Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis/29 November 2018

Pertanian Organik Kelas/Prak/Kel : B2/2


Dosen : Yoscarini SHut, M.Si
Asisten : Rizki Silviana A.Md
Monica Ayu RH A.Md

LAPORAN KUNJUNGAN PERTANIAN ORGANIK


DI KEBUN ORGANIK CILOTO

Ayu Ni Matul Maula J3M116015


Bayu Wafiudin J3M116016
Novembrian P J3M116097
Nur Aina Septiani J3M116099
Debora Sonya B S J3M216164
Muhammad Mustofa J3M216189

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN................................................................................................. 3
I.I LATAR BELAKANG ............................................................................... 3
I.II TUJUAN .................................................................................................. 4
I.III MANFAAT ............................................................................................. 4
II SEJARAH PERTANIAN ORGANIK .................................................................. 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
III.I DEKSRIPSI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK CILOTO 6
III.II VARIETAS TANAMAN SAYURAN/ BUAH..................................... 6
III.III KELEBIHAN DARI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK
CILOTO ......................................................................................................... 6
III.IV KEKURANGAN DARI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK
CILOTO ......................................................................................................... 7
IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 8
IV.I KESIMPULAN ................................................................................................. 8
IV.II SARAN ............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9
I PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Pada umumnya kondisi lahan pertanian di Indonesia mengalami kemunduran
kesuburan dan kerusakan tanah serta telah mengalami penurunan produktivitas. Penyebabnya
diantaranya adalah: a) ketidakseimbangan kadar hara dalam tanah; b)pengurasan dan defisit
hara; c) penurunan kadar bahan organik tanah; d) pendangkalan lapisan tapak bajak; e)
pencemaran oleh bahan agrokimia atau limbah; f) penurunan populasi dan aktivitas mikroba;
dan g) salinisasi/alkalinisasi. Akibat pengelolaan hara yang kurang bijaksana, sebagian besar
lahan sawah terindikasi berkadar bahan organik sangat rendah (C organik <2%).Sekitar 65%
dari 7,9 juta ha lahan sawah di Indonesia memiliki kandungan bahan organik rendah sampai
sangat rendah (C-organik <2%), sekitar 17% mempunyai kadar total P tanah yang rendah dan
sekitar 12% berkadar total K rendah (Kasno et al. 2003). Untuk mengurangi kemunduran
kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas hasil yang berkelanjutan perlu pemanfaatan
pupuk organik yang memadai baik dalam jumlah, kualitas dan kontinuitasnya. Pupuk organik
saat ini sudah banyak dikenal masyarakat bahkan menjadi program pemerintah untuk
meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman.
Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam
diterapkan oleh nenek moyang kita. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional
dan menggunakan bahan–bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan
jumlah populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat revolusi hijau di
Indonesia yang memberikan hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.
Penggunaan pupuk sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Namun dengan
perkembangan jaman, belakangan ini banyak ditemukan berbagai permasalahan akibat
kesalahan manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak terhadap
penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat tercemarnya bahan–bahan
sintesis tersebut.
Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia
(non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik (Pracaya, 2002). Secara sederhana,
pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan
tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur ulangan unsur hara dari bahan-bahan
organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk
dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati,2002). Komposisi hara dalam pupuk organik
sangat tergantung dari sumber asal bahan dasar. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat
diidentifikasi berasal dari kegiatan pertanian dan nonpertanian. Dari pertanian dapat berupa
sisa panen dan kotoran ternak, sedangkan dari non pertanian dapat berasal dari sampah organik
kota, limbah industri, dan sebagainya.
Provinsi Jawa Barat merupakan sentra kedua penghasil sayuran di Indonesia dengan
produksi 22.196.977 ton. Pada tahun 2010, nilai ekspor sayuran segar Jawa Barat USD
917.588. Kemudian pada tahun berikutnya mencapai USD 1.519.102, atau meningkat 60,4%
dibandingkan tahun 2010. Perincian perkembangan nilai ekspor sayuran segar di Jawa Barat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertanian organik erat kaitannya dengan bermacam-macam
praktek untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit
(Goldberger 2008), atau sebagai sistem manajemen pertanian holistik yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas masyarakat yang memiliki ketergantungan atas
kehidupan tanah, tanaman, hewan, dan manusia (Stone et al. 2008). Salah satu kebun pertanian
organik yang ada di Jawa Barat adalah Kebun Organik Ciloto yang berada di Kawasan Ciloto,
Kabupaten Bogor. Kebun Organik Ciloto memliki lahan seluas 3 ha yang terdapat beberapa
tanaman dan sayuran yang ditanam seperti wortel, kol, sawi putih, padi, sorgum, kopi, cabai,
dan lain-lain.

I.II TUJUAN
Untuk mengetahui metode, pemasaran, dan kendala dalam pertanian organik di Kebun
Organik Ciloto

I.III MANFAAT
Untuk memotivasi agar lebih giat dalam bertani secara organik.
II SEJARAH PERTANIAN ORGANIK

Ketertarikan Br Pudi pada tanaman organik bermula saat bertugas di Manggarai, Nusa
Tenggara Timur. Baru tahun pertama bertugas, sebuah rumah sakit yang dikelola Suster SSpS
menelpon dia malam-malam. “Kata suster itu ada seorang ibu yang mengalami pendarahan tak
henti-henti. Setelah diperiksa, darahnya penuh dengan urea,” kenang Br Pudi. Ibu itu tinggal
di dekat sebuah pasar. Setiap hari, ibu itu mengkonsumsi sayur-mayur yang mengandung urea
tinggi.
Keesokan hari, Br Pudi meminta beberapa temannya untuk menanam sepuluh tanaman
singkong organik dan sepuluh tanaman singkong yang diberi pupuk urea. Selang berapa bulan,
singkong-singkong itu dipanen. Hasilnya, singkong yang diberi urea terasa pahit, sedangkan
singkong organik tak pahit. Hal tersebut memantapkan Br Pudi untuk selalu
membawa penyadaran akan pentingnya akan tanaman organik, oleh karena itu Br Pudi datang
ke Ciloto untuk memulai bertani organik.
Perkebunan Organik Ciloto, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berdiri pada tahun 2011 dengan
luas lahan sebesar 3 hektar yang digarap oleh 2 keluarga kecil tetapi lahan tersebut tidak diolah.
Lalu datanglah Bruder Kristoforus Pudiharjo OFM ke tempat tersebut dan ia berkarya dalam
bidang pertanian organik dan hidroponik di tanah seluas tiga hektar ini. Dengan bermodalkan
pengalaman Br Pudi menanam aneka tanaman organik dan hidroponik di Jonggol, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Tanah yang dulu hanya semak-semak ia olah menjadi lahan pertanian.
Beliau memanfaatkan semak-semak yang telah dibuang sebagai bahan-bahan yang ada di alam
sebagai bahan pembuatan pupuk kompos alami.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.I DEKSRIPSI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK CILOTO


Menurut Bruder Kristoforus Pudiharjo OFM, Pertanian Organik adalah pertanian yang
menggunakan bahan-bahan alami atau sebuah model pertanian yang dikembangkan
berdasarkan daya dukung alam, potensi lingkungan dan sumberdaya masyarakat lokal.
Tanaman organik membutuhkan keanekaragaman hayati. Br Pudi menyebut, setidaknya perlu
ada lima jenis tanaman dalam suatu lahan pertanian. “Tak boleh menanam tanaman satu jenis,
harus tumpang sari. Karena semakin banyak jenis tanaman, akan semakin baik dan bermanfaat
dalam hubungan simbiosis-mutualisme.”Di kebun organik ini menggunakan pupuk kompos
dibuat dengan memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan di lingkungan pertanian.
Penggunaan pupuk alami ini akan membuat tanah semakin subur, karena kandungan nitrogen
yang baik. Penggunaan pupuk alami juga akan meningkatkan bakteri probiotik dalam tanah itu
yang bekerja untuk menghidupi tanaman.

III.II VARIETAS TANAMAN SAYURAN/ BUAH


Pada Kebun Organik Ciloto seluas 3 hektar ini, terdapat beberapa tanaman dan sayuran
yang ditanam seperti wortel, kol, sawi putih, padi, sorgum, kopi, dll. Tanaman dan sayuran
tersebut dijual di pasar induk dengan kisaran harga yang murah. Misalnya, sayur sawi dijual
dengan harga 10.000 perkilo. Tetapi, terkadang tanaman dan sayuran tersebut dijual kepada
agen sayuran. Meskipun harga jual dari kebun ini murah tetapi ketika sudah masuk ke agen
harga bisa menjadi lebih dari 6 kali lipatnya.

III.III KELEBIHAN DARI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK CILOTO

Kelebihan dari kebun organik Ciloto ini, yaitu :

1. Membuat probiotik sendiri


Mol (Mikroorganisme lokal) dibuat menggunakan bahan dari tape, keong, rebung,
sayur, buah, dan nasi. Cara pembuatannya hampir sama seperti pembuatan biogas
dan indikator molnya adalah ketika tutupnya dibuka mengeluarkan gas dan bakteri
akan tumbuh kalo ada gula dan karbahidrat.
2. Menggunakan pupuk kompos sendiri dan lebih efisien
Pupuk kompos dibuat dari sisa tanaman yang ada di sekitar lahan. Bahan dan yang
digunakan adalah ranting, mol, kotoran hewan 20%, bambu, dan segala sisa tumbuhan.
Pembuatannya hampir sama dengan cara pembuatan pupuk semianaerobik yang telah
dilakukan dipraktikum sebelumnya hanya saja dalam proses pembuatan pupuk ini tidak
perlu diaduk karena sudah dibantu dengan ranting-ranting untuk mengsirkulasi udara
yang ada. Indikator keberhasilan pupuk kompos adalah banyak binatang dan suhunya
tidak boleh lebih dari 50 celcius.

III.IV KEKURANGAN DARI PERTANIAN ORGANIK KEBUN ORGANIK CILOTO


1. Jarak lahan dan tempat pembuatan pupuk jauh
Jarak tempat pembuatan pupuk kompos dengan lahan jauh karena 1 lahan perlu 2 kuintal
pupuk kompos, dan kondisi jalan pada lahan yang naik-turun sehingga solusinya adalah
keberadaan pupuk kompos dari lahan kurang lebih 50 meter dengan menggunakan
biomassa sekitar.
2. Belum adanya sertifikasi pertanian organik
Bruder Pudhi tidak mau mengurus dokumen sertifikasi karena ia menganggap bahwa
itu hanyalah selembar kertas yang menyatakan suatu produk itu organik, karena banyak
seklai petani dan atau pedagang yang memalsukan produk organik atau hanya mengatas
namakn bahwa produk yang ia jual adalah produk organik.
IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.I KESIMPULAN
Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di Kebun
organik ciloto tersebut menggunakan metode pembuatan pembuatan kompos dari bahan-bahan
organic di sekitar lahan dengan proses pembuatan semi anaerobik dan pupuk yang dibuat tidak
perlu diaduk. kendala pada pertanian organik ciloto yaitu jarak pembuatan pupuk kompos jauh
dengan lahan. Hasil Panen dari kebun organik ciloto dijual di pasar induk dengan kisaran harga
yang murah.

IV.II SARAN
Saran untuk Kebun Organik ciloto sebaiknya Tempat Pembuatan Pupuk Kompos tidak
jauh dari lahan sehingga memudahkan pemberian pupuk pada tanaman dan Hasil Panen tidak
hanya di distribusikan ke pasar tapi juga ke supermarket agar produk yang dihasilkan dapat
dikenal banyak orang dan mendapatkan keuntungan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik. Prosiding


Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik, Jakarta. Hlm 109 – 128.
Goldberger JR. 2008. Non-governmental organizations, strategic bridge building, and the
“scientization” of organic agriculture in Kenya. Agriculture and Human Values. 25: 275.
Kasno, A., D. Setyorini, dan Nurjaya. 2003. Status C-organik Lahan Sawah di Indonesia.
Dalam Prosiding Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, Universitas Andalas, Padang.
Pracaya 2002. Bertanam Sayuran Organik diKebun, Pot dan Polybag. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya
Stone PB, Lieblein G, Francis C. 2008. Potential for organic agriculture to sustain livelihoods
in Tanzania. International Journal of Agricultural Sustainability. 6(1): 2223.

Anda mungkin juga menyukai