik untuk berkembang pathogen Ditlin.horti (2013, hlm.

3).

Serangan penyakit Diplodia (Botryodiplodia theobromae Pat.) dipengaruhi

beberapa faktor antara lain sumber inokulum, suhu, kelembaban, kebersihan kebun dan

alat serta  varietas. Tingkat serangan penyakit blendok berhubungan erat dengan tingkat

perawatan kebun, biasanya kebun yang tidak terawat, serangan diplodia sangat tinggi

(Triwiratno 1998). Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi terjadinya keparahan

serangan adalah varietas jeruk. Varietas pamelo lebih rentan, hampir 90% tanaman

pamelo di Magetan terinfeksi penyakit diplodia (Supriyanto et al. 1998).

Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan untuk berkembang, patogen

dapat membentuk struktur tahan. Pada kondisi menguntungkan yaitu pada kelembaban,

nutrisi dan suhu tinggi, patogen akan segera berkecambah dan kemudian melakukan

penetrasi ke dalam jaringan tanaman.  Amplitudo (perbedaan suhu siang dan malam)
tinggi, terutama musim kemarau merupakan lingkungan yang mempermudah

perkembangan jamur ini. Periode kritis pada varietas pamelo (C. maxima Merr.) terjadi

pada pertengahan musim hujan dengan kelembaban ? 80% memenuhi syarat bagi

pertumbuhan jamur atau pada musim kemarau dimana kondisi tanaman kurang optimal

sehingga pertahanan tanaman kurang (Triwiratno 2002).


BAB V TEKNIK

PENGENDALIAN PENYAKIT

V.1Cara Pengendalian Pantogen Blendok

Pada saat ini dalam dunia pertanian sebelum menanam tanaman, sudah ada

pengelolaan hama tanaman, yang mana didalamnya sudah termasuk pengendalian hama

penyakit. Pengendalian penyakit secara umum ada empat cara yaitu kultura, biologi,

fisik & mekanis, dan kimia. Pengendalian penyakit blendok yang disebabkan oleh jamur

botryodiplodia theobromae terdapat empat cara yaitu

1. Pengendalian secara kultura

1.1 Peningkatan kesuburan tanah Meningkatkan kesuburan tanah dengan cara

memberikan pupuk yang seimbang akan mempertinggi ketahan bagi tanaman jeruk

Semangun(2001, hlm.256).

1.2 Pemungutan Hasil Cara mencegah kerusakan hasil tanaman harus dilakukan tepat

pada waktunya dan dilakukan secara hati-hati. Jika tidak hati-hati tanaman akan mudah

terinfeksi jamur botryodiplodia theobromae dari daun dan ranting yang mati Semangun

(2001, hlm. 256).

2. Pengendalian secara fisik dan mekanis

1.1Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang sakit Cara lizi lazim digunakan dalam

dunia pertanian untuk menolong satu tanaman yang sakit dan mencegah penyebaran

penyakit Semangun (2001, hlm. 256)

1.2 Membinasakan tanaman yang sakit Membinasakn tanaman yang terkena penyakit

dapat mengurangi penyebaran penyakit. Karena sebelum gejala tampak pada tanaman,

tanaman sudah dapat menularkan penyakit Semangun (2001, hlm. 258).


3. Pengendalian secara biologi Pengendalian secara bilogi dengan cara menggunaan

agens antagonis Glomus fas-ciculatum dan VAM Otto H (2015, hlm. 57).

4. Pengendalian secara kimiawi Secara kimiawi pengendalian hama botryodiplodia

theobromae dengan menggunakan fungisida Otto H (2015, hlm. 57).


BAB VI PENUTUP

VI.1 Ringkasan

Jamur yang sering menyebabkan penyakit pada tanaman jeruk yaitu, Fusarium

oxysporum, Collectricum sp, Altenaria altrenata, Botryodiplodia theobromae, Oidium

tingitanium. Botryodiplodia theobromae merupakan jamur yang mengakibatkan

oenyakit blendok pada batang atau disebut juga busuk batang. Pada penelitian ini

dilakukan uji ekstrak lengkuas (Alpinia purpurata K. schum) pada jamur

Botryodiplodia theobromae secara in vitro. Sel jamur termasuk kelompok sel eukaryot,

tentu mempunyai sifat tidak berbeda dengan sel-sel tersebut, sehingga analogi untuk

sel jamur. Efek dari suatu zat terhadap sel organisme antara lain berhubungan dengan

gangguan proses metabolisme, fungsi permeabilitas dinding sel, yaitu adanya

gangguan fungsi enzim atau kofaktor enzim, atau gangguan netralisasi zat toksik di

dalam sel. Minyak atsiri melakukan aktivitas antijamur dengan cara menyerang

ergosterol pada membran sel jamur sehingga menyebabkan perubahan permeabilitas

membran dan kerusakan membrane yang akhirnya molekul-molekul sel jamur akan

keluar sehingga menyebabkan kematian sel. Dengan kata lain minyak atsiri dapat

membunuh dan menghambat pertumbuhan jamur (Ridawati dan Santoso, 2011 hlm.

Penyakit blendok/diplodia merupakan salah satu penyakit utama pada jeruk (citrus sp.).

Penyakit blendok dapat terjadi karena adanya cendawan yang berasal dari

botryodiplodia theobromae pat yang patogenik menyerang tanaman yang rentan dan

pemeliharaannya kurang intensif.Beberapa kondisi yang menjadikan penyakit blendok

pada tanaman jeruk di antaranya kondisi yang kekeringan, adanya pelukaan pada

tanaman, perbedaan suhu siang dan malam yang tinggi dan pemeliharaan yang kurang
optimal. Gejala penyakit blendok adalah keluarnya blendok yang berasal dari batang

yang terinfeksi. Penyakit blendok dapat diketahui dengan mudah apabila tanaman

sudah bereaksi terhadap serangan patogen dengan mengeluarkan substansi pertahanan

berupa  blendok ( gum/ gumosisi).Diketahui ada dua jenis blendok yaitu basah dan

kering. Blendok basah ditunjukkan dengan gejala batang, cabang, atau ranting yang

terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning keemasan. Serta ketika serangan

sudah menjalar, maka kulit tanaman dapat mengelupas.Blendok kering ditunjukkan

dengan batang atau cabang tanaman yang terserang akan mengering tanpa

mengeluarkan blendok. Serangan seperti ini akan suit diamati dengan mata. Pada

bagian kulit terlihat adanya spora jamur yang berwarna putih atau hitam.Patogen

menyerang jaringan kayu yang menyebabkan tanaman mengeluarkan substansi

pertahanan berupa gumosisi (gum/blendok). Gumosis dikeluarkan oleh tanaman

sebagai bentuk reaksi setelah adanya serangan patogen dalam jaringan.Gumosis

diproduksi untuk melokalisasi patogen agar tidak berkembang lebih luas. Untuk

pengendalian penyakit ini ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan di antaranya

menjaga kebersihan kebun dengan mengakses ranting kering dan cabang yang

terserang penyakit, dan ranting pangkasan dibakar atau ditimbun.


DAFTAR PUSTAKA

Asaad, M., Warda. 2004. Pengkajian pengendalian penyakit Diplodia pada jeruk siam.
Prosiding Seminar Nasional dan Kontes buah jeruk Siam nasional. Surabaya, 16 Juni 2003.
Hal 357-366.
A. Supriyanto, A Sugiyatno (2001) Penggunaan Bubur California untuk Pengendalian
Penyakit Jamur Ranting (Botryosphaeria ribis) pada Manggis. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian, Mataram 30-31 Okt 2001, PSE Bogor, ISBN : 979-
95405-2-6. Hal 184-187.

Dwiastuti, M.E., A. Triwiratno, O. Endarto, S. Wuryantini, Yunimar. 2011. Panduan Teknis


Pengenalan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman jeruk. Balitjestro, Puslitbanghorti,
Balitbangtan, Kementan, cetakan ketiga 2011. hal 60-62.
Salamiah. 2009. Pengendalian Penyakit Kulit Diplodia Pada Jeruk Siam Banjar
Menggunakan Pengetahuan Dasar Mengenai Siklus Penyakit dan Penerapan GAP . Prosiding
Seminar Buah Nusantara 2009.:  55 -71.
Semangun, H. 1996, Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, pp 67-203, Gadjah Mada
University Press, Yokyakarta.
Supriyanto, A, , M. Sugiyarto, A. Triwiratno, O. Endarto, 1998, Laporan akhir Pengkajian
dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Berbasis Pamelo di Kab Magetan. BPTP
Karangploso.
Triwiratno, A., A. Supriyanto (1999) Pengkajian penerapan paket teknologi pengendalian
penyakit blendok (Botryodiplodia theobromae Pat.) pada pamelo di kabupaten Magetan.
Prosiding Seminar Nasional Hortikultura, Fak Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, 1999.
Hal 196-205 ISBN 979-95874-0-9.
Wardlaw, C. W.  2014. Observations on the Pycnidium of Botryodiplodia theobromae,
Pat. Annals of Botany Journals vol 114: ISSN 1095-8290 – Oxford University Press.
Print ISSN 0305-7364, Pp 226-238. Tanggal akses 10 Me1 2014.

Anda mungkin juga menyukai