Hama
Dan
Penyakit
Tanaman Padi
Penulis
iii
Daftar Isi
Halaman Judul..........................................
i
Kata Pengantar........................................ ii
Daftar Isi...................................................iv
Hama Utama pada Tanaman Padi
Penggerek Batang Padi Putih....................1
Wereng Cokelat.........................................3
Walang Sangit............................................5
Kepik Hitam................................................7
Keong Mas.................................................8
Burung
Pipit..............................................10
Tikus.........................................................1
1
Penyakit Utama Pada Tanaman Padi
Tungro......................................................15
Kerdil Rumput..........................................17
Blast.........................................................18
Hawar Daun.............................................20
Pembuatan Pestisida Nabati Sederhana
Ekstraksi Bahan
Segar.............................23
iv
Ekstraksi Bahan Kering............................24
Metode Menggunakan Pelarut Metanol…
25
Metode Fermentasi..................................26
Daftar Pustaka........................................27
v
Hama Utama pada Tanaman
Padi
1. Penggerek Batang Padi Putih
(Scirpophaga
innotata Walker)
Penggerek batang
adalah ulat yang hidup
dalam batang padi.
Serangan hama ini
dapat menyebabkan
gejala sundep yaitu
larva menyerang
pangkal daun muda
yang menyebabkan layu dan mengering.
Jika menyerang batang maka
menyebabkan gejala beluk yaitu larva
menyerang batang pada waktu awal
pembungaan sehingga menyebabkan bulir
menjadi hampa dan tangkai bulir padi
dapat dicabut dengan mudah. Serangan
terjadi sejak di pesemaian sampai
terbentuknya anakan maksimum.
1
Pencegahan dan Pengendalian :
1. Tanam varietas berumur genjah dan
anakan banyak
2. Melakukan penanaman serempak
(perbedaan waktu tidak lebih dari 3
minggu)
3. Memotong jerami serendah mungkin
dan dimusnahkan (segera membajak
sawah setelah panen) untuk
menghindari penggerek batang bertelur
dan berkembang.
4. Jemur atau hamparkan jerami di bawah
sinar matahari untuk membunuh larva
(ulat).
5. Mengairi sawah lebih awal saat
tanaman padi belum ada untuk
mendorong semua ulat menjadi kupu-
kupu.
6. Lindungi musuh alami penggerek,
7. Jangan gunakan pestisida yang bahan
aktifnya berspektrum luas, seperti
methyl parathion. Bila genangan air
dangkal gunakan insektisida butiran
2
seperti Sidafur 3G (Karbofuran), atau
Fipros 55 SC (Fipronil) saat penggerek
batang sudah menyerang ke dalam
batang bila genangan air tinggi
aplikasikan insektsida cair seperti
Sidatan 410 SL (Dimehipo), bensultap,
amitraz dan fipronil.
8. Sayat ujung helaian daun sebelum
tanam pindah. Telur-telur penggerek
batang kuning diletakkan dekat ujung
daun. Dengan menyayat, pengalihan
telur dari persemaian ke sawah dapat
dikurangi.
4
3. Penggunaan pestisida sistemik dengan
bahan aktif imidakloprid (Contoh Merk
Confidor 5WP), dosis 0.5Kg/Ha.
Penggunaan pestisida kontak lambung
dengan bahan aktif BPMC (Contoh
Merk Sidabas 500 EC), dosis 1,5 L/Ha.
6
aktif fipronil, metolkarb, propoksur, BPMC
dan MIPC.
7. Lakukan penyemprotan pada pagi sekali
atau sore hari.
9
9. Menggunakan pestisida nabati yang
terbuat dari Daun sembung, Akar tuba,
Daun patah tulang.
10. Menggunakan moluskisida berbahan
aktif niclos amida, saponin, niklosamida,
dan fentin asetat.
10
2. Menanam tanaman berwarna mencolok
di pematang sawah seperti bunga
berwarna kuning, merah, dll.
3. Memasang benda-benda mengilap di
pertanaman seperti plastic, kaleng,
ataupun kaset CD.
4. Melakukan perendaman jengkol
beberapa hari kemudian dimasukkan ke
dalam botol dan diletakkan disetiap sudut
swah ataupun disemprotkan ke tanaman.
11
pertumbuhan tanaman padi bahkan pada
fase penyimpanan. Kerusakan terparah
terjadi pada fase generatif, karena
tanaman padi sudah tidak mampu lagi
membentuk anakan baru. Pada umumnya
tikus menyerang pada malam hari
sedangkan pada siang hari tikus
bersembunyi, pada periode bera, sebagian
besar tikus bermigrasi dan kembali lagi
menjelang fase generatif.
Pencegahan dan Pengendalian:
1. Membersihkan seluruh areal pertanaman
padi agar tikus tidak dapat membuat
sarang
2. Mempersempit area pematang sawah
tinggi dan lebar kurang lebih 30 cm
sehingga tikus tidak leluasa membuat
sarang
3. Mengatur pola tanam khususnya pada
sawah irigasi dilakukan pergiliran
tanaman misalnya padi-padi-palawija
4. Mengatur waktu tanam yaitu dengan
menanam padi secara serentak pada
12
satu hamparan sehingga mengurangi
tingkat kerusakan tanaman padi
5. Mengatur jarak tanam yang tidak rapat
atau dengan pola tanam jajar legowo
bertujuan untuk menciptakan lingkungan
terang yang tidak disukai tikus karena
takut adanya musuh alami
6. Gropyokan masal yaitu berburu tikus
secara bersama-sama
7. Menggunakan alat perangkap tikus
8. Menyemburkan api dan udara panas ke
lubang-lubang tikus agar tikus mati atau
keluar dari sarangnya
9. Menggunakan musuh alami tikus seperti
burung hantu, ular, anjing dan kucing
10. Pemasanganan TBS (Trap Barrier
System) dan LTBS, pemasangan bubu
perangkap pada pesemaian.
11. Membuat pestisida nabati
menggunakan cabai (Capsicum annum),
jengkol (Phitecellobium lobatum) dan
papaya tua (Carica papaya). Buah
papaya tua langsung diberikan pada
13
tikus hasilnya mati, sedangkan jengkol
dan cabai menggunakan air hasil
rendaman dari kedua jenis tanaman ini
yang kemudian disemprotkan sehingga
hama tikus menjadi berkurang nafsu
makannya.
12. Memberikan rodentisida seperti Klerat
Storm dan Ramontal. Beberapa
rodentisida yang sering digunakan
adalah AMMIKUS 65PS (bahan aktif
belerang 65%, racun pernafasan),
ANTIKUS 0,75P (bahan aktif kumatetralil
0,75%, antikoagulan), ERAKUS 80P
(bahan aktif seng fosfida 80%, racun
lambung), POSPIT 80P (seng fosfida
80%, racun saraf dan pernafasan).
14
Penyakit Utama pada Tanaman
Padi
1. Tungro
Penyebab :
Infeksi oleh virus Rice
Tungro Virus. Serangga
penular (vector) adalah
wereng hijau (Nephotettix
virescens), N. nigropictus,
dan wereng loreng (Recilia
dorsalis).
Gejala :
Perubahan warna daun menjadi kuning
orange dimulai dari pucuk daun kearah
pangkal, jumlah anakan berkurang,
pertumbuhan terhambat dan tanaman
kerdil. Daun muda sering bintik dan
bergaris hijau pucat sampai keputihan.
Masa pembungaan tertunda, malai yang
dihasilkan kecil, tidak dapat keluar dengan
sempurna, biasanya bulir steril. Pada bulir
terdapat bintik coklat hitam. Tanaman
15
muda lebih peka dibanding tanaman tua.
Gejala pertama timbuI umumnya satu
minggu setelah infeksi.
Pencegahan dan Pengendalian :
1. Gunakan varietas padi yang tahan tungro
seperti Inpari 7, Inpari 8, Inpari 9, Inpari
36, dan Inpari 37.
2. Melakukan tanam serempak.
3. Melakukan rotasi varietas untuk
mengurangi gangguan.
4. Cabut dan bakar tanaman yang sakit.
5. Setelah panen, buang jerami dan sisa
tanaman yang terinfeksi tungro dengan
bajak dan garu.
6. Pengendalian juga perlu dilakukan
terhadap wereng hijau, menggunakan
insektisida berbahan aktif BPMC,
buprofezin, etofenproks, imidakloprid,
karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.
16
2. Kerdil Rumput
Penyebab :
Infeksi Grassy Stunt Virus. Vektor wereng
coklat (Nilaparvata lugens).
Gejala :
Tanaman kerdil, jumlah
anakan banyak,
tumbuhnya tegak, daun
menjadi pendek, sempit
berwarna hijau pucat atau
kekuningan dengan bercak
coklat. Malai sedikit bahkan
kadang tidak dihasilkan sama sekali.
Pencegahan dan Pengendalian :
1. Menanam tanaman padi yang tahan
seperti Inpari 13, Inpari 31, dan Inpari 33
dan melakukan pergiliran varietas.
2. Menerapkan pola tanam jajar legowo dan
pergiliran tanaman bukan padi
3. Melakukan penanaman secara serentak.
4. Sanitasi, membersihkan tanaman sakit
dan tanaman sisa. jika penyakit kerdil
rumput sudah terlihat gejalanya segera
17
lakukan pemusnahan pada tanaman padi
yang sudah terserang.
5. Memanfaatkan musuh alami seperti laba-
laba dan kepik untuk dilepas ke
pertanaman.
6. Lakukan pemupukan berimbang.
7. Tidak memberikan pemupukan N yang
berlebihan.
8. Pengendalian vektor penyakitnya yaitu
wereng coklat dengan insektisida yang
berbahan aktif buprofezin, imidakloprid,
bbmc, mipc, fipronil, atau klorantraniliprol
dan tiametoksam.
18
kebiru-biruan. Bercak berkembang tepinya
warna coklat dan tengahnya putih
keabu-abuan. bercak pada varietas rentan
tidak membentuk tepi yang jelas, tetapi
dikelilingi oleh warna kuning pucat. Bercak
tersebut terdapat pada daun, ruas batang,
malai, cabang malai, dari kulit gabah.
Pencegahan dan Pengendalian :
1.Melakukan sanitasi (pembersihan) sisa
tanaman
2.Tidak menanam benih dari daerah
endemis
3.Tidak memupuk N berlebihan, pupuk K,
aplikasi fungisida binomil atau
isoprotiolan pada anakan maksimum
dan bunting/awal berbunga.
4.Gunakan varietas tahan blast secara
bergantian seperti Inpari 17, Inpari 22,
Inpari 34, Inpari 36, Inpari 37, Inpari 38,
Inpari 41, dan Inpari 43.
5.Upayakan waktu tanam yang tepat dan
serempak, agar waktu awal
pembungaan tidak banyak embun dan
19
hujan terus menerus.
6.Gunakan fungisida yang berbahan aktif
metil tiofanat atau fosdifen dan
kasugamisin.
4. Hawar daun
Penyebab :
Infeksi bakteri
Xanthomonas campestris
pv. Oryzae
Gejala :
Bercak yang dimulai dari
pinggiran daun dekat
pucuk. Bercak muda
berwarna hijau pucat sampai hijau kelabu.
Bercak berkembang dan meluas,
warnanya berubah menjadi putih sampai
kuning kecoklatan dan dapat menutupi
seluruh permukaan daun. Tepi bercak
tidak teratur atau berombak dan batasnya
berwarna kuning
20
1.Tanam varietas tahan HWB seperti Inpari
1, Inpari 6, Inpari 16, Inpari 17, Inpari 20,
Inpari Sidenuk, Inpari 21, Inpari 22, Inpari
26, Inpari 27. 43, IR 70, Inpari dan
melakukan pergiliran tanaman.
2.Pemupukan rasionil/sesuai kebutuhan
tanaman, pupuk N tidak berlebihan,
gunakan pupuk K.
3.Jarak tanam tidak terlalu rapat (jajar
legowo).
4.Pengairan teratur (intermitten).
5.Perendaman benih dengan PGPR dan
Choryne bacterium diharapkan bisa
menghasilkan bibit tanaman yang sehat
dan menekan perkembangbiakan bakteri
patogen.
6.Hindari pemotongan pucuk pada saat
pindah tanam karena menyebabkan luka
yang beresiko mempermudah bakteri
masuk ke dalam jaringan tanaman
7.Jika keparahan penyakit sudah 15-20%
dengan aplikasi bakterisida berbahan
aktif Agrep, Agrimicyn, dan Nordox.
21
Pestisida berbahan aktif tembaga,
penggunaannya bisa dicampurkan
dengan pemupukan. Beberapa contoh
merek dagangnya antara lain : Champion
77Wp, Kocide 54 WDG, Funguran 80
WP, Nordox 56 WP. Pestisida berbahan
aktif antibiotik : Bactocyn 150 SL
(teramisin 150 g/l), Kresek 150 SL
(oksitetrasiklin 150g/l) dan Puanmur 50
SP (chlorobromoisosianuric A / CBIA
50%).
22
PEMBUATAN PESTISIDA
NABATI SECARA SEDERHANA
Ekstraksi Bahan Segar
1. Bagian tanaman (daun, biji, dan
batang) dibersihkan kemudian
dihancurkan (diblender atau ditumbuk)
campur dengan air pada konsentrasi
25-50 gr/ltr air
2. Simpan larutan selama 1-2 hari
3. Kemudian larutan disaring agar tidak
terdapat kotoran yang dapat
menyumbat nozzle alat semprot
4. Encerkan larutan, tambahkan air
sebanyak 1 l/200 ml larutan
5. Masukkan larutan ke dalam tangki
semprot untuk diaplikasi
6. Waktu aplikasi padi hari jam 07.30-
09.00 atau jam 16.00-17.30 sore hari
23
Ekstraksi bahan kering
1. Bagian tumbuhan (daun, biji, dan
batang) dibersihkan kemudian
dikeringkan
2. Bila telah kering, bahan tumbuhan
ditumbuk atau dihaluskan kemudian
dilarutkan dengan air. Konsentrasi 10-
15 g/l air.
3. Kemudian simpan larutan selama 1-2
hari
4. Selanjutnya larutan disaring, agar tidak
terdapat kotoran
5. Tambahkan air sebanyak 1 liter untuk
setiap 200 ml larutan
6. Masukkan ke dalam tangki semprot
untuk segera diaplikasikan
7. Waktu aplikasi pagi 07.30-09.00 atau
sore 16.00-17.30
24
Metode dengan menggunakan Pelarut
Metanol
1. Bagian tumbuhan (daun, biji, dan
batang) dibersihkan kemudian
dikeringkan selama 2-3 hari
2. Bila telah kering, bahan tumbuhan
ditumbuk atau dihaluskan, atau
dipotong-potong kecil kemudian
dilarutkan dengan air.
3. Timbang sebanyak 700 gram dan
dimasukkan kedalam wadah toples lalu
ditambahkan metahnol teknis
sebanyak 4 liter dan dibiarkan selama
7 hari
4. Ekstrak disaring larutannya
dimasukkan kedalam wadah lalu di
masukkan kedalam waterbath suhu
64oC.
25
Metode Fermentasi
1. Bagian tumbuhan (daun, biji, dan
batang) dibersihkan kemudian
dikeringkan selama 2-3 hari
2. Bila telah kering, bahan tumbuhan
ditumbuk atau dihaluskan, atau
dipotong-potong kecil lalu timbang
sebanyak 250 g,
3. Bahan yang telah siap dimasukkan
kedalam aquades 500 ml yang
didalamnya telah terlarut 50 g gula
merah dan 20 ml Molases. ekstrak
disaring dan larutannya disimpan
dalam wadah berpenutup.
4. Setelah 7 hari perendaman, siap
digunakan.
5.
26
DAFTAR PUSTAKA
Cara Pengendalian Hama Burung Pipit
yang Sering Digunakan Petani Padi.
Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Muhammadiyah Kotabumi.
Diakses Agustus 2022:
https://fpp.umko.ac.id/2021/03/29/cara-
pengendalian-hama-burung-pipit-yang-
sering-digunakan-petani-padi/
Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi.
BPTP Kalimantan Tengah. Diakses
Maret 2022
http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind
/index.php/publikasi-mainmenu-47-47/
teknologi/525-hama-dan-penyakit-
utama-tanaman-padi-di-kalimantan-
tengah20
Kendalikan Sundep dan Beluk, Sebelum
Mengamuk. Petrosida Gresik. Diakses
Agustus 2022 pada htttps://petrosida-
gresik.com/id/berita/artikel/kendalikan
sundep-beluk-sebelum-mengamuk
27
Manueke, J., Assa, B.H., Dan Pelealu, E.A.
2017. Hama-Hama Pada Tanaman
Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Di
Kelurahan Makalonsow Kecamatan
Tondano Timur Kabupaten Minahasa.
Jurnal Eugenia. Vol. 23. No. 3..
Pengendalian Hama Penyakit Padi Sawah.
Dinas Pertanian & Pangan Kabupaten
Demak. Diakses Maret 2022 pada
https://dinpertanpangan.demakkab.go.i
d/?p=2747
Wati, Cheppy,. 2017. Identifikasi Hama
Tanaman Padi (Oriza Sativa L) Dengan
Perangkap Cahaya Di Kampung Desay
Distrik Prafi Provinsi Papua Barat.
Jurnal Triton, Vol. 8, No 2.
28
1